SKRIPSI
Oleh :
D1A016029
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2020
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukurpenulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas ridho serta
diselesaikan. Shalawat dan salam kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW
penyelesaian skripsi ini tidaklah lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, dari hati yang paling dalam, penulis menyampaikan banyak terimakasih
Universitas Mataram.
2. Bapak Sahruddin, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Perdata yang
3. Bapak Prof. Dr. Salim HS. SH. MS. selaku Dosen Pembimbing Pertama,
yang mana atas arahan dan masukan serta bimbinan beliau, skripsi ini
dapat terselesaikan.
yang telah banyak memberikan masukan serta arahan dari beliau sehingga
skripsi ini dapat disajikan sebagai tugas akhir untuk memenuhi persyaratan
5. Bapak Dr. Aris Munandar, SH., M.Hum. selaku Penguji Netral, yang telah
ini.
Ijmak, S.H.,.M.H. dan Ibunda Hj. Mujayanah S.Ag., M.H. yang selalu
batin.
skripsi ini.
10. Dan tak lupa seluruh pihak terkait yang telah meluangkan waktu dan
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena
itu sangat diharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif untuk
pengalaman bagi penulis, lalu bagi para pembaca, bagi perkembangan ilmu
Mataram,
Penulis
RINGKASAN
Pembimbing: Prof. Dr. H.Salim HS, S.H., MS. dan M.Yazid Fathoni, SH., M.H.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dasar filosofis dan
yuridis dari perubahan usia minimum pernikahan pada Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2019 dan untuk mengetahui terkait persyaratan administratif
permohonan Dispensasi Kawin, dan yang menjadi dasar pertimbangan hukum
oleh Majelis Hakim dalam mengabulkan permohonan Dispensasi Kawin pasca
disahkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019. Untuk menjawab
permasalahan tersebut maka metode penelitian yang digunakan adalah metode
normatif-empiris.
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, hak sipil anak, hak kesehatan,
hak pendidikan, dan hak sosial anak.
Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui apa saja dasar filosofis dan yuridis
dari perubahan usia minimum perkawinan pasca disahkannya Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2019 serta mengetahui terkait persyaratan administratif
mengajukan permohonan Dispensasi Kawin dan hal-hal yang menjadi
pertimbangan hukum dalam pemberian Dispensasi Kawin di Pengadilan Agama,
yang mana dalam hal ini Penulis melakukan penelitian di Pengadilan Agama
Mataram Kelas I A. Metode yang digunakan adalah metode (normatif) empiris.
Berdasarkan dari hasil penelitian diketahui bahwa perubahan usia pada Undang-
Undang Perkawinan demi meminimalisir resiko perceraian serta menghilangkan
diskriminasi usia kawin. Lalu terkait persyaratan dispensasi kawin dijelaskan juga
dalam PERMA Nomor 5 tahun 2019. Dalam pemberian dispensasi kawin Hakim
mempertimbangkan berdasarkan prinsip maslahah mursalah.
ABSTRACT
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….……. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ………..………..…... ii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI DAN KETUA BAGIAN iii
HALAMAN PENGESAHAN DEKAN …………………….…………..…….. iv
PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN ………………………….. v
KATA PENGANTAR ……….…………………………………………….….. vi
RINGKASAN …………………………………………………………….…... viii
ABSTRACK .………………………………….…………………………….…. x
DAFTAR ISI ..……………………………………….…………........................ xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………..……………………………………………... 1
B. Rumusan masalah………………………………………………............. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………..……….. 6
D. Ruang Lingkup Penelitian ……………..…………………………..…... 9
E. Orisinalitas Penelitian ……………………………………………...……9
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………......67
B. Saran……………………………………………………………………….68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan ini, untuk mewujudkan keberlangsungan keturunan,
pernikahan merupakan suatu hal yang penting yang mana dapat dikatakan
juga sebagai kebutuhan hidup manusia dari zaman dulu hingga kini. Melalui
batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
dituntut adanya sikap dewasa dari masing-masing pasangan suami istri. Oleh
1
Indonesia,Undang-Undang tentang Perkawinan, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974,
Pasal 1
2
hanya diizinkan apabila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun
dan pihak wanita sudah mencapai usia 19 (sembilan belas) tahun. Begitu juga
diatur dalam Kompilasi Hukum Islam dalam Pasal 15 ayat (1) dinyatakan
boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan
dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang yang telah diubah
warga kelas dua, di mana para orang tua ingin mempercepat perkawinan
bagi anak perempuan dan stigma negatif terhadap status perawan tua.
Undang Dasar 1945 dalam Pasal 28B ayat (2) menjelaskan bahwa setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
berhak atas kelangsungan hidup yakni setiap anak memiliki hak yang melekat
3
batas usia minimal menikah bagi perempuan 16 tahun dan lelaki 19 tahun,
yang mana usia 16 tahun bagi perempuan itu jika dilihat dari Undang-Undang
itu juga berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 281 ayat (2)
menyatakan bahwa:
2
Yanuar Farida dan Ivo Novianti, Perlindungan Anak Berbasis Komunitas, Sebuah
Pendekatan dengan Mengarusutamakan Hak Anak, Informasi, Vol. 16 No. 03, 2011,hlm 205
4
telah sejalan, namun disisi lain jika dilihat dari Undang-Undang Nomor 4
Pasal 1 butir 2 menyatakan bahwa “yang disebut anak adalah seseorang yang
belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin” 3.
usia minimum perkawinan, pada hakikatnya disebut masih berusia dini (anak-
anak) sehingga belum siap menikah karena belum matang secara fisik,
dalam memperoleh hak hidup sebagai remaja yang berpotensi untuk tumbuh,
3
Indonesia,Undang-Undang tentang Kesejahtraan Anak,Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1979, Pasal 1
4
Sholeh Shoeaidy dan Zulkhair, Dasar Hukum Perlindungan Anak, Cet.1, Novindo
Pustaka Mandiri, Jakarta, 2001, hlm 3
5
berkembang dan berpotensi secara positif sesuai apa yang digaris bawahi
agama.5
Maka dari pada itu, aturan terkait Dispensasi Nikah yang dapat
belum cukup umur (dini) pada Pasal 7 ayat (2) juga semakin diperketat pada
bagiyang belum cukup umur 19 tahun baik calon mempelai laki-laki maupun
Kawin kepada Pengadilan Agama bagi mereka yang beragama Islam dan
Pengadilan Negeri bagi yang beragama non muslim. Terkait dispensasi nikah
tersebut yang diatur pada Pasal 7 ayat (2) terdapat penambahan sedikit dan
dalam hukum perkawinan nasional yang seirama dengan ajaran agama ialah
5
Abdussalam dan Adri Desasfuryanto, Hukum Perlindungan Anak, Cet.7,PTIK Press,
Jakarta, 2014, hlm 1-2.
6
terlalu dini dan belum siapnya seseorang untuk menikah, baik secara fisik
maupun psikis, sehinnga beresiko cukup besar akan perceraian, dan juga
B. Perumusan Masalah
1. Apa dasar filosofis dan yuridis dari perubahan usia minimum perkawinan
1. Tujuan umum
menganalisa issu latar belakang filosofis serta maslahat yang diinginkan dari
2. Tujuan khusus
bagi calon mempelai laki dan calon mempelai wanita adalah sama)
3. Manfaat Penelitian
pada Pasal 7 .
E. Orisinalitas Penelitian
melakukan
perkawinan di
bawah umur,
yang diatur
dalam Pasal 78,
Pasal 82 dan
Pasal 88
Undang-
Undang
Perlindungan
Anak. Pasal 78
berlaku bagi
pihak tidak
langsung seperti
pihak yang
mengetahui
ataupun dengan
sengaja
membiarkan
anak tersebut
dalam keadaan
tereksploitasi
secara ekonomi
maupun
seksual. Pada
Pasal 88 berlaku
bagi pihak
langsung yang
terlibat dalam
eksploitasi anak
secara ekonomi
maupun
seksual. Selain
kedua Pasal
tersebut, ada
juga ancaman
pidana bagi
pelanggarnya
yaitu dalam
Pasal 82 .
perempuan,
seringkali
membahayakan
terhadap
keselamatan ibu
dan bayi,
menimbulkan
problema sosial,
bahakan akibat
hukum lainnya.
2. Akibat hukum
terjadinya
pelanggaran
terhadap
Undang-
Undang
perkawinan
tidak tampak
jelas, karena
apabila
perkawinan di
baawah umur
sodah
memperoleh
dispensasi,
maka
pelanggaran
terhadap
ketentuan suatu
perkawinan
tidak ada lagi,
tetapi akan
muncul akibat
yuridis lain
yaitu
pelanggaran
terhadap
Undang-
Undang No. 23
Tahun 2004
tentang
Kekerasan
Dalam Rumah
Tangga dan
UndangUndang
No. 23 Tahun
14
2002 tentang
Perlindungan
Anak.
Pasal 14
Kompilasi
Hukum Islam
dan Pasal 2
Peraturan
Menteri Agama
Nomor 19
Tahun 2018
tentang
Pencatatan
Perkawinan.
Selain itu, juga
telah menjamin
hak anak sesuai
dengan Pasal 1
ayat (1) dan (2)
Undang-
Undang Nomor
23 Tahun 2002
tentang
Perlindungan
Anak.
bahasannya yakni terkait Dasar filosofis dan yuridis dari perubahan Usia
terkait apa saja persyartan administratif mengajukan Dispensasi Kawin serta apa
Pengadilan, yang mana dalam hal ini penulis juga melakukan penelitian di
yaitu tinjauan umum terkait pernikahan dini di Indonesia. Nilai keaktualan dan
16
Perkawinan, dari aspek latar belakang filosofis dan aspek nilai kemaslahatan yang
diharapkan kepada masyarakat sebagai subyek hukum, yang mana telah terjadi
Dalam hal ini, belum ada penulisan skripsi terkait Tinjauan Yuridis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial. Perkawinan sendiri
berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa berati membentuk keluarga
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita, sebagai suami
isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
adalah akad yang sangat kuad (mistaqan ghalidzah) untuk mentaati perintah
6
Indonesia, Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, Pasal 2
18
2. Unsur-unsur pernikahan
Dalam perkawinan tidak hanya cukup dengan ikatan lahir saja atau
ikatan batin saja, akan tetapi kedua-duanya secara sinergis dan terpadu
ikatan yang tidak tampak, tidak nyata yang hanya dapat dirasakan oleh
Pria dan wanita yang sudah terikat dalam suatu perkawinan, secara
7
Titik Triwulan, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, Cet.1, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, 2008 hlm 104.
19
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal. Seorang pria dan seorang
3. Syarat-syarat pernikahan
syarat perkawinan yaitu syarat materiil adalah syarat yang melekat pada diri
masing-masing pihak disebut juga syarat subjektif, dan syarat formal yaitu
8
Indonesia, Undang-Undang tentang Perkawinan,Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
21
berbunyi:
bawah umur ini di bolehkan oleh Negara dengan syarat dan ketentuan
diartikan menikah dengan usia yang masih sangat muda/ terlalu dini,
sehingga masih dalam kadaan kehidupanya yang belum mapan secara sikis
dan psikologi.
22
a) Fisik
Fisik seorang anak pada usia remaja masih dalam proses berkembang.
Kalau berhubungan seksual akan rentan terhadap berbagai penyakit,
khususnya untuk perempuan.
b) Kognitif
d) Sosial
9
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5b8f402eed78d/hukumnya-menikah-di-usia-
dini/ Diakses pada 2 Mei 2020 Pukul 05.22
23
pada wanita dan bayinya. Hal ini karena sebenarnya tubuh belum siap
untuk hamil dan melahirkan. Anda yang masih sangat muda masih
yaitu:
Hamil di usia sangat muda memiliki risiko yang tinggi terhadap naiknya
tekanan darah. Seseorang bisa saja menderita preeklampsia, yang
ditandai dengan tekanan darah tinggi, adanya protein dalam urin, dan
tanda kerusakan organ lainnya. Pengobatan harus dilakukan untuk
mengontrol tekanan darah dan mencegah komplikasi, tetapi secara
bersamaan hal ini juga dapat mengganggu pertumbuhan bayi dalam
kandungan.
b. Anemia
Anemia saat hamil dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur dan
kesulitan saat melahirkan. Anemia yang sangat parah saat kehamilan juga
dapat berdampak pada perkembangan bayi dalam kandungan.
sebagai gerbang secara yuridis untuk calon mempelai yang masih dibawah
belum cukup umur (19 tahun) untuk menikah. Hal terkait dispensasi kawin
ini disebut pada Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan, yang mana
10
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/bahaya-kesehatan-akibat-pernikahan-dini/
Diakses pada 3 Mei Pukul 21.42
11
Dikutip dari https://kbbi.web.id/dispensasi di akses pada 24 September 2020
25
bagi yang beragama Islam, dan ke Pengadilan Negeri bagi yang beragama
yakni:
1. Surat Permohonan
kelahiran anak
Calon suami/istri
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan
hukum tersier.”14
12
Johni Ibarahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,
Cet.1,Bayu Media Publishing, Malang, jawa Timur, hlm. 57.
13
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Pajar Interpratama ofcet, cet ke-7,
Jakarta, 2011, hlm. 35.
14
Amirudin & Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2006, hlm. 118.
15
SoeryoNo. Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm. 14
27
B. Metode Pendekatan
ilmu hukum.
isuyang dihadapi.16
16
Salim dan Erlies Septiana Nurbaini, Penerapan Teori Pada Penelitian Tesis dan
Disertasi, Cet.5, Raja Grafindo Persada, Jakarta,2013. hlm.18
1. Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung
2. Sumber Data
dari:
18
Amiruddin & Zainal Asikin, Op. Cit., hlm. 31
19
Salim dan Erlies Septiana Nurbaini, Penerapan Teori Pada Penelitian Tesis dan Disertsi,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013.hlm.15
29
Dispensasi Kawin.
melalui wawancara.
20
Peter Mahmud Marzuki, of cit, hlm.141.
30
dan Ensiklopedia.
E. Analisis Data
buku ilmiah yang berkaitan dengan Pernikahan dan dispensasi kawin serta
21
Amiruddin & Zainal Asikin, Op. Cit., hlm. 30
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
perkawinan. Usia adalah kata lain dari umur,yang dapat diartikan waktu
melangsungkan perkawinan.
belas) tahun dan untuk laki- laki 19 Tahun. Hingga kini setelah
diizinkan bagi mereka yang telah memenuhi persyaratan usia. Bagi mereka
mental karena menikah atau kawin adalah sesuatu yang sakral dan dapat
22
Ahmad Rifai, Sejarah Undang-Undang Perkawinan Atas Pendapat Hingga Pertentangan
DariMasyarakat Dan Dewan Perwakilan Rakyat Tahun 1973-1974, Indonesian History, 2015,hlm
2
34
digunakan untuk orang Eropa dan keturunan Cina, dan peraturan tentang
hukum yang diterapkan dalam hal perkawinan yang dianut Indonesia saat itu
dimanipulasi.
