Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE SIX

SIGMA DALAM UPAYA MENGURANGI KECACATAN PADA


PROSES PRODUKSI KOPER DI PT SRG
DONNY G. TAMBUNAN 1, BUDI SUMARTONO 2, DAN HARI MOEKTIWIBOWO 1
1
Program Studi Teknik Industri, Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma,
Jakarta.
2
Program Studi Teknik Industri, Universitas Darma Persada, Jakarta.

ABSTRAK
PT SRG merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur koper. Jenis
koper yang diproduksi memiliki dua variasi, terbuat dari bahan kain dan bahan fiber.
Permasalahan yang terjadi yaitu besarnya jumlah produk cacat atau produk yang tidak
sesuai dengan spesifikasi. Hal ini berdampak pada nilai yield yang dihasilkan, yaitu di bawah
spesifikasi perusahaan (98 – 102 %). Six sigma dapat diartikan sebagai sebuah
metodologi yang terstruktur untuk memperbaiki proses yang di fokuskan pada usaha
mengurangi variasi pada proses sekaligus mengurangi defect pada produk dengan
menggunakan pendekatan statistik dan problem solving tools secara intensif. Analisis
diagram pareto menunjukkan adanya 4 (empat) jenis defect pada proses produksi Koper
Kain di periode Januari sampai dengan Maret 2018 yaitu adanya benda asing pada Koper
sebanyak 332 pcs, bergelembung sebanyak 376 pcs, logo sticking sebanyak 401 pcs dan
cetakan miring sebanyak 331 pcs, cetakan miring pada koper. Dari keempat jenis defect
tersebut, terdapat satu jenis defect yang paling dominan yaitu jenis defect logo sticking
dengan jumlah defect sebanyak 401 koper, dari keseluruhan total produk defect sebesar
1.440 koper selama periode Januari sampai Maret 2018.

Kata Kunci: Produk Koper, Six Sigma, Logo Sticking

PENDAHULUAN menangani produk cacat tersebut. Oleh


PT SRG merupakan perusahaan karena itu perlu dianalisis penyebab cacat
yang bergerak di bidang manufaktur di lantai produksi agar dapat dilakukan
koper. Jenis koper yang diproduksi langkah perbaikan untuk mengurangi
memiliki dua variasi, terbuat dari bahan jumlah produk cacat tersebut.
kain dan bahan fiber. Saat ini perusahaan
memiliki masalah pada salah satu produk METODE
koper berbahan kain. Permasalahan yang Kualitas didefenisikan sebagai
terjadi yaitu besarnya jumlah produk cacat fitness for use, yaitu kesesuaian antara
atau produk yang tidak sesuai dengan fungsi dan kebutuhan. Dalam kualitas
spesifikasi. Hal ini berdampak pada nilai terdapat dual hal penting yang harus
yield yang dihasilkan, yaitu di bawah diperhatikan, yaitu : features of products
spesifikasi perusahaan (98 – 102 %). merupakan produk yang sesuai dengan
Dalam proses produksi koper ini terdapat kebutuhan dan memberikan kepuasan
proses yaitu proses pengepresan bahan, pada kunsumen, freedom from
pencetakan bahan, penjahitan bahan, deficiencies merupakan produk yang
memaku bahan, pemasangan troly, bebas dari kesalahan atau kecacatan
pemasangan gagang, roda dan packaging (Juran,1998).
(pengemasan). Permasalahan produk Untuk menciptakan sebuah produk
cacat ini sudah berlangsung cukup lama yang berkualitas sesuai dengan keinginan
dan pemborosan biaya yang cukup besar konsumen tidak harus mengeluarkan
bagi perusahaan. Pemborosan ini berupa biaya yang lebih besar. Maka dari itu,
biaya terhadap penggunaan sumber daya diperlukan sebuah program peningkatan
selama proses produksi untuk kualitas yang baik, dengan proses
memproduksi produk cacat dan untuk perbaikan terus menerus (continuous

58
improvement) yang terukur secara aktivitas/tindakan yang terencana yang
individual, organisasi, korporasi dan dilakukan untuk mencapai,
tujuan kerja (Ariyani, 2003). mempertahankan dan meningkatkan
Ada beberapa dimensi kualitas kualitas suatu produk dan jasa agar
untuk industri manufaktur dan jasa. sesuai dengan standar yang telah
Dimensi ini digunakan untuk melihat dari ditetapkan dan dapat memenuhi
sisi manakah kualitas dinilai. Tentu saja kepuasan konsumen
perusahaan ada yang menggunakan Tujuan Pengendalian Kualitas
salah satu dari sekian banyak dimensi Tujuan dari pengendalian
kualitas yang ada, namun ada kalanya kualitas menurut Sofjan Assauri
yang membantu hanya pada salah satu (1998:210) adalah:
dimensi tertentu. Yang dimaksud a. Agar barang hasil produksi dapat
dimensi kualitas untuk industri mencapai standar kualitas yang
manufaktur, meliputi: telah ditetapkan .
a. Perfomance yaitu kesesuaian produk b. Mengusahakan agar biaya inspeksi
dengan fungsi utama produk itu dapat menjadi sekecil mungkin.
sendiri atau karakteristik operasi dari c. Mengusahakan agar biaya desain
suatu produk. dari produk dan proses dengan
b. Feature yaitu ciri khas produk yang menggunakan kualitas produksi
membedakan dari produk lain yang tertentu dapat menjadi sekecil
merupakan karakteristik pelengkap mungkin.
dan mampu menimbulkan kesan d. Mengusahakan agar biaya produksi
yang baik bagi pelanggan. dapat menjadi serendah mungkin.
c. Reliability yaitu kepercayaan Tujuan utama pengendalian kualitas
pelanggan terhadap produk karena adalah untuk mendapatkan jaminan
kehandalannya atau karena bahwa kualitas produk atau jasa yang
kemungkinan kerusakan yang dihasilkan sesuai dengan standar
rendah. kualitas yang telah ditetapkan dengan
d. Conformance yaitu kesesuaian mengeluarkan biaya yang ekonomis
produk dengan syarat atau ukuran atau serendah mungkin.
tertentu atau sejauh mana
karakteristik desain dan operasi Pendekatan Pengendalian Kualitas
memenuhi standard yang telah Untuk melaksanakan
ditetapkan. pengendalian di dalam suatu
e. Durability yaitu tingkat perusahaan, maka manajemen
ketahanan/awet produk atau lama perusahaan perlu menerapkan melalui
umur produk. apa pengendalian kualitas tersebut akan
f. Serviceability yaitu kemudahaan dilakukan. Hal ini disebabkan, faktor
produk itu bila akan diperbaiki atau yang menentukan atau berpengaruh
terhadap baik dan tidaknya kualitas
kemudahan memperoleh komponen
produk perusahaan terdiri dari beberapa
produk tersebut.
macam misal bahan bakunya, tenaga
g. Aesthetic yaitu keindahan atau daya
kerja, mesin dan peralatan produksi
tarik produk tersebut.
yang digunakan, di mana faktor tersebut
h. Perception yaitu fanatisme konsumen akan mempunyai pengaruh yang
akan merek suatu produk tertentu berbeda, baik dalam jenis pengaruh
karena citra atau reputasi produk itu yang ditimbulkan maupun besarnya
sendiri. pengaruh yang ditimbulkan. (Ahyari,
1990:225-325).
Pengertian Pengendalian Kualitas a. Pendekatan Bahan Baku
Pengendalian kualitas b. Seleksi Sumber Bahan Baku
merupakan alat bagi manajemen untuk (Pemasok)
memperbaiki kualitas produk bila c. Pemeriksaan Dokumen Pembelian
diperlukan. Pengendalian kualitas d. Pemeriksaan Penerimaan Bahan
adalah suatu teknik dan e. Pendekatan Proses

