1 April 2018
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya apa yang telah dilakukan oleh LKS dalam
mengimplementasikan keuangan inklusif, hambatan yang dihadapi dan bagaimana peran LKS
dalam mengimplementasikan keuangan inklusif terhadap pelaku UMKM di Tasikmalaya.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survai dengan pendekatan kualitatif.
Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Cabang BNI Syariah Tasikmalaya, BRIS
Tasikmalaya, BMT Wira Mandiri, dan pengusaha mikro. Hasil selanjutnya menunjukan bahwa
sudah cukup banyak upaya yang dilakukan oleh LKS dalam mengimplementasikan keuangan
inklusif bagi pelaku UMKM, hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa produk, program,
pembiayaan yang ditujukan buat para pelaku UMKM yang ada di Tasikmalaya. Hambatan yang
dihadapi, SDM dan kantor layanan terbatas, terkendala agunan sebagai second way out dikarenakan
pembiayaan harus tetap aman, pelayanan internal belum optimal, pemahaman dan kesadaran
masyarakat masih senang dengan pinjaman instant, tidak mau ribet sehingga masyarakat lebih
banyak yang melakukan transaksi dengan lembaga keuangan konvensional ketimbang LKS yang
diasumsikan prosesnya terkesan ribet. Pelaku usaha mikro memerlukan peran LKS terutama dalam
hal permodalan yang digunakan untuk memperluas pasar dan mengembangkan usahanya sehingga
berkontribusi besar dalam perekonomian nasional, LKS dengan institusi ZISWAF-nya mampu
memberikan jalan keluar untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang bersifat konsumtif
dan bisa menutupi kebutuhan dasar investasi UMKM.
Kata Kunci : Keuangan Inklusif, Keuangan Syariah, LKS, UMKM.
ABSTRACT
This study aims to determine what efforts have been done by LKS in implementing inclusive
finance, obstacles faced and how the role of LKS in implementing inclusive finance to the
perpetrators of UMKM in Tasikmalaya. This research was conducted by using survey method with
qualitative approach. Key informants in this research are BNI Syariah Tasikmalaya Branch Head,
BRIS Tasikmalaya, BMT Wira Mandiri, and micro entrepreneurs. The next result shows that there
are quite a lot of efforts done by LKS in implementing inclusive finance for the perpetrators of
UMKM, this is evidenced by the existence of some products, programs, financing aimed at the
perpetrators of UMKM in Tasikmalaya. Constraints faced, human resources and limited service
offices, constrained collateral as a second way out because financing must remain safe, internal
service is not optimal, understanding and awareness of people are still happy with instant loans, do
not want complicated so that more people who transact with financial institutions conventional
than LKS which assumed the process seemed complicated. Micro business actors need the role of
LKS especially in the case of capital used to expand the market and expand their business so as to
contribute greatly in the national economy, LKS with ZISWAF institution is able to provide a way
out to fulfill basic needs of society that is consumptive and can cover the basic needs of MSME
investment .
Keywords: Inclusive Finance, Sharia Finance, LKS, UMKM.
maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan keuangan tidak hanya menyediakan kredit bagi
lebih adil, merata, berkelanjutan dan berkualitas masyarakat miskin dan usaha mikro kecil,
(Sukamto, 2015). namun juga memiliki tujuan yang lebih holistik,
Keuangan inklusif merupakan salah satu yaitu mengurangi angka kemiskinan,
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah melakukan distribusi pendapatan untuk
untuk menjawab permasalahan mengenai sistem mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih
keuangan yang masih belum optimal berkualitas tanpa mengorbankan dan bahkan
menjangkau semua lapisan masyarakat terutama menopang stabilitas sistem keuangan
kalangan miskin, hampir miskin dan kelompok (Ismawati, 2015).
rentan lainnya. Dengan harapan keuangan Financial inclusion merupakan sebagai bentuk
inklusif dapat memperluas lapangan kerja dan strategi nasional keuangan inklusif yaitu hak
sebagai instrumen pemerataan dan peningkatan setiap orang untuk memiliki akses dan layanan
kesejahteraan masyarakat miskin dan penuh dari lembaga keuangan secara tepat
berpenghasilan rendah. waktu, nyaman, informatif, dan terjangkau
Lembaga keuangan syariah merupakan lembaga biayanya, dengan penghormatan penuh kepada
keuangan yang telah disahkan oleh DPR pada harkat dan martabat (Rakhmindyarto, 2014).
tanggal 11 Desember 2012. Kelahiran lembaga Global Financial Development Report (2014)
keuangan mikro dilatarbelakangi oleh dominasi mendefinsikan Financial Inclusion sebagai
lembaga-lembaga keuangan makro yang “The proportion of individuals and firms that
menguasai roda perekonomian di Indonesia. use financial service has become a subject of
Lembaga keuangan makro memiliki modal considerable interest among policy makers,
yang besar dan digerakkan dengan sistem yang researchers and other stakeholders.’’ financial
rumit, sehingga masyarakat menengah ke inclusion merupakan suatu keadaan dimana
bawah sulit mengakses dana dari lembaga mayoritas individu dapat memanfaatkan jasa
keuangan makro. keuangan yang tersedia serta meminimalisir
Lembaga Keuangan Syariah sebagai sebuah adanya kelompok individu yang belum sadar
institusi keuangan yang beroperasi berdasarkan akan manfaat akses keuangan melalui akses
prinsip Islam sudah seharusnya mempunyai yang telah tersedia tanpa biaya yang tinggi
misi dan visi tidak hanya sekedar mengejar (Salim, 2014).