23
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkawinan di Indonesia, Sumur Bandung, Jakarta, 1981,
hlm 15
35
seperti kitab Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafii, ataupun Imam
dan Rujuk yang diberlakukan di Jawa dan Madura disahkan oleh Presiden
sebatas mengatur nikah, talak, dan rujuk sehingga lebih dalam hal
hukum yang berbeda meskipun dalam kasus yang sama. Selain itu
24
Khiyaroh, Alasan dan Tujuan Lahirnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan, Al-Qadha: Jurnal Hukum Islam dan Perundang-UndanganVolume 7 No 1 Juni 2020,
hlm 4
25
Nani Suwondo, Kedudukan Wanita Indonesia Dalam Hukum Dan Masyarakat,
GhaliaIndonesia, 1992, Jakarta, hlm 96
36
penetapan batas usia minimal kawin bagi para pasangan tertera pada Pasal
mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.
26
Wila Chandrawila ,Supriadi,,Hukum Perkawinan Indonesia dan Belanda, BandarMaju,
Bnadung, 2002, hlm 194
37
(perubahan standar) ini yang dikemukakan oleh Ratno Lukito (Guru besar
ada perbedaan pendapat antara umat Islam dengan Negara yang lebih
dalam usia minimal kawin,. Kondisi pergulatan antara umat Islam dan
Negara tersebut pada dasarnya dipicu oleh ketidakpuasan umat Islam atas
perkawinan. Saat itu banyak kalangan umat Islam tidak setuju dengan
beberapa isi pasal dalam RUU Perkawinan 1973. Mereka menilai terdapat
27
Ratno Lukito, Hukum Sakral dan Hukum Sekuler, Pustaka Alvabethlm, Yogyakarta, hlm
269-270
38
beberapa hal tidak sesuai dengan hukum Islam.28 Namun, setelah sekitar
perkawinan, seperti terkait status anak luar kawin, perjanjian pra nikah,
tahun bagi wanita) terlalu dini dan lebih banyak mudharatnya, hingga
minimum untuk wanita menjadi sama dengan usia minimum untuk pria,
yakni 19 tahun. Hal yang diharapkan dari perubahan usia minimum itu
28
Ratna Lukito, Loc. cit
39
Nilai Keadilan.
perkawinan sebagai suatu lembaga yang diikat secara lahir dan batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan yang terjadi antara pria dan
perkawinan, baik pria dan wanita mempunyai hak dan kewajiban sebagai
masalah lain yang dihadapi. Selain itu juga penghayatan agamanya tentang
dapat tercapai. Ikhtiar yang dilakukan dalam hal ini yakni dengan
30
Kaharuddin, Nilai-Nilai Filosofi Perkawinan Menurut Hukum Perkawinan Islam dan
Undang-Undang RI No.1 tahun 1974, Mitra Wacana Media, 2015, Hlm 5
41
batas minimal umur perkawinan bagi pria, yaitu 19 (sembilan belas) tahun.