59
Pada umumnya pelaksanaan Secara harfiah, six sigma (6σ)
pengendalian kualitas proses produksi adalah suatu proses yang memiliki
di dalam perusahaan dipisahkan kemungkinan cacat (defects) sebanyak
menjadi 3 (tiga) tahap : 3.4 buah dalam satu juta produk atau
(1) Tahap persiapan jasa. Konsep ini adalah turunan dari
(2) Tahap Pengendalian Proses. konsep process capability. Intinya, six
(3) Tahap Pemeriksaan Akhir sigma adalah sebuah referensi untuk
f) Pendekatan Produk Akhir mencapai suatu keadaan yang nyaris
bebas cacat (zero defects level). Dalam
Sejarah Six Sigma perkembangannya, 6σ telah menjadi
Pada permulaan tahun 1980-an, sebuah metodologi dan bahkan strategi
Motorola Inc secara terus-menerus bisnis.
dikalahkan di pasar yang kompetitif Banyak sekali definisi mengenai six
yang pada akhirnya mereka kehilangan sigma, namun disini akan dikutip
market-nya karena perbedaan kualitas beberapa saja, diantaranya adalah
dengan perusahaan Jepang saat itu. sebagai berikut:
Saat perusahaan Jepang mengambil a. Six sigma adalah tujuan yang hampir
alih perusahaan Motorola yang sempurna dalam memenuhi
memproduksi pesawat televisi di persyaratan pelanggan. Pada
Amerika Serikat, mereka dengan cepat dasarnya definisi ini akurat karena
menetapkan perubahan yang draktis istilah six sigma sendiri merujuk pada
dalam menjalankan perusahaan. Di target kinerja operasi yang diukur
bawah manajemen Jepang, perusahaan secara statistik dengan hanya 3.4
segera memproduksi televisi dengan cacat (defect) untuk setiap satu juta
jumlah kerusakan satu dibanding dua kali aktivitas atau peluang yang ada.
puluh yang mereka pernah produksi di b. Six sigma adalah sebagai usaha
bawah manajemen Motorola. “perubahan budaya” supaya
Pada tahun 1981 Motorola perusahaan ada pada kepuasan
menghadapi tantangan tersebut dengan pelanggan, profitabilitas, dan daya
mengevaluasi kualitasnya hingga saing lebih besar.
5(lima) kali dalam 5 (lima) tahun namun c. Six sigma adalah sebuah sistem
tetap saja tidak berhasil. Kemudian yang komprehensif dan fleksibel
Motorola dengan Bob Galvin sebagai untuk mencapai, mempertahankan,
CEO-nya memutuskan untuk menekuni dan memaksimalkan sukses bisnis.
kualitas dengan serius dengan d. Six sigma adalah pada dasarnya
mengembangkan suatu proses yang suatu tujuan kualitas proses dimana
konsisten berdasarkan pendekatan sigma adalah tolak ukur penting dari
statistic. variabel dalam proses.
Akhirnya pada tahun 1986, Bill e. Six sigma adalah strategi terobosan
Smith, seorang ahli dan senior engineer (break through) dari pihak
di divisi komunikasi Motorola yang juga manajemen yang memungkinkan
seorang ahli statistik, menyimpulkan perusahaan untuk secara drastis
bahwa bila suatu produk cacat dan meningkatkan kinerja mereka dengan
diperbaiki pada waktu produksi maka cara mendesain dan memonitoring
cacat lain mungkin akan terabaikan. aktivitas bisnis harian sedemikian
Definisi Six Sigma rupa sehingga cacat dapat
Six sigma dapat diartikan diminimalkan dan kepuasan
sebagai sebuah metodologi yang pelanggan ditingkatkan.
terstruktur untuk memperbaiki proses Konsep Six Sigma
yang di fokuskan pada usaha Six sigma merupakan metode
mengurangi variasi pada proses yang terstruktur dan fact-based yang
sekaligus mengurangi defect pada merupakan penerapan atau aplikasi
produk dengan menggunakan metode statistik dalm proses bisnis untuk
pendekatan statistik dan problem meningkatkan efisiensi operasional yang
solving tools secara intensif. berakibat pada peningkatan nilai

60
organisasi. Six Sigma itu sendiri berfokus c) Defect (D) merupakan cacat yang
pada : diperoleh.
a. Pengurangan Cycle Time d) Hitung Defect per unit (DPU)
b. Pengurangan jumlah produk cacat merupakan cact per unit yang diperoleh
c. Kepuasan pelanggan. dari hasil pembagian antara total defect
Six Sigma sebagai sistem dengan jumlah unit yang dihasilkan,
pengukuran menggunakan Defect Per yakni :
Million Opportunities (DPMO) sebagai 𝐷𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡
suatu pengukuran. DPMO merupakan 𝐷𝑃𝑈 =
𝑈𝑛𝑖𝑡
suatu ukuran yang baik bagi kualitas e) Total Opportunities (TOP) merupakan
suatu produk maupun proses, sebab total terjadinya cacat didalam unit,
DPMO berkorelasi langsung dengan didapat melalui hasil perkalian antara
cacat, biaya dan waktu yang terbuang. jumlah unit dengan opportunities
Dengan menggunakan tabel konversi TOP = U x
DPMO, maka kita akan dengan mudah OP
mengetahui tingkat sigma dan DPMO. f) Defect Per Opportunities (DPO)
Cara menentukkan DPMO adalah sebagai merupakan peluang untuk memiliki
berikut : cacat yang diperoleh dari hasil
a) Unit (U) merupakan jumlah hasil pembagian antara total defect dengan
produksi. Total Opportunities (TOP). Sehingga
b) Opportunities (OP) adalah suatu nilai DPO yakni :
karakteristik cacat yang kritis terhadap
kualitas produk (Critical To Quality).
𝐷
𝐷𝑃𝑂 =
𝑇𝑂𝑃
g) Defect Per Million Opportunities e. Menentukan maksimum variasi proses
(DPMO) menyatakan berapa banyak untuk setiap CTQ (menentukan nilai
defect yang terjadi jika terdapat satu standar deviasi untuk CTQ)
juta peluang, diperoleh dari hasil f. Mengubah desain produk dan proses
perkalian antara defect per agar mampu mencapai nilai target Six
opportunities dikali kan dengan Sigma.
1.000.000 atau dengan kata lain Metode Six Sigma
mencari peluang kegagalan dalam satu Metode Six Sigma adalah visi
juta kesempatan. Di dapat hasil DPMO untuk mencapai kesempurnaan pada
yakni : DPMO = DPO x kualitas suatu produk atau jasa, yang
1.000.000 ditunjukkan dengan jumlah cacat produk
Terdapat enam aspek kunci yang sebesar 3,4 per million atau DPMO
perlu diperhatikan dalam aplikasi konsep (Defect Per Million Opportunities).
Six Sigma dalam bidang manufacturing, Pada kenyataanya sangat sulit untuk
yaitu : mewujudkan Six Sigma, dikarenakan
a. Identifikasi karakteristik produk yang persentase yang harus dicapai adalah
memuaskan pelanggan (sesuai dengan 99,99966% dengan DPMO = 3,4
kebutuhan dan ekspektasi pelanggan). Terminologi yang menjadi kunci utama
b. Mengklasifikasikan semua karakteristik pelaksanaan Six Sigma, yaitu :
kualitas itu sebagai CTQ (Critical to a. CTQ (Critical To Quality) adalah atribut
Quality) yang sangat penting yang
c. Menetukan apakah setiap CTQ itu bisa berhubungan langsung dengan
dikendalikan melalui pengendalian kebutuhan dan kepuasan pelanggan
material, mesin, proses-proses kerja, yang merupakan suatu elemen dari
dan lain-lain suatu produk, proses atau praktek-
d. Menentukan batas maksimum toleransi praktek yang berdampak langsung
untuk setiap CTQ sesuai dengan dengan kepuasan pelanggan.
keinginan pelanggan (melalui nilai USL b. Deffect adalah kegagalan untuk
atau LSL) memberikan apa yang diinginkan
oleh pelanggan.

61
c. Process Capability adalah Manfaat Six Sigma
kemampuan proses untuk Keuntungan dari penerapan six
memproduksi dan menyerahkan sigma ini berbeda untuk tiap
output sesuai dengan ekspetasi dari perusahaan yang bersangkutan,
kebutuhan pelanggan. tergantung pada usaha yang
d. Variation adalah merupakan apa dijalankannya, biasanya ada perbaikan
yang pelanggan lihat dan rasakan pada hal-hal berikut:
dalam proses transaks iantara a. Pengurangan biaya
pemasok dan pelanggan itu. Six b. Perbaikan produktivitas
sigma berfokus untuk mengetahui c. Pertumbuhan pangsa pasar
apa penyebab variasi dan mencegah d. Pengurangan waktu siklus
terjadinya variasi itu, sehingga dapat e. Kepuasan pelanggan
meningkatkan kapabilitasproses. f. Pengurangan cacat
e. Stabel Operation adalah jaminan g. Perubahan budaya kerja
konsistensi, proses yang dapat h. Pengembangan produk/jasa
diperkirakan dan dikendalikan guna Tahapan DMAIC ( Define – Measure –
meningkatkan apa yang pelanggan Analyze – Improve -Control)
lihat rasakan meningkatkan ekspetasi Metodologi standard six sigma
dan kebutuhan pelanggan. terdiri atas lima fase yaitu: Define,
Measure, Analyze, Improve, dan Control
f. Define, Measure, Analyze, Improve, yang sering disingkat DMAIC (Brue, 2005,
Control (DMAIC) adalah proses untuk p. 24). Model DMAIC umumnya
meningkatkan terus menerus menuju diaplikasinya untuk meningkatkan
target six sigma. DMAIC dilakukan performa produk, proses, atau jasa yang
secara sistematik berdasarkan ilmu telah ada sebelumnya (Pyzdek & Keller,
pengetahuan dan fakta. Proses- 2010, p. 147). Metodologi ini tidak kaku,
proses close-loop ini (DMAIC) dan pendekatanya bervariasi. Beberapa
menghilangkan langkah-langkah praktisi ada yang tidak menyertakan fase
proses yang tidak produktif, seiring define karena dianggap sebagai bagian
berfokus pada pengukuran baru dan dari persiapan. Model tersebut, entah
menerangkan teknologi untuk DMAIC atau MAIC, merupakan kunci bagi
peningkatan kualitas menuju target six sigma. (Brue, 2005, p. 24).
six sigma.

Gambar 1. Siklus DMAIC


a. Define kebutuhan pelanggan dan strategi
Tahap Define Adalah penetapan perusahaan.
sasaran dari aktifitas peningkatan Six
Sigma. Tahap Define mendefinisikan b. Measure
secara formal sasaran dari aktifitas- Tahap measure yaitu spesifik
aktifitas proses produksi perusahaan mengukur kinerja proses pada saat
dan sasaran peningkatan proses yang sekarang (baseline measurement) agar
konsisten dengan permintaan atau dapat dibandingkan dengan target

62
yang ditetapkan, dengan cara sering digunakan untuk meyakinkan
mengidentifikasi critical to quality bahwa tugas telah dilaksanakan
(CTQ), kapabilitas produk, kapabilitas dengan benar dan mencegah kelalaian
proses, evaluasi resiko, dan lain-lain. yang tidak disengaja dari inspeksi dan
keputusan yang salah.
c. Analyze
Tahap analyze yakni menganalisa b. Diagram Alur (flow chart)
hubungan sebab-akibat dari berbagai Diagram alur merupakan
faktor yang ada dan dipelajari untuk diagram yang menunjukan aliran atau
mengetahu faktor-faktor dominan yang urutan suatu proses atau peristiwa.
perlu dikendalikan, alat yang sering Diagram tersebut akan memudahkan
digunakan unutk analisa adalah dalam menggambarkan suatu system,
diagram sebab-akibat atau lebih mengidentifikasi masalah dan
dikenal dengan fishbone diagram. melakukan tindakan pengendalian.
d. Improve Diagram alur juga menunjukan siapa
Tahap improve yakni pelanggan pada masing-masing
mengoptimalisasikan proses tahapan proses. Diagram tersebut akan
menggunakan analisis-analisis seperti lebih baik disusun oleh suatu tim.
5W+1H dan lain-lain untuk melakukan Tindakan perbaikan dapat dicapai
penanggulangan terhadap setiap akar dengan pengurangan atau
permasalahan. penyerderhanaan tahapan proses,
e. Control pengkombinasian proses atau
Tahap Control yang merupakan tahap membuat frekuensi terjadinya langkan
operasional terakhir dalam upaya atau proses lebih efisien.
peningkatan kualitas berdasarkan six
sigma. Pada tahapan ini hasil peningkatan c. Histogram
kualitas didokumentasikan dan Histogram adalah diagram batang
disebarluaskan, praktik-praktik terbaik yang menunjukan tabulasi dari data
yang sukses dalam peningkatan proses yang diatur berdasarkan ukurannya.
distandarisasi dan disebarluaskan, Tabulasi data umumnya dikenal
prosedur didokumentasikan dan dijadikan sebagai distribusi frekuensi. Histogram
sebagai pedoman standar, serta menunjukkan karakteristik –
kepemilikan atau tanggung jawab di karakteristik dari data yang dibagi –
transfer dari tim kepada pemilih atau bagi menjadi kelas – kelas. Pada
penanggung jawab proses. histogram frekuensi, sumbu x
menunjukkan nilai pengamatan dari
Tujuh Alat Pengendalian Kualitas tiap kelas. Histogram dapat berbentuk
(Seven Tools) “normal” atau berbentuk seperti
Tujuh alat pengendalian kualitas lonceng yang menunjukkan bahwa
atau seven tools merupakan tujuh alat banyak data yang terdapat pada nilai
statistik untuk mencari akar permasalahan rata – ratanya. Bentuk histogram yang
dari segi kualitas, sehingga manajemen miring atau tidak simestris
kualitas dapat menggunakan tujuh alat menunjukkan bahwa banyak data yang
tersebut untuk mengetahui akar tidak berada pada nilai rata – ratanya
permasalahan terhadap produk yang tetapi kebanyakan datanya berada
mengalami cacat serta dapat mengetahui pada atas atau bawah. Fungsi dari
penyebab-penyebab terjadinya cacat. histogram adalah sebagai berikut:
Tujuh alat pengendalian kualitas atau 1) Menentukan apakah suatu produk
seven tools antara lain: dapat diterima atau tidak.
a. Lembar pengamatan (check sheet) 2) Menentukan apakah proses
Lembaran pengamatan adalah produk sudah sesuai atau belum.
digunakan dengan tujuan pengumpulan 3) Menentukan apakah diperlukan
data berdasarkan tipe, dan menelaah langkah – langkah perbaikan.
data tersebut agar cepat mendapatkan
informasi yang diperlukan. Check sheet d. Diagram pareto

63
Fungsi dari diagram pareto adalah 3) Material (materials)
untuk mengindentifikasi atau 4) Sumber daya manusia
menyeleksi masalah utama untuk (manpower)
peningkatan kualitas. Diagram ini 5) Lingkungan (environment)
menunjukkan seberapa besar frekuensi Tujuan dari fishbone diagram
berbagai macam tipe permasalahan adalah menemukan penyebab masalah
yang terjadi dengan daftar masalah baik penyebab utama maupun
pada sumbu x dan jumlah atau penyebab lainnya. Dengan
frekuensi kejadian pada sumbu y. menggunakan fishbone diagram akan
Kategori masalah diidentifikasikan diketahui penyebab yang saling
sebagai masalah utama dan masalah berkaitan. Dengan demikian akan
yang tidak penting. Prinsip pareto didapat kejelasan dari permasalahan
adalah 80% masalah (ketidaksesuaian yang ada dimana perbaikan dapat
atau cacat) disebabkan oleh 20% dilakukan dengan mencari masalahnya
penyebab. Prinsip pareto ini sangat dan menyelesaikan permasalahan
penting karena prinsip ini tersebut.
mengidentifikasi kontribusi terbesar g. Peta Pengendali (control chart)
dari variasi proses yang menyebabkan Peta pengendali menggambarkan
performansi yang jelek seperti cacat. perbaikan kualitas. Perbaikan kualitas
terjadi pada dua situasi. Situasi
e. Diagram sebar (scatter diagram) pertama adalah ketika peta kendali
Scatter diagram adalah grafik yang dibuat, proses dalam kondisi tidak
menampilkan hubungan antara dua stabil. Kondisi yang diluar batas kendali
variabel apakah hubungan antara dua terjadi karena sebab khusus
variabel tersebut kuat atau tidak yaitu (assignable cause), kemudian dicari
antara faktor proses yang tindakan perbaikan sehingga proses
mempengaruhi proses dengan kualitas menjadi stabil. Hasilnya adalah adanya
produk. Pada sumbu x terdapat nilai perbaikan proses.
dari variabel independen, sedangkan Apabila data yang diperoleh tidak
pada sumbu y menunjukan nilai dari seluruhnya berada dalam batas kendali
variabel dependen. yang ditetapkan, maka hal ini berarti data
yang diambil belum seragam. Hal tersebut
f. Diagram sebab akibat (Diagram menyatakan bahwa pengendalian kualitas
Fishbone) yang dilakukan oleh PT SRG masih perlu
Diagram tulang ikan (Fishbone perbaikan. Hal tersebut dilihat pada grafik
diagram) atau dikenal juga dengan p-chart, apabila ada titik yang berfluktuasi
diagram ishikawa atau ada juga yang secara tidak beraturan yang menunjukan
menyebutkanya diagram sebab dan bahwa proses produksi masih mengalami
akibat (cause and effect diagram) penyimpangan.
diperkenalkan oleh seseorang bernama
Kaoru Ishikiwa. Idenya adalah befikir Metode 5W+1H
tentang penyebab – penyebab yang Konsep 5W+1H berguna untuk
mungkin dan alasan yang melakukan penanggulangan terhadap
menyebabkan efek atau masalah. setiap akar permasalahan. 5W+1H suatu
Dengan demikian dapat dicari solusi konsep yang terkenal untuk
untuk mencegah masalah tersebut. menggambarkan sebuah fakta dengan
Konsep dasar dari fishbone diagram menanyakan who (siapa), what (apa),
adalah menjabarkan sebuah masalah where (di mana), when (kapan), why
dan penyebabnya yang dibagi menjadi (kenapa), dan how (bagaimana), (Jang,
penyebab utama dan penyebab Ko, & Woo, 2015).
lainnya. Penyebab tersebut biasanya a. Who (Siapa)
mengarah kepada 5 (lima) masalah, “W” yang pertama adalah who atau
yaitu: siapa. “Who” menunjukan pelaku atau
1) Metode (methods) orang yang terkait dengan masalah-
2) Mesin (machinery) masalah yang terjadi.