keuntungan tapi juga mempunyai fungsi sosial Keuangan inklusif adalah segala upaya yang
untuk pembangunan umat Islam khususnya dan bertujuan untuk meniadakan segala bentuk
umat manusia pada umumnya. Perbankan hambatan yang bersifat harga maupun non-
syariah seharusnya dapat memberikan harga terhadap akses masyarakat dalam
kontribusinya untuk mensejahterakan umat, memanfaatkan layanan jasa keuangan sehingga
terutama yang berada di piramida penduduk dapat memberikan manfaat yang signifikan
terendah. terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat
Berdasarkan latar belakang diatas, maka terutama untuk daerah dengan wilayah dan
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini kondisi geografis yang sulit dijangkau atau
untuk mengetahui upaya yang telah dilakukan daerah perbatasan (Fitriastuti, 2015).
oleh LKS dalam mengimplementasikan Menurut Otoritas Jasa Keuangan, keuangan
keuangan inklusif, hambatan apa yang dihadapi inklusif adalah segala upaya yang bertujuan
oleh LKS dalam mengimplementasikan untuk meniadakan segala bentuk hambatan
keuangan inklusif, bagaimana efektivitas peran yang bersifat harga maupun non-harga terhadap
LKS dalam memberikan pembiayaan UMKM akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan
dalam mengimplementasikan keuangan inklusif jasa keuangan sehingga dapat memberikan
terhadap usaha mikro. manfaat yang signifikan terhadap peningkatan
taraf hidup masyarakat terutama untuk daerah
KAJIAN LITERATUR dengan wilayah dan kondisi geografis yang
Keuangan Inklusif (finacial inclusion) sulit dijangkau atau daerah perbatasan
Inklusi keuangan adalah bentuk pendalaman (Fitriastuti, 2015).
layanan keuangan yang ditujukan kepada Pada dasarnya, kebijakan keuangan inklusif
masyarakat yang ada di kalangan bawah (the adalah suatu bentuk pendalaman layanan
bottom of the pyramid) untuk memanfaatkan keuangan (financial service deepening) yang
produk jasa keuangan formal. Sistem inklusi ditujukan kepada masyarakat in the bottom of
the pyramid untuk memanfaatkan produk dan pendorong utama untuk implementasi financial
jasa keuangan formal seperti sarana menyimpan inclusion (Nengsih, 2015).
uang yang aman (keeping), transfer, menabung Financial inclusion atau keuangan inklusif di
maupun pinjaman dan asuransi. Hal ini Indonesia baru di luncurkan pada tahun 2010.
dilakukan tidak saja menyediakan produk Bank Indonesia meluncurkan program National
dengan cara yang sesuai tapi dikombinasikan Strategy for Financial Inclusion (NSFI) sebagai
dengan berbagai aspek. Strategi keuangan upaya untuk memperluas akses masyarakat
inklusif bukanlah sebuah inisiatif yang terhadap jasa keuangan. Selama ini, 32% atau
terisolasi. Sehingga keterlibatan dalam 76 juta penduduk sama sekali belum tersentuh
keuangan inklusif tidak hanya terkait dengan jasa keuangan (financial exclusion). Selain itu,
tugas Bank Indonesia, namun juga regulator, 60-70% Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
kementerian dan lembaga lainnya dalam upaya (UMKM) juga belum memiliki akses terhadap
pelayanan keuangan kepada masyarakat luas. perbankan. Padahal hampir 53 juta masyarakat
Melalui strategi nasional keuangan inklusif miskin yang bekerja di sektor UMKM memiliki
diharapkan kolaborasi antar lembaga potensi yang sangat besar untuk menurunkan
pemerintah dan pemangku kepentingan tercipta pengganguran dan mengurangi kemiskinan.
secara baik dan terstruktur. Partisipasi lembaga keuangan dalam
Keuangan inklusif menjadi penting dan pengembangan financial inclusion secara tepat
mendesak karena masih banyaknya jumlah adalah dengan mengembangkan program yang
penduduk Indonesia yang belum memiliki akses tidak hanya mengandalkan usaha pada
ke sektor keuangan formal. Ditambah lagi penghimpunan dana tabungan atau kredit
bahwa sektor keuangan formal merupakan dengan bunga ringan, tetapi harus ikut aktif
barang publik dan oleh karenanya setiap warga mengentaskan kemiskinan melalui
negara berhak untuk mengakses berbagai pembangunan keluarga dengan akses kredit
produk dan jasa keuangan formal yang yang lebih luas bagi keluarga miskin. Financial
berkualitas, tepat waktu, nyaman, jelas dan Inclusion ini bukan sekedar institusi perbankan,
dengan biaya yang terjangkau. Oleh karena itu, bukan sekedar mendapatkan kredit. Tetapi lebih
akses terhadap produk dan jasa keuangan kepada bagaimana mereka yang tidak pernah
formal harus diