Anda di halaman 1dari 8

Nama : Jarot Jalu Sejati

NIM : 042498776

Jika Anda sudah bekerja (dimanapun) jelaskan menurut pengamatan dan pengalaman Anda tentang
proses pengambilan suatu keputusan terkait permasalahan yang pernah terjadi di perusahaan.

Bila belum bekerja jelaskan teori dari Alat perencanaan pengambilan keputusan yang ada.

File yang dilampirkan boleh dalam bentuk word maupun pdf.

Definisi atau pengertian Pengambilan Keputusan?


Pengambilan keputusan (decision making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan.
Namun kalau kita coba lihat pendapat para ahli, maka dapat kita temukan ada begitu banyak definisi
atau pengertian pengambilan keputusan diantaranya adalah definisi atau pengertian yang
dikemukakan oleh G.R. Terry.  Menurut G.R. Terry pengambilan keputusan adalah  pemilihan yang
didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin. Menurut Claude S. George,
JR, pengambilan keputusan merupakan proses yang dikerjakan oleh kebanyakan manajer yang berupa
suatu kesadaran, kegiatan pemikiran,  pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah
alternatif. Horold dan Cyril O’Donnell  berpendapat pengambilan keputusan  adalah pemilihan
diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu  rencana tidak
dapat dikatakan tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau  reputasi yang
telah dibuat. Sementara, P. Siagan  berpandangan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang
atas alternatif dan tindakan.

Dari beberapa definisi atau pengertian pengambilan keputusan yang telah dikemukakan, diperoleh
gambaran singkat bahwa pengambilan keputusan merupakan  proses pemilihan alternatif terbaik dari
beberapa alternatif  yang dilakukan secara sistematis untuk pemecahan masalah.

Tujuan Pengambilan Keputusan


Setiap orang/ organisasi yang akan melakukan pengambilan keputusan selalu memiliki tujuan yang
terkait dengan keputusan yang diambilnya. Secara umum, maksud dan tujuan dari pengambilan
keputusan adalah untuk memecahkan masalah.Tujuan dari pengambilan keputusan dapat dibedakan 
menjadi dua, yaitu: Pertama, tujuan yang bersifat tunggal yaitu tujuan pengambilan yang bersifat
tunggal terjadi apabila yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah artinya sekali diputuskan,
tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain. Misalnya, masalah yang dihadapi hanya masalah yang
menyangkut satu aspek saja yaitu masalah keuangan, maka keputusan yang diambil hanya
menyangkut aspek keuangan, Bila masalah keuangan diselesaikan tidak akan menimbulkan akibat
lain atau efek sampingan terhadap aspek lain.

Kedua, tujuan yang bersifat ganda yaitu tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi
apabila keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu masalah, artinya bahwa satu
keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih yang bersifat kontradiktif
atau bersifat tidak kontradiktif. Masalah yang kontradiktif misalnya masalah pemenuhan kebutuhan
bahan untuk satu periode operasi. Salah satu alternatif solusi adalah kebutuhan tersebut dipenuhi
sekaligus dalam satu kali pembelian bahan. Bila demikian maka akan menghemat biaya pesan karena
hanya melakukan pemesanan pembelian satu kali, dan ada kemungkinan mendapat potongan harga
karena membeli dalam jumlah banyak sekaligus. Namun disisi lain, solusi tersebut juga berakibat
biaya simpan akan menjadi tinggi karena dengan membeli dalam jumlah besar akan menimbulkan
persediaan yang besar pula. Persediaan bahan tersebut memerlukan tempat penyimpanan dan
pemeliharaan. Alternatif lain adalah dengan melakukan pemesanan dalam jumlah sedikit, atau dengan
kata lain pemenuhan kebutuhan bahan dalam satu periode dilakukan dengan pemesanan berulang-
ulang. Akibatnya, biaya pesan menjadi mahal karena harus sering melakukan pemesanan pembelian.
Selain itu ada resiko kehabisan bahan sehingga terganggunya proses produksi karena pesanan belum
datang sementara persediaan bahan sudah habis Di sisi lain, biaya penyimpanan dan pemeliharaan
bahan menjadi relatif kecil karena jumlah bahan yang disimpan sedikit. Dalam hal demikian
diperlukan pengambilan keputusan yang tujuannya bersifat ganda.