64
b. What (Apa) barang atau jasa yang dihasilkan dari
“W” yang kedua adalah what atau apa melakukan kegiatan produksi disebut
“What” menunjukan informasi dari dengan produk. Istilah Produksi berasal
suatu objek yang harus diperhatikan dari bahasa inggris to produce yang
oleh peneliti. berarti menghasilkan. Dalam produksi
c. Where (Di mana) koper dapat dilaksanakan dengan
“W” yang ketiga adalah where atau di melakukan prosedur sebagai berikut :
mana. “Where” menunjukan informasi a. Pengepresan Bahan Baku
di mana lokasi masalah yang terjadi. b. Pencetakan Bahan
d. When (Kapan) c. Merapikan Bahan
“W” yang keempat adalah when atau d. Seset Bahan
kapan. “When” menunjukan waktu e. Pemotongan Bahan
terjadinya suatu masalah. f. Penjahitan Bahan
e. Why (Kenapa) g. Rangka Bahan
“W” yang kelima adalah why atau h. Memaku Bahan
kapan. “Why” menunjukan kenapa bisa i. Pengemasan Koper
terjadinya masalah. Hasil akhir akan dilakukan
f. How (Bagaimana) pengecekan keseluruhan koper yang
Dan poin yang terakhir adalah “H” yaitu sudah jadi, untuk melihat apakah koper
how atau bagaimana. “How” tersebut tidak cacat produk, untuk
menunjukan bagaimana bisa terjadinya selanjutnya bisa di pasang hantage atau
masalah. label koper. Packaging koper dengan
Defenisi dan Proses Produksi Koper membungkus koper dengan plastik dan
Koper didefinisikan sebagai wadah dimasukkan ke dalam karton sesuai
tertutup yang digunakan sebagai tempat ukuran koper.
menyimpan pakaian dan barang lainnya
yang dapat dibawa dalam perjalanan. Bentuk Sediaan Koper
Koper pada umumnya berbentuk persegi Bentuk koper yang sering
panjang, datar, terbuat dari logam, plastik, ditemukan dan diproduksi di industri
kain, atau kulit. Koper biasanya memiliki garmen saat ini ada 2 (dua) macam, koper
pegangan pada satu sisi dan digunakan fiber dan koper kain. Koper yang
terutama untuk mengangkut pakaian dan diproduksi memiliki kelebihan masing-
barang-barang lainnya selama perjalanan. masing.
Beberapa koper memiliki engsel seperti a. Koper Fiber ABS (hard case)
pintu, memiliki roda, dan menggunakan Fiber adalah jenis bahan berupa
kunci manual atau kunci kombinasi. potongan-potongan komponen yang
Jenis-jenis bahan koper yang membentuk jaringan memanjang yang
dipakai dalam industri : utuh. Kelebihan bahan ini adalah
1) Polycarbonate ekonomis. Maksudnya ekonomis adalah
Merupakan bahan dengan karakteristik karena bahan ABS (Acrylonitrile
keras. Butadiene Styrene) bukan bahan yang
2) Polyester paling mahal untuk koper hardcase
Seperti kain, ringan, lentur, dan tahan air. namun memiliki kekuatan yang cukup baik
3) Ballistic Nylon untuk penggunaan yang wajar.
Cenderung tebal, kuat, tidak mudah b. Koper Kain (soft case)
sobek, dan anti kerut. Koper soft case terbuat dari bahan
Produksi Koper polyester atau kain tebal. Bahan
Produksi adalah suatu kegiatan berkualitas yang kuat, dan kokoh
untuk menciptakan/menghasilkan atau sehingga mampu melindungi barang Anda
menambah nilai guna terhadap suatu dari debu dan kotoran. Gagang koper
barang atau jasa untuk memenuhi dirancang ergonomis, dengan 4 (empat)
kebutuhan oleh orang atau badan roda yang dapat berputar 360 derajat dan
(produsen). Orang atau badan yang 2 (dua) roda yang memiliki ketahanan
melakukan kegiatan produksi dikenal yang baik.
dengan sebutan produsen. Sedangkan

65
HASIL DAN PEMBAHASAN tanggung jawab yang berbeda-beda
Penelitian yang dilakukan oleh sesuai dengan spesifikasi pekerjaannya
peneliti merupakan sebuah perusahaan masing-masing. Jam kerja PT SRG
yang bergerak di bidang manufaktur mempunyai 1 shift :
koper. Jenis Produk yang dihasilkan a. Shift 1 :
bervariasi seperti koper kain dan koper Pukul 07.00 WIB - 16.00
fiber. Namun pada penelitian ini dilakukan WIB
penelitian pada salah satu produk yaitu b. Sabtu-Minggu :
produk Koper Kain. Data yang digunakan Libur
dalam penelitian ini merupakan data yang c. Jam istirahat :
diperoleh dari pengamatan langsung di Pukul 12.00 WIB - 12.30
lapangan, hasil wawancara dengan WIB
karyawan perusahaan yang terlibat Seluruh karyawan harus mematuhi
langsung dalam proses produksi Koper semua peraturan yang berlaku, seperti
Kain, dan data yang berasal dari data masuk tepat pada waktunya, makan pada
laporan perusahaan. Berikut paparan dari tempatnya, tidak mengambil gambar
data-data tersebut : dalam bentuk foto, tidak berlarian di
Profil Perusahaan kawasan pabrik karena dapat
PT SRG didirikan pada tahun membahayakan diri sendiri dan orang lain
1981, dan merupakan perusahaan dan sebagainya.
manufaktur yang bergerak di bidang Proses Produksi Koper
garmen. Perusahaan ini banyak Seluruh Proses produksi di PT
memproduksi koper yang berlokasi di SRG dilakukan oleh Departemen Produksi
Jalan Karang Bolong Raya, Ancol, dengan bantuan dari departemen lain
Jakarta Utara. terutama Supply Chain Management
Masuki pasar ekspor PT SRG (SCM) untuk handling bahan baku dan
menambah pabriknya di bilangan Ancol, produk jadi serta Departemen Quality
Jakarta. Pada saat ini telah untuk proses inspeksi dan perilisan bahan
memproduksi beragam jenis tas, mulai serta produk.
dari koper, ransel, tas sekolah, tas Adapun proses produksi koper terdiri
kantor, dan sebagainya. Pada masa dari beberapa tahapan proses antara lain
jayanya, sekitar awal tahun 1981-an, PT sebagai berikut:
SRG memiliki jumlah karyawan 650 a. Tahapan proses I : Incoming material
orang. Koper hasil produksi perusahaan (Raw Material)
ini diekspor ke mancanegara seperti Pada tahap proses ini, bahan baku
negara-negara Asia, Eropa, dan diterima gudang dan diuji kualitasnya oleh
Amerika. QC (Quality Control), barang yang
Saat ini, sekurangnya PT SRG diterima harus sesuai dengan spesifikasi
memiliki 70 toko di pusat-pusat standar yang sudah ditentukan oleh
perbelanjaan papan atas serta sekitar perusahaan. Dilakukan pengawasan
800-an gerai lainnya (shop in shop) di secara menyeluruh agar bahan baku bisa
berbagai departement store kenamaan terjaga dengan baik.
di kota-kota seluruh Indonesia. b. Tahap Proses Produksi
Perusahan menjalin kerja sama dengan Pada tahap ini, bahan baku yang
perusahaan-perusahaan tour and travel, sudah dianalisa oleh bagian QC (Quality
termasuk perjalanan haji untuk Control) kemudian dilakukan proses
memasok kebutuhan tas dan koper sebagai berikut :
mereka. Proses pengepresan bahan baku
Proses pengepresan bahan baku
Sumber Daya Manusia merupakan langkah awal dalam rangkaian
Karyawan yang bekerja di PT SRG pembuatan koper. Sebelum melakukan
memiliki tingkat pendidikan Strata tiga pengepresan pastikan peralatan (mesin
(S3), Strata dua (S2), Strata satu (S1), pemotong bahan, gunting) yang akan
akademi, analis kimia dan SMA. Semua digunakan dalam kondisi bersih,
tingkat pendidikan tersebut memiliki selanjutnya siapkan bahan kertas karton

