FENILPROPANOID,POLIKETIDA, POLIFENOL
Disusun oleh :
Kelompok 1
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“FENILPROPANOID,POLIKETIDA, POLIFENOL” tepat pada waktunya.
Penulis juga berterima kasih kepada Ibu Apt. Ridha Evalina Tarigsn, S.Farm., M.Si selaku
dosen Kimia Bahan Alam Bahari yang telah memberikan tugas ini kepada penyusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Bahan Alam Bahari.
Penyusun menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan
ini penyusun menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
era teknologi tidak kalah pentingnya dengan sumber daya alam lainnya seperti
gas, batu bara, mineral, dan lain-lain. Dari segi kimia, sumber daya alam hayati ini
insektisida, kosmetika, dan sebagai bahan dasar sintesa senyawa organik yang
lebih bermanfaat.
sumber senyawa kimia, baik berupa senyawa metabolit primer seperti protein,
Walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifikasi,
tetapi sesungguhnya jumlah bahan kimia pada tumbuhan dapat
berbagai jenis tumbuhan telah banyak dimanfaatkan sebagai zat warna, racun,
aroma makanan, obat-obatan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, mengingat
umat manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, maka dirasa perlu
b) Senyawa Fenilpropanoid
Jalur shikimat untuk biosintesa fenilpropanoid ditemukan untuk pertama kalinya dalam
mikroorganisme, seperti bakteri, kapang dan ragi sebagai hasil karya dari Davis. Sedangkan
asam shikimat sendiri pertama kali ditemukan pada tahun 1885 dari tumbuhan Illicium
religiosum, yang dalam bahasa Jepang disebut shikimi-no-ki, dan kemudian ditemukan pula
dalam banyak tumbuhan.
Pembentukan asam shikimat
karbon.dimulai
Selanjutnya,
dengan kondensasi
reaksi yang
aldol antara
analogtetrosa,
(intramolekuler)
yakni eritrosa dan asam fo
menghasilkan asam 5-
dehidrokuinat yang
mempunyai lingkar siklohesan,
yang kemudian diubah menjadi
asam shikimat. Asam prefenat terbentuk oleh adisi
asam fosfoenolpiruvat
kepada asam
shikimat. Berikutnya,
aromatisasi dari asam
prefenat menghasilkan asam
fenilpiruvat,
darimana
dihasilkan
fenilalanin melalui
reaksi reduktif aminasi.
Akhirnya deaminasi
dari fenilalanin
menghasilkan asam
sinamat. Reaksi
parallel yang sejenis terhadap tirosin yang mempunyai
tingkat oksidasi yang lebih tinggi
menghasilkan asam p-kumarat, dan
selanjutnya asam-asam kafeat, ferulat
dan sinapat. Adapun pokok-pokok reaksi
biosintesis dari jalur shikimat adalah
sebagai berikut:
c) Senyawa Poliketida
Suatu asam asetat (suatu C2) adalah unit struktur yang paling umum digunakan oleh
organisme untuk menghasilkan senyawa-senyawa bahan alam, kadang kala dengan struktur yang
agak rumit. Asam asetat adalah sumber utama bagi atom karbon untuk pembentukan poliketida.
Biosintesa poliketida sangat menonjol dalam mikroorganisme, seperti bakteri, kapang,
dan lumut, tetapi tidak begitu berarti dalam tumbuhan tinggi. Pada tahun 1893, Collie untuk
pertama kalinya telah menyarankan bahwa senyawa-senyawa fenol bahan alam berasal dari
poliasetil. Hal ini didasarkan pada penemuannya mengenai sifat-sifat dari poliasetil. Collie
menenmukan bahwa senyawa-senyawa poliasetil tertentu bereaksi dengan basa menghasilkan
senyawa-senyawa identik atau menyerupai senyawa-senyawa fenol yang ditemukan dialam, pada
tahun 1953, birch meneliti lebih lanjut hasil-hasil penemuan Collie terebut diatas dan
berdasarkan percobaan-percobaan dengan senyawa bertanda telah menyarankan suatu hipotesis
biogenetic bagi poliketida.
Rantai poliasetil yang menurunkan senyawa-senyawa poliketida berasal dari
penggabungan unit-unit asam asetat melalui kondensasi aldol. Untuk dapat melakukan
kondensasi ini, asam asetat pertama-tama diubah menjadi bentuk yang lebih reaktif, yang
ditempuh dengan dua cara. Pertama, gugus karboksil dari asam asetat diaktifkan dengan cara
mengubahnya menjadi ester tiol dari asetil koenzim-A, dan dalam bentuk ester tiol ini gugus
karbonil mudah diserang oleh nukleofil. Kedua, gugus metal dari asetil koenzim-A diaktifkan
pula melalui reaksi karboksilasi sehingga mengubahnya menjadi ester tiol dari asetat dan
malonat. Kedua unit yang reaktif ini, yakni ester tiol dari asetat dan malonat, mudah
berkondensasi aldol menghasilkan rantai poliasetil dari asam poli-β-ketokarboksilat. Berikut
biosintesis dari asam poli-β-ketokarboksilat:
Asam poli-β-ketokarboksilat
2.3 Tatanama
a) Senyawa Flavonoid
Flavonoid mempunyai kerangka dasar dengan 15 atom karbon, dimana dua cincin benzen
(C6) terikat pada satu rantai propan (C3) sehingga membentuk suatu susunan (C6-C3-C6) dengan
struktur 1,3-diarilpropan. Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis, bergantung
pada tingkat oksidasi rantai propan dari sistem 1,3-diarilpropan [Achmad, 1985]. Agar mudah,
cincin diberi tanda A, B, dan C,atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang
menggunakan angka biasa untuk cincin A dan C, serta angka “beraksen” untuk cincin B.
Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoid yaitu:
1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana
Flavonoid adalah senyawa yang tersusun dari 15 atom karbon dan terdiri dari 2 cincin
benzen yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat membentuk cincin ketiga. Flavonoid
dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Flavonoid yang memiliki cincin ketiga berupa gugus piran. Flavonoid ini disebut flavan atau
fenilbenzopiran. Turunan flavan banyak digunakan sebagai astringen (turunan tanin).
2. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus piron. Flavonoid ini disebut flavon
atau fenilbenzopiron. Turunan flavon adalah jenis flavonoid yang paling banyak memiliki
aktivitas farmakologi.
3. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus pirilium. Flavonoid ini disebut
flavilium atau antosian. Turunan pirilium biasa digunakan sebagai pewarna alami
b) Senyawa Fenilpropanoid
Senyawa fenilpropanoid merupakan salah satu kelompok senyawa fenol utama yang
berasal dari jalur shikimat. Senyawa senyawa fenol ini mempunyai kerangka dasar karbon yang
terdiri dari cincin benzen (C6) yang terikat pada ujung rantai karbon propana (C3).
2. Turunan
kumarin
3. Turunan Alilfenol
2. Turunan Bengokuinon
3. Turunan
kromon
4. Turunan Naftakuinon
5. Turunan Antrakuinon
Reaksi
penataan ulang ini,
secara umum sebagai
berikut:
Reaksi dari flavon dan flavonol berkaitan dengan sifat aromatik dari cincin A dan B atau
berhubungan dengan subtituen cincin tersebut. Sifat aromatik dari cincin A dan B akan jelas
terlihat pada senyawa-senyawa flavon yang mengandung gugus hidroksil, yang berlaku sebagai
fenol terhadap reaksi substitusi elektrofilik. Bila cincin A mengandung gugus hidroksil maka
substitusi pertama akan terjadi pada cincin ini. Gugus hidroksil pada posisi 5 atau 7 akan
mengarahkan substitusi pada posisi 8, dan substitusi selanjutnya akan mengahasilkan flavon
dengan substituen ganda pada posisi 6 dan 8. Sedangkan 5,7-dihidroksiflavon mengalami
subtitusi ganda pada posisi 6 dan 8.
Gugus hidroksil dari suatu hidroksiflavon, seperti lazimnya gugus fenol, dapat dimetilasi
menggunakan dimetil sulfat dan alkali menghasilkan metil eter. Gugus hidroksil pada posisi 5,
karena membentuk ikatan hidrogen dengan gugus karbonil pada posisi 4, agak sukar dimetilasi.
Akan tetapi, metilasi lengkap dari suatu polihidroksiflavon dapat dilakukan menggunakan
dimetil sulfat yang berlebih. Metilasi dari gugus hidroksil, kecuali gugus hidroksil pada posisi 5,
dapat pula dilakukan menggunakan diazometan (CH2N2).