Batas usia dimaksud dinilai telah matang jiwa raganya untuk dapat
secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang
sehat dan berkualitas. Diharapkan juga kenaikan batas umur yang lebih
tinggi dari 16 (enam belas) tahun bagi wanita untuk kawin akan
kematian ibu dan anak. Selain itu juga dapat terpenuhinya hak-hak anak
memiliki akses yang sama terhadap sumber daya, memiliki peluang atau
kesempatan yang sama besar, dan menikmati manfaat yang sama dari
berdampak pada:
ialah karena dianggap tidak ada kesetaraan, dimana Pria dianggap lebih
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Itu karena jika kita melihat dari
minimum perkawinan bagi wanita yang lebih rendah dari Pria yakni 16
Ini adalah proses sosialisasi yang menegaskan bahwa posisi wanita adalah
31
Ridwan, Kekerasan Berbasis Gende: Rekontruksi Teologis, Yuridis, dan Sosiologis,
STAIN Press, Yogyakarta, 2006, hlm 1
32
Kamla Bhasin, Menggugat Patriarki Pengantar tentang persoalan Dominasi terhadap
kaum perempuan, Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta, 1996, hlm 8
43
dalam rumah tangga hanya sebagai peran pembantu bagi laki-laki (ayah
pekerjaan dan hal-hal lain dalam rumah tangga. Pendidikan bagi wanita
dan di kamar untuk merawat anak-anak dan suami, itulah yang umumnya
sehingga wanita tidak tertinggal jauh/ timpang dibanding pria dan menjadi
seharusnya pada usia 16 tahun yang umumnya seorang anak masih baru
bagi wanita dibanding 19 tahun bagi pria juga tidak adil khususnya wanita
33
Nursyahbani Katjasungkana, Loekman Soetrisno, Affan Ghaffar dkk., Potret Perempuan
Tinjauan Politik,Ekonomi, Hukum di Zaman Orde Baru, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hlm 7
34
Keterangan Saparina Sadli (Ahli), dalam Petitum Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
30-74/PUU-XII2014, hlm 30
44
anak hingga remaja, yang mana pada usia 16 tahun pada umumnya
banyak hal serta masih perlu kasih sayang orang tuanya. Selain itu juga,
usia minipmum menikah yang rendah itu juga membuka peluang seoarang
beban ekonomi orang tuanya, yang mana hal itu merupakan kekerasan
untuk wanita yang terlalu muda, baik bagi kesehatan dirinya maupun bagi
kandungannya.
bahwa dalam pernikahan tidak ada yang tahu, dan jika wanita sebagai istri
lalu suatu saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti karena
perceraian atau suami meninggal lebih dulu maka akan sangat sulit bagi
usia minimum bagi wanita menjadi 19 tahun (sama dengan pria) merupakan
langkah yang cukup bijak dan tepat, demi menghilangkan marginalisasi dan
Ayat (1) tentang batasan usia minimal perkawinan untuk perempuan (16
Tahun) dan Pasal 7 Ayat (2) tentang dispensasi perkawinan di bawah usia
35
Andi Syamsualam, Usia Ideal Memasuki Dunia Perkawinan, Kencana Mas, Jakarta,
2005,hlm 66-67
47
belas) tahun.
k) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak Pasal 20 dalam hal tindak pidana dilakukan oleh Anak
sebelum genap berumur 18 (delapan belas) tahun dan diajukan ke
sidang pengadilan setelah Anak yang bersangkutan melampaui batas
umur 18 (delapan belas) tahun, tetapi belum mencapai umur 21 (dua
puluh satu) tahun, Anak tetap diajukan ke sidang Anak.
l) Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 Pengesahan Convention
On The Rights Of The Child (Konvensi Tentang Hak-Hak Anak)
Pasal 1 konvensi menyatakan, untuk tujuan Konvensi ini, seorang
anak berarti setiap manusia di bawah usia 18 tahun, kecuali apabila
menurut hukum yang berlaku bagi anak tersebut ditentukan bahwa
usia dewasa dicapai lebih awal.36
mana pada usia tersebut seseorang dianggap telah cukup matang atau
cakap hukum. Itu artinya pada usia tersebut, seseorang mulai mampu
tahun bagi wanita. Padahal, usia 16 tahun bukanlah usia yang tepat untuk
usia pendidikan pertama usia anak masuk Sekolah Dasar di usia 7 tahun
maka dengan adanya wajib belajar 12 tahun berarti usia anak untuk
36
Hasil Penyelarasan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan
Atas Undangundang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Badan Pembinaan Hukum Nasional 2019, hlm 65-66
49
ayat (1) terkait usia perkawinan perempuan yang masih mematok usia 16
beberapa asas yang menjadi alasan kuat terkait Perubahan Usia minimum
Perkawinan, yakni :
kedudukan di muka hukum secara de jure dan de facto. Prinsip ini juga
tingginya
tidak ada seorangpun dapat meniadakan hak asasi orang lain karena
politik, jenis kelamin atau pandangan lainnya. Dalam Pasal 1 Ayat (3)
manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status
bahwa “setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
Dasar 1945 menyatakan bahwa “setiap orang bebas dari perlakuan yang
diskriminasi yang terjadi secara nyata dan diatur dalam sebuah Undang-
Indonesia
Prinsip kepentingan terbaik bagi anak berasal dari Pasal 3 Ayat (1)
adalah cerminan dari generasi yang ada saat ini. Oleh karena itu kita
maksimal.39
minimum perkawinan dengan tidak ada batasan yang jelas dalam situasi
apa penyimpangan dapat dilakukan. Perlu adanya batasan yang jelas agar
Tahun 1974 pada Pasal 7 ayat (2) terkait dispensai kawin itu ditambahkan
diperketat lagi.
