Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR MAMMAE
Di susun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Perioperatif
Dosen pengampu Ns.Dwi Maulida, M.Kep

OLEH :
AQILLA SALSA PERMATANINGAJI
20101440119019

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IV / DIPONEGORO SEMARANG
TA 2021/2022
BAB I

KONSEP DASAR

A. Definisi Tumor Mammae


Tumor mammae adalah karsinoma yang berasal dari
parenkim,stoma,areola dan pailla mammae (Lab. UPF Bedah RSDS,2010)
Tumor mammae adalah gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal,kemudian
berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah
(Kusuma,2015)
B. Etiologi Tumor Mammae
Menurut Iskandar (2010) sampai saat ini,penyebab pasti tumor mammae
belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah
terindentifikasi,yaitu :
a. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor mammae dibandingkan dengan
pria. Prevalensi tumor mammae pada pria hanya 1% dari seluruh
tumor mammae.
b. Riwayat Keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor mammae
beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor mammae
c. Faktor Genetik
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom
13 dapat meningkatkan resiko tumor mammae sampai 85%. Selain itu,
gen p53,BARD1,BRCA3,dan noey2, juga diduga meningkatkan resiko
terjadinya kanker mammae.
d. Faktor usia
Resiko tumor mammae meningkat seiring dengan pertambahan usia
e. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif,terutama jika tidak
diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan,dapat
meningkatkan resiko terjadinya tumor mammae

f. Usia saat kehamilan pertama


Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan
dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun
g. Terpapar radiasi
h. Intake alkohol
i. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor
mammae. Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih
tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua
C. Patofisiologi Tumor Mammae
Tumor mammae merupakan kelompok sel yang berubah dengan
ciri-ciri :
Proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti
pengaruh struktur jaringan sekitarnya. Neoplasma yang maligna terdiri
dari sel-sel kanker yang menunjungkan proliferasi yang tidak terkendali
yang menganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang
jauh. Didalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama
dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel dimana
telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel
ganas diantar sel-sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase :
a) Fase induksi : 15-30tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker,tapi
faktor lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam
terjadinya kanker pada manusia. Kontak dengan karsinogen
membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai bisa merubah
jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari
sifat,jumlah,dan konsentrasi zat karsinogen tersebut,tempat
yang dikenai karsinogen,lamanya terkena, adanya zat-zat
karsinogen atau kokarsinogen lain,kerentanan jaringan dan
individu.
b) Fase in situ 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi
precancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri,rongga
mulut,paru-paru,saluran cerna,kandung kemih,kulit dan
akhirnya ditermukan di mammae
c) Fase invasi
sel-sel menjadi ganas,berkembang biak dan menginfiltrasi
melalui membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh
darah serta limfe. Waktu antara fase ke-3 dan fase ke-4
berlangsung antara beberapa minggu sampai beberapa tahun.
d) Fase diseminasi 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran
ke tempat-tempat lain bertambah.
D. Manifestasi Klinik Tumor Mammae
Penemuan sebagai indikasi tumor mammae masih sulit ditemukan secara
dini. Kabanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh
wanita itu sendiri.
a) Terdapat massa utuh (kenyal) biasanya pada kuadran atas dan bagian
dalam,dibawah lengan,bentuknya tidak beraturan dan terfiksasi (tidak
dapat digerakkan)
b) Nyeri pada daerah massa
c) Adanya lekukan kedalam/dimping, tarikkan dan retraksi pada area
mammae. Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat
distorsi ligamentum cooper.
Cara pemeriksaan :
- Kulit area mammae dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk
tangan pemeriksaan
- Lalu didekatkan untuk menimbulkan dimpling
d) Edema dengan peanut d’orange skin (kulit diatas tumor berkeriput
seperti kulit jeruk)
e) Pengelupasan papilla mammae.
f) Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya
cairan serta spontan kadang disertai darah)
g) Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.
E. Pathway Tumor Mammae
F. Komplikasi Tumor Mammae
Menurut Sjamsuhidayat (2014), komplikasi Tumor mammae sebagai
berikut :
a) Gangguan Neurovaskuler
b) Metastasis : otak,paru,hati,tulang tengkorak,vertebrata,iga,tulang
panjang
c) Fraktur patologi
d) Fibrosis payudara
e) Kanker payudara
f) kematian
G. Pemeriksaan/Data Penunjang Tumor Mammae
a. Laboratorium meliputi :
a) Morfologi sel darah
b) Laju endap darah
c) Tes faal hati
d) Tes tumor marker (Carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam satu
serum atau plasma
e) Pemeriksa sitologis
b. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang pernan penting pada penilaian cairan yang
keluar spontan dari putting mammae,cairan kista atau cairan yang
keluar dari ekskoriasi
c. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi
secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk
mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada
tahap awal. Mammografi pada masa menopouse kurang bermanfaat
karena gambaran kanker di antara jaringan kelenjar kurang tampak
d. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat
pada mammae ultrasonografi berguna untuk membedakan tumor sulit
dengan kista. Kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2cm
e. Thermography
Mengukur dan mencatatat emisi panas yang berasal dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suply darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi
f. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara
pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Meyatakan
peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor
g. Biopsi
Untuk menetukan secara meyakinkan apakah tumor jinak atau ganas,
dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif
terhadap massa dan berguna sebagai klasifikasi histologi pentahapan
dan seleksi terapi.
h. CT-Scan
Dipergunakan untuk mendiagnosis metastatis carsinoma mammae
pada organ lain
i. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada
peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan mammae,adanya ulkus,kulit berwarna merah
dan mengeras disertai bengkak dan nyeri
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat tumor mammae sebelumnya atau ada kelainan pada
mammae,kebiasaan makan tinggi lemak,pernah mengalami sakit pada
bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian
dada,ataupun mengidap penyakit kanker lainnya,seperti kanker ovarum
atau kanker serviks
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga yang mengalami tumor mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami tumor payudara ataupun keluarga klien
pernah mengidap penyakit kanker lainnya,seperti kanker ovarium atau
kanker serviks
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : normal,kepala tegak lurus,tulang kepala umumnya bulat
dengan tonjolan frontal dibagia anterior dan oksipital dibagian
posterior
2) Rambut : biasanya tersebar merata,tidak terlalu kering,tidak terlalu
berminyak
3) Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata,mata
anemis,tidak ikterik,tidak ada nyeri tekan
4) Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-
tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
5) Hidung : bentuk dan fungsi normal,tidak ada infeksi dan nyeri
tekan
6) Mulut : mukosa bibir kering,tidak ada gangguan perasa
7) Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB
8) Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange dumpling,
ulserasi atau tanda-tanda radang
9) Hepar :biasanya tidak ada pembesaran hepar
10) Ekstremitas : biasanya tidak ada gangguan pada ekstremitas
2. PENGKAJIAN 11 POLA FUNGSIONAL GORDON
a. Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa
pada mammaenya kerumah sakit karena menganggap itu hanya
benjolan biasa.
1. Nutrisi-metabolik
Kebiasaan diet buruk,biasanya klien mengalami anoreksia muntah
dan terjadi penurunan berat badan,klien juga ada riawayat
mengkonsumsi makanan mengandung MSG
2. Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi,klien akan mengalami
melena,nyeri saat defekasi,distensi abdomen dan konstipasi
3. Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan latihan
klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri
4. Kognitif dan persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga
memungkinkan ada komlikasi pada kognitof,sensorik maupun
motorik
5. Istirahat dan tidaur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri
6. Persepsi dan konsep diri
Mammae merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau
kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya
diri,malu,dan kehilangan haknya sebagai wanita normal
7. Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian klien akan mengalami gangguan dalam
melakukan peran nya dalam berinteraksi sosial
8. Reproduksi dan seksual
Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada
tingkat kepuasan
9. Koping dan toleransi stress
Biasanya klien akan mengalami stres yang berlebiha,denial dan
keputus asaan
10. Nilai dan keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya
dengan lapang dada
3. DIAGNOSA
1. Defisit Pengetahuan (D.0111) b.d kurangnya terpapar Informasi
2. Ansietas (D.0080) b.d kekhawatiran mengalami kegagalan
3. Nyeri Akut (D.0077) b.d agen pencedera fisik
4. Resiko Jatuh (D.0143) b.d penurunan tingkat kesadaran
5. Resiko infeksi (D.0142) b.d Efek prosedur invasi
6. Resiko perdarahan (D.0012) b.d tindakan pembedahan
4. INTERVENSI

NO TUJUAN INTERVENSI
DX
1 Setelah dilakukan asuhan Edukasi Kesehatan I.12383
keperawatan ... x ....... jam
Tindakan
defisit pengetahuan klien
dapat membaik, dengan Observasi
kriteria hasil :
 Identifikasi kesiapan dan
1. Perilaku sesuai
kemampuan menerima
anjuran dari skala
informasi
1 (menurun) ke
 Identifikasi faktor-faktor
Skala 5
yang dapat meningkatkan
(meningkat)
dan menurunkan motivasi
2. Kemampuan
perilaku hidup bersih dan
menjelaskan suatu
sehat
topik dari skala 1
Terapuetik
(menurun) ke
 Sediakan materi dan media
Skala 5
pendidikan kesehatan
(meningkat)
 Jadwalkan pendidikan
3. Kemampuan
kesehatan sesuai
menggambarkan kesepakatan
pengalaman  Berikan kesempatan untuk
sebelumnya dari bertanya
skala 1 (menurun) Edukasi
ke Skala 5  Jelaskan faktor resiko yang
(meningkat) dapat digunakan untuk
4. Persepsi yang meningkatkan perilaku
keliru terhadap hidup bersih dan sehat
masalah dari skala
1 (meningkat) ke
Skala 5 (menurun)
2 Setelah dilakukan asuhan REDUKSI ANXIETAS (I.09314)
keperawatan ... x ....... jam
Observasi
tingkat Ansietas klien
dapat menurun, dengan  Identifikasi saat tingkat
kriteria hasil :
anxietas berubah (mis.
1. Verbalisasi
kebingungan dari Kondisi, waktu, stressor)
skala 1 (meningkat)  Identifikasi kemampuan
ke Skala 5
mengambil keputusan
(menurun)
2. Verbalisasi  Monitor tanda anxietas
khawatir dari skala (verbal dan non verbal)
1 (meningkat) ke
Terapeutik
Skala 5 (menurun)
3. Kondisi yang  Ciptakan suasana
dihadapi dari skala terapeutik untuk
1 (meningkat) ke
menumbuhkan kepercayaan
Skala 5 (menurun)
4. Perilau gelisah dari  Temani pasien untuk
skala 1 (meningkat) mengurangi kecemasan ,
ke Skala 5 jika memungkinkan
(menurun)
5. Perilaku tegang dari  Pahami situasi yang
skala 1 (meningkat) membuat anxietas
ke Skala 5
 Dengarkan dengan penuh
(menurun)
perhatian
Gunakan pedekatan yang
tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
 Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
 Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
 Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan,
untuk mengurangi
ketegangan
 Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
 Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
anti anxietas, jika perlu
3 Setelah dilakukan asuhan MANAJEMEN NYERI (I.
keperawatan ... x ....... jam
08238)
tingkat Nyeri klien dapat
menurun, dengan Observasi
kriteria hasil :
 lokasi, karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri dari
frekuensi, kualitas,
skala 1
intensitas nyeri
(meningkat) ke
 Identifikasi skala nyeri
Skala 5 (menurun)
 Identifikasi respon nyeri
2. Meringis dari
non verbal
skala 1
 Identifikasi faktor yang
(meningkat) ke
memperberat dan
Skala 5 (menurun)
memperingan nyeri
3. Sikap protektif
dari skala 1  Identifikasi pengetahuan

(meningkat) ke dan keyakinan tentang nyeri

Skala 5 (menurun)  Identifikasi pengaruh

4. Gelisah dari skala budaya terhadap respon

1 (meningkat) ke nyeri

Skala 5 (menurun)  Identifikasi pengaruh nyeri

5. Kesulitan tidur pada kualitas hidup

dari skala 1  Monitor keberhasilan terapi


(meningkat) ke komplementer yang sudah
Skala 5 (menurun) diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
4 Setelah dilakukan asuhan PENCEGAHAN JATUH
keperawatan ... x ....... jam
(I.14540)
Tingkat Jatuh klien dapat
menurun, dengan Observasi
kriteria hasil :
 Identifikasi faktor resiko
1. Jatuh dari tempat
jatuh (Penurunan
tidur dari skala 1
Kesadaran)
(meningkat) ke
 Hitung resiko jatuh dengan
Skala 5 (menurun)
skala
2. Jatuh saat
Terapuetik
dipindahkan dari
 Pastikan roda tempat
skala 1
tidur/kursi roda selalu
(meningkat) ke
dalam kondisi terkunci
Skala 5 (menurun)
 Pasang handrall tempat
tidur
 Atur tempat tidur dalam
kondisi terendah
 Tempatkan pasien beresiko
tinggi jatuh dekat dengan
pemantauan perawat dari
nurse station
5 Setelah dilakukan asuhan PENCEGAHAN INFEKSI
keperawatan ... x ....... jam
(I.14539)
Tingkat Infeksi klien
dapat menurun, dengan Observasi
kriteria hasil :
 Identifikasi riwayat
1. Kebersihan tangan
dari skala 1 kesehatan dan riwayat
(menurun) ke alergi
Skala 5
 Identifikasi kontraindikasi
(meningkat)
2. Kebersihan  pemberian imunisasi
badan dari skala  Identifikasi status imunisasi
1 (menurun) ke
setiap kunjungan ke
Skala 5
(meningkat) pelayanan kesehatan
3. Demam dari Terapeutik
skala 1
(meningkat) ke  Berikan suntikan pada pada
Skala 5 bayi dibagian paha
(menurun) anterolateral
4. Kemerahan dari
skala 1  Dokumentasikan informasi
(meningkat) ke vaksinasi
Skala 5  Jadwalkan imunisasi pada
(menurun)
interval waktu yang tepat
5. Nyeri dari skala 1
(meningkat) ke Edukasi
Skala 5  Jelaskan tujuan, manfaat,
(menurun)
resiko yang terjadi, jadwal
6. bengkak dari
skala 1 dan efek samping
(meningkat) ke  Informasikan imunisasi
Skala 5
yang diwajibkan
(menurun)
pemerintah
 Informasikan imunisasi
yang melindungiterhadap
penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan
pemerintah
 Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
 Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
 Informasikan penyedia
layanan pekan imunisasi
nasional yang menyediakan
vaksin gratis
6 Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan ... x ....... jam
 Monitor tanda dan gejala
Tingkat Perdarahan klien
dapat menurun, dengan perdarahan
kriteria hasil :
 Monitor nilai
1. kelembapan
membran mukosa hematokrit/homoglobin
dari skala 1 sebelum dan setelah
(menurun) ke
kehilangan darah
Skala 5
(meningkat)  Monitor tanda-tanda vital
2. kelembapan kulit ortostatik
dari skala 1
 Monitor koagulasi (mis.
(menurun) ke
Skala 5 Prothombin time (TM),
(meningkat) partial thromboplastin time
(PTT), fibrinogen, degradsi
fibrin dan atau platelet)
Terapeutik
 Pertahankan bed rest selama
perdarahan
 Batasi tindakan invasif, jika
perlu
 Gunakan kasur pencegah
dikubitus
 Hindari pengukuran suhu
rektal
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
 Anjurkan mengunakan kaus
kaki saat ambulasi
 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari
 Konstipasi
 Anjurkan menghindari
aspirin atau antikoagulan
 Anjurkan meningkatkan
asupan makan dan vitamin
K
 Anjrkan segera melapor jika
terjadi perdarahan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
dan mengontrol perdarhan,
jika perlu
 Kolaborasi pemberian
prodok darah, jika perlu
 Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan


Nyeri.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Balitbang Kemenkes RI.2014.Riset Kesehatan Dasar.Jakarta:Balitbang


Kemenkes RI

Eva Agustina,Fariani Syahrul.017.Pengaruh Prosedur Operasi Terhadap


Infeksi pada Klien operasi Bersih Terkontaminasi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat

Greve Frida Rasubala,Lucky Tommy Kumaat,Mulyadi.2017. pengaruh Teknik


Relaksasi Benson Terhadap Skala Nyeri Pada Klien Post Operasi di
RSUPProf.Dr.D.Kandau dan RS Tk.III R.W.Mongisidi Teling Manado.Jurnal
Keperawatan Vol. 5 No.1

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.


Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.


Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat

Anda mungkin juga menyukai