Sebaliknya, gugus metoksil dalam molekul metosilflavon oleh asam yodida diubah
menjadi gugus hidroksil. Namun demikian pada kondisi reaksi demetilasi ini, flavon yang
mengandung gugus metoksil (atau hidroksil) pada posisi 5 atau 2’ dapat mengalami penataan
ulang Wessley-Moser, seperti telah diuraikan sebelumnya.
b) Senyawa Fenilpropanoid
- Ditemukan secara luas di alam, terutama sekali turunan hidroksisinamat, seperti p-kumarat,
kafeat, ferulat dan sinapat, senyawa-senyawa ini bisa ditemukan dalam bentuk ester
- Mudah dideteksi dengan kromatografi kertas, noda-nodanya memberikan fluororesensi
berwarna biru atau hijau di bawah sinar ultra violet. Intensitas warna dapat ditingkatkan bila
diperlakukan dengan uap amoniak.
- Ditemukan di alam, ikatan rangkap olefin pada umumnya mempunyai konfigurasi trans
yang lebih stabil daripada cis. Akan tetapi, konfigurasi ini dapat diubah dari yang satu
menjadi yang lain, isomerasi dapat terjadi selama proses pemisahan. Oleh karena itu,
turunan sinamat yang dipisahkan dari jaringan tumbuhan lazimnya adalah campuran
keseimbangan dari kedua isomer tersebut.
- Dapat diidentifikasi dari spectrum ultra violet, yang mempunyai serapan maksimum pada
panjang gelombang sekitar 245nm dan 320nm. Senyawa-senyawa ini dalam suasana basa,
memperlihatkan perpindahan serapan maksimum didaerah ultra violet ke panjang
gelombang yang lebih besar.
- Senyawa-senyawa turunan sinamat dapat disintesis dengan reaksi Perkin, yakni kondensasi
aldol antara aldehid aromatic yang sesuai dan anhidrida asam karboksilat dengan adanya
garam natrium dari asam tersebut sebagai katalis.
Pada reaksi ini, kondensasi terjadi antara gugus karbonil dari aldehid aromatic dan gugus
metil aktif dari anhidrida asam. Sedangkan fungsi katalis adalah untuk membentuk anion dari
gugus metil aktif tersebut. Mekanisme dari sintesis Perkin :
kondensasi aldol
antara aldehid aromatic yang sesuai dengan ester asetat dengan adanya basa, contoh :
c) Senyawa poliketida
Reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa poliketida merupakan reaksi pembentukan suatu
metabolit sekunder. Sebagian besar reaksi dari poliketida menunjukkan reaksi keseluruhan dalam
proses biosintesis poliketida. Secara umum, reaksi yang dialami oleh berbagai senyawa
poliketida mencakup:
1. Kondensasi aldol
Kondensasi tipe Kroton (aldol) : kondensasi gugus karbonil dengan gugus metilen
2. Kondensasi Claisen
Kondensasi tipe Claisen : kondensasi hidroksil dari gugus karboksilat dengan metilen
3. Laktonisasi
4. Esterifikasi
Kondensasi tipe esterifikasi : jembatan antara gugus karbonil dengan gugus karbonil
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Senyawa fenilpropanoid dan flavonoid merupakan senyawa fenolik jenis pertama yang
melakukan biosintesis melalui jalur shikimat. Sedangkan senyawa poliketida merupakan
senyawa fenolik jenis kedua yang melakukan biosintesis melalui jalur asetat-malonat. Skrining
fitokimia senyawa flavonoid ditandai dengan adanya perubahan warna merah, orange dan hijau
ketika direaksikan dengan pereaksi Wilstater/Sianidin. Selain itu untuk mendeteksi senyawa
poliketida (kuinon) juga dapat digunakan pereaksi larutan natrium hidroksida 1 N. Bila
terbentuk wama merah menunjukkan adanya kuinon. Dan untuk mendeteksi senyawa
fenilpropanoid (kumarin) dapat dilihat dibawah lampu UV, jika terdapat fluoresensi kuning
kehijauan atau kebiruan berarti positif mengandung kumarin.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan yang sangat sederhana ini bukanlah hasil karya cipta
penulis hebat pada umumnya. Melainkan hanya hasil goresan dan tulisan orang yang mencoba
untuk selalu belajar dan ingin tahu. Sehingga tidak heran bila dalam penulisan ini sering kali
terjadi kesalahan. Oleh sebab itu, atas segala kesalahan dalam penyusunan dan penulisan makalah
ini. Penulis memohon serta mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun dan
berbentuk pencerahan agar dalam penyusunan dan pembuatan makalah selanjutnya bisa menjadi
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Saman, S. I., Nurhayati, B., & Wenny, J. A. M. (2013). Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Flavonoid dan Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Rimpang Jeringau.
Gafur, M. A., Isa, I., & Bialangi, N. (2013). Isolasi dan identifikasi Senyawa Flavonoid dari daun Jamblang
(Syzygium cumini). Naskah Skripsi S, 1.