39
Hasil Penyelarasan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Opcit, hlm 16
54
mana pada tahun 2020 sendiri hingga November ini telah menangani 1386
Adapun di bawah ini merupakan laporan data perkara itsbat nikah dan
perkara Dispensasi Kawin. Adapun perkara itsbat nikah telah sampai 401
anaknya yang belum cukup umur di luar prosedur yang diatur Pasal 7 ayat
orang yang sadar anaknya belum cukup umur untuk kawin lebih memilih
menikahkan hanya secara agama tanpa dicatatkan (nikah siri), lalu nanti
nikah ke Pengadilan.40
menikah dengan siapa atau tidak dapat menikah dengan siapa. Jika melihat
dari Pengadilan
mantannya
lebih rinci lagi pada Kompilasi Hukum Islam (KHI) mulai dari Pasal 14
tahun harus ada izin dari orang tua, namun haruslah minimal sudah berusia
41
Sugiri Permana dan Ahmad Zaenal Fanani, Dispensasi Kawin Dalam Hukum Keluarga
Indonesia, Surabaya, 2019, hlm 5
42
Wawancara dengan Bapak Sudirman,SH (Panitera Pengganti Pengadilan Agama
Mataram) Pada 26 Oktober 2020
57
cukup.
pengajuan permohonan dispensasi oleh orang tua dari salah satu atau
kedua belah pihak dari calon mempelai, apabila pihak pria dan wanita
tentang keadaan tidak ada pilihan lain dan sangat terpaksa harus
dilangsungkan perkawinan.
Oleh karena itu, beberapa hal yang setidaknya harus termuat dan
tercantum pada pasal 5 PERMA Nomor 5 tahun 2019, yang harus dipenuhi
43
Sugiri Permana dan Ahmad Zaenal Fanani, Opcit, hlm 25
59
4. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau kartu identitas anak dan/atau akta
kelahiran anak;
5. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau kartu identitas anak dan/atau akta
dilaksanakan.
diatur pada Pasal 10 PERMA Nomor 5 tahun 2019, bahwa pada saat
pihak tersebut pada hari sidang kedua, maka Hakim menunda lagi
pihak tersebut pada persidangan yang ketiga. Jika pada hari sidang ketiga
44
Wawancara dengan Ibu Nurul Khaerani,SH (Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama
Mataram) Pada 26 Oktober 2020
45
Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pedoman
Mengadili Permohonan Dispensasi Kawin, Pasal 10
61
tersebut dalam dalam penetapan dispensasi kawin. Jika alat bukti tertulis
tidak hanya menilai, adanya penyimpangan usia, tetapi juga harus menilai
kesiapan dari pasangan calon suami istri dari sudut fisik maupun
psikisnya.