66
yang akan dingunakan sebagai alas dan setengah, dan karet sudut bodi.
penutup di atas bahan untuk menghindari Selanjutnya dilakukan penjahitan tepo
panas yang berlebihan langsung dari kecil resleting dan disambung langsung
mesin pengepresan yang mengakibatkan tepo besar.
bahan rusak. Setelah tepo kecil dan tepo besar
tersambung dengan hasil jahitan yang
Proses Pencetakan Bahan bagus, lakukan pemasangan wrisben bodi
Proses pencetakan bahan adalah ke tepo bodi dan dicek hasilnya, lalu alas
bahan yang sudah siap di pres langsung roda/badan belakang, badan depan di
di letakakan di atas papan cetak, lalu pasang kawat/wire. Selanjutya tepo besar
mesin di set up, untuk pencetakan bentuk disambungkan dengan jait jadi, dan
dan logo koper sesuai ukuran produksi. menghasilkan hasil akhir dalam proses
Dalam proses ini ada dua macam bentuk jahit.
cetakan, yaitu cetakan dari kayu dan Proses Rangka Bahan
cetakan dari besi. Proses pembuatan rangka bahan
Proses Merapikan Bahan koper menggunakan honeycomb,
Proses merapikan bahan kemudian dibentuk persegi panjang
merupakan pemotongan sebagian sesuai ukuran koper, lalu honeycomb
pinggiran dari hasil cetakan untuk dipotong sedikit bagian atas dan bawah
menghasilan bentuk yang sempurna. nya untukmenghasilkan ukuran yang
Dengan memakai mesin pemotong yang sesuai. Setelah honeycomb sudah rapi,
dilakukan pengerjaan nya satu orang. dapat dilanjutkan pada proses pemanasan
Proses Seset Bahan bahan, dengan mesin yang memiliki
Proses seset bahan yaitu bahan elemen pemanas yang disusun rapi yang
eva foam akan di tipiskan keliling akan membentuk persegi panjang.
pinggirannya untuk memudahkan proses Proses Memaku Bahan
penjahitan dan hasil jahitan lebih bagus. Proses memaku bahan merupakan
Sebelum melakukan pengerjaan, terlebih langkah pemasangan honeycomb dengan
dahulu mesin seset di setting, dengan hasil jait akhir/jahit jadi, lalu akan di
memerhatikan ketipisan eva foam dan masukkan kedalam tepo besar yang di
lebar permukaan yang di seset memakai dalam koper, sebelum melakukan
bahan sisaan, agar dapat dilaksanakan pemakuan akan diperiksa hasil jait itu
penipisan pinggiran eva foam. Setelah di miring atau bagus, dengan melihat
seset dilakukan pengecekan untuk keseimbangan berdirinya bahan koper
melihat ketipisan hasilnya. dengan rangka honeycomb tersebut.
Proses Pemotongan Bahan Proses Pengemasan Koper
Proses pemotongan bahan Packaging atau disebut juga
merupakan proses keselurahan untuk kemasan adalah suatu wadah untuk
menyiapkan segala perlengkapan proses meningkatkan nilai dan fungsi sebuah
penjahitan. Dimulai dengan pergelaran produk. Selanjutnya koper diperiksa
bahan di meja, lalu di ukur sesuai dengan mengecek sisa – sisa jahitan atau
kebutuhan. Selanjutnya di di potong benang berlebih dan menghapus
bagian-bagian koper seperti tepo besar, pantrunan yang tadinya menggunakan
tepo samping, tepo belakang, alas roda kapur. Setelah itu dipasangi hanteg atau
atas, alas roda bawah, dan expanding. label koper dan dibungkus plastik dengan
Setelah itu, lakukan pemeriksan pada rapi. Selanjutnya di masukkan ke dalam
bahan dan melakukan pemantrutan atau karton, dan di lakban dengan rapi.
memberi tanda untuk memudahkan titik Selanjutnya koper yang sudah rapi
mulai penjaitan bahan. di bungkus dengan karton di beri tanda di
luar karton tanda centang untuk memberi
Proses Penjahitan Bahan tanda warna koper tersebut. Setelah itu
Proses penjahitan bahan koper disusun rapi diatas palet
merupakan proses menggunakan mesin menggunakan tenaga manusia atau troly
jahit, yang pertama dilakukan menjahit dan di sesuaikan penyusunannya koper
polening resleting koper, kantong

67
yang keluar duluan disusun lebih dekat Berikut adalah data produksi
dengan pintu keluar. Koper dan produk cacat periode Januari
sampai dengan Maret 2018.
Data Jumlah Produksi

Tabel 3. Total Jumlah Produksi Koper Januari 2018 s.d Maret 2018
Bulan Total Produksi (Koper) Total Defect (Koper)
Januari 15.168 525
Februari 14.986 450
Maret 15.100 465
Total 45.254 1.440
Berdasarkan data Tabel 3 Jumlah yaitu sebesar 45.254 ribu koper pada
Total produksi Koper yang diproduksi PT periode Januari 2018 s.d Maret 2018.
SRG pada periode Januari 2018 s.d Maret Dari Jumlah total produk defect
2018 sebanyak 45.254 pcs koper, dan tersebut. Ditentukan Critical To
total defect koper yang dihasilkan sebesar Quality (CTQ) yang ditemukan dan
1.440 ribu pcs koper. menjadikan suatu produk dianggap
Pengolahan Data sebagai defect adalah sebagai berikut
Berdasarkan data-data jumlah :
produksi dan jumlah defect di atas maka Benda Asing
berikut adalah tahapan-tahapan six sigma Adanya benda asing yang masuk
yang akan dilakukan dalam penelitian di tercetak bersamaan dengan bahan
bawah ini: Koper. Produk terkontaminasi
Define dengan benda asing yang bukan
Tahap Define merupakan tahap bagian dari material yang
awal dalam proses pengendalian kualitas digunakan dalam produksi Koper.
dengan metode six sigma. Pada tahap ini Hal ini dapat diakibatkan dalam
diidentifikasi suatu masalah yang terjadi proses pengepresan di mesin pres,
yaitu mengeidentifikasi produk yang cacat dimana sisa dari benang dari
yang akan diperbaiki. bahan yang dipotong telah rontok,
a. Identifikasi Produk sehingga sisa benang tersebut
Identifikasi produk yang menjadi masuk kedalam susunan bahan
amatan PT SRG adalah produk Koper yang akan dipres. Jumlah produk
yang memilik jumlah cacat yang cacat karna benda asing selama
cukup besar pada periode Januari bulan Januari 120 pcs, Februari
2018 s.d Maret 2018. Berdasarkan sebanyak 120 pcs dan bulan Maret
data Tabel 4.2 di atas bahwa jumlah 110 pcs.
defect yang dihasilkan cukup besar

Gambar 6 Jenis Defect Bahan Koper Benda Asing

Bahan Koper Sticking karena mesin pencetakan yang


Bahan Koper tidak tercetak secara sudah tidak presisi. Jumlah produk
sempurna pada bagian nama cacat karna logo koper sticking
produk/merek dagang dari Koper selama bulan Januari 150 pcs,
tersebut. Hal ini dapat disebabkan

68
Februari sebanyak 126 pcs dan bulan Maret 125 pcs.

Gambar 7. Jenis Defect Logo Koper Sticking

Bahan Cetakan Koper Miring yang nantinya tidak bisa dijait.


