Anda di halaman 1dari 8

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2021

No: 044/Dio.KAPal/II/2021

PAPASKAH ADALAH UNDANGAN

UNTUK MEMPRAKTEKKAN SOLIDARITAS

+MGR. ALOYSIUS SUDARSO SCJ


USKUP AGUNG
KEUSKUPAN AGUNG PALEMBANG

1
Papaskah adalah Undangan untuk mempraktekkan Solidaritas.

”Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang


yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut
Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan
nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi
barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia
akan menyelamatkannya”. (Lukas 9: 23-24 )

Saudara saudari yang terkasih.


Prapaskah adalah masa yang berahmat untuk memperbaharui
hidup kita. Suatu kesempatan merefleksikan perjalanan hidup
beriman dan menilai diri sejauh mana kita menghayati diri
sebagai murid kristiani. Tentu terutama keberadaan kita di
tengah pandemic covid 19 ini, yang sudah hampir satu tahun dan
membawa dampak kehidupan manusia: ada rasa semakin tidak
berdaya menghadapi krisis ini, rasa takut karena kelemahan
sebagai mahluk rentan, timbul rasa kehilangan dalam banyak hal
menyangkut pekerjaan, sakit bahkan kematian anggota
keluarga. Juga perasaan kesendirian ketika harus mengalami
isolasi dari keluarga terdekat yang dikasihinya.

Disamping ketidak-pastian yang kita alami oleh karena musibah


ini, saya mengajak kita semua untuk mencoba memetik makna
spiritual yang mampu menyadarkan dan menggugah kita untuk
dapat menghidupi daya ilahi yang diungkapkan Yesus lewat

2
penderitaan, wafat dan kebangkitanNya bagi dunia. Agar kita
mampu bangkit melanjutkan dunia baru yang sudah dimulai
Yesus Kristus Junjungan kita.

Saudara saudari yang terkasih.


Ketidakberdayaan menghadapi ketidakpastian karena Covid 19,
secara rohani harus menyadarkan bahwa kita adalah komunitas
sedunia, saudara yang lemah tak berdaya walaupun telah
mengalami kemajuan tehnologi luar biasa. Semua terdampak
terhambat untuk membangun kebersamaan kita. Kita manusia
ditantang untuk bekerjasama menyelamatkan hidup kita. Covid
19 telah membawa korban dan bahkan telah banyak manusia
yang kehilangan hidupnya. Hidup keluarga sangat terancam,
keberadaan manusia dalam bahaya, di lain pihak manusia
didorong untuk memperhatikan mereka yang tua, yang miskin
karena kehilangan kesempatan kerja untuk menghidupi anak-
anaknya. Apalagi awal tahun 2021 ini banyak suadara menjadi
korban gempa dahsyat dan banjir dimana- mana.

Memasuki masa prapaskah ini mari kita menyadari kebersamaan


kita sebagai mahluk spiritual yang keberadaannya di dunia ini
saling bertautan sebagai saudara. Pada Hari Persaudaraan
Internasional pertama, Bapa Suci Fransikus mengatakan
”terlepas dari perbedaan budaya dan tradisi, kita adalah saudara
dan saudari, lahir dari Bapa yang sama.” Paus melanjutkan
bahwa dunia tanpa saudara ialah dunia musuh. Mengabaikan
satu sama lain, ketidak pedulian adalah bentuk permusuhan
yang sangat halus, yang tidak sesuai dengan iman kita, Allah
yang dalam Yesus telah menjadi saudara, solider dengan
pergolakan hidup manusia.

3
Saudara saudari yang terkasih.
Kita mendukung Bapa Presiden kita yang menekankan
Solidaritas antara kita anak bangsa. Solidaritas yag menjadi
dasar keragaman budaya untuk bertahan dan mengatasi masa
pandemic ini, yang mengancam dan melemahkan sendi
kehidupan bangsa. Bapa Suci Fransiskus mengingatkan bahwa
kerentanan bersama yang dirasakan saat ini harus menyadarkan
kita akan solidaritas global, yang melampaui batas-batas suku,
agama, ras dan bangsa.

Di tengah situasi yang sulit ini, syukur kepada Tuhan, kita


saksikan wujud belaskasih nyata yang berkembang di tengah
masyarakat biasa, perubahan perilaku untuk memutus mata
rantai penularan virus covid 19. Sangat menggembirakan bahwa
banyak gerakan membantu mengusahakan alat alat pencegah
penularan seperti masker, sabun cuci, tempat cuci tangan public,
dsb. Ada penggalangan dana untuk membantu penyediaan APD
medis. Gerakan gerakan itu tersebar, bahkan banyak sering
merupakan gerakan spontan, misalnya kelompok kelompok ibu-
ibu di lingkungan lingkungan. Kita saksikan juga bebagai
lembaga secara responsif dan cepat bergerak untuk banyak
orang miskin dan terdampak. Dalam situasi ketimpangan itu, kita
menyaksikan gerakan gerakan baik yang spontan maupun
terorganisir sangat menunjukkan kepedulian. Masalah
kemanusiaan dan penderitaan telah menyadarkan bahwa kita
adalah saudara yang saling membutuhkan satu sama lain.

Masa Prapaskah ini hendaklah meneguhkan kita bahwa Yesus


sungguh mengungkapkan solidaritas Allah menjadi manusia

4
yang menderita dan masuk kedalam ketidakberdayaan kita,
sampai mati disalib.