Proses Pengambilan Keputusan


Kegiatan pengambilan keputusan pada prinsipnya meliputi setidaknya empat aktivitas, Aktivitas yang
pertama adalah kegiatan inteligensi. Kegiatan inteligensia di sini merupakan kegiatan mengamati
lingkungan untuk kepentingan membuat keputusan. Kedua, kegiatan perancangan. Kegiatan
menemukan, mngembangkan dan analisis berbagai kemungkinan tindakan dalam rangka pembuatan
keputusan. Ketiga, kegiatan pemilihan, yaitu kgiatan memilih atau menentukan tindakan tertentu dari
berbagai alternatif  tindakan yang dapat diambil. Terakhir, keempat, kegiatan peninjauan. Tindakan
yang telah dipilih kemudian dilaksanakan dan dievaluasi

Bila proses pengambilan keputusan dianalisis, maka analisis tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan analisis proses kebijakan. Ini karena komponen proses kebijakan juga merupakan komponen
proses pengambilan keputusan yang meliputi
(1) masalah kebijakan,
(2) alternatif kebijakan,
(3) tindakan kebijakan,
(4) hasil kebijakan, dan
(5) pola pelaksanaan kebijakan.
Antar komponen tersebut secara berurutan saling terkait dan terhubung oleh metode. Misalnya
komponen (1) dan komponen (2) terhubung oleh metode prakiraan. Artinya untuk menyelesaikan
komponen (1) diperlukan metode prakiraan yang menghasilkan berbagai alternatif kebijakan. Dari
komponen (2) menuju komponen (3) diperlukan metode rekomendasi untuk memilih salah satu dari
berbagai alternatif kebijakan. Selanjutnya dari komponen (3) ke komponen (4) diperlukan metode
monitoring untuk memantau hasil dari kebijakan yang dipilih. Terakhir dari komponen (4) ke
komponen (5) atau kembali ke komponen (2) diperlukan metode evaluasi. Bila evaluasi menunjukkan
bahwa hasil pelaksanaan kebijakan baik, maka komponen (5) merupakan kesimpulan untuk menjadi
pegangan di saat mengalami masalah serupa.

Sebagai suatu proses, pengambilan keputusan terdiri dari beberapa tahapan. Banyak pendapat yang
dapat diacu terkait tahapan-tahapan dalam proses pengambilan keputusan. Seperti misalnya pendapat
G.R Terry, Peter F Drucker dll. Dari semua pendapat para ahli tentang proses pengambilan keputusan,
dapat disimpulkan bahwa tahapan setiap proses pengambilan keputusan senantiasa terdiri dari
(a) Tahap Identifikasi masalah inti/ utama,
Untuk apat mengidentifikasi masalah inti atau utama, perlu dipahami lebih dulu apa yang
dimaksud dengan masalah. Beberapa ahli mendefinisikan masalah sebagai pertanyaan yang
harus dijawab. Ada pula yang mendefinisikan masalah sebagai sebuah kesenjangan antara
harapan dan kenyataan yang harus diatasi.  Juga ada yang mengartikan masalah sebagai
penyimpangan dari kondisi normal. Apapun definisi masalah yang digunakan, bagaimanapun
Identifikasi masalah tetaplah merupakan tahapan yang kritis. Sekali terjadi kesalahan dalam
penentuan masalah, maka keputusan yang dihasilkan tidak akan pernah  dapat memperbaiki
keadaan. Ibarat dokter memberikan obat berdasarkan diagnosis penyakit yang salah.
Akibatnya, pasien tidak akan sembuh dengan obat tersebut.
Berikut dikemukakan beberapa kendala yang membuat orang mengalami kesulitan dalam
mengidentifikai masalah: (1) generalisasi. Artinya membiarkan semua masalah bertumpuk-
tumpuk jadi satu di kepala seperti benang kusut yang sulit diurai. (2) Emosional.
Ketidakmampuan mengendalikan diri dalam menghadapi masalah akan mempersulit
penyelesaian masalah. Bahkan bisa menimbulkan masalah baru. (3)Kurang kreatif. proses
pemecahan masalah sebenarnya bisa menjadi pendorong timbulnya kreativitas baru. Namun
di sisi lain, ketidakreatifan seseorang dalam menghadapi masalah dapat menjadi hambatan
tersendiri untuk mengidentifikasi masalah yang sesungguhnya berikut alternatif jalan keluar
dari masalah. (4) Data yang tidak valid. Artinya, data awal yang tidak valid akan menyulitkan
orang untuk melakukan identifikasi masalah secara tepat.
Untuk meminimumkan kesalahan dalam mengidentifikasi dan merumuskan masalah, ada
baiknya, proses identifikasi masalah dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut: 
(1) obyek masalah harus dapat ditemukan lebih dulu. Selanjutnya dirumuskan sifat atau aspek
dari masalah tersebut. (2) Memverifikasi masalah. Artinya, memastikan apakah obyek
masalah yang ditemukan memang merupakan obyek masalah yang sesungguhnya. Untuk
keperluan tersebut perlu dilakukan pengumpulan data sebagai pendalaman terhadap peristiwa/
kejadian/ data awal yang mengindikasikan adanya masalah. Bagian obyek masalah mana
yang relevan, dimana letak penyimpangannya seberapa besar penyimpangan yang terjadi,
kapan penyimpangan tersebut terjadi? Semua itu perlu diklarifikasi dan diverifikasi. (3)
menentukan penyebab timbulnya masalah. Bagaimanapun setiap penyimpangan yang tidak
sesuai harapan selalu ada penyebabnya. Penyebab-penyebab tersebut harus dapat ditentukan
dengan tepat. (4) Menguji ketepatan penyebab. setelah diketahui kemungkinan-kemungkinan
penyebab, penyebab-penyebab trsebut prlu diuji ketepatannya. Perlu dipastikan apakah
penyebab tersebut benar-benar merupakan penyebab timbulnya masalah atau hanya sekedar
akibat. Untuk  itu setiap kemungkinan penyebab yang ditemukan, harus senantiasa dicari,
dicek dan diuji sampai penyebab yang sebenarnya dapat ditemukan.

Langkah-langkah identifikasi masalah yang diurakan di atas adalah agar identifikasi


dilakukan tidak hanya menyangkut identifikasi masalah baik hasil, sebab maupun faktor-
faktornya, tetapi juga meliputi identifikasi kondisi masalah untuk mengetahui kondisi
sekarang dan kondisi yang diharap., identifikasi indikasi-indikasi yang berkaitan dengan
masalah, dan dapat membedakan antara masalah yang sebenarnya dengan indikasi-
indikasinya. Jadi, dapatlah dikatakan bahwa pada tahap identifikasi, terdapat tiga langkah
yang harus dilakukan yaitu 1) langkah orientasi masalah atau langkah menyaari adanya
masalah. 2) langkah preferensi, yakni langkah mengumpulkan data dan informasi, dan 3)
langkah definisi, yaitu mengklasifikasi, identifikasi dan merumuskan masalah.

(b) pengumpulan data dan analisis


Pengumulan data dan analisis pada tahap dua ini berbeda dengan pengumpulan data pada
tahap identifikasi masalah. Perbedaannya ada pada tujuan. Tujuan pengumpulan data pada
tahap dua ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kemungkinan alternatif solusi
yang bisa dilakukan, berikut analisis alternatif terkait  konsekuensi-yang timbul dari setiap
alternatif.Langkah-langkah pengumpulan data pada tahap ini anatara lain (1) menentukan
metode pengumpulan data yang tepat, cepat dalam rangka mendapatkan data yang relevan
dan valid. (2) menentukan skala prioritas terhadap data yang akan dikumpulkan, (3)
mengklasifikasi data yang terhimpun. Bagaimanapun yang perlu dicatat adalah bahwa data
yang dikumpulkan adalah data yang relevan dan berkualifikasi. Beberapa kualifikasi data
yang berkategori baik adalah (1) data tersebut memiliki hubungan dengan obyek masalah (2)
data dikumpulkan pada waktu yang tepat (3)pencarian dan penggunaan data harus sesuai
aturan yang berlaku. Data yang dicari dengan menggunakan cara-cara yang menyalahi aturan/
tradisi/ nilai-nilai dan mengganggu orang lain akan melahirkan masalah baru, (4) kecermatan
data harus bersifat kredibel, terbatas, akurat dan tidak saling bertentangan.

(c) Tahap penentuan alternatif keputusan berikut konsekuensi-konsekuensi positif/ negatif setiap
alternatif.
Sama halnya dengan tahap identifikasi masalah, tahap penentuan alternatif keputusan juga
memerlukan data dan informasi. Semakin lengkap data relevan yang tersedia, semakin baik
alternatif-alternatif keputusan yang dapat dipilih. Brdasarkan data yang diperoleh, dicoba
dicari berbagai alternatif keputusan. Beberapa cara atau metode untuk mendapatkan gagasan
alternatif keputusan diantaranya adalah metode Osborn (curah pendapat) dan metode curah
pendapat tertulis. Metode curah pendapat yang dikemukakan oleh Osborn adalah cara
mendapatkan gagasan dimana setiap individu diberi kebebasan untuk menyampaikan secara
lisan  ide-ide yang ada dalam pikirannya terkait masalah yang sedang dihadapi. Metode curah
pendapat secara tertulis, sama seperti curah pendapat Oborn, bedanya pada penyampaian.
Setelah alternatif-alternatif keputusan didapat, selanjutnya dilakukan pengujian terhadap
setiap alternatif untuk mendapatkan beberapa alternatif yang terbaik dan yang paling mungkin
dilakukan.