Bahan cetakan koper tidak rata. Jumlah produk cacat karna
Hal ini disebabkan material yang di cetakan miring selama bulan
letakkan tidak tepat pada Januari 115 pcs, Februari
posisinya. Saat proses pencetakan sebanyak 105 pcs dan bulan Maret
logo, peletakan meterial tidak 111 pcs.
seimbang antara kiri dan kanan

Gambar 8 Jenis Defect Bahan Cetakan Miring


Bahan Koper Bergelembung
Bentuk hasil cetakan bahan koper kemudian faktor lainnya yaitu
yang dihasilkam yaitu rusak atau penyetingan mesin pengepresan
tidak rata pada semua bagian yang tidak tepat. Jumlah produk
permukaan bahan, sehingga cacat karna bergelembung selama
bahan terlihat bergelembung. Hal bulan Januari 140 pcs, Februari
ini dapat disebabkan bahan yang sebanyak 117 pcs dan bulan Maret
yang di pres tidak maksimal 119 pcs.
sehingga bahan terlihat menonjol,

Gambar 9 Jenis Defect Bahan Koper Bergelembung


Measure Define sebelumnya) pada tahap ini
Pada penelitian ini dilakukan aktivitas yang dilakukan adalah
pengukuran dengan asumsi tingakat menentukan karakteristik kunci yang
ketelitian 99% ~ 0.01 dengan nilai ∂= 3. penting bagi kualitas. Hal-hal yang harus
Tahap Measure (pengukuran dilakukan pada tahap measure antara lain
merupakan tindak lanjut dari tahapan menghitung UCL dan LCL pembuatan

69
control chart atau peta kendali, Peta kendali yang digunakan adalah p-
menghitung DPMO (Defect Per Million chart karena data bersifat atribut.
Opportunities) dan level sigma. Data atribut umumnya diukur dengan
a. Menghitung UCL dan LCL dan cara dihitung menggunakan daftar
Pebuatan Peta Kendali P pencacahan atau tally untuk keperluan
Peta kendali atau control chart berguna pencatatan dan analisis. P dalam p-chart
untuk melihat apakah ada proses yang berarti “proportion”, yaitu proporsi unit-unit
menghasilkan variasi terhadap proses yang tidak sesuai (nonconforming units)
produksi, dimana yang dihasilkan apakah dalam sebuah sampel. Porporsi sampel
melewati batas kendali dari peta kendali, tidak sesuai didefinisikan sebagai rasio
apabila ada proses yang melewati peta dari jumlah unit-unit yang tidak sesuai (D),
kendali tersebut maka proses tersebut dengan ukuran sampel (n).
dinyatakan memiliki variasi. Selain dari Berikut dibawah ini cara menghitung
pada itu peta control berguna untuk dapat UCL dan LCL beserta kendalinya untuk
menampilkan dan mengawasi produk selanjutnya membuat peta kendali p :
yang cacat pada proses produksi Koper.

1) Perhitungan rata-rata p
∑ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑐𝑎𝑐𝑎𝑡
𝑝̅ = ∑
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
1440
= 45.254
= 0,031

2) Batas Kendali atas (Upper Control Limit)


0.031 (1−0.031)
= 0.032 + 3 √
45
= 0.079

3) Garis Tengah (Center Limit)


CL = 𝑝̅
CL = 0.032
4) Batas Kendali Bawah (Lower Control Limit)
0.032 (1−0.032)
= 0.032 − 3 √ 45.254
= -0.0024 = 0
LCL < 0 maka LCL = 0

Grafik peta kendali yang dapat


dilihat pada gambar grafik peta kendali p
untuk produk defect dibawah ini.

0.1000
0.0800
0.0600
0.0400
0.0200
0.0000
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45
Proposi Cacat (Di/ni) ucl cl lcl

Gambar 10 Peta P produk cacat periode Januari - Maret 2018

70
Berdasarkan Gambar 10 peta kendali Januari 2018 s.d Maret 2018
diatas terlihat tidak ada produk cacat yang sebanyak 45.254 ribu koper.
melewati batas kendali atas, maupun 2) Opportunities (OP) adalah suatu
batas kendali bawah. Gambar diatas karakteristik cacat yang kritis
menunjukan dalam setiap proses tidak terhadap kualitas produk (Critical
ada variasi, dengan demikian dapat To Quality) yaitu sebanyak 4
dilanjutkan pada pengolahan data karakteristik kecacatan yang
beriktunya. dihasilkan pada proses produksi
a. Menghitung DPU, DPMO dan Level yaitu adanya benda asing, sticking,
Sigma bahan cetakan miring, dan
Perhitungan DPU, DPMO dan level bergelembung.
sigma bertujuan untuk mengetahui 3) Defect (D) merupakan cacat yang
cacat per unit, peluang terjadinya cacat terjadi selama proses produksi
jika terdapat satu juta kesempatan dan Koper periode Januari 2018 s.d
level sigma proses produksi Koper. Maret 2018 yakni sebanyak 1440
Berikut ini merupakan deskripsi ribu bahan koper cacat.
langkah-langkah yang dilalui untuk 4) Defect Per Unit (DPU) merupakan
mendapatkan nilai DPU, DPMO dan cacat per unit yang diperoleh dari
level sigma : hasil pembagian antara total defect
1) Unit (U) merupakan jumlah hasil dengan jumlah unit yang
produksi Koper pada periode dihasilkan, yakni :
𝐷𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡
𝐷𝑃𝑈 =
𝑈𝑛𝑖𝑡
1.440
= 45.254
=0.032
Sesuai perhitungan diatas, dapat 5) Total Opportunities (TOP)
disimpulkan setiap produksi satu merupakan total terjadinya cacat di
batch bahan koper terdapat dalam unit, didapat melalui hasil
kemungkinan cacat sebesar perkalian antara jumlah unit
0,32%. dengan opportunities.
TOP = U x OP
= 45.254 x 4 CTQ
= 181.016 pcs
Dari hasil perhitungan diatas dapat cacat yang diperoleh dari hasil
diartikan dalam proses produksi pembagian antara total defect
koper terdapat kemungkinan dengan Total Opportunities (TOP).
terjadinya defect sebesar 181.016 Sehingga nilai DPO diperoleh
pcs. sebesar :
6) Defect Per Opportunities (DPO)
merupakan peluang untuk memiliki
𝐷
𝐷𝑃𝑂 = 𝑇𝑂𝑃
1.440
=
118.016
= 0.0079
7) Defect Per Million Opportunities dikalikan dengan 1.000.000 atau
(DPMO) menyatakan berapa dengan kata lain mencari peluang
banyak defect yang terjadi jika kegagalan dalam satu juta
terdapat satu juta peluang, kesempatan. didapat hasil DPMO
diperoleh dari hasil perkalian sebesar :
antara defect per opportunities
DPMO = DPO x 1.000.000
= 0.0079 x 1.000.000
= 7.900 DPMO

71
8) Perhitungan Level Sigma, setelah Analyze
diketahui DPMO perusahaan Tahap Analyze merupakan tahap
selanjutnya adalah menghitung untuk mencari penyebab terjadinya Defect
Level Sigma perusahaan saat ini . (cacat), dimana pada tahap ini akan dicari
Level Sigma didapat dengan faktor-faktor apa saja yang menjadi
mengkonversikan nilai DPMO penyebab terjadinya cacat pada bahan
perusahaan ke dalam table Koper. Setelah diketahui karakteristik
Hubungan Sigma dengan DPMO cacat yang kritis terhadap kualitas produk
yang ada pada Lampiran 1 Tabel (Critical To Quality) dalam proses
Konversi Nilai DPMO ke Nilai produksi Koper tersebut maka selajuntnya
Sigma, dimana telah diketahui dibuat diagram pareto. Pada Gambar
bahwa DPMO perusahaan saat ini terlihat diagram pareto yang berguna
adalah 7.900 DPMO. Pada untuk mencari permasalahan apa yang
perhitungan Sigma, nilai 7.900 paling dominan dalam proses produksi
DPMO berada pada Level Sigma Koper untuk menjadi fokus utama dalam
3.91. Maka Level Sigma proses perbaikan.
perusahaan sebesar 3.91.
Tabel 5 Tabel Jumlah Produksi Cacat pada periode Januari - Maret 2018
Jenis
Januari Februari Maret Total Defect (Koper)
Kecacatan
Benda Asing 120 102 110 332
Sticking 150 126 125 401
Cetakan
115 105 111 331
Miring
Bergelembung 140 117 119 376
Total 525 450 465 1440