Solidaritas sosial adalah tradisi yang telah menjadi kekhasan


bangsa kita, yang sering diungkapkan dalam istilah “gotong
royong.” Kita bersyukur bahwa masa pandemic covid 19 di sana
sini telah mengundang solidaritas umat katolik terpanggil untuk
meringankan saudara-saudari yang menderita. Itulah semangat
solidaritas yang akan menyelamatkan kita dari terpaan
berbahaya dan terutama ancaman covid 19 ini.

Dalam situasi seperti sekarang ini, kelangsungan hidup sungguh


membutuhkan keikutsertaan kita dalam membangun kehidupan
ekonomi demi kesejahteraan semua orang terutama yang miskin
dan yang mengalami akibat buruk covid 19 ini. Pandemi yang
masih berkepanjangan mencemaskan kita semua, terutama
kemampuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya,
termasuk ketahanan pangan yang sangat menentukan
ketahanan hidup orang banyak dalam ancaman dari covid 19.

Ada beberapa hal perlu kita sadari dan renungkan, pada masa
prapaskah di tengah pandemi covid 19 ini:

Pertama, kesadaran terus meningkatkan penghayatan


solidaritas Yesus membantu yang miskin, yang sakit, yang
merasa terisolir, dengan membangun rasa solidaritas pertama-
tama di antara anggota rumah tangga sendiri, kemudian
bersama ikut berbelarasa dalam kebersamaan tetangga, sebagai
lingkungan umat katolik dan tentu bersama dengan komunitas-

5
komunitas kategorial atau paroki membangun kepedulian bagi
mereka yang terdampak oleh covid 19.

Kedua, dalam kebersamaan menjaga roda ekonomi lokal


sehingga kelompok ekonomi kecil dan ekonomi rumah tangga
masih berpendapatan. Secara sederhana telah dilaksanakan di
sana sini orang mulai memanfaatkan kebun di sekitar rumah
dengan tanaman palawija dan sayur-mayur dan secara
sederhana memelihara ikan untuk menjaga kebutuhan pangan.
Lebih lebih lagi masih banyak dari kita tinggal di daerah
pertanian sehingga kegiatan bersama untuk mengawal
panjangnya masa krisis covid 19 ini, yang belum tahu ujungnya.

Ketiga, ada juga usaha memfasilitasi kelompok-kelompok kecil


yang terdampak, seperti petani kecil, penjual makanan, pemilik
warung-warung kecil, sehingga terbantu pemasarannya dan
akhirnya tetap mendapatkan penghasilan.

Itulah beberapa tindakan dan inisiatif dari masyarakat yang


sangat menggembirakan, dan suatu kesadaran bersama yang
bisa mengubah perilaku secara kolektif sebagai cara memutus
mata rantai penyebaran virus corona 19. Tentu saja pemutusan
melalui perhatian pada kesehatan dan ketahanan pangan, dua
hal yang harus diperhatikan kendati tidak mudah. Kesadaran
akan mutlak pentingnya solidaritas, sebagai pola perilaku yang
harus semakin menjadi gerakan bersama, sangat menentukan
keberhasilan suatu masyarakat bangsa dalam menghadapi
musibah dunia ini.

6
Aksi Puasa Pembangunan 2021 mengajak umat katolik
mewujudkan semangat belarasa dengan melibatkan diri
membangun ekonomi kerakyatan dan memberi contoh dalam
menjaga kesehatan bersama. Hendaknya penderitaan yang
menerpa kita, menyapa dan menggugah iman kita untuk
bersolider dan berbelarasa mengikis ketidak pedulian global
yang menghambat persaudaraan manusia.

Kita diharapkan berjuang memperkuat solidaritas dalam usaha


ekonomi rakyat. Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) sudah
menekankan agar umat katolik ikut serta memperjuangkan
kesejahteraan yang masih menjadi dambaan banyak umat.
Tentu saja kita meyakini bahwa pembangunan sektor publik
yang dasar harus mendapat perhatian seperti pengentasan
kemiskinan, ketahanan pangan, kesehatan dan pendidikan.
Sedangkan sektor sektor lain yang sifatnya konsumtif, apalagi
yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup harus
dukurangi.

Saudara saudari yang terkasih.


Selama Masa prapaskah ini, kita sadari dan menemukan kembali
keberaaan kita dalam relasi dengan Tuhan yang solider dengan
kita. Ya, Tuhan berlajan bersama kita dalam sejarah, juga
bersama kita di tengah Pandemi covid 19 yang mencemaskan ini.
Dia mendampingi kita dengan belaskasihNya, menemani kita
dalam persaudaraan sambil menyembuhkan luka dosa dan
penderitaan kita.

Prapaskah medorong kita memaknai nilai solidaritas Tuhan,


lewat wafat dan kebangkitannya, sampai pada keyakinan bahwa

7
Kristus hadir dalam diri sesama, tanpa kekecualian. Terutama Dia
hadir dan mengundang kita untuk memberi makan yang lapar,
memberi minum yang haus, dan disingkirkan. Kenapa, karena
Yesus haus, sakit, lapar, terasing dalam saudara-saudara yang
menderita. Itulah solidaritas Tuhan yang harus menjadi dasar
solidaritas Kristiani. Semoga masa prapaskah ”dengan puasa,
pantang dan amal” menjadikan mendengar, belajar dan tumbuh
dalam solidaritas yang berbelaskasih.

Apakah yang akan kita lakukan dalam masa Prapaskah ini?


Marilah kita hidup berbelarasa dan solider seturut cara Yesus
yang sudi senasib dengan manusia untuk menghidupkan dunia.

Selamat berprapaskah. Semakin Beriman, Semakin Solider.

Palembang, 5 Februari 2021

+Mgr. Aloysius Sudarso SCJ


Uskup Agung Keuskupan Agung Palembang

Anda mungkin juga menyukai