46
Sugiri Permana dan Ahmad Zaenal Fanani, Opcit, hlm 30
64
tangga.47
bahwa anak perempuan berusia 10-14 tahun beresiko lima kali lipat
sementara resiko ini meningkat dua kalilipat pada kelompok usia 15-19
tahun.
memberi nasihat pada para pihak, baik anak maupun orang tua mampu
47
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konsekling Perkawinan, CV Andi Offset, Yogyakarta,
2002,hlm 29
65
belakang pengajuan dispensasi kawin tersebut (tidak dalam paksaan dll) 48.
mursalah.
48
Wawancara dengan Bapak Abidin H Achmad,SH (Hakim Pengadilan Agama Mataram)
Pada 4 November 2020
49
https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/dispensasi-kawin-di-
pengadilan-agama-pasca-revisi-Undang-Undang-perkawinan-oleh-rio-satria-16-10/ Diakses
pada11 November 2020 pukul 10.22
66
ditolak cenderung tetap saja terjadi pernikahan dini melalui pernikahan siri
50
Wawancara dengan Bapak Abidin H. Achmad,S.H (Hakim Pengadilan Agama Mataram)
Pada 4 November 2020
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
yaitu 19 tahun baik bagi calon mempelai laki maupun calon mempelai
merupakan salah satu bentuk pembaharuan hukum yang progresif dan tepat
menomorduakan wanita. Selain itu usia 19 tahun yang cukup matang jiwa
juga untuk mendapat keturunan yang sehat dan berkualitas. Berdasarkan hal
kedua calon mempelai, fotokopi KTP atau Kartu Identitas calon suami/istri,
adat dan budaya, aspek psikologis, aspek kesehatan, dan dampak yang
ditimbulkan.
B. SARAN – SARAN
agama Kantor Kementrian Agama serta para tokoh agama dan tokoh
resiko dari menikah di usia dini serta konsekuensi hukum di kemudian hari,
Pengadilan.
Agama bagi yang beragama Islam dan Pengadilan Negeri bagi yang
alasan hukum yang bersifat syar’i serta kemaslahatan bagi keluarga kedua
B. Peraturan Perundang-undangan
http://m.republika.ac.id/berita/nasional/umum/17/03/06/omduca359-bkkbn
-usia-pernikahan-ideal-berkisar-2125-tahun
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5b8f402eed78d/hukum
nya-menikah-di-usia-dini
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/bahaya-kesehatan-akibat-
pernikahan-dini/
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5b8f402eed78d/hukum
nya-menikah-di-usia-dini/
https://kbbi.web.id/dispensasi
https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel
http://www.pa-mataram.go.id/sipp/
LAMPIRAN
51
Badan Pusat Statistik Kota Mataram Data Mataram Dalam Angka.
- Meningkatkan kualitas managemen administrasi.`
- Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan
Pengadilan Agama Mataram adalah satu – satunya Peradilan di
Wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Agama Mataram yang memakai standar
AISO 2008 yaitu Sistem menejemen Mutu dalam semua pelaksanaan tugas.
Untuk memudahkan dan menjamin keterbukaan informasi perkara
diterapkan Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP), dan telah
menyediakan beberapa aplikasi yang telah diresmikan 4 aplikasi yaitu :
d) . Antrian Sidang
52
Data Sistem Informasi Penelusuran Perkara PA MATARAM (SIPP)
12 orang, yang terdiri dari 6 orang hakim yaitu : - (Ketua), Bapak
Drs.Syarifuddin.M.H. (Wakil Ketua); Bapak Drs.H.M.Ishaq M.H,; Bapak
Abidin H.Ahmad,S.H.; Ibu Dra.Hj. Kartini, ; Ibu Dra.St.Nursalmi Muhamad.,
Bapak Drs.H.Nasrudin. Kemudian ada Bapak Marsoan,S,H (Panitera) dan
Bapak Nirwan Samsul Rijal,S.H.,M.H. (Sekretaris) 26 orang dari jajaran
kepaniteraan, 13 orang dari kejurusitaan dan 10 orang tenaga non-teknis.
Alamat Pengadilan Agama Mataram