Data di atas adalah jumlah prduksi mengurutkan data jenis dan jumlah
cacat berdasarkan jenis kecacatan yang produksi cacat yang jumlah frekuensinya
ditimbulkan selama tiga bulan seperti terbesar hingga yang terkecil dalam
pada tabel di atas, setelah diketahui persentase, serta membuat persentase
jumlah produksi cacat berdasarkan pada kumulatif.
jenis cacat, maka langkah kedua adalah
Tabel 6 Tabel Perhitungan Persentase Kumulatif Total Produksi Cacat
Total Produk
Jenis Kecacatan Kumulatif % Kumulatif
Cacat
Sticking 401 401 28%
Bergelembung 376 777 54%
Benda Asing 332 1109 77%
Cetakan Miring 331 1440 100%
Total 1440

Dari Hasil pengolahan data kemudian dibuat Diagram Pareto sebagai berikut :
2000

1500

1000 total produk cacat


kumulatif
500

0
Sticking Bergelembung Benda Asing Cetakan Miring
Gambar 11 Diagram Pareto Jenis Defect
Berdasarkan hasil Diagram Pareto dominan yaitu jenis cacat Logo Sticking
diatas telah diketahui jenis cacat yang sebanyak 28% untuk itu jenis cacat ini

72
yang menjadi prioritas utama di dalam sebab suatu masalah atau defect yang
melakukan pengendalian kualitas. Setelah telah dijadikan prioritas merupakan suatu
prioritas sudah ditentukan, langkah hasil dari brainstorming pada pihak-pihak
selanjutnya adalah membuat diagram yang terkait dalam proses pencetakan
sebab akibat yang dapat digunakan untuk koper.
mengetahui informasi mengenai sebab-
Mesin Manusia

kerusakan mesin Kurang teliti Kurang pengetahuan


Kurang Pengecekan kurang pelatihan
cetakan logo rusak Lelah karyawan baru
Control Mesin error Jenuh
kurang perawatan Kurang konsen

Logo Koper
Sticking
Pengecekan bahan Cahaya kurang Pembaharuan SOP
tidak teliti
Area kerja licin
kwalitas bahan Area kerja kotor Lemahnya pengawasan
buruk Hydrolik bocor

Material Lingkungan Metode Kerja

Gambar 12 Diagram Sebab-Akibat Logo Koper Sticking

Berdasarkan gambar diagram memberikan pelatihan secara


sebab-akibat di atas, dapat dilihat merata kepada setiap operator
beberapa faktor penyebab yang dapat yang ikut kedalam proses
menyebabkan terjadinya kecacatan pada produksi, serta operator yang
bahan sticking yaitu sebagai berikut: terburu-buru dalam melakukan set
a. Manusia up pada mesin.
Manusia sebagai tenaga kerja atau b. Mesin
operator yang menjalankan proses Mesin memiliki peranan penting
produksi sangat berpengaruh dalam berjalannya proses produksi
terhadap produk yang dihasilkannya, Koper Kain, banyaknya kecacatan
apabila tenaga kerja tersebut lalai, pada tablet hasil cetak menggunakan
tidak teliti, kurang pengetahuan, mesin Yuken diakibatkan proses
kurang pelatihan dan kurang penyettingan awal mesin yang
pengalaman, hal tersebut dapat dilakukan tidak tepat, kemudian faktor
mengakibatkan kualitas pada produk perawatan mesin dan penggantian
yang dihasilkan tidak sesuai dengan spare part mesin yang tidak berjalan
spesifikasi perusahaan. Faktor rutin yang mempengaruhi reliability
manusia yang menyebabkan defect (kehandalan mesin) sehingga produk
dalam proses produksi Koper Kain, yang dihasilkan cacat.
yaitu : c. Metode
1) Kontrol proses yang rendah, yakni Metode yang digunakan atau yang
kurangnya awareness dan diterapkan dalam menjalankan proses
ketelitian operator terhadap kontrol produksi sangat mempengaruhi
hasil press bahan koper. kualitas hasil produksi, operator yang
2) Operator salah dalam penyetingan tidak menjalankan tahapan-tahapan
set up awal mesin pres Yuken, proses sesuai SOP yang berlaku
dikarenakan kurangnya berdampak pada timbulnya kecacatan
kompetensi dasar operator tentang pada produk akhir dan metode atau
cara pengaturan mesin pres SOP yang perlu dilakukan validasi
Yuken, perusahaan harus

73
kembali untuk memastikan bahwa Apabila hasil pres yang dihasilkan
metode yang digunakan telah tepat. tidak baik maka bahan koper hasil
d. Material cetak pun akan cacat.
Material merupakan bahan paling Improve
utama yang digunakan dalam proses Tahap Improve adalah suatu fase
produksi, material yang bervariasi dari yang ditunjukan untuk meningkatkan
jenis dan tekstur material serta elemen-elemen sistem pencapaian
kualitas material yang tidak baik sasaran kerja. Langkah yang dapat
dapat mengakibat kecacatan. diambil adalah dengan melakukan
e. Lingkungan pengembangan rencana tindakan
Lingkungan sangat mempengaruhi perbaikan atau peningkatan kualitas
kegiatan proses produksi Koper Kain. dengan menggunakan 5W+1H, pada
Area kerja kotor serta cahaya kurang penelitian ini yang perlu dilakukan fase
dapat mempengaruhi kualitas dari improve dengan metode 5W+1H rencana
bahan koper yang di pres, yang mana tindakan pada faktor Manusia, Mesin,
hasil pres tersebut merupakan Metode, Material dan Lingkungan. Di
material yang akan diproses bawah ini berikut tabel proses perbaikan
selanjutnya untuk dicetak logo. dengan metode 5W+1H.

Tabel 8 Perbaikan dengan Metode 5W+1H pada Faktor Manusia


Jenis 5W+1H Deskripsi / Tindakan
Tujuan 1. Meningkatkan kesadaran karyawan akan pentingnya kualitas produk
What (apa)
utama 2. Meningkatkan kemampuan / skill karyawan
Alasan Agar karyawan dapat bertanggung jawab dan mengetahui pentingnya
Why (mengapa)
Kegunaan proses produksi
Lokasi Where (dimana) Di ruang proses produksi
Urutan When (kapan) Pada saat proses produksi berlangsung
Orang Who (siapa) Operator pembuatan proses pres bahan sampai bahan pres siap cetak logo
How
Metode Memberikan pelatihan guna mengasah keterampilan kerja.
(bagaimana)

Perbaikan menggunakan metode berkualitas, lokasi (where) diruang proses


5W+1H pada faktor manusia dengan produksi, dengan urutan (when) setelah
tujuan utama (what) meningkatkan dilakukannya perbaikan pada faktor
kesadaran karyawan akan pentingnya manusianya, orang (who) tanggung jawab
kualitas produk yang dihasilkan pada saat diserahkan kepada bagian operator
melakukan proses produksi, pengepresan bahan dan operator mesin,
meningkatkan kemampuan atau skill dan metode (how) memberikan
karyawan pada saat proses produksi, keterampilan kerja pada karyawan agar
dengan kegunaan (why) agar karyawan menghasilkan produk Koper yang sesuai
mengetahui pentingnya proses produksi dengan standar perusahaan.
untuk menghasilkan produk yang
Tabel 9 Perbaikan dengan Metode 5W+1H pada Faktor Mesin
Jenis 5W+1H Deskripsi / Tindakan
Tujuan
What (apa) Meningkatkan maintenance atau perawatan secara berkala
utama
Alasan Agar ada jadwal perawatan mesin yang rutin dan teratur sehingga dapat
Why (mengapa)
Kegunaan meminimalisir adanya gangguan pada mesin
Lokasi Where (dimana) Di ruang proses produksi / Forming
Urutan When (kapan) Setelah improve pada faktor manusia terlaksana
Orang Who (siapa) Tanggung jawab diserahkan pada bagian produksi dan teknisi mesin
Penjelasan tentang perawatan mesin dan membuat jadwal perawatan
Metode How (bagaimana)
mesin

74
Perbaikan menggunakan metode produksi, lokasi (where) di ruang proses
5W+1H pada faktor mesin dengan tujuan produksi pada ruangan mesin pres bahan
utama (what) meningkatkan maintenance koper, urutan (when) setelah perbaikan
atau perawatan mesin secara teratur dan pada faktor manusia terlaksana, orang
berkala agar tidak memperngaruhi produk (who) tanggung jawab diserahkan pada
yang dihasilkan, alasan kegunaan (why) bagian produksi dan teknisi mesin,
agar ada jadwal perawatan mesin yang metode (how) penjelasan tentang
teratur sehingga dapat meminimalisir perawatan mesin dan membuat jadwal
adanya gangguan mesin pada proses rutin untuk perawatan mesin.

