TESIS
Oleh:
ARSELIANA HELSANEWA
1303195057
1
STUDI DESKRIFTIF PELAKSANAAN SASARAN KESELAMATAN
PASIEN SESUAI INSTRUKSI KARS VERSI 2012 DI IGD RUMAH
SAKIT TNI AD TK IV 02.07.04 BANDAR LAMPUNG
TESIS
Oleh:
ARSELIANA HELSANEWA
1303195057
2
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
Pembimbing I Pembimbing II
1. Tesis saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar magister, baik di Institut Kesehatan Helvetia maupun di perguruan
tinggi lain.
2. Tesis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukkan tim
penelaah/tim penguji
3. Dalam Tesis tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara sendiri dengan jelas dicantumkan
sebagai acuhan dalam naskah dengan sebutan nama pengarang dan
dicantumkan dalam bentuk pustaka
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
norma yang belaku dipergur uan tinggi ini.
Arseliana Helsanewa
1303195057
ABSTRACT
ARSELIANA HELSANEWA
1303195057
This hospital is one of the hospitals committed to patient safety and has
SPO (Standard Operating Procedure). Emergency Installation (IGD) at RS TNI
AD Tk. IV Bandar Lampung has various types of professional and non-
professional personnel who are ready to provide patient care 24 hours
continuously. Emergency care services beroriantasi to patient safety associated
with the services provided must meet the quality of good service. This study aims
to descriptive the extent to which the implementation of target patient safety
standards in accordance with KARS Instruction 2012 version in Emergency
Installation RS TNI AD Tk. IV 02.07.04 Bandar Lampung in 2017.
This study uses a qualitative method. The number of informants in this
research are 7 implementing health personnel such as Doctor (3), Nursing Staff
(3) and Pharmacist Officer (1) at Emergency Installation RS TNI AD Tk IV
Bandar Lampung.
The results of the study indicate that the implementation of patient
identification, effective communication execution, safety enhancement
implementation that need to be watched, precise location-correct, precise-
procedure, exact-operation operation, and implementation of risk reduction
related to health services are in accordance with KARS instrument 2012 , while
the implementation of the risk of falling patients is not in accordance with KARS
instrument 2012 version.
Implementation Standards standard I, II, III, IV, and V target standards of
patient safety in accordance with KARS Installation 2012 version at Emergency
Installation RS TNI AD Tk. IV 02.07.04 Bandar Lampung in 2017, while the
target VI is not in accordance with KARS Instruction 2012. 2012. It is suggested
to pay attention to the availability of facilities and infrastructure in the
Emergency Installation to support the implementation of the patient's safety goals.
i
ABSTRAK
STUDI DESKRIFTIF PELAKSANAAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN
SESUAI INSTRUKSI KARS VERSI 2012 DI IGD RUMAH SAKIT TNI AD TK IV
02.07.04
BANDAR LAMPUNG
ARSELIANA HELSANEWA
1303195057
ii
KATA PENGANTAR
iii
10. Seluruh dosen dan tenaga kependidikan Intitusi Kesehatan Helvetia Medan
yang telah memberikan bimbingan selama saya menempuh pendidikan di
institusi ini.
11. Orang tua tercinta atas pengorbananya dan kasih sayang nya yang selalu
mendoakan dan memberikan motivasi dari kecil hingga peneliti menempuh
pendidikan program S2 ini.
Hanya Tuhan YME yang senantiasa dapat memberikan balasan atas
kebaikan yang telah diperbuat. Peneliti menyadari bahwa dalam tesis ini masih
terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan tesis ini.
Penulis
Arseliana Helsanewa
1303195057
iv
RIWAYAT HIDUP PENULIS
v
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan jasa yang memiliki peran penting
kompleks yang terdapat berbagai macam obat, tes dan prosedur, banyak alat
dengan teknologinya, berbagai jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap
pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan peluang
Keselamatan menjadi isu global dan terangkum dalam lima isu penting
yang terkait di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety), keselamatan
sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan
kelangsungan hidup rumah sakit. Lima aspek keselamatan tersebut penting untuk
dilaksanakan, namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan
dilaksanakan terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit. Menurut WHO
1
2
rumah sakit di berbagai Negara yaitu Amerika, Inggris, Denmark dan Australia
dan ditemukan KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) dengan rentang 3,2% – 16,6%.
pelayanan kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan
atau pasien.1
Saat ini isu penting dan global dalam pelayanan kesehatan adalah
keselamatan pasien (patient safety). Isu ini praktis mulai dibicarakan kembali pada
tahun 2000an, sejak laporan dari Institute of Medicine (IOM) yang menerbitkan
laporan To Err Is Human, Building A Safer Health System dan memuat data
mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah dan Colorado serta New York.
Di Utah dan Colorado ditemukan KTD (adverse event) sebesar 2,9%, dimana
6,6% di antaranya meninggal. Di New York KTD adalah sebesar 3,7% dengan
angka kematian 13,6%. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di
seluruh Amerika yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000 – 98.000 per
tahun.3
3
keselamatan dalam pelayanan kepada pasien. Publikasi WHO pada tahun 2004,
Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2 – 16,6 %.
DKI Jakarta menempati urutan tertinggi yaitu 37,9% di antara delapan provinsi
lainnya, yaitu Jawa Tengah 15,9 %, D.I. Yogyakarta 18,8%, Jawa Timur 11,7%,
Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, Aceh 10,7% dan Sulawesi
serius. Dari penelitiannya terhadap pasien rawat inap di 15 rumah sakit dengan
4500 rekam medik menunjukkan angka KTD yang sangat bervariasi, yaitu 8,0%
hingga 98,2% untuk diagnostic error dan 4,1% hingga 91,6% untuk medication
error.
kepada dokter dan rumah sakit. Hal ini hanya dapat ditangkal apabila rumah sakit
Rumah Sakit ini kemudian dicanangkan oleh Menteri Kesehatan pada Seminar
menyusun Sasaran Keselamatan Pasien yang diadopsi dari JCI (Joint Commision
International) 2011, yang menjadi salah satu standar akreditasi rumah sakit versi
2012. Standar akreditasi rumah sakit disusun sebagai upaya untuk meningkatkan
Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit yang mewajibkan rumah sakit
manusia rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi. Sejak tahun 2012,
akreditasi rumah sakit mulai beralih dan berorientasi pada paradigma baru dimana
yang dikenal dengan akreditasi rumah sakit versi 2012 ini. Dalam standar
akreditasi rumah sakit versi 2012, mencakup standar pelayanan berfokus pada
“C” non pendidikan yang berada di Kota Bandar Lampung yang juga dikenal
5
dengan nama Rumah Sakit Dukungan Kesehatan Tentara (RS DKT). Rumah Sakit
pelayanan kesehatan yang paripurna dan terpadu bagi Personel TNI AD, PNS dan
terdiri dari pelayanan rawat jalan (Poliklinik umum dan Poliklinik Spesialis),
intensif.5
pedoman sasaran akreditasi rumah sakit versi 2012. Dalam hal ini penulis ingin
dipilih penulis untuk diteliti, selain merupakan salah satu standar dalam akreditasi
memberikan dampak yang merugikan bagi pihak rumah sakit, staf, dan pada
Secara umum rumah sakit begitu luas dan kompleks, untuk itulah penulis
dengan pelayanan yang diberikan harus memenuhi mutu pelayanan yang baik.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang merupakan suatu unit di dalam rumah sakit
yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera
sakit yang menerima pasien, Instalasi Gawat Darurat (IGD) juga bisa menjadi
cerminan dari pelayanan rumah sakit pada umumnya yang menerima pasien
dengan sifat yang membutuhkan pertolongan cepat dan tepat, tidak jarang sering
tetap fokus pada keselamatan pasien, agar kualitas pelayanan rumah sakit tetap
terjaga.6
datang dengan gawat darurat medis. Pelayanan pasien gawat darurat adalah
pelayanan yang memerlukan pelayanan segera, yaitu cepat, tepat dan cermat
rumah sakit yang berkomitmen pada keselamatan pasien dan telah memiliki SPO
November tahun 2013. Tercatat kejadian pasien jatuh, 2 pasien terjadi di IGD
7
pada bulan Maret–April 2013, dan setelah dilakukan penerapan patient safety
pada tahun 2014 sampai bulan September terdapat 1 pasien jatuh.7 Berdasarkan
keselamatan pasien sesuai dengan Instruksi Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 di
2017.
Instruksi Akreditasi Rumah Sakit maka rumusan masalah dalam penelitian ini
Instruksi Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 di Instalasi Gawat Darurat RS TNI
dengan Instruksi Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 di Instalasi Gawat Darurat
1. Teoritis
keselamatan pasien.
keselamatan pasien.
rumah sakit.
2. Praktis
risiko pasien jatuh sesuai dengan Instruksi KARS versi 2012 di IGD
jatuh.
KAJIAN PUSTAKA
keselamatan pasien oleh perawat di unit rawat inap rumah sakit “X” Jakarta
dengan faktor individu atau karektirisktik SDM yang bekerja. Penelitian Beginta9
check, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi di RSU GMIM,
tepat-pasien sudah sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit versi 2012.
Sedangkan pelaksanaan pengurangan risiko infeksi dan risiko pasien jatuh belum
sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit versi 2012. Penelitian Dwiyanto11 di
10
11
implementasi sasaran keselamatan pasien sebesat 74,2% sudah baik namun belum
pasien oleh mahasiswa profesi ners berada dalam kategori sedang. Hasil penelitian
ini memiliki implikasi bahwa setiap rumah sakit pendidikan wajib menyakinkan
mahasiswa yang akan menjalankan praktik klinik untuk paham tentang sasaran
karena banyak masalah terkait anggaran, SDM, dan budaya keselamatan pasien.
Selain itu penerapan 7 langkah keselamatan pasien juga belum berjalan sesuai
RSUD Kota Bekasi sudah memiliki SPO keselamatan pasien sejak tahun 2014
namun pada penerapannya masih banyak perawat yang belum mematuhi dan
terkait dengan masalah SDM serta sarana dan prasarana. Penelitian Danasuari15 di
atau perawat telah melaksanakan dengan baik program manajemen pasien jatuh.
sebagai freedom from accidental injury. Senada dengan itu, Keselamatan Pasien
(patient safety) merupakan pencegahan dan perbaikan dari kejadian yang tidak
12
pasien rumah sakit adalah sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pelayanan
kesehatan pasien lebih aman dan diharapakan dapat mencegah terjadinya cidera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden dan tindak lanjutnya serta
di rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
tindakan yang seharusnya diambil.16 Sir Liam Donaldson sebagai ketua WHO
juga bahwa “Safe care is not an option, Its is the right of every patient who
entrusts their care to our heatlh care system” yaitu pelayanan kesehatan yang
aman bagi pasien bukan sebuah pilihan melainkan merupakan sebuah hak pasien
untuk percaya pada pelayanan yang diberikan oleh suatu sistem pelayanan
kesehatan.17
13
kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-
keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.19 Bentuk dan jenis dari pelayanan
efektif).
14
f. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien
Menurut Gerties dalam Rebbeca21 Patient Centre Care terdiri dari 7 upaya
keselamatan pasien :
kebutuhannya
d. Kenyamanan fisik
e. Dukungan emosi
Standar keselamatan pasien rumah sakit yang disusun ini mengacu pada
1. Hak pasien
insiden.
pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang
Sakit”.
mengurangi insiden.
pasien.
(high-alert)
operasi
kesehatan
Perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah
praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien
yaitu:
keluarga.
insiden.
keselamatan pasien.
19
2. Bagi Tim/Unit:
insiden.
b. Pimpin dan dukung staf anda, bangunlah komitmen dan fokus yang kuat
pasien.
pasien.
efektivitasnya.
2. Bagi Tim/Unit:
insiden.
Gunakan informasi yang benar dan jelas hasil yang diperoleh dari
2. Bagi Tim/Unit:
asesmen risiko.
KKPRS
2. Bagi Tim/Unit:
penting.
2. Bagi Tim/Unit:
yang telah terjadi dan minimum satu kali per tahun untuk proses
risiko tinggi.
2. Bagi Tim/Unit:
luas.
Umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden.
2. Bagi Tim/Unit:
dilaporkan.
24
solusi live saving yang telah dibuat oleh WHO untuk digunakan sebagai pedoman
merupakan sebuah sistem atau intervensi yang dapat digunakan untuk mencegah
atau mengurangi cedera pada pasien yang terjadi pada proses pemberian
memperbaiki proses asuhan pasien dan berguna untuk menghindari cidera maupun
a. Memperhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (Look–A like, Sound–A
(medication error) dan hal ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia.
Dengan puluhan ribu obat yang beredar di pasaran saat ini, maka sangat signifikan
potensi terjadinya kesalahan akibat kebingungan terhadap nama merk atau generik
pasien antara unit-unit pelyanan, didalam unit pelayanan serta antar tim
yang tidak tepat dan potensial dapat mengakibatkan cidera terhadap pasien.
adalah tidak ada kurangnya proses prabedah yang distandarisasi, hal yang
terlibat dalam prosedur time out sesaat sebelum memulai prosedur untuk
risiko. Disamping itu cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi
standarisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah serta pencegahan atas campur aduk
Kesalahan medis terjadi paling sering pada saat transisi atau pengalihan.
untuk mencegah salah obat (medication error) pada titik-titik transisi pasien.
akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima pasien juga disebut “Home
dan komunikasikan daftar tersebut kepada petugas layanan yang berikut dimana
dan selang yang salah, memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.
secara pemberian makna (misalnya selang yang benar) dan ketika menyambung
Salah satu keprihatinan global tersebar adalah penyebaran HIV, HBV dan
HCV yang diakibatkan oleh pemakaian ulang (reuse) jarum suntik. Hal yang
terhadap pasien dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui darah
nosokomial
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang diseluruh
yang efektif adalah ukuran preventif yang primer untuk menghindarkan masalah
alkohol, hand rubs dsb, yang disediakan pada titik-titik pelayanan tersedianya
sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebersihan tangan
keselamatan pasien. Istilah insiden keselamatan pasien itu sendiri adalah suatu
bentuk kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, yang terdiri
dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cidera (KNC), Kejadian
Tidak Cidera (KTC) dan Kejadian Potensial Cidera (KPC). Komisi Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KKP– RS) tahun 2008 mengungkapkan bahwa bentuk
dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cidera dapat
b. Kejadian Nyaris Cidera (KNC)/Near Miss adalah suatu insiden yang tidak
d. Sentinel dari suatu KTD yang mengakibatkan cidera atau cacat yang
Semua insiden ini adalah tanggung jawab dari rumah sakit khususnya
karena jika terjadi kelalaian akan mengakibatkan dampak negatif bagi pasien.
Dampak tersebut dapat berupa cidera ringan, cacat fisik, cacat permanen bahkan
semua pihak maka rumah sakit hendaknya memperhatikan dan membuat prosedur
keselamatan pasien tersebut menurut Agency for Healthcare Research and Quality
(AHRQ)23 adalah:
i. Falls (terjatuh)
Pengertian Intalasi Gawat Daurat (IGD) rumah sakit adalah salah satu
bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang
Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit yang tertuang dalam Kepmenkes RI No.
Life Saving tidak ditarik uang muka dan penanganan gawat darurat harus
bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. Pelayanan pasien gawat
darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera, yaitu cepat, tepat
dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Salah satu indikator mutu
Prosedur pelayanan di suatu rumah sakit, pasien yang akan berobat akan
diterima oleh petugas kesehatan setempat baik yang berobat di rawat inap, rawat
suatu prosedur pelayanan rumah sakit. Prosedur ini merupakan kunci awal
pelayanan petugas kesehatan rumah sakit dalam melayani pasien secara baik atau
tidaknya, dilihat dari sikap yang ramah, sopan, tertib, dan penuh tanggung
jawab.19
Latar belakang pentingnya diatur standar IGD karena pasien yang masuk
ke IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat untuk itu
perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan
gawat darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat.
Semua itu dapat dicapai antara lain dengan meningkatkan sarana, prasarana,
sumber daya manusia dan manajemen IGD Rumah Sakit sesuai dengan standar.
Disisi lain, desentralisasi dan otonomi telah memberikan peluang daerah untuk
siap mengambil alih tanggung jawab yang selama ini dilakukan oleh pusat. Untuk
pelayanan gawat darurat yang baik dan terarah agar mutu pelayanan kesehatan
tidak menurun, sebaliknya meningkat dengan pesat. Oleh karenanya Depkes perlu
membuat standar yang baku dalam pelayanan gawat darurat yang dapat menjadi
seminggu.
4. Rumah Sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus
gawat darurat.
5. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 ( lima ) menit setelah
sampai di IGD.
pelaksana).
Kemampuan suatu rumah sakit secara keseluruhan dalam hal mutu dan
IGD untuk mencapai mutu pelayanan saat ini menjadi salah satu komponen
Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Indicators (KPI).19 Dalam SPM rumah sakit untuk unit pelayanan IGD rumah
Jenis
Indikator Standar
Pelayanan
Gawat 1. Kemampuan menangani life saving 100%
Darurat
2. Jam buka pelayanan gawat darurat 24 Jam
6. Kepuasan pelanggan ≥ 70 %
sakit memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan hidup pasien. Wilde
pasien yang datang ke IGD memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan
response time yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai
34
2.3.1. Perawat
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang
berarti merawat atau memelihara. Perawat adalah seseorang yang berperan dalam
pendidikan keperawatan.26
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
komprehensif kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat
oleh pemerintah dan/atau Badan Akreditasi Rumah Sakit taraf Internasional yang
bersifat Independen yang telah memenuhi standar dan kriteria yang ditentukan. 11
adalah proses penilaian organisasi pelayanan kesehatan dalam hal ini rumah sakit
pengukuran dan evaluasi kualitas pelayanan dan manajemen rumah sakit yang
rumah sakit adalah proses penilaian organisasi kesehatan oleh lembaga akreditasi
Pada Permenkes RI No. 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit,
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, setelah dinilai bahwa Rumah Sakit itu
36
peraturan tertulis lainnya, yaitu: UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
pasal 40 ayat 1. “dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib
“Akreditasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
suatu lembaga independen baik dari dalam maupun dari luar negeri berdasarkan
kegiatan akreditasi rumah sakit baik rumah sakit pemerintah maupun swasta.
2009 tentang Rumah Sakit Pasal 29 huruf b menyebutkan bahwa Rumah Sakit
pelayanan rumah sakit, kemudian pada Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa dalam
secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali. Dari Undang-Undang tersebut diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa Akreditasi rumah sakit penting untuk dilakukan
Sebagai salah satu sub sistem dalam pelayanan kesehatan, rumah sakit
menjadi tempat rujukan bagi berbagai unit pelayanan kesehatan dasar. Rumah
sakit merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang jasa dengan ciri-ciri
padat karya, padat modal, padat teknologi, padat masalah dan padat umpatan.
pelayanan kesehatan oleh rumah sakit juga semakin meningkat. Hal ini ditandai
berbagai upaya termasuk melalui jalur hukum. Oleh karena itu upaya untuk
menjaga dan meningkatkan mutu layanan rumah sakit baik untuk memenuhi
dilaksanakan.24
Kesehatan menetapkan JCI sebagai lembaga atau badan yang dapat melakukan
Amerika Serikat. JCI telah bekerja sama dengan 80 menteri kesehatan di seluruh
laboratorium klinik dan sebagainya. Pada tahun 2012 penilaian Akreditasi Rumah
Sakit akan mengacu pada Standar JCI, yang dikelompokkan menjadi empat
bagian, yaitu, (1) kelompok sasaran yang berfokus pada pasien,(2) kelompok
standar manajemen rumah sakit,(3) kelompok keselamatan pasien dan (4) sasaran
MDGs.20
sistem tanggap darurat sebagai bagian dari manajemen K3RS. 22 Mengacu kepada
kedua landasan hukum tersebut, maka konsep kajian tentang keselamatan pasien
yang dilakukan pada penelitian ini mengacu kepada aspek kesehatan dan
keselamatan kerja yang terkait dengan standar akreditasi yang dikeluarkan oleh
Edition (2011) serta dihubungkan dengan mutu pelayanan adalah aspek pelayanan
di IGD rumah sakit, yaitu 6 Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit dengan
mungkin bertukar tempat tidur, kamar, lokasi di dalam rumah sakit; mungkin
mengalami disabilitas sensori; atau akibat situasi lain. Maksud ganda dari sasaran
ini adalah : pertama, untuk dengan cara yang dapat dipercaya (reliable)
pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau memberikan
dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor
(identitas pasien) dengan barcode, atau cara lain. Nomor kamar atau lokasi pasien
tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan atau prosedur juga menjelaskan
penggunaan dua pengidentifikasi atau penanda yang berbeda pada lokasi yang
jalan yang lain, unit gawat darurat, atau kamar operasi. Identifikasi terhadap
40
pasien koma yang tanpa identitas, juga termasuk. Suatu proses kolaboratif
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telepon, bila diperbolehkan
prosedur untuk perintah lisan dan melalui telepon termasuk: menuliskan (atau
hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan
alternatif yang diperbolehkan bila proses pembacaan kembali (read back) tidak
oleh petunjuk dan praktek profesional, seperti di IGD atau kamar operasi, serta
mengkhawatirkan dan biasa terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat
dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah,
tidak ada prosedur untuk memverifikasi lokasi operasi. Di samping itu juga
asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat,
budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah,
saluran kemih-terkait kateter, infeksi aliran darah (blood stream infections) dan
Pokok dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi lain adalah cuci tangan
(hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene yang berlaku secara
intemasional.4
hygiene yang diterima secara umum untuk implementasi pedoman itu di rumah
sakit.4
tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa meliputi
riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap obat dan konsumsi alkohol, penelitian
43
terhadap gaya/cara jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang
untuk mengurangi jatuh. Misalnya penggunaan yang tidak benar dari alat
yang terganggu, atau integrasi kulit yang menurun. Program tersebut harus
METODOLOGI PENELITIAN
dengan terjadinya kasus yang terkait dengan keselamatan pasien (patient safety).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
44
45
Populasi subjek (Informan) dalam penelitian ini adalah unsur yang sedang
benar, dapat dipercaya untuk dapat menjadi sumber data yang baik serta bersedia
dan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian yaitu
informan,31 yaitu:
Lampung.
sebagai informan.