Dalam tahap penentuan alternatif, terdapat setidaknya ada dua langkah yang harus dilakukan
untuk mendapatkan alternatif-alternatif keputusan yang efektif. Pertama, langkah pemetaan
alternatif yang dilakukan untuk mendapatkan berbagai kemungkinan alternatif keputusan
Kedua langkah penilaian alternatif dimana setiap alternatif dinilai plus minusnya.

(d) pemilihan alternatif "terbaik".


Dalam menentukan satu alternatif terbaik, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan antara
lain: (i) tingkat resiko (ii) tenaga dan pikiran yang dibutuhkan (iii) jumlah dan kualitas
sumberdaya manusia yang dibutuhkan, (iv) waktu. Bila dua alternatif memiliki kualitas yang
sama, maka dipilih alternatif yang memiliki jangkauan waktu yang lebih luas. (v)apek
ekonomi. Artinya memilih alternatif yang memiliki dampak ekonomi yang paling
menguntungkan. (vi) Dapat dilaksanakan. Pemecahan masalah harus bersifat praktis, tidak
terlalu spekulatif namun juga tidak takut berinovasi.

(e) pelaksanaan keputusan


Pertama-tama perlu dibedakan lebih dulu antara istilah-istilahmembuat keputusan, mengambil
keputusan, dan mengeluarkan keputusan. Membuat keputusan merupakan proses dari awal
sampai akhir untuk mencapai sebuah hasil yang baik yaitu pemecahan masalah. Mengambil
keputusan merupakan salah satu tahap dalam proses pengambilan keputusan yakni memilih
alternatif terbaik. Mengeluarkan keputusan melrupakan langkah yang komplit diantara
langkah-langkah manajemen yang terdiri dari perencanaan, hingga pengawasan dan penilaian.
Kelayakan sebuah keputusan terletak pada pelaksanaannya. Oleh karena itu, keputuan yang
dikeluarkan harus terdiri dari beberapa unsur yaitu surat keputusan, orag yang menerima/
melaksanakan keputusan, perencanaan, distribusi tanggung jawab dan wewenang, skedul
waktu dan anggaran belanja.

(f) pemantauan dan evaluasi pelaksanaan keputusan.


Proses supervisi dan evaluasi diperlukan untuk memastikan bahwa fase pelaksanaan
keputusan tetap terjaga dan penuh vitalitas. Sekaligus sebagai upaya untuk mengantisipasi
adanya perubahan situasi atau hal-hal yang terjadi dan diluar perkiraan.

Komponen Pengambilan Keputusan


Komponen atau unsur-unsur pengambilan keputusan yang bersifat umum, antara lain adalah: 1)
Tujuan. Setiap pengambilan keputusan selalu memiliki tujuan atau target atau hasil yang diharap dari
keputusan yang diambil. 2) Proses. Setiap pengambilan keputusan merupakan proses mulai dari
identifikasi masalah sampai pemantauan dan evaluasi keputusan. 3) Metode. Setiap keputusan
senantiasa melibatkan penggunaan metode atau cara baik itu metode pengumpulan data dan informasi,
metode identifikasi penelusuran masalah dan penyebab, metode analisis alternatif keputusan, metode
pengukuran hasil dan metode monitoring-evaluasi pelaksanaan keputusan. 4) Faktor lingkungan yang
tak dapat dikendalikan. Setiap keputusan tidak pernah berada pada kondisi vakum, namun ada dalam
konteks lingkungan. Dalam banyak hal, lingkungan eksternal tidak dapat dikelola atau dikendalikan
secara langsung. Oleh karena keputusan bersifat futuristik. Sementara kondisi yang akan datang tidak
dapat diketahui dengan pasti terlebih dalam konteks lingkungan eksternal yang bersifat tak dapat
dikendalikan, maka keberhasilan keputusan yang dibuat akan sangat bergantung pada kemampuan 
memprediksi kondisi di masa datang.

Subyek Pengambilan Keputusan (Pengambilan Keputusan Individual dan Pengambilan


Keputusan Kelompok)
Pengambilan keputusan dapat dilakukan oleh individu tertentu dalam oragnisasi, namun bisa juga
dilakukan oleh sekelompok orang (kolegial). Keputusan yang diambil oleh individu maupun oleh
kelompok, masing-masing memiliki kelebihan an kekurangnnya sendiri-sendiri. Seperti misalnya,
pengambilan keputusan oleh individu memiliki kelebihan dalam hal kecepatan. Artinya pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara relatif lebih cepat tidak perlu menunggu persetujuan dari orang lain.
pengambilan keputusan oleh individu dalam prosesnya tidak melalui pertentangan pendapat, dan bila
keputusan diambil oleh indiviu yang memiliki kemampuan tinggi dan pengalaman yang luas, maka
keputusan yang diambil cenderung tepat. Di sisi lain, pengambilan keputusan oleh individu memiliki
kekurangan salah satunya adalah bila individu yang mengambil keputusan memiliki kemampuan yang
rendah dan pengalaman yang kurang, maka keputuan cenderung tidak tepat. Bagaimanapun, perlu
diingat bahwa setinggi-tinggi kemampuan seseorang tentu terselip batas-batas kekurangan sebagai
manusia. Kelemahan yang lain adalah bahwa meskipun pengambilan keputusan dapat dilakukan
dengan cepat, namun kecepatan tersebut dapat menjadi celah kelemahan bagi kurangnya
pertimbangan yang mengakibatkan keputusan menjadi tidak tepat. terakhir, tanggung jawab
kesalahanpengambilan keputusan menjadi beban individu yang bisa menjadi tekanan tersendiri.

Demikian halnya keputusan yang dibuat oleh kelompok, juga memiliki plus minus. Sisi plusnya
adalah keputusan yang dibuat oleh kelompok cenderung merupakan hasil pemikiran beberapa orang
yang salig melengkapi.. Kesalahan dalam pengambilan keputusan menjadi beban bersama.
Pengambilan keputusan berkelompok dapat menjadi sarana pemberian kesempatan pada setiap
anggota organisasi untuk berpendapat, , melatih disilin kelompok melalui tekanan masyarakat untuk
berkeputusan, serta memupuk kerjasama kelompok dalam memecahkan masalah. Sedang sisi minus
atau kelemahannya adalah pengambilan keputusan membuka kemungkinan pertentangan pendapat
yang berakibat pada waktu pengambilan keputusan yang berlarut-larut dan kemungkinan terjadinya
saling lempar tanggung jawab bila terjadi keslahan. Pengambilan keputusan kelompok juga dapat
membatasi keinginan individu. dengan demikian inividu menjadi termanipulasi oleh kelompok.
Selebihnya pada pengambilan keputusan kelompok membuat pimpinan kurang leluasa
mengemukakan ide dan kurang mendapat kesempatan untuk memperoleh dan mengakomodasi saran
dari para konsultan.

Terlepas ari apakah pembuatan keputusan dilakukan oleh individu atau sekelompok orang, pada
prinsipnya ada setidaknya tiga kekuatan yang senantiasa berusaha mempengaruhi suatu keputusan.
Tiga kekuatan tersebut adalah dinamika individu dalam oragnisasi, dinamika kelompok orang dalam
organisasi dan dinamika lingkungan organisasi. Untuk dapat mengambil keputusan diantara tiga
kekuatan tersebut, diperlukan kemampuan yang dapat mengakomodasi perubahan (dinamika) ketiga
kekuatan tersebut. Lebih jauh, pengambilan keputusan harus berdampak pada terjadinya perubahan
pada tiga kekuatan tersebut., baik dari segi tujuan, kebijakan, kegiatan maupun sarana yang
digunakan.

Setiap orang dalam organisasi dapat dilihat sebagai sosok yang memiliki kepribadian ganda dalam
artian satu sisi kepribadian individu dan sisi lain adalah kepribadian kelompok  yang timbul karena
inividu tersebut hidup dalam kelompok. Idealnya, kepribadian yang gana tersebut dapat menyatu
menjadi kepribadian tunggal dimana tujuan pribadi sesuai dengan tujuan kelompok atau organisasi.
Hal lain, lingkungan juga perlu mendapat perhatian karena antara organisasi dan lingkungan memiliki
hubungan saling mempengaruhi. Oleh karena itu, tindakan atau keputusan organisasi perlu
mempertimbangkan suasana lingkungan. bagaimanapun suatu keputusan merupakan awal mata rantai
dari rangkaian kegiatan selanjutnya. (Hendra Poerwanto G)

Anda mungkin juga menyukai