Tabel 10 Perbaikan dengan metode 5W+1H pada faktor Material


Jenis 5W+1H Deskripsi / Tindakan
Menentukan bahan baku yang di pres memenuhi standar kualitas yang telah
Tujuan
What (apa) ditentukan yaitu dengan bahan P 600 D, eva foam, bahan plastic Poly
utama
Ethylene
Alasan Why Agar bahan baku koper kain sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan
Kegunaan (mengapa) oleh perusahaan
Where Di ruang penyimpanan bahan baku
Lokasi
(dimana)
Urutan When (kapan) Pada saat bahan baku dikirim oleh supplier
Tanggung jawab diserahkan pada bagian produksi, penerimaan barang dan
Orang Who (siapa)
manager produksi
How Mengadakan penjelasan tentang pentingnya pemeriksaan bahan baku koper
Metode
(bagaimana) kain, dan diambil sample untuk diperiksa oleh departemen Quality Control.

Perbaikan menggunakn metode departemen Quality Control, urutan


5W+1H pada faktor Material dengan (when) pada saat bahan baku dikirim oleh
tujuan utama (what) menentukan bahan supplier, orang (who) tanggung jawab
koper kain yang sesuai dengan standar diserahkan pada bagian produksi dan
perusahaan, alasan kegunaan (why) agar departemen Quality Control, metode
bahan baku koper kain sesuai dengan (how) mengadakan penjelasan akan
kualitas yang telah ditetapkan oleh pentingnya pemeriksaan bahan baku
perusahaan, lokasi (where) diruang koper yang sesuai standar perusahaan.
penyimpanan material dan pada
Tabel 11 Perbaikan dengan metode 5W+1H pada faktor Metode
Jenis 5W+1H Deskripsi / Tindakan
Tujuan Memperbaharui prosedur kerja untuk proses produksi Koper Kain
What (apa)
utama
Alasan Agar pada proses produksi dapat menghasilkan produk Koper yang
Why (mengapa)
Kegunaan berkualitas
Lokasi Where (dimana) Dilaksanakan di PT SRG tepatnya dibagian proses produksi Koper Kain
Pelaksanaan dilakukan setelah hasil validasi proses terlaksana dengan hasil
Urutan When (kapan)
yang baik
Tanggung jawab diserahkan kepada Manager Produksi untuk melakukan trial
Orang Who (siapa) untuk melakukan validasi kembali pada metode yang sudah ada dengan
sepengetahuan bagian produksi
How Melakukan trial pada proses yang baru, kemudian apabila trial berhasil
Metode
(bagaimana) dilakukan proses Validasi terhadap proses tersebut

Perbaikan menggunakan metode urutan (when) Pelaksanaan dilakukan


5W+1H pada faktor metode dengan tujuan setelah hasil validasi proses terlaksana
utama (what) memperbaharui prosedur dengan hasil yang baik, orang (who)
kerja untuk proses produksi Koper, alasan tanggung jawab diserahkan pada
kegunaan (why) Agar pada proses Tanggung jawab diserahkan kepada
produksi dapat menghasilkan produk Manager Produksi untuk melakukan trial
Koper yang berkualitas, lokasi (where) ntuk melakukan validasi kembali pada
dilaksanakan di PT SRG tepatnya di metode yang sudah ada dengan
bagian proses produksi Koper Kain, pengetahuan bagian produksi, metode

75
(how) melakukan trial pada proses yang dilakukan selanjutnya proses tersebut
baru, kemudian apabila trial berhasil divalidasi.
Tabel 12 Perbaikan dengan metode 5W+1H pada faktor Lingkungan
Jenis 5W+1H Deskripsi / Tindakan
Tujuan Membersikan ruangan produksi dan penerangan ruangan proses produksi
What (apa)
utama dengan terang
Alasan Why Agar pres bahan yang dihasilkan baik, dan logo koper hasil cetak memenuhi
Kegunaan (mengapa) spesifikasi
Where Dilaksanakan di PT SRG, tepatnya dibagian proses pres dan pencetakan logo
Lokasi
(dimana) koper
Pelaksanaan dapat digabung atau bersamaan dengan perbaikan pada faktor
Urutan When (kapan)
manusia
Tanggung jawab diserahkan pada bagian Staff Produksi, dan dikontrol oleh
Orang Who (siapa)
Manager Produksi
How Membersikan ruangan produksi dengan rutin dan penerangan ruangan proses
Metode
(bagaimana) produksi selalu diperhatikan

Perbaikan menggunakan metode sebanyak 401 koper, dari keseluruhan


5W+1H pada faktor lingkungan dengan total produk defect sebesar 1.440
tujuan utama (what) Membersikan koper selama periode Januari 2018 s.d
ruangan produksi dan penerangan Maret 2018.
ruangan proses produksi dengan tepat, b. Faktor-faktor yang menyebabkan
alasan kegunaan (why) Agar pres yang defect pada proses produksi koper
dihasilkan baik, dan logo koper hasil cetak berdasarkan analisis menggunakan
memenuhi spesifikasi, lokasi (where) fishbone, terdapat 5 (lima) faktor
Dilaksanakan di PT. SRG, tepatnya penyebab yaitu:
dibagian proses pengepresan dan 1) Manusia : Lalai, tidak teliti, kurang
pencetakan logo koper, urutan (when) pengetahuan, kurang pelatihan dan
pelaksanaan dapat digabung atau kurang pengalaman
bersamaan dengan perbaikan pada faktor 2) Mesin : Kesalahan setting,
manusia, orang (who) Tanggung jawab Parawatan mesin yang tidak
diserahkan pada bagian Staff Produksi, berjalan baik
dan dikontrol oleh Manager Produksi, 3) Material : Kualitas material yang
metode (how) Membersihkan ruangan digunakan rendah.
produksi dengan rutin dan penerangan 4) Metode : Tidak berjalan sesuai SOP.
ruangan proses produksi selalu 5) Lingkungan : Ruangan kerja kotor,
diperhatikan. Penerangan ruangan kerja kurang.

KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian
dan pengolahan data yang telah dilakukan
pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a. Berdasarkan analisis diagram pareto
terdapat 4 (empat) jenis defect pada
proses produksi Koper Kain di periode
Januari sampai dengan Maret 2018
yaitu adanya benda asing pada Koper
sebanyak 332 pcs, bergemlembung
sebanyak 376 pcs, logo sticking
sebanyak 401 pcs dan cetakan miring
sebanyak 331 pcs, cetakan miring
pada koper. Dari keempat jenis defect
tersebut, terdapat satu jenis defect
yang paling dominan yaitu jenis defect
logo sticking dengan jumlah defect

76
DAFTAR PUSTAKA
Aized, Tauseef. Total Quality
Management and Six Sigma, Croatia:
InTech Prepress, 2012.
Brue, Greg. Six Sigma for Managers,
McGraw-Hill Companies, Inc., 2005.
Cavanagh Roland R, Prabantini Dwi, “The
Sig Sigma Way-How GE, Motorolola,
and Other Top Companies are
Honing Their Performance.”
Yogyakarta.
Jang, Seiie, dan Woontack Woo. “5W1H:
Unified User-Centric Context.”
Gwangju, Korea, 2005.
Pyzdek, Thomas, and Paul Keller. The
Six Sigma Handbook Third Edition.
McGrawHill, 2010.
Saludin Muis, M. Kom. “Metodologi Six
Sigma: Teori dan Aplikasi di
Lingkungan Pabrikasi.” Graha
Ilmu 2014.
Sucahyo Febrianto. 2004, Identifikasi
Kualitas Keramik Di Sentra Industri
Kecil Dinoyo dan Betek Dengan
Metode Pengendalian Kualitas,
Universitas Muhammadiyah Malang:
Malang..
Syafaruddin, 2002, Manajemen Mutu
Terpadu dalam Pendidikan: Konsep,
Strategi, dan Aplikasi, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wahyu Ariani, Dorothea, 2004,
Pengendalian Kualitas Statistik. PT.
Andi, Jakarta,.
Hana,Wahyuni Catur dan Sulistiyowati,
2015 “Pengendalian Kualitas;
Aplikasi pada Industri Jasa dan
Manufaktur dengan Lean, Six Sigma
dan Servqual.” Graha Ilmu.

77

Anda mungkin juga menyukai