antara lain Kepala Ruangan Gawat Darurat (1), Dokter (2), Tenaga keperawatan
46
langkah berikut : Peneliti bekerja sama dengan kepala ruangan untuk menentukan
alat perekam untuk merekam suara dan dokumentasi gambar setelah disetujui oleh
informan.32
pertanyaan yang diajukan selama proses wawancara adalah Open Ended Question.
berdasarkan studi literatur bahwa informasi yang digali bersifat mendalam sesuai
memberikan informasi.33
penginderaan di mana peneliti terlibat secara terus terang dengan informan, bahwa
peneliti sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak
terus terang atau tersamar dalam obeservasi, untuk menghindari kalau suatu data
dan dibuat sesuai dengan landasan teori yang relevan dengan masalah yang akan
digali dalam penelitian. Panduan wawancara berisi pertanyaan yang dibuat sendiri
oleh peneliti, bersifat mendalam dimulai dengan pertanyaan terbuka dan tidak
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai
pengumpulan data.
tertulis atau lisan oleh Karumkit TNI AD Tk IV 02.07.04 Bandar Lampung dan
Ka. Instalasi Gawat Darurat. Selanjutnya peneliti bekerja sama dengan dokter dan
1. Tahap Persiapan
satu kali pertemuan selama kurang lebih 60 menit dengan tempat yang disepakati
peneliti dan informan, menggunakan alat bantu berupa catatan dan alat perekam
pedoman wawancara.
dengan memutar kembali hasil rekaman dan menuliskan seluruh isi hasil rekaman
menata data-data hasil wawancara berupa hasil rekaman, catatan lapangan dan
masing informan. Pemberian kode dilakukan dengan memberi garis bawah pada
catatan lapangan. Tanda istilah dilakukan dengan memberi tanda kurung dengan
huruf italic, merupakan keterangan istilah kata-kata yang bukan bahasa Indonesia.
Tanda lain adalah keterangan dalam tanda kurung dengan huruf tegak, misalnya
Prosedur analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membaca
terdapat pada setiap kalimat dan memberikan tanda garis bawah. Selanjutnya
peneliti mengambil arti dari kata kunci yang merupakan pernyataan informan
Triangulasi adalah teknik keabsahan data yang memanfatkan sesuatu yang lain.
Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
2. Triangulasi Metode
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama melalui wawancara
penelitian ini digunakan dua metode yaitu wawancara mendalam dan observasi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
AD, PNS dan keluarga serta satuan integrasi yang berada di wilayah Korem
043/Gatam maupun di luar service area. Sebagai salah satu Sistim Kesehatan
AD Tk IV Bandar Lampung dikenal dengan nama DKT atau RS DKT yang turut
tahun 1945-1950 (tidak ada arsip atau data pasti tanggal berdirinya). Cikal bakal
KSA. Kemudian pada tahun 1958 dibangun ruang administrasi, bangsal umum
dan bangsal bersalin dan pada tahun 1974 dibangun lagi ruang perawatan perwira
di jajaran Korem 043/Gatam maka pada tahun 1975 dibangun poliklinik umum
54
55
RSUP Tipe B (RSU Abdul Moeloek) dan di sebelah Barat/di belakang Makorem
pada terwujudnya personel TNI yang sehat jasmani dan rohani agar prajurit, PNS
kesehatan yang paripurna dan terpadu di Rumah Sakit DKT. Visi RS adalah
"Menjadi rumah sakit pilihan utama dan kebanggaan prajurit, PNS dan
keluarganya.
56
Informan dalam penelitian ini sejumlah 7 responden yang terdiri dari Ka.
Ruangan IGD RS TNI AD Tk. IV 02.07.04 Bandar Lampung, dokter IGD RS TNI
Bandar Lampung.
ini:
Sasaran I D1 D2 D3 P1 P2 P3
Dari tabel di atas dapat dilihat dari 3 dokter dan 3 perawat yang dilakukan
Dari tabel 4.3. dapat dilihat bahwa tersedia geang identitas untuk pasien,
tetapi belum lengkap karena tidak ada penanda gelang warna ungu karena masih
ini:
Sasaran II D1 D2 D3 P1 P2 P3
Perintah lisan melalui telepon atau hasil TP TP TP TP TP TP
pemeriksaan dituliskan secara lengkap
oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut
Pada table 4.4. di atas dapat dilihat bahwa hasil yang didapat adalah TP
(Tidak Pernah) karena perawat dan dokter selama penelitian tidak pernah
stand by selama jaga, sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi dokter dan
ini:
Sasaran III A1
Menyimpan obat-obat high-alert di tempat terpisah Y
Menyimpan elektrolit konsentrat di tempat terpisah Y
Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan
pasien kecuali jika dibutuhkan dan bila Y
diperkenankan kebijakan
Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit
pelayanan pasien diberi label yang jelas dan Y
disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted)
Ket: Y=Ya
T=Tidak
Hasil penelitian dpat dilihat bahwa penempatan obat-obat high alert dan
Label khusus Y -
Ket: Y=Ya
T=Tidak
60
Dari tabel 4.6. di atas dapat dilihat bahwa lemari khusus untuk
penyimpanan obat high alert dan elekrolit konsentrat sudah ada, label khusus obat
ini:
Sasaran IV D1 D2 D3 P1 P2 P3
Memberikan tanda yang jelas dan dapat Y Y Y Y Y Y
dimengerti untuk identifikasi operasi
Melibatkan pasien saat checklist atau
penandaan sebelum melakukan tindakan Y Y Y Y Y Y
hecting.
Ket: Y=Ya
T=Tidak
Dari tabel 4.7. di atas dapat dilihat bahwa sasaran IV sudah terlaksana
dengan baik, dari 3 dokter dan 3 perawat yang diamati semuanya telah
melakukan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi sesuai dengan
standar.
61
ini:
Sasaran V D1 D2 D3 P1 P2 P3
Mencuci tangan sebelum melakukan Y Y Y Y Y Y
Tindakan
Mencuci tangan sebelum menyentuh Y Y Y Y Y Y
Pasien
Mencuci tangan setelah terkena cairan Y Y Y Y Y Y
tubuh pasien
Mencuci tangan setelah melakukan Y Y Y Y Y Y
Tindakan
Mencuci tangan setelah memegang Y Y Y Y Y Y
daerah sekeliling pasien
Mencuci tangan dengan langkah cuci Y Y Y Y Y Y
tangan dari WHO
Ket: Y=Ya
T=Tidak
dengan handrub, dapat dilihat dari tabel di atas bahwa dokter dan perawat sudah
melakukan 5 momen cuci tangan sesuai dengan pedoman 5 momen cuci tangan.
langkah dalam 5 momen cuci tangan dengan handrub atau dengan handwash
Dari tabel 4.9. di atas dapat dilihat bahwa wastafel dan air ada. Pengering
tangan berupa tissu atau hand dryer ada tapi tissu sering kosong. Handrub dan
ini:
Sasaran VI D1 D2 D3 P1 P2 P3
Melakukan asesmen awal risiko Y Y Y Y Y Y
pasien jatuh
Melakukan asesmen ulang terhadap Y Y Y Y Y Y
pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan
Ket: Y=Ya
T=Tidak
63
Dari tabel 4.10. di atas dapat dilihat bahwa perawat dan dokter yang
diobservasi telah melakukan asesmen pasien dengan resiko jatuh sesuai dengan
standar.
Dari tabel 4.11. di atas dapat dilihat bahwa tersedia bed side rail tetapi
tidak di semua tempat tidur pasien tersedia, pegangan besi tidak dipasang di toilet,
BAB V
PEMBAHASAN
pasien yang memiliki potensi resiko tinggi celaka. Berdasarkan wawancara dengan
responden dan observasi bahwa ada gelang identitas untuk pasien namun kondisinya
Setiap pasien yang masuk IGD langsung kami identifikasi dengan baik dan diberikan
gelang sebagai identitas pasien pada pasien yang akan dirawat inap sambil
dilanjutkan pemeriksaan.
yang mencakup nomor rekam medis dan identitas pasien dengan tujuan agar dapat
membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya guna ketepatan
Untuk membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya, sehingga
datang berobat dan mencegah kesalahan dan kekeliruan dalam proses pemberian
identifikasi secara lengkap, benar, jelas dan terperinci. Hal ini yang didukung oleh
pernyataan informan:
Identifikasi setiap pasien yang masuk IGD adalah hal pertama kali yang harus
kami lakukan sebelum memberikan pelayanan lebih lanjut atau tindakan medis
65
lainnya, hal ini untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang pasien dan
tindakan medis serta pemberian layanan yang tepat.
pasien rawat inap. Pada pedoman identifikasi ini, identifikasi lebih ditujukan pada
pasien dilakukan agar pasien mendapatkan pelayanan dan pengobatan yang benar
kesalahan dalam memberikan pelayanan dan agar pasien merasa aman dan
Keluarga/PASPOR yang berlaku. Jika ada perubahan data indentitas pasien pada
kunjungan berikutnya maka identitas pertama harus dirubah dengan identitas yang
baru (up to date). Identifikasi pada gelang pasien, meliputi: Pencantuman nomor
gelang disesuaikan dengan kondisi pasien. Warna biru untuk pasien laki-laki,
warna pink untuk pasien perempuan, warna merah untuk pasien alergi, warna
66
kuning untuk pasien resiko jatuh, dan warna ungu untuk pasien yang tidak boleh
manfaat gelang pasien dan bahaya jika menolak, melepas, dan menutupi gelang.
atau produk darah, mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
mengecek gelang pasien secara teliti dan terperinci. Pasien baru harus dibuatkan
kartu identitas berobat dengan mencantumkan nama pasien, nomor rekam medik,
tanggal lahir dan alamat rumah. Setiap pasien akan di daftarkan pada buku
keselamatan pasien oleh perawat di unit rawat inap rumah sakit “X” Jakarta
berhubungan erat dengan faktor individu atau karektirisktik SDM yang bekerja.
keamanan obat yang perlu diwaspadai memiliki daftar obat, disimpan dalam
lemari terkunci, bila digunakan dilakukan double check, kepastian tepat lokasi,
67
tepat prosedur, tepat pasien operasi di RSU GMIM, dan pengurangan risiko
infeksi.
pasien mulai dari nama, status dan jenis keluhanya. Hal ini sesuai dengan
pernyatan informan:
Pasien memiliki peran penting dalam proses membantu petugas kesehatan dalam
kejadian yang tidak diharapkan dan mengambil tidakan yang sesuai. Hal ini
Komunikasi dengan pasien dilakukan sebelum injeksi hal ini penting guna
menghindari kesalahan obat, alergi atau efek samping obat lainnya demi
kenyamanan pasien selama dalam perawatan.
68
maka pasien dan keluarga berhak mengetahui, cara penyampaian secara langsung
dengan budaya solo, permintaan maaf dengan semboyan bahwa “pasien selalu
menangkap dengan baik dan secara terbuka. Hasil wawancara dengan infomran
yang aman maka budaya menyalahkan harus dihilangkan sehingga petugas bisa
Komunikasi dengan pasien dan keluarga pasien selalu kami bangun, guna
mendapatakan hasil yang optimal dalam perawatan dan pelayanan.
Hal ini sesuai dengan langkah yang dilakukan oleh rumah sakit yaitu
dengan pasien dan keluarga, pasien dan keluarga mendapat informasi bila terjadi
insiden, dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu
terbuka kepada pasien dan keluarga dalam seluruh proses asuhan pasien.
tepat-pasien sudah sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit versi 2012.
69
Sedangkan pelaksanaan pengurangan risiko infeksi dan risiko pasien jatuh belum
dari pertanyaan yang diajukan (Who says, what in, which channel, to whom, with
Komunikasi dengan orang lain kadang sukses atau efektif mencapai maksud yang
dituju, namun terkadang juga gagal. Adapun makna lain komunikasi yang efektif
berusaha memilih cara yang tepat agar gambaran dalam benak dan isi kesadaran
mensyaratkan agar rumah sakit menyusun cara komunikasi yang efektif, tepat
waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat dipahami penerima. Hal itu untuk
penatalaksanaan pasien yang diberikan secara lisan atau melalui telepon. Bentuk
menelepon ke ruang perawatan untuk melaporkan hasil tes pasien. Rumah sakit
perlu menyusun kebijakan dan atau prosedur untuk mengatur pemberian perintah
/pesan secara lisan dan lewat telepon. Kebijakan dan atau prosedur itu harus
70
memuat: Perintah lengkap, lisan dan lewat telepon, atau hasil tes dicatat si
penerima, perintah lengkap, lisan dan lewat telepon, atau hasil tes dibaca-ulang si
penerima, Perintah dan hasil tes dikonfirmasikan oleh individu si pemberi perintah
komunikasi lisan dan lewat telepon, Alternatif yang diperbolehkan bila proses
(patient safety). Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti
dalam hubungan antar manusia. Komunikasi yang efektif yang tepat waktu,
akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima mengurangi kesalahan dan
komunikator merupakan peran sentral dari semua peran perawat yang ada,
kualitas komunikasi adalah faktor kritis dalam memenuhi kebutuhan klien. Faktor
yang tidak mendukung komunikasi efektif yaitu: tanpa komunikasi yang jelas,
rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan
71
sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO
Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari
konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain
sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah
diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi
kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti
prosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk: mencatat (atau memasukkan
atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan
back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa penempatan obat-obat high
alert dan elektrolit konsentrat disimpan di tempat terpisah dan tidak berada di unit
pelayanan pasien, melainkan di apotik untuk kasus tidak daurat. Hasil observasi
dapat dilihat bahwa lemari khusus untuk penyimpanan obat high alert dan
elekrolit konsentrat sudah ada, tetapi label khusus obat high alert dan elektrolit
konsentrat masih dalam proses pemesanan. Hal ini didukung oleh pernyataan
informan:
Untuk obat high alert dan konsetrat tinggi, kami sudah memliki tempat
tersendiri di igd
pasien dengan risiko minimal. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya
care. Fokus pelayanan kefarmasian bergeser dari kepedulian terhadap obat (drug
yang minimal pada pasien dan petugas kesehatan perlu penerapan manajemen
pengobatan (medication errors) dan reaksi obat yang merugikan (adverse drug
keterkaitan kejadian antara ”kesalahan merupakan hal yang manusiawi” (to error
is human) dan proses farmakoterapi yang sangat kompleks. Faktor lain yang
yang kompleks: jenis pelayanan medik, banyaknya jenis dan jumlah obat per
yang menyertai.40
analisis sistem yang sedang berjalan, deteksi adanya kesalahan, analisis tren
dengan tujuan diperlukan data yang akurat, yang dapat diperoleh melalui upaya
budaya tidak saling menyalahkan (blame free cullture) terbukti lebih efektif untuk
tersedia, diperlukan metode analisis antara lain. Metode Analisa Sederhana untuk
risiko ringan, root cause analysis untuk risiko sedang dan Failure Mode Error
terbesar adalah memaksa fungsi & batasan (forcing function & constraints),
otomasi & komputer (automation & computer / CPOE), standard dan protokol,
sistem daftar tilik & cek ulang (check list & double check system), aturan dan
information), serta lebih cermat dan waspada (be more careful-vigilant). Upaya
tenaga profesi terkait obat memahami sistem yang terkait dengan obat (familiar
tenaga kesehatan lain (multidisiplin) terkait penggunaan obat, terutama dokter dan
perawat. Perlu menjadi pertimbangan bahwa errors dapat berupa kesalahan laten
kerja maupun kesalahan aktif (active errors) seperti sikap masa bodoh, tidak
teliti, sengaja melanggar peraturan) dan umumnya active errors berakar dari
latent errors (pengambil kebijakan). Apoteker berada dalam posisi strategis untuk
rumah. Data yang dapat dipaparkan antara lain dari menurunnya (46%) tingkat
(dari 9% menjadi 851%) dan meningkatnya tingkat pelaporan insiden dua sampai
76
medication-error reporting).43
mendapatkan pengobatan yang optimal. Hal ini telah dikuatkan dengan berbagai
medication errors.
rumah sakit mengalami adverse drug event yang berdampak meningkatnya Length
Of Stay (LOS) 4.6 hari dan meningkatkan biaya kesehatan $ 4.7000 dari setiap
pasien yang masuk rumah sakit. Temuan ini merubah tujuan pelayanan farmasi
(UGM) antara 2012-2014 menunjukkan bahwa medication error terjadi pada 97%
pasien Intensive Care Unit (ICU) antara lain dalam bentuk dosis berlebihan atau
kurang, frekuensi pemberian keliru dan cara pemberian yang tidak tepat. Lingkup
gas medis, anastesi) : obat dibawa pasien di komunitas, di rumah sakit, pindah
antar ruang, antar rumah sakit, rujukan, pulang, apotek, praktek dokter.
kualitas hidup pasien dan meminimalkan risiko baik yang tampak maupun yang
potensial meliputi obat (bebas maupun dengan resep), alat kesehatan pendukung
baik, dari 3 dokter dan 3 perawat yang diamati semuanya telah melakukan tepat
lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi sesuai dengan standar. Salah-lokasi,
biasa terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang
tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/ tidak
melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada
prosedur untuk memverifikasi lokasi operasi. Di samping itu juga asesmen pasien
yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang
yang berhubungan dengan resep yang tidak terbaca (illegible handwriting) dan
Dalam setiap tindakan operasi maupun tindakan apapun yang dilakukan di IGD
RS ini selalu menerapkan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien tujuan
juga dalam keselamatan pasien.
berlaku atas setiap lokasi di rumah sakit dimana prosedur ini dijalankan. Praktek
berbasis bukti, seperti yang diuraikan dalam Surgical Safety Checklist dari WHO
Patient Safety (2009), juga di The Joint Commission’s Universal Protocol for
yang segera dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di seluruh
rumah sakit; dan harus dibuat oleh orang yang akan melakukan tindakan; harus
dibuat saat pasien terjaga dan sadar ; jika memungkinkan, dan harus terlihat
sampai pasien disiapkan dan diselimuti. Lokasi operasi ditandai pada semua kasus
termasuk sisi (laterality), struktur multipel (jari tangan, jari kaki, lesi), atau
multiple level (tulang belakang). Maksud dari proses verifikasi praoperatif adalah
bahwa semua dokumen, foto (images), dan hasil pemeriksaan yang relevan
Penerapkan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien selain bertujuan untuk
keselamatan pasien, juga untuk kepentingan rumah sakit, kami selalu melengkapi
semua dokumen pasien dan setiap tindakan pada pasien.
tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh
Dalam pelayanan bedah besar dan kompleks ada sesuatu hal yang terjadi
tidak sesuai dengan yang diharapkan seperti penandaan yang salah, prosedur
salah atau orang yang salah operasi. Adanya suatu kebijakan yang
direkomendasikan oleh National Patient Safety Agency (NPSA) dan WHO untuk
yakni mendapatkan kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi,
Dunia (WHO) dan kolaborasi dengan Harvard School of Public Health USA,
selama perawatan pra-operatif yang harus dicapai dalam setiap operasi tunggal
tidak tergantung jenis operasi. Dan ini telah secara signifikan dapat mengurangi
komplikasi dan kematian akibat operasi. Time Out Checklist menurut WHO
memastikan bahwa pasien bedah berada pada tempat yang aman, prosedur sesuai
proses dan termasuk penandaan pra operasi. Staf medik fungsional di masing-
masing SMF memiliki tanggung jawab untuk memastikan dokter bedah mereka
jawab untuk menandai lokasi setiap/blok regional yang diusulkan local. Kepala
telah ditandai tepat sebelum kedatangan dikamar operasi. Tim ruang operasi
operasi.
81
di mana prosedur akan dilakukan. Tanda dibuat dengan melibatkan pasien pada
saat pasien terjaga atau pasien sadar (ditempat asal pasien sesuai dengan alur
masuk Kamar Operasi). Membuat tanda adalah untuk menjadi arah yang
Tanda harus dibuat dengan tak mudah terhapuskan, spidol hitam permanen dan
harus cukup untuk tetap terlihat setelah persiapan kulit dan draping. Penandaan
tingkat tulang belakang, angka tertentu atau lesi yang akan dioperasi untuk
ditandai dan catatan lateralitas. Semua tanda-tanda lokasi harus dibuat dalam
hasil diagnostik yaitu X-ray, scan, pemeriksaan elektronik atau hasil tes appriored
lainnya, memastikan catatan medis pasien dan gelang identitas. Lokasi lain yang
mungkin memerlukan tanda adalah : untuk beberapa aspek yang prosedur bedah
meliputi : WHO Checklist dan pedoman membuat penandaan pada lokasi yang
akan dioperasi. Hal ini akan difasilitasi oleh tim klinis yang ditunjuk memberikan
setiap arahan pada karyawan baru untuk tim bedah. Pembedahan merupakan
cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap kesembuhan dari luka atau
82
penyakit melalui prosedur manual atau melalui operasi dengan tangan. Hal ini
Dalam bahasa Yunani “Cheir” artinya tangan; dan “ergon” artinya kerja. Bedah
kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan
sehari (one-day surgery). Semua pasien rawat jalan, rawat inap, IGD yang akan
lokasi, salah prosedur dan salah pasien. Penandaan digunakan pada proses untuk
Penandaan di lakukan oleh dokter operator dan wajib ikut di dalam kamar
tanda GARIS tebal. Untuk identifikasi lokasi operasi wajib mengikut sertakan
pasien dalam proses penandaan. Menggunakan checklist atau proses lain untuk
verifikasi lokasi yang tepat, prosedur yang tepat, dan pasien yang tepat sebelum
operasi, dan seluruh dokumen serta peralatan yang dibutuhkan tersedia, benar dan
handrub, dapat dilihat dari tabel di atas bahwa dokter dan perawat sudah
melakukan 5 momen cuci tangan sesuai dengan pedoman 5 momen cuci tangan.
langkah dalam 5 momen cuci tangan dengan handrub atau dengan handwash
sudah efektif dilakukan baik oleh dokter dan perawat di IGD. Sehingga dapat
sudah efektif dilakukan baik oleh dokter dan juga perawat. Hal ini sejalan dengan
pernyataan informan:
Dalam setiap penangan pasien kami sudah mempraktikan cuci tangan dengan
langkah-langkah yang benar guna mencegah bahaya infeksi dan handsrub sudah
diletakan disetiap tempat.
saluran kemih-terkait kateter, infeksi aliran darah (blood stream infections) dan
eliminasi infeksi ini maupun infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang
tepat. Pedoman hand hygiene yang berlaku secara internasional bisa diperoleh dari
WHO.45
84
hygiene yang diterima secara umum untuk implementasi pedoman itu di rumah
tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang
dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi
pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci
tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan
diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.
Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum oleh WHO. Rumah sakit menerapkan
identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah. Rumah sakit harus
85
mentelaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis
dan nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan
insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian
yang terkait. Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses
asesmen risiko rumah sakit. Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk
menentukan akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkah langkah yang tepat
dasar yang harus dipenuhi. Dimana standar ke-5 tentang upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi. Inilah awal pimpinan rumah sakit merasa aware dan peduli,
rumah sakit yang tidak menerapkan program hand hygiene dengan baik. Karena
akan aman dan baik-baik saja tanpa harus hand hygiene. Sarana dan prasarana
menjadi alasan utama dimana budgeting yang tidak sedikit harus dialokasikan
untuk operasional sarana hand hygiene seperti penyediaan barang habis pakai
berupa handrub, handscrub, tissu towel, dan tempat sampah, padahal hal ini
menyembuhkan kasus infeksi. Namun ada beberapa temuan bahwa sarana dan
prasarana yang telah dilengkapi tidak serta merta memotivasi kepatuhan petugas,
dimana petugas merasa overload pekerjaan dengan beban kerja yang tinggi akan
lebih repot dan menyita waktu dengan penerapan hand hygiene untuk setiap
tindakan yang berbeda pada satu pasien. Di sisi lain petugas juga sangat egois,
sesudah melakukan tindakan atau terkontaminasi cairan tubuh pasien segera hand
hygiene, sedangkan pada saat mengawali tindakan merasa tidak perlu hand
hygiene, padahal tidak dapat diyakini apakah tangan kita bersih dan tidak
perlu pemantauan ketat dari supra system atau Komite PPI untuk mengevaluasi
merupakan salah satu momen untuk memantau. Masih ada petugas yang
kewajiban rutin tanpa menyadari betapa besar manfaatnya untuk mencegah dan
mengendalikan infeksi.
Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Infection Control Nurse (ICN) yang
poster, dan leaflet hand hygiene dalam tampilan yang menarik, kreatif, dan mudah
dipelajari. Prosedur hand hygiene dapat diterapkan melalui dua metode hand
hygiene berbasis alkohol serta air dan sabun. Kapan dapat diterapkan sesuai
panduan WHO. Tentu saja kita sudah sangat paham dengan “Five Moment” atau
lima momen yang tepat untuk menerapkan hand hygiene, yaitu sebelum
cairan tubuh pasien, setelah menyentuh pasien, dan setelah menyentuh lingkungan
di sekitar pasien. Selain hal tersebut di atas hand hygiene dapat dilakukan sebelum
menyediakan makanan dan minuman pasien, atau pun sebelum dan sesudah
kandungan yang sesuai untuk tetap menjaga efektifitas dan daya kerja handwash
88
cuci tangan atau handwash. Hal ini dapat diatasi dengan pengunaan handrub yang
berbasis alkohol yang lebih aman di kulit. Alcohol based handsrubs ini sangat
efektif karena dapat diproduksi sendiri melalui proses aseptis di instalasi farmasi,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat dan dokter yang diamati telah
melakukan asesmen pasien dengan resiko jatuh sesuai dengan standar. Hasil
observasi menunjukkan tersedia bed side rail tetapi tidak di semua tempat tidur
pasien tersedia, pegangan besi tidak dipasang di toilet, lantai bukan antislip dan
kursi roda selalu ada. Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna
risiko cidera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa meliputi riwayat jatuh, obat dan
telaah terhadap obat dan konsumsi alkohol, penelitian terhadap gaya/cara jalan
dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program
ini memonitor baik konsekuensi yang dimaksudkan atau yang tidak sengaja
penggunaan yang tidak benar dari alat penghalang aau pembatasan asupan cairan
89
bisa menyebabkan cidera, sirkulasi yang terganggu, atau integrasi kulit yang
kejadian di rumah sakit kadang tidak diperhatikan, yaitu pasien jatuh pada saat
mendapatkan pelayanan di rumah sakit. Pasien disini dapat sebagai pasien rawat
jalan maupun sebagai pasien rawat inap. Dalam pelaksanaan program patient
safety di rumah sakit, kejadian pasien jatuh merupakan salah satu indikator
Banyak upaya yang telah dilakukan oleh rumah sakit dalam mengurangi
atau mencegah kejadian pasien jatuh. Pencegahan pasien jatuh adalah masalah
rumah sakit akut setiap tahun, dengan lebih dari 26.000 dilaporkan dari unit
kesehatan mental dan 28.000 dari rumah sakit masyarakat. Beberapa kasus
berakibat pada kematian, luka berat atau sedang dengan perkiraan biaya sebesar
15 juta per tahun. Bahkan dalam Joint Commission International (JCI), upaya
khusus.20
Hal ini seperti disebutkan dalam Sasaran 6 yaitu Reduce the Risk of
Patient Harm Resulting from Falls. Maksud dan tujuan dari sasaran ke 6 dari
90
akreditasi JCI ini adalah sebagian besar cidera pada pasien rawat inap terjadi
karena jatuh. Dalam konteks ini rumah sakit harus melakukan evaluasi risiko
pasien terhadap jatuh dan segera bertindak untuk mengurangi risiko terjatuh dan
mengurangi risiko terjatuh berdasarkan kebijakan dan atau prosedur yang tepat.
diinginkan dari tindakan yang diambil untuk mengurangi jatuh. Rumah sakit harus
melaksanakan program ini. Maka dalam standar JCI sasaran ke 6 ini disebutkan
rumah sakit perlu menyusun cara pendekatan untuk mengurangi risiko cidera yang
pasien dan pelatihan pada para staf merupakan intervensi yang paling efektif
untuk mengurangi kejadian pasien jatuh. Lebih lanjut dalam proses implementasi
infrastruktur keamanan yang baik, budaya keselamatan pasien, kerja tim dan
menunjukkan pada pasien alat bantu panggilan darurat, posisikan alat bantu
kamar dan lorong, posisikan sandaran tempat tidur rumah sakit di posisi rendah
ketika pasien sedang beristirahat, dan posisikan sandaran tempat tidur yang
91
nyaman ketika pasien tidak tidur, posisikan rem tempat tidur terkunci pada saat
berada di bangsal rumah sakit, menjaga roda kursi roda di posisi terkunci ketika
stasioner, gunakan alas kaki yang nyaman, baik, dan tepat pada pasien, gunakan
pasien rapi, ikuti praktek yang aman ketika membantu pasien pada saat akan ke
tempat tidur dan meninggalkan tempat tidur. Pernyataan yang paling ringkas, akan
tetapi memiliki makna yang dalam seperti yang disarankan oleh Standar
terjatuh di rumah sakit. Sehingga salah satu indikator patient safety dapat
dilakukan.20
6.1. Kesimpulan
kesehatan yang ada di IGD sudah dilakukan sesuai dengan protap SOP
sesuai peraturan, dan ikut serta dalam mencari jalan keluar dari insiden yg
proses identifikasi pasien dengan benar pada semua pasien yang masuk ke
94
95
diturunan jalan. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
belum adanya lantai anti slip di IGD dan belum terpasangnya hand rail di
kamar mandi IGD dan bed side rail belum tersedia di semua tempat tidur
IGD.
6.2. Saran
Darurat dengan pihak manajemen rumah sakit, agar kendala yang ada
segera dapat diselesaikan, seperti wastafel yang sudah lama rusak tapi
belum diperbaiki, air yang sering mati, dan tidak tersedianya pengering
tangan.
tidur dengan side rail, pegangan besi di kamar mandi, lantai yang anti-
slip.
DAFTAR PUSTAKA
5. Rumah Sakit TNI AD. (2009). Profil dan Sejarah Rumah Sakit TNI AD Tk IV
02.07.04. Bandar Lampung.
7. KPRS Rumah Sakit TNI AD. (2013). Laporan Insiden Keselamatan Pasien
Bulan Maret-April 2013. Bandar Lampung.
12. Azimi, Et al. (2012). Influence of training on patient safety culture: a nurse
attitude improvement perspective international journal of hospital research.
1(1):51-6www.ijhr.tums.ac.ir. Research article.
16. Permenkes RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Jakarta.
17. World Health Organitation Collaborating Centre for Patient Safety Solutions.
(2007). Patient Safety Solutions Preamble.
www.who.int/entity/patientsafety/solutions/patientsafety/preamble.pdf.
Diunduh 7 April 2017.
18. Kemenkes RI. (2008). Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit.
(Konsep dasar dan prinsip). Jakarta: Depkes RI.
19. Kemenkes RI. (2015). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun
2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
http://www.spm.depkes.go.id diakses pada tanggal 10 Maret 2017.
21. Rebecca, Cohen RN. (2007). Providig Person-Centered Care In The Real
World. HNBC:eNEditor.
99
www.ahna.org/Resources/Publications/eNewslatter/News-From-ANHA-
Providing-Person-Centered-Care.
22. Kemenkes RI. (2010). Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit (K3RS). Direktorat Bina Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta:
Depkes RI.
23. Agency for Healthcare Research and Quality. (2013). Making health care
safer II: an updated Critical Analysis of the Evidence for Patient Safety
Practices. (available at http://www.ahrq.gov/hdbk// diakses pada tanggal 15
Maret 2017).
25. Kemenkes RI. (2009). Prinsip Umum Pelayanan Unit Gawat Darurat di Rumah
Sakit, http://www.spm.depkes.go.id diakses pada tanggal 10 Maret 2017. Jakarta:
Depkes RI.
28. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 012 Tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit, Jakarta.
29. Undang- Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Biro Hukum
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
31. Team Riset Kualitatif Binhus. (2010). Petunjuk Tekhnis (Juknis) Penulisan
Riset Kualitatif. Bina Husada. Jakarta.
100
33. Yin, Robert K. (2013). Studi kasus, Desain dan Metode Penelitian Kualitatif,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
35. Potter, Perry. (2010). Konsep, Proses, dan Praktik Keperawatan. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Edisi 7. Jakarta.
37. Mulyana. (2013). Analisis Penyebab Insiden Keselamatan Pasien oleh Perawat
di Unit Rawat Inap RS “X” Jakarta. [Thesis]. Jakarta.
39. Marhaen, Fahar. (2010). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Jakarta: Graha
Ilmu.
40. The Lancet. (2010). Medical Errors in the USA: Human or systems? (Ed);
377-1289.
41. National Patient Safety Agency (NPSA). (2009). Seven Step to Patient
Safety’s An Overview Guide from NHS Staff. www.npsa.nhs.uk/ Diunduh 10
September 2017.
44. Fudholi, Achmad. (2014). Analisis Kejadian Medication Error pada Pasien
ICU di RS “X” Yogyakarta. [Thesis]. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
45. World Health Organitation (WHO). (2008). Infection Control Strategies a Quick
Reference Guide to Specific Procedures.
www.who.int/csr/resources/publications/WHO_HSE_EPR_2008_2Bahasal.pd
f. Diunduh 20 November 2017.
46. Kemenkes RI. (2009). Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Kesehatan lainnya. SK Menkes No. 3822/Menkes/2007. Jakarta:
Depkes RI.
102
Informed Consent
Dalam penelitian ini tidak ada paksaan dari pihak manapun dan
merupakan keinginan anda sendiri untuk menjadi Informan. Jika anda merasa
keberatan dengan penelitian ini, anda berhak menolak menjadi informan,
menghentikan wawancara, dan menolak menjawab pertanyaan yang dirasakan
tidak berkenan. Setelah penjelasan ini, peneliti memohon kesediaan informan
untuk memahami pernyataan dibawah ini dan menandatangani pada tempat yang
telah disediakan.
....................................
103
No Informan Pertanyaan
1. Tenaga 7. Bagaimana pelaksanaan Identifikasi Pasien?
Kesehatan e. Apakah pasien di identifikasi sebelum
(Dokter umum, pemberian obat, darah, atau produk
Perawat darah?
pelaksana IGD, f. Apakah pasien di identifikasi sebelum
Petugas Apotek) pengambilan darah dan specimen lain
untuk pemeriksaan klinis?
g. Apakah pasien di identifikasi sebelum
pemberian pengobatan atau tindakan?
tubuh pasien
i. Mencuci tangan setalah memegang
daerah sekitar pasien
j. Mencuci tangan dengan langkah cuci
tangan dari WHO
12. Bagaimana pengurangan risiko pasien jatuh
c. Melakukan assesmen awal risiko pasien
jatuh?
d. Melakukan assesmen ulang terhadap
pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan?
Lampiran III. Lembar Telusur Sasaran Keselamatan Pasien Sesuai Instruksi Akreditasi RS Versi 2012
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
SASARAN
Berikut ini adalah daftar sasaran. Mereka disiapkan disini untuk memudahkan karena disampaikan tanpa persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaian. Informasi
lebih lanjut tentang sasaran ini dapat dilihat di bagian berikut dari bab ini, Sasaran, Persyaratan, Maksud dan Tujuan, serta Elemen Penilaian.
94
95
TELUSUR
Elemen Penilaian SKP.I. SKOR DOKUMEN
SASARAN MATERI
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua Pimpinan Rumah Sakit Identifikasi pasien menggunakan dua Acuan:
0
identitas pasien, tidak boleh menggunakan Tim dokter dan dokter gigi identitas dan tidak boleh PMK 1691/2011 tentang
5
nomor kamar atau lokasi pasien Kepala Unit Keperawatan menggunakan nomor kamar atau Keselamatan Pasien RS
10
Staf Keperawatan lokasi pasien
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian Kepala Unit Laboratorium dan Identifikasi pasien sebelum pemberian 0 Regulasi RS:
obat, darah, atau produk darah. Pemeriksaan Penunjang obat, darah, atau produk darah 5 Kebijakan/ Panduan
Staf Laboratorium dan 10 Identifikasi pasien
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil Pemeriksaan Penunjang Identifikasi pasien sebelum 0 SPO pemasangan gelang
darah dan spesimen lain untuk mengambil darah dan spesimen lain 5 identifikasi
pemeriksaan klinis (lihat juga AP.5.6, EP 2) untuk pemeriksaan klinis 10
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian Identifikasi pasien sebelum pemberian 0
pengobatan dan tindakan / prosedur pengobatan dan tindakan/prosedur 5
10
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan Pembuatan dan sosialisasi kebijakan 0
pelaksanaan identifikasi yang konsisten atau SOP tentang pelaksanaan 5
pada semua situasi dan lokasi identifikasi pasien 10
Standar SKP.II.
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar para pemberi layanan.
96
TELUSUR
Elemen Penilaian SKP.III. SKOR DOKUMEN
SASARAN MATERI
1. Kebijakan dan/atau prosedur Pimpinan Rumah Sakit Pembuatan kebijakan atau SOP Kebijakan / Panduan/
dikembangkan agar memuat proses Kepala Unit Laboratorium dan identifikasi, lokasi, pelabelan, dan 0 Prosedur mengenai obat-obat
identifikasi, lokasi, pemberian label, dan Pemeriksaan Penunjang penyimpanan obat-obat yang perlu 5 yang high alert
penyimpanan obat-obat yang perlu Staf Laboratorium dan diwaspadai 10 Daftar obat-obatan high alert
diwaspadai Pemeriksaan Penunjang
Kepala Unit Keperawatan Sosialisasi dan implementasi kebijakan 0
2. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan Staf Keperawatan atau SOP 5
10
98
TELUSUR
Elemen Penilaian SKP.IV. SKOR DOKUMEN
SASARAN MATERI
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda Pimpinan Rumah Sakit Pembuatan tanda identifikasi yang Regulasi RS:
yang jelas dan dapat dimengerti untuk Tim kamar operasi jelas dan melibatkan pasien dalam 0 Kebijakan / Panduan / SPO
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan Tim dokter dan dokter gigi proses penandaan lokasi operasi 5 pelayanan bedah
pasien di dalam proses penandaan/ Staf Keperawatan 10
pemberi tanda. Dokumen:
100
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist Pasien Penyusunan checklist untuk verifikasi Check list
atau proses lain untuk memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat
0
preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan prosedur, tepat pasien, tepat
5
tepat pasien dan semua dokumen serta dokumen, dan ketersediaan serta
10
peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, ketepatan alat
dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan Penerapan dan pencatatan prosedur
0
mencatat prosedur “sebelum insisi / time- ‘time-out’ sebelum dimulainya
5
out” tepat sebelum dimulainya suatu tindakan pembedahan
10
prosedur / tindakan pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan Pembuatan kebijakan atau SOP untuk
untuk mendukung keseragaman proses proses di atas (termasuk prosedur
untuk memastikan tepat lokasi, tepat tindakan medis dan dental) 0
prosedur, dan tepat pasien, termasuk 5
prosedur medis dan tindakan pengobatan 10
gigi / dental yang dilaksanakan di luar
kamar operasi.
Standar SKP.V.
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Standar SKP.VI.
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien dari cedera karena jatuh.
TELUSUR
Elemen Penilaian SKP.VI. SKOR DOKUMEN
SASARAN MATERI
1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen Pimpinan Rumah Sakit Penerapan asesmen awal pasien Regulasi RS:
awal risiko pasien jatuh dan melakukan Staf medis risiko jatuh dan asesmen ulang pada Kebijakan / Panduan/SPO
0
asesmen ulang terhadap pasien bila Staf keperawatan pasien bila ada perubahan kondisi asesmen risiko pasien jatuh
5
diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau atau pengobatan Kebijakan/Panduan/SPO
10
pengobatan. (lihat juga AP.1.6, EP 4) manajemen risiko pasien
jatuh
2. Langkah-langkah diterapkan untuk Penerapan langkah-langkah SPO pemasangan gelang
mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pencegahan dan pengamanan bagi 0 risiko jatuh
pada hasil asesmen dianggap berisiko (lihat pasien yang dianggap berisiko 5
juga AP.1.6, EP 5) 10
11. Lemari khusus obat high alert dan elektrolit konsetrat tinggi.
Tujuan Wawancara
Saya ingin mengetahui bagaimana penataaksanaan patien safety bagian IGD
mulai dari pelaksanaannya, hambatan yang dihadapi, usaha-usaha yang dilakukan
untuk mengatasi hambatan hingga harapan ke depannya. Saya harap Bapak/Ibu
bersedia untuk meluangkan waktu menerangkan mengenai program ini. Atas
kesedian bapak/ibu saya ucapkan terima kasih.
Penutup :
Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu. Mohon
maaf apabila ada hal-hal yang tidak berkenan. Bila dirasa informasi yang di
dapatkan masih kurang,saya harap dapat kembali bertanya pada Bapak/Ibu.
112
TRANSKRIP WAWANCARA
D1 : iya,misalnya pada hari ini dokter IGD menerima orderan adpis dari
DPJP ya kita tulis orderannya apa jam berapa,tanggal berapa lalu kita
tanda tangan di sebelahnya tanda tangan DPJP
X : eem,untuk penandaan lokasi yang akan dilakukan tindakan misalnya
heacting gitu dok,itu biasanya dilakukan gak dok?
D1 : kita lakukan
X : dimana dilakukannya dok?
D1 : di statusny di rekam medis
X : oh,biasanya dilakukan di rekam medis saja dok ya?
D1 : iya
X : itu dalam bentuk gambar atau apa dok?
D1 : biasanya dalam bentuk gambar sih,ya kita tulis dimana lokasi yang
akan dilakukan tindakan heacting
X : dilakukan cheklist lagi gk dokter?
D1 : iya harus kita lakukan cheklist
X : cheklist nya itu yang dari WHO itu dok ya?
D1 : iya,sesuai WHO
X : Terus dok untuk penatalaksanaan pencegahan infeksinya sudah aktif
apa belum dok?
D1 : sudah aktif,dilakukan sebelum melakukan tindakan
X : upaya yang dilakukan dok seperti apa ?
D1 : ya,seperti cuci tangan 6 langkah
X : oh,,berarti berdasarkan WHO dok ya?
D1 : iya,
X : dalam momen apa saja dok?
D1 : dalam 5 moment yaitu pertama sebelum kontak dengan
pasien,sebelum melakukan tindakan aseptik,setelah terkena cairan
tubuh pasien,setelah kontak dengan pasien dan setelah dari
lingkungan pasien
X : oh,berarti sudah bejalan dok ya?
D1 : iya
X : dokter selalu melakukan cuci tangan dengan 6 langkah dalam 5
momen
D1 : iya dong sudah hehehe
X : biasanya cuci tangan dengan handscrub atau dengan sabun?
D1 : tergantung kondisi ya bisa pakai hanscrub atau bisa juga memakai
sabun
X : pakai handscrub berapa detik terus kalo pakai sabun berapa detik
dok?
D1 : kalau pakai handscrub 30-40 detik kalau pakai sabun 40-60 detik
X : berarti hanscrub di IGD sudah mencukupi dok ya?
D1 : iya sudah terpenuhi
X : Untuk manajemen assesment resiko jatuh di rumah sakit ini untuk
pasien yang di rawat inap pasti memiliki resiko jatuh,itu bagaimana
tatalaksananya?
115
D1 : Kalau untuk pasien yang resiko jatuh itu ada capnya,seperti alergi itu
ada capnya
X : Itu di capnya dimana dok?
D1 : di gelang pasien
X : Di rekam medik di kasih capnya juga gak dok?
D1 : iya,di cap juga
X : lalu pasiennya nanti dibawa kemana dok?
D1 : ya,kita transfer ke ruang perawatan, setiap pasien di ruang perawatan
nantinya akan di monitoring lagi oleh petugasnya
X : Untuk monitoringnya berdasarkan skor gak dok?
D1 : Ya,berdasarkan skor tingkat resikonya bagaimana
X : itu kalo nggak salah ada 3 dok ya ,itu apa saja dok?
D1 : iya,ada 3 yaitu berat sedang dan ringan
X : Itu nantinya untuk 3 tingkatan skor itu apakah cap nya juga beda-
beda dok?
D1 : iya punya capnya masing-masing sesuai warna
X : Apakah penatalaksananya sudah dilakukan elum dok?
D1 : sudah dilakukan dan sampai sekarang masih berjalan
X : berarti angka resiko jatuhnya harusnya tidak ada lagi ya dok?kan
penatalaksanaan resiko jatuh nya sudah berjalan dengan baik?
D1 : iya,sejauh ini angka resiko jatuh tidak ada lagi
X : Tapi dok saya lihat tadi untuk bed pasien belum terpasang pegangan
besi kiri kanan nya,terus di toilet nya belum ada juga pegangan besi
untuk pasien yang resiko jatuh,itu tanggapannya bagaimana ya dok?
D1 : oh,iya itu salah satu kekurangan kita,nantinya kita akan usulkan ke
bagian logistiknya
X : terus dok sejauh ini apakah ada hambatan dalam penatalaksanaan
resiko jatuh?
D1 : eeh,tidak ada
X : apa harapan kedepannya dok?seprti penatalaksanaan resiko jatuh?
D1 : Ya.harapannya kedepan supaya sarana dan prasarana ditingkatkan
lagi,seperti salah satu fasilitasi dalam penanganan resiko jatuh bisa
terpernuhi seperi kalau di toilet itu nantinya dipasang pegangan
besi,lalu bed nya juga di pasang,kemudian lantai toilet nya harus
yang standar.mungkin sementara hanya itu yng perlu kita usulkan.
X : Apakan usulan itu sudah diajukan dok?
D1 : sudah tapi belum ada jawaban,mungkin dalam waktu dekat ini
X : baik lah dokter sementara hanya itu dulu yang saya tanyakan,jika ada
kekurangan mungkin nanati saya bisa minta waktu nya dokter, saya
minta maaf sudah mengganggu waktunya dokter,,terima kasih
banyak dokter atas waktu yang sudah di berikan .selamat siang
dokter
D1 : iya,sama-sama
116
A1 : kalau untuk penyimpanan obat-obatan yang high alert itu kita simpan
terpisah dengan obat-obatan yang lainya,biasanya kita simpan di
lemari kemudian lemarinya kita beri tanda list warna merah
menunjukkan bahwa obat yang tersimpan didalamnya merupaka obat
yang high alert.
X : apakah obat high alert boleh dimpan di ruang tindaka mbak?
A1 : Tidak boleh hanya boleh di simpan di depo farmasi atau instalasi
farmasi saja.
X : Apakah selama ini ada masalah dalam penyimpanan obat yang high
alert?
A1 : alhamdulilah,,tidak ada
X : baiklah mbk rasanya sudah cukup pertanyaan dari saya terima kasih
atas waktu dan kesempatannya.
A1 : iya sama-sama,senang bisa membantu mba
Wawancara Perawat I
X : ass.siang mbk,
P1 : siang,,
X : Perkenalkan nama saya arseliana saya mahasiswi Institute Kesehatan
Helvetia Medan saya mau melakukan penelitian yang berhubungan
dengan keselamatan pasien yang ada di IGD,kalau boleh tahu ini
dengan mbk siapa ya?
P1 : perkenalkan nama saya dewi
X : oh mbak dewi,,mnbak dewi perawat atau bidan?
P1 : saya perawat yang bertugas di IGD ini
X : mbak lulusan D3 atau S1 keperawatan, lulusan tahun berapa?
P1 : saya lulusan S1 keperawatan tahun 2015
X : sudah berapa lama mbk bekerja di IGD ini?
P1 : sudah kurang lebih 2 tahun
X : baiklah mbak disini saya mau menanyakan tentang bagaimana alur
pelayanan pasien yang ada di IGD ini,mulai dari pasien masuk
sampai paien mendapatkan pengobatan?
P1 : biasanya alur yang ada di IGD itu pertama pasien masuk disesuaikan
dengan TRIASE lalu dilakukan anamnesa singkat dan memeriksa
vital sign lalu melapor ke dokter jaga,nanti dokter nya akan
memeriksa dan menganamnesa ulang,setelah itu dokter akan
menentukan apakah pasien perlu di rawat atau tidak.jika pasien nya
dirawat,maka perawat akan meminta keluarga pasien datang ke
bagian pendaftaran untuk mendaftar ke rawat inap,
X : jika keluarga pasien sudah mendaftar lalu apalagi yang dilakukan
mbk?
P1 : ya,dokter jaga akan melapor ke DPJP nya sesuai diagnosa yang ada
X : lalu jika adpis dari DPJP sudah di terima apalagi yang dilakukan?
P1 : kita pasang infus lalu kita cek lab dan kita berikan terapi sesuai
dengan orderan dokter
118
P1 : alahamdulilah sudah
X : untuk sarana nya apakah selalu tersedia misalnya seperti
tissu,sabun,atau handscrub nya selalu tersedia?
P1 : sampai hari ini sarana nya selalu ada,jika habis paling kita lapor ke
bagian pengadaan,sejauh ini tidak ada kendala
X : oh,baiklah berarti sejauh ini tidak ada kendala dan hambatan bu ya
P1 : alhamdulillah tidak ada
X : terus untuk penatalaksanaan pada resiko jatuh itu bagaimana
bu,apakah sudah berjalan apa belum? terus untuk pasien yang urgent
dan tidak urgent biasanya asmet awalnya dilakukan apa bu ya?
P1 : sudah berjalan, biasanya dilakukan dengan cekhlist apakah pasien
beresiko jatuh apa tidak.jika beresiko jatuh kita tanda di gelangnya
jika pasien tersebut dirawat inap.
X : biasanya warna apa bu?
P1 : warna kuning
X : kalau merah biasanya untuk apa bu?
P1 : itu untuk alergi obat atau makanan kalau yang merah
X : apakah di ruang perawatan pasien yang memiliki resiko jatuh di
assasment ulang
P1 : iya kita assasment ulang
X : tujuannya untuk apa bu?
P1 : itu untuk mencegah terjadinya kejadian yang tidak di inginkan
X : berarti sudah berjalan semua bu ya,
P1 : iya.
X : apakah ada hambatan selama ini bu?
P1 : tidak ada
X : dikit lagi bu apakah dalam proses operan ke ruang rawat inap pernah
terjadi miscomunicasi dalam hal pasien resiko jatuh?
P1 : oh,tidak ada
X : saya kira cukup itu saja pertanyaan dari saya,maaf sudah
mengganggu waktu ibu terima kasih sudah meluangkan waktunya.
P1 : iya,sama-sama
Wawancara Dokter 2
X : assalamuallaikum,siang dokter
D2 : siang,,
X : Perkenalkan nama saya arseliana saya mahasiswi Institute Kesehatan
Helvetia Medan saya mau melakukan penelitian yang berhubungan
dengan keselamatan pasien yang ada di IGD,kalau boleh tahu ini
dengan dokter siapa?
D2 : perkenalkan nama saya marlina
X : sejak kapan bekerja di rumah sakit ini dok?
D2 : sejak tahun 2014
X : saya mau bertanya dok apakah rumah sakit ini sudah sesuai dengan
standar yang sudah ditetapkan oleh KARS versi tahun 2012,rumah
sakit ini sudah akreditasi kan dok?
120
D2 : iya sudah
X : kapan dok?dan hasilnya apa?
D2 : akreditasinya tahun 2016,hasilnya paripurna
X : alhamdullilah, berarti diharapkan pelayanannya sudah paripurna.
D2 : iya,alhamdullilah
X : mengenai identifikasi pasien nie dok, bisakah dokter ceritakan
bgaimana proses pelayanan mulai dari pasien masuk IGD sampai
mendapatkan pengobatan,alurnya itu bagaimana dok?
D2 : biasanya alur yang ada di IGD itu pertama pasien masuk disesuaikan
dengan TRIASE lalu dilakukan anamnesa singkat dan dilakukan
pemeriksaan vital sign lalu perawat melapor ke dokter jaga, maka
dokter jaga akan memeriksa dan menganamnesa ulang pasien
tersebut,setelah itu dokter akan menentukan diagnosanya
apa,tatalaksana dan apakah pasien perlu di rawat atau tidak.jika
pasiennya dirawat,maka perawat akan meminta keluarga pasien
datang ke bagian pendaftaran untuk mendaftar ke rawat inap. Atau
apakah diperlukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan lainnya.
X : di sini dilakukan pemberian obat dan dilakukan tindakan medik juga
gak dok?
D2 : untuk dilakukan pemberian oabat dilakukan kepada pasien yang
sifatnya gawat darurat dimana harus diberikan segera, begitupun juga
dengan tindakan seperti pemasangan infus,pemberian oksigen atau
heacting.
X : sebelum melakukan semua tindakan tersebut biasanya dilakukan
identifikasi ulang gak dok?
D2 : iya, tentu kita lakukan identifikasi ulang seperti menyebutkan
nama,tanggal lahir pasien tersebut, untuk memastikan supaya tidak
terjadi kesalahan dalam melakukan suatu tindakan medik dimana
semua yang kita lakukan sesuai dengan SPO (standar prosedur
operasional).
X : eem,begitu dok ya, berarti penatalaksanaan yang ada di IGD sudah
sesuai SPO. Sejauh ini apakah ada hambatan gak dok?
D2 : tidak ada dan tidak pernah ditemukan adanya masalah dalam
pelaksanaan identifikasi .
X : harapan kedepannya apa dok?untuk penatalaksanaan identifikasi
pasien?
D2 : harapannya agar apa yang kita lakukan yang sesuai denga SPO itu
tetap kita pertahankan karna hal itu demi keselamatan kita dan pasien
itu sendiri.
X : untuk masalah komunikasi nie dok, misalnya dokter ada pasien urgen
yang berhubungan dengan penyakit dalam,saraf atau yang
lainnya.apakah dokter jaga disisni melapor ke DPJP nya melalui via
telpon atau melalui pesan singkat?
D2 : paling sering sih melalui telpon, jadi seandainya ada pasien yang
sudah di periksa dan memerlukan konsultasi lebih lanjut,maka dokter
121
Wawancara Dokter 3
X : assalamuallaikum,siang dokter
D3 : waalaikumsalam
X : Perkenalkan nama saya arseliana saya mahasiswi Institute Kesehatan
Helvetia Medan saya mau melakukan penelitian yang berhubungan
dengan keselamatan pasien yang ada di IGD,jika dokter bersedia dan
meluangkan waktunya sebentar dokter?dokter bersedia gak dok?
D3 : silahkan
X : boleh perkenalkan gak dok,nama dokter ?
D3 : perkenalkan nama saya salamah,kebetulan saya di tempatkan di IGD
ini kurang lebih 3 tahun.
123
X : ooh.lama dok ya? Baik lah dokter saya mau bertanya dok bagaimana
untuk alur pelayanannya, penerimaan pasien yang ada di IGD ini
mulai dari pasien masuk sampai mendapatkan pengobatan?
D3 : kalau disini ya,begitu pasien datang itu kita tempatkan pasien sesuai
TRIASE nya lalu kita periksa tanda-tanda vital sign pasien
tersebut,lalu perawat yang meriksa akan melapor kle saya sebagai
dokter jaganya,setelah itu saya akan melakukan pemeriksaan ulang
terhadap pasien tersebut dan menentukan diagnosanya apa dan
apakah pasien perlu di rawat atau tidak.
X : setelah dokter periksa dan tidak ada tanda-tanda untuk dirawat inap
atau ternyata pasiennya harus di rawat inapa itu penanganannya
bagaimana dok?
D3 : kita lihat kondisi pasiennya kalau memang harus di rawat inap yang
kita rawat inap, nanti keluarga pasien kita arahkan untuk
mendaftarkan pasien ke rawat inap ke bagian adminitrasi
X : terus dok biasanya kan pasien yang akan dirawat kan biasanya
dilakukan pemasangan infus,pemberian obat atau tindakan
lainnya,itu sebelumnya dilakukan identifikasi ulang gak dok?
D3 : iya,kita lakukan identifikasi ulang ke pasienya langsung seperti kita
menyebutkan nama dan tanggal lahir.
X : itu biasanya tujuan dilakukannya identifikasi ulang terhadap pasien
yang akan di berikan tindakan itu apa dok?
D3 : untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemberian obat,keslahan
dalam melakukan tindakan
X : ee,,berarti selama ini identifikasi terhadap pasien sudah dilakukan
dok ya?
D3 : iya,,sudah kita lakukan
X : dalam mengidentifikasi pasien apakah ada hambatan gak dok selama
ini?
D3 : sampai sekarang tidak ada
X : eem,untuk pasien yang dirawat inap itu biasanya dokter jhaganya
melapor ke dokter penanggung jawab pasien gak dok ?
D3 : o,iya kita laporkan ke DPJP nya melalui telpon sesuai dengan
diagnosanya, nanti DPJP nya akan memberikan adves
X : itu adves yang dokter terima apkah di bacakan ulang kembali lalu
apakah di tulis kembali di rekam medis nya?
D3 : iya tentu,,kita ulang adves yang di berikan lalu kita catat kembali di
rekam medis pasien,tanggal berapa kita menerima adves dan apa saja
dves yang diberikan DPJP ke kita.dalam bentuk cap TBAK dimana
kita tanda tangan dan di sebelahnya nanti kita minta kan tanda tangan
DPJP nya pada saat DPJP nya visite.
X : berarti selama ini sudah berjalan dok ya dengan adanya bukti serah
terima adves
D3 : iya sudah berjala
X : lalu bagaimana jika dokter jaganya tidak ada ditempat?
D3 : kita disini dokter jaga nya selalu standbay
124
X : ini dokter kalau untuk resiko infeksi yang berhubungan dengan cuci
tangan ,apakah sudah dilakukan dok?
D3 : sudah kita lakukan cuci tangan dengan 6 langkah dan 5 moment
X : itu 5 moment itu kapan saja dok ya?
D3 : itu 5 moment sebelum kontak dengan pasien,sebelum melakukan
tindakan aseptik,setelah terkena cairan tubuh pasien,setelah kontak
dengan pasien dan setelah dari lingkungan pasien
X : itu kan cuci tangan nya ada dua cara kan dong itu apa saja dok ya?
D3 : ada dua cara yaitu dengan handwash selama 40-60 detik kalau untuk
handscrub 10-30 detik
X : untuk sarana nya sudah ada dok ya
D3 : ohh,sudah ada
X : kalau untuk resiko jatuhnya dok itu bagaimana dok
penatalaksanaannya?
D3 : untuk resiko jatuh itu disini kita sudah lakukan penandaan yang ada
di gelang pasien kalau untuk resiko jatuh itu tanda nya warna kuning
kalau untuk alergi warna merah
X : lalu prasarana untuk mengurangi resiko jatuh itu apakah sudah ada?
D3 : oh,sudah ada seperti bedselernya sudah ada,kemudian lantai kamar
mandi nya sudah standar dan sudah di beri pegangan besi pada setiap
toilet-toilet yang ada di ruang perawatan.
X : untuk tanda yang ada digelang pasien itu apakah tahan air atau tidak
dok?
D3 : aman dan tahan air
X : di ruangan perawatan pada pasien resiko jatuh apakah dilakukan
assasment ulang gak dok?
D3 : iya selalu kita lakukan
X : apakah sejauh ini ada hamabatan gak dok dalam penatalaksanaan
baik dalam identifikasi pasien,penanganan resiko jatuh,sampai
penguranga infeksi yang ada di IGD ini?
D3 : sejauh ini tidak ada
X : penandaan untuk resiko jatuh itu biasanya warna apa dok ya?
X : baiklah dokter,mungkin samapai disini dulu pertanyaan dari saya,jika
ada kekurangan lainya saya berharap dokter bisa membatu dan saya
ucapkan terima kasih banyak atas waktu dan kesempatan yang sudah
di berikan kepada saya.terima kasih dokter assalammualaikum
D3 : iya sama-sama senang bisa membantu dokter,waalaikumsalam.
125
Wawancara Perawat 2
X : ass.siang mbk,
P2 : siang,,
X : Perkenalkan nama saya arseliana saya mahasiswi Institute Kesehatan
Helvetia Medan saya mau melakukan penelitian yang berhubungan
dengan keselamatan pasien yang ada di IGD,kalau boleh tahu ini
dengan mbk namanya siapa ya?
P2 : perkenalkan nama saya hartati
X : oh mbak hartati,,mbak hartati perawat atau bidan?
P1 : saya perawat yang bertugas di IGD ini
X : mbak lulusan D3 atau S1 keperawatan, lulusan tahun berapa?
P2 : saya lulusan S1 keperawatan tahun 2015
X : sudah berapa lama mbk bekerja di IGD ini?
P2 : sudah kurang lebih 2 tahun
X : baiklah mbak disini saya mau menanyakan tentang bagaimana alur
pelayanan pasien yang ada di IGD ini,mulai dari pasien masuk
sampai paien mendapatkan pengobatan?
P2 : biasanya alur yang ada di IGD itu pertama pasien masuk disesuaikan
dengan TRIASE lalu dilakukan anamnesa singkat dan memeriksa
vital sign lalu melapor ke dokter jaga,nanti dokter nya akan
memeriksa dan menganamnesa ulang,setelah itu dokter akan
menentukan apakah pasien perlu di rawat atau tidak.jika pasien nya
dirawat,maka perawat akan meminta keluarga pasien datang ke
bagian pendaftaran untuk mendaftar ke rawat inap,
X : jika keluarga pasien sudah mendaftar lalu apalagi yang dilakukan
mbk?
P2 : ya,dokter jaga akan melapor ke DPJP nya sesuai diagnosa yang ada
X : lalu jika adpis dari DPJP sudah di terima apalagi yang dilakukan?
P2 : kita pasang infus lalu kita cek lab dan kita berikan terapi sesuai
dengan orderan dokter
X : disini sebelum melakukan tindakan apakah dilakukan identifikasi
sebelumnya?
P2 : ya,selalu kita lakukan identifikasi pada pasien sebelum kita
melakukan suatu tindakan atau pemberian terapi.
X : tujuan dari identifikasi itu apa ya dok?
P2 : tujuan nya adalah agar mencegah terjadinya kesalahan dalam
melakukan tindakan ataupun dalam pemberian obat
X : apakah proses identifikasi pada pasien sudah berjalan dengan baik
apa belum mbak?
P2 : sudah berjalan dengan baik
X : apakah ada hambatan mbak selama ibu bekerja di IGD ini?
P2 : tidak ada
X : selanjutnya yang ingin saya tanyakan mbk,bagaimana komunikasi
antar staf yang ada di IGD ini?
P2 : komunikasinya berjalan dengan baik baik dalam hal operan dinas
atau diluar itu
126
Wawancara Perawat 3
X : ass.siang mbk,
P3 : siang,,
X : Perkenalkan nama saya arseliana saya mahasiswi Institute Kesehatan
Helvetia Medan saya mau melakukan penelitian yang berhubungan
dengan keselamatan pasien yang ada di IGD,kalau boleh tahu ini
dengan mbk siapa ya?
P3 : perkenalkan nama saya rini
X : baiklah dengan mbak rini.mbak rini perawat?
P3 : saya perawat yang bertugas di IGD ini
X : mbak lulusan D3 atau S1 keperawatan, lulusan tahun berapa?
P3 : saya lulusan S1 keperawatan tahun 2010
X : sudah berapa lama mbk bekerja di IGD ini?
P3 : sudah kurang lebih 3 tahun
X : baiklah mbak disini saya mau menanyakan tentang bagaimana alur
pelayanan pasien yang ada di IGD ini,mulai dari pasien masuk
sampai paien mendapatkan pengobatan?
P3 : biasanya alur yang ada di IGD itu pertama pasien masuk disesuaikan
dengan TRIASE lalu dilakukan anamnesa singkat dan memeriksa
vital sign lalu melapor ke dokter jaga,nanti dokter nya akan
memeriksa dan menganamnesa ulang,setelah itu dokter akan
menentukan apakah pasien perlu di rawat atau tidak.jika pasien nya
dirawat,maka perawat akan meminta keluarga pasien datang ke
bagian pendaftaran untuk mendaftar ke rawat inap,
X : jika keluarga pasien sudah mendaftar lalu apalagi yang dilakukan
mbk?
P3 : ya,dokter jaga akan melapor ke DPJP nya sesuai diagnosa yang ada
X : lalu jika adves dari DPJP sudah di terima apalagi yang dilakukan?
128
P3 : kita pasang infus lalu kita cek lab dan kita berikan terapi sesuai
dengan orderan dokter
X : disini sebelum melakukan tindakan apakah dilakukan identifikasi
sebelumnya?
P3 : ya,selalu kita lakukan identifikasi pada pasien sebelum kita
melakukan suatu tindakan atau pemberian terapi.
X : tujuan dari identifikasi itu apa ya dok?
P3 : tujuan nya adalah agar mencegah terjadinya kesalahan dalam
melakukan tindakan ataupun dalam pemberian obat
X : apakah proses identifikasi pada pasien sudah berjalan dengan baik
apa belum mbak?
P3 : sudah berjalan dengan baik
X : apakah ada hambatan mbak selama ibu bekerja di IGD ini?
P3 : tidak ada
X : selanjutnya yang ingin saya tanyakan mbk,bagaimana komunikasi
antar staf yang ada di IGD ini?
P3 : komunikasinya berjalan dengan baik baik dalam hal operan dinas
atau diluar itu
X : apakah pernah terjadi miscomunicasi selama ini?
P3 : tidak pernah
X : kalau melapor ke dokter untuk mendapatkan adpis itu petugas
perawat atau dokter jaga?
P3 : itu dokter jaga yang melakukannya
X : ibu pernah melapor ke DPJP saat dokter jaga tidak ada?
P3 : tidak pernah,karena dokter jaga nya stand bay terus
X : Ok,eeh,,bu jika ada pasien yang luka atau kecelakaan terus ada
tindakan untuk di hecting misalnya,itu biasanya dilakukan penandaan
gak bu?
P3 : dilakukan
X : dimana bu?
P3 : di RM nya
X : oh,sesuai dengan cheklist bu ya?
P3 : iya,nanti diisi oleh dokter untuk cheklist ya
X : apakah ada hambatan gak bu selama ini?
P3 : tidak ada
X : kalau untuk pencegahan resiko infeksi di IGD ini sudah berjalan
dengan baik belum bu?lalu pencegahan nya seperti apa?
P3 : sudah berjalan,pencegahan nya misalnya memakai APD,mencuci
tangan dengan 5 momen dan 6 langkah
X : apakah hal itu dilakukan setiap sebelum tindakan?
P3 : Iya selalu kita lakukan sebelum dan sesudah tindakan
X : boleh ibu sebutkan 5 momen itu apa saja dan 6 langkah nya
bagaimana?
P3 : baiklah untuk 5 moment itu adalah sebelum kontak dengan
pasien,sebelum melakukan tindakan aseptik,sesudah terkena cairan
129