Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KBAB

FENILPROPANOID,POLIKETIDA, POLIFENOL

Disusun oleh :

Kelompok 1

1.Andi Aprilicia 1801011500

2.Cristin Meilpa Sabeti Purba 1801011542

3.Gina Sonia 1801011477

4.Irah Astutty Maharani 1801011449

5.Yuli Febrianti Tanjung 1801011206

6.Zulaika Syahfitri 1801011315

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“FENILPROPANOID,POLIKETIDA, POLIFENOL” tepat pada waktunya.

Penulis juga berterima kasih kepada Ibu Apt. Ridha Evalina Tarigsn, S.Farm., M.Si selaku
dosen Kimia Bahan Alam Bahari yang telah memberikan tugas ini kepada penyusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Bahan Alam Bahari.

Penyusun menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan
ini penyusun menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Medan, Desember 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan tropik Indonesia terdapat tumbuh-tumbuhan yang peranannya dalam

era teknologi tidak kalah pentingnya dengan sumber daya alam lainnya seperti

gas, batu bara, mineral, dan lain-lain. Dari segi kimia, sumber daya alam hayati ini

merupakan sumber-sumber senyawa kimia yang tak terbatas jenis maupun

jumlahnya. Dengan demikian keanekaragaman hayati dapat diartikan sebagai

keanekaragaman kimiawi yang mampu menghasilkan bahan-bahan kimia baik

untuk kebutuhan manusia maupun organisme lain seperti untuk obat-obatan,

insektisida, kosmetika, dan sebagai bahan dasar sintesa senyawa organik yang

lebih bermanfaat.

Keanekaragaman sumber daya alam hayati di Indonesia ini merupakan

sumber senyawa kimia, baik berupa senyawa metabolit primer seperti protein,

karbohidrat, lemak yang digunakan sendiri oleh tumbuhan untuk pertumbuhannya

maupun senyawa metabolit sekunderseperti terpenoid, steroid, kurmarin,

flavonoid dan alkaloidyang umumnya mempunyai kemampuan bioaktifitas dan

berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan hama penyakit untuk

tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya.

Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia yang

merupakan produk metabolit sekunder sebagai alat pertahanan terhadap serangan


organisme pengganggu.Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan bioaktif.

Walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifikasi,
tetapi sesungguhnya jumlah bahan kimia pada tumbuhan dapat

melampui 400.000 jenis senyawa.

Akhir-akhir ini senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder pada

berbagai jenis tumbuhan telah banyak dimanfaatkan sebagai zat warna, racun,

aroma makanan, obat-obatan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, mengingat

betapa bermanfaatnya senyawa-senyawa hasil metabolit sekunder tersebut bagi

umat manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, maka dirasa perlu

untuk mempelajari lebih lanjut mengenai senyawa-senyawa metabolit sekunder

seperti steroid, alkaloid, terpenoid, fenolik, flavoinoid, saponin, dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana definisi senyawa Polifenol, Fenilpropanoid dan Poliketida?

b. Bagaimana jalur biosintesis senyawa Polifenol, Fenilpropanoi dan Poliketida?

c. Bagaimana tatanama senyawa Polifenol, Fenilpropanoid dan Poliketida?

d. Bagaimana reaksi-reaksi dalam senyawa Polifenol, Fenilpropanoid dan Poliketida?

1.3 Tujuan Makalah

a. Mengatahui definisi senyawa Polifenol, Fenilpropanoid dan Poliketida


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skrining Fitokimia
a) Senyawa flavonoid
Uji skrining senyawa ini dilakukan dengan cara menggunakan pereaksi Wilstater/
Sianidin. Bahan sampel tanaman sebanyak 5 gram diekstraksi dengan pelarut n-heksana atau
petroleum eter sebanyak 15 ml kemudian disaring. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya
diekstraksi lebih lanjut menggunakan metanol atau etanol sebanyak 30 ml. Selanjutnya, 2 ml
ekstrak metanol atau etanol yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambah dengan 0,5 ml asam klorida pekat (HCl pekat) dan 3-4 pita logam Mg. Adanya
flavonoid ditandai dengan warna merah, oranye dan hijau tergantung struktur flavonoid yang
terkandung dalam sampel tersebut(Cahyono, 2017).
b) Senyawa Fenilpropanoid
Ekstrak diuapkan sampai kering, kemudian ditambahkan air panas dan dinginkan. Setelah
dingin, bagi menjadi dua tabung. Tabung I diberi ammonia 10% dan tabung II sebagai
pembanding. Dilihat di bawah lampu UV, jika terdapat fluoresensi kuning kehijauan atau
kebiruan berarti sampel tersebut positif mengandung kumarin(Isnawati, 2008).
c) Senyawa Poliketida
Pengujian terhadap sampel tumbuhan yang mengandung kuinon contohya adalah kunyit,
cara-caranya yaitu: kunyit dipotong-potong, kemudian ditambah dengan dietil eter dan NaOH
serta HCl(p). Dalam uji ini apabila sampel kunyit saat ditambah NaOH akan memudarka warna
dari sampel namun apabila ditambahkan HCl(p) warna semula muncul kembali, hal ini
menunjukkan bahwa pada kunyit terdapat kandungan senyawa kuinon (zat warna kuinon).
2.2 Jalur Biosintesis
a) Senyawa Flavonoid
Spekulasi mengenai biosintesa flavonoid bermula dari analisa berbagai struktur senyawa
yang termasuk golongan ini. Pada tahun 1936 Robinson mengajukan pendapat bahwa kerangka
C6-C3 dari fenilpropanoid yang mempunyai gugus fungsi oksigen pada posisi para, para dan
meta atau dua meta dan satu para dari cincin aromatik. Akan tetapi senyawa-senyawa
fenilpropanoid, seperti asam-asam amino fenilalanin dan tirosin, bukannya dianggap sebagai
senyawa yang menurunkan flavonoid melainkan hanya sebagai senyawa yang bertalian
belakang.
Pola biosintesis flavonoi pertama kali disarankan oleh Brich. Menurut Brich, pada tahp-
tahap pertama dari biosintesa flavonoid suatu unit C6-C3 berkombinasi dengan tiga unit C2
menghasilkan unit C6-C3-(C2+C2+C2). Kerangka C15 yang dihasilkan dari kombinasi ini telah
mengandung gugus-gugus fungsi oksigen pada posisi-posisi yang diperlukan.
Adapun cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida, yakni kondensasi
dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom karbon dari rantai propan
berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur shikimat). Dengan demikian, kerangka dasar karbon dari
flavonoid dihasilkan dari kombinasi anatara dua jalur biosintesa yang utama untuk cincin
aromatic, yakni jalur shikimat dan jalur asetat-malonat. Selanjutnya, sebagai akibat dari
berbagai perubahan yang disebabkan oleh enzim, ketiga atom karbon dari rantai propan dapat
menghasilkan berbagai gugus fungsi seperti ikatan rangkap, gugus hidroksil, gugus karbonil,
dan sebagainya. Berikut merupakan pokok-poko biosintesis flavonoid:
Menurut biosintesa ini, pembentukan flavonoid dimulai dengan memperpanjang unit
fenilpropanoid (C6-C3) yang berasal dari turunan sinamat seperti asam p-kumarat, kadang-
kadang asam kafeat, asam ferulat atau asam sinapat. Percobaan-percobaan ini juga menunjukan
bahwa calkon dan isomer flavanon yang sebanding juga berperan sebagai senyawa antara dalam
biosintesis berbagai jenis flavonoid, sebagaimana disarankan oleh Grisebach. Berikut biosintesis
berbagai jenis flavonoid yang disarankan oleh Grisebach:

b) Senyawa Fenilpropanoid
Jalur shikimat untuk biosintesa fenilpropanoid ditemukan untuk pertama kalinya dalam
mikroorganisme, seperti bakteri, kapang dan ragi sebagai hasil karya dari Davis. Sedangkan
asam shikimat sendiri pertama kali ditemukan pada tahun 1885 dari tumbuhan Illicium
religiosum, yang dalam bahasa Jepang disebut shikimi-no-ki, dan kemudian ditemukan pula
dalam banyak tumbuhan.
Pembentukan asam shikimat
karbon.dimulai
Selanjutnya,
dengan kondensasi
reaksi yang
aldol antara
analogtetrosa,
(intramolekuler)
yakni eritrosa dan asam fo
menghasilkan asam 5-
dehidrokuinat yang
mempunyai lingkar siklohesan,
yang kemudian diubah menjadi
asam shikimat. Asam prefenat terbentuk oleh adisi
asam fosfoenolpiruvat
kepada asam
shikimat. Berikutnya,
aromatisasi dari asam
prefenat menghasilkan asam
fenilpiruvat,
darimana
dihasilkan
fenilalanin melalui
reaksi reduktif aminasi.
Akhirnya deaminasi
dari fenilalanin
menghasilkan asam
sinamat. Reaksi
parallel yang sejenis terhadap tirosin yang mempunyai
tingkat oksidasi yang lebih tinggi
menghasilkan asam p-kumarat, dan
selanjutnya asam-asam kafeat, ferulat
dan sinapat. Adapun pokok-pokok reaksi
biosintesis dari jalur shikimat adalah
sebagai berikut:
c) Senyawa Poliketida
Suatu asam asetat (suatu C2) adalah unit struktur yang paling umum digunakan oleh
organisme untuk menghasilkan senyawa-senyawa bahan alam, kadang kala dengan struktur yang
agak rumit. Asam asetat adalah sumber utama bagi atom karbon untuk pembentukan poliketida.
Biosintesa poliketida sangat menonjol dalam mikroorganisme, seperti bakteri, kapang,
dan lumut, tetapi tidak begitu berarti dalam tumbuhan tinggi. Pada tahun 1893, Collie untuk
pertama kalinya telah menyarankan bahwa senyawa-senyawa fenol bahan alam berasal dari
poliasetil. Hal ini didasarkan pada penemuannya mengenai sifat-sifat dari poliasetil. Collie
menenmukan bahwa senyawa-senyawa poliasetil tertentu bereaksi dengan basa menghasilkan
senyawa-senyawa identik atau menyerupai senyawa-senyawa fenol yang ditemukan dialam, pada
tahun 1953, birch meneliti lebih lanjut hasil-hasil penemuan Collie terebut diatas dan
berdasarkan percobaan-percobaan dengan senyawa bertanda telah menyarankan suatu hipotesis
biogenetic bagi poliketida.
Rantai poliasetil yang menurunkan senyawa-senyawa poliketida berasal dari
penggabungan unit-unit asam asetat melalui kondensasi aldol. Untuk dapat melakukan
kondensasi ini, asam asetat pertama-tama diubah menjadi bentuk yang lebih reaktif, yang
ditempuh dengan dua cara. Pertama, gugus karboksil dari asam asetat diaktifkan dengan cara
mengubahnya menjadi ester tiol dari asetil koenzim-A, dan dalam bentuk ester tiol ini gugus
karbonil mudah diserang oleh nukleofil. Kedua, gugus metal dari asetil koenzim-A diaktifkan
pula melalui reaksi karboksilasi sehingga mengubahnya menjadi ester tiol dari asetat dan
malonat. Kedua unit yang reaktif ini, yakni ester tiol dari asetat dan malonat, mudah
berkondensasi aldol menghasilkan rantai poliasetil dari asam poli-β-ketokarboksilat. Berikut
biosintesis dari asam poli-β-ketokarboksilat:
Asam poli-β-ketokarboksilat

2.3 Tatanama
a) Senyawa Flavonoid
Flavonoid mempunyai kerangka dasar dengan 15 atom karbon, dimana dua cincin benzen
(C6) terikat pada satu rantai propan (C3) sehingga membentuk suatu susunan (C6-C3-C6) dengan
struktur 1,3-diarilpropan. Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis, bergantung
pada tingkat oksidasi rantai propan dari sistem 1,3-diarilpropan [Achmad, 1985]. Agar mudah,
cincin diberi tanda A, B, dan C,atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang
menggunakan angka biasa untuk cincin A dan C, serta angka “beraksen” untuk cincin B.

Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoid yaitu:
1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana

2. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana


3. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana

Flavonoid adalah senyawa yang tersusun dari 15 atom karbon dan terdiri dari 2 cincin
benzen yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat membentuk cincin ketiga. Flavonoid
dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Flavonoid yang memiliki cincin ketiga berupa gugus piran. Flavonoid ini disebut flavan atau
fenilbenzopiran. Turunan flavan banyak digunakan sebagai astringen (turunan tanin).
2. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus piron. Flavonoid ini disebut flavon
atau fenilbenzopiron. Turunan flavon adalah jenis flavonoid yang paling banyak memiliki
aktivitas farmakologi.
3. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus pirilium. Flavonoid ini disebut
flavilium atau antosian. Turunan pirilium biasa digunakan sebagai pewarna alami
b) Senyawa Fenilpropanoid
Senyawa fenilpropanoid merupakan salah satu kelompok senyawa fenol utama yang
berasal dari jalur shikimat. Senyawa senyawa fenol ini mempunyai kerangka dasar karbon yang
terdiri dari cincin benzen (C6) yang terikat pada ujung rantai karbon propana (C3).

Kerangka dasar Fenilpropanoid


Beberapa jenis senyawa yang termasuk fenilpropanoid adalah:
1. Turunan sinamat

2. Turunan
kumarin

3. Turunan Alilfenol

4. Turunan porpenil fenol


Struktur beberapa jenis senyawa fenilpropanoida tersebut diatas menunjukkan kerangka
dasar fenilpropanoida yang nyata dan kerangka karbon ini mempunyai oksidasi maksimal
trihidroksida. Kemungkinan lain dari pola oksidasi adalah 3,4-dihidroksi atau 4-hidroksi atau
tidak teroksidasi sama sekali.
c) Senyawa poliketida
Secara umum senyawa poliketida memiliki struktur CH3[CH2CO]nCOOH yang disebut
ketida atau poli-β-keto. Berdasarkan struktur poliketida tersebut, secara trivial poliketida
memiliki nama poliketida atau alkan poli-on. Sedangkan secara IUPAC diberi nama
polialkanon.
Beberapa jenis senyawa yang termasuk poliketida ialah:
1. Turunan floroglusinol

2. Turunan Bengokuinon

3. Turunan
kromon

4. Turunan Naftakuinon
5. Turunan Antrakuinon

2.3 Reaksi Kimia


a) Senayawa Flavonoid
Flavon yang mengandung gugus metoksi (atau hidroksi) pada posisi 5, bila dipanaskan
dengan asam yodida akan mengalami demetilasi, diikuti oleh penataan ulang sebagai akibat
terbukanya cincin flavon dan resiklisasi. Proses ini disebut penataan ulang Wessley-Moser.
Selanjutnya, bila cincin B dari flavon mengandung gugus metoksil (atau hidroksil) pada posisi
2’, maka penataan ulang Wessley-Moser dari senyawa flavon ini akan menghasilkan suatu
flavon, dimana cincin B dari flavon semula berubah menjadi cincin A dari flavon yang baru
terbentuk.

Reaksi
penataan ulang ini,
secara umum sebagai
berikut:
Reaksi dari flavon dan flavonol berkaitan dengan sifat aromatik dari cincin A dan B atau
berhubungan dengan subtituen cincin tersebut. Sifat aromatik dari cincin A dan B akan jelas
terlihat pada senyawa-senyawa flavon yang mengandung gugus hidroksil, yang berlaku sebagai
fenol terhadap reaksi substitusi elektrofilik. Bila cincin A mengandung gugus hidroksil maka
substitusi pertama akan terjadi pada cincin ini. Gugus hidroksil pada posisi 5 atau 7 akan
mengarahkan substitusi pada posisi 8, dan substitusi selanjutnya akan mengahasilkan flavon
dengan substituen ganda pada posisi 6 dan 8. Sedangkan 5,7-dihidroksiflavon mengalami
subtitusi ganda pada posisi 6 dan 8.
Gugus hidroksil dari suatu hidroksiflavon, seperti lazimnya gugus fenol, dapat dimetilasi
menggunakan dimetil sulfat dan alkali menghasilkan metil eter. Gugus hidroksil pada posisi 5,
karena membentuk ikatan hidrogen dengan gugus karbonil pada posisi 4, agak sukar dimetilasi.
Akan tetapi, metilasi lengkap dari suatu polihidroksiflavon dapat dilakukan menggunakan
dimetil sulfat yang berlebih. Metilasi dari gugus hidroksil, kecuali gugus hidroksil pada posisi 5,
dapat pula dilakukan menggunakan diazometan (CH2N2).
Sebaliknya, gugus metoksil dalam molekul metosilflavon oleh asam yodida diubah
menjadi gugus hidroksil. Namun demikian pada kondisi reaksi demetilasi ini, flavon yang
mengandung gugus metoksil (atau hidroksil) pada posisi 5 atau 2’ dapat mengalami penataan
ulang Wessley-Moser, seperti telah diuraikan sebelumnya.
b) Senyawa Fenilpropanoid

- Ditemukan secara luas di alam, terutama sekali turunan hidroksisinamat, seperti p-kumarat,
kafeat, ferulat dan sinapat, senyawa-senyawa ini bisa ditemukan dalam bentuk ester
- Mudah dideteksi dengan kromatografi kertas, noda-nodanya memberikan fluororesensi
berwarna biru atau hijau di bawah sinar ultra violet. Intensitas warna dapat ditingkatkan bila
diperlakukan dengan uap amoniak.
- Ditemukan di alam, ikatan rangkap olefin pada umumnya mempunyai konfigurasi trans
yang lebih stabil daripada cis. Akan tetapi, konfigurasi ini dapat diubah dari yang satu
menjadi yang lain, isomerasi dapat terjadi selama proses pemisahan. Oleh karena itu,
turunan sinamat yang dipisahkan dari jaringan tumbuhan lazimnya adalah campuran
keseimbangan dari kedua isomer tersebut.
- Dapat diidentifikasi dari spectrum ultra violet, yang mempunyai serapan maksimum pada
panjang gelombang sekitar 245nm dan 320nm. Senyawa-senyawa ini dalam suasana basa,
memperlihatkan perpindahan serapan maksimum didaerah ultra violet ke panjang
gelombang yang lebih besar.
- Senyawa-senyawa turunan sinamat dapat disintesis dengan reaksi Perkin, yakni kondensasi
aldol antara aldehid aromatic yang sesuai dan anhidrida asam karboksilat dengan adanya
garam natrium dari asam tersebut sebagai katalis.

Pada reaksi ini, kondensasi terjadi antara gugus karbonil dari aldehid aromatic dan gugus
metil aktif dari anhidrida asam. Sedangkan fungsi katalis adalah untuk membentuk anion dari
gugus metil aktif tersebut. Mekanisme dari sintesis Perkin :

- Turunan sinamat dapat pula


disintesis menggunakan reaksi Knoevenagel, yakni kondensasi aldol antara suatu aromatic
aldehid yang sesuai dengan asam atau ester malonat, dengan adanya katalis basa.
Reaksi secara umum adalah :
Cara lain untuk mensintesis senyawa-senyawa turunan sinamat ialah

kondensasi aldol
antara aldehid aromatic yang sesuai dengan ester asetat dengan adanya basa, contoh :

c) Senyawa poliketida

Reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa poliketida merupakan reaksi pembentukan suatu
metabolit sekunder. Sebagian besar reaksi dari poliketida menunjukkan reaksi keseluruhan dalam
proses biosintesis poliketida. Secara umum, reaksi yang dialami oleh berbagai senyawa
poliketida mencakup:
1. Kondensasi aldol
Kondensasi tipe Kroton (aldol) : kondensasi gugus karbonil dengan gugus metilen
2. Kondensasi Claisen
Kondensasi tipe Claisen : kondensasi hidroksil dari gugus karboksilat dengan metilen

3. Laktonisasi

Kondensasi tipe laktonisasi : gugus hidroksil dari karboksilat membentuk jembatan


dengan gugus hidroksi

4. Esterifikasi
Kondensasi tipe esterifikasi : jembatan antara gugus karbonil dengan gugus karbonil
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Senyawa fenilpropanoid dan flavonoid merupakan senyawa fenolik jenis pertama yang
melakukan biosintesis melalui jalur shikimat. Sedangkan senyawa poliketida merupakan
senyawa fenolik jenis kedua yang melakukan biosintesis melalui jalur asetat-malonat. Skrining
fitokimia senyawa flavonoid ditandai dengan adanya perubahan warna merah, orange dan hijau
ketika direaksikan dengan pereaksi Wilstater/Sianidin. Selain itu untuk mendeteksi senyawa
poliketida (kuinon) juga dapat digunakan pereaksi larutan natrium hidroksida 1 N. Bila
terbentuk wama merah menunjukkan adanya kuinon. Dan untuk mendeteksi senyawa
fenilpropanoid (kumarin) dapat dilihat dibawah lampu UV, jika terdapat fluoresensi kuning
kehijauan atau kebiruan berarti positif mengandung kumarin.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan yang sangat sederhana ini bukanlah hasil karya cipta
penulis hebat pada umumnya. Melainkan hanya hasil goresan dan tulisan orang yang mencoba
untuk selalu belajar dan ingin tahu. Sehingga tidak heran bila dalam penulisan ini sering kali
terjadi kesalahan. Oleh sebab itu, atas segala kesalahan dalam penyusunan dan penulisan makalah
ini. Penulis memohon serta mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun dan
berbentuk pencerahan agar dalam penyusunan dan pembuatan makalah selanjutnya bisa menjadi
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Ery. 2012. Terpenoid. (online) diakses di : http://pemula-awaliharimu.blogspot.co.id

pada tanggal 18 februari 2017

Lestari. 2014. Senyawa Terpenoid. (online) diakses di http://lialestari.blogspot.co.id pada tanggal


18 februari 2017

Fessenden, Fessenden. 1982.Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga

Saman, S. I., Nurhayati, B., & Wenny, J. A. M. (2013). Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Flavonoid dan Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Rimpang Jeringau.

Gafur, M. A., Isa, I., & Bialangi, N. (2013). Isolasi dan identifikasi Senyawa Flavonoid dari daun Jamblang
(Syzygium cumini). Naskah Skripsi S, 1.

Anda mungkin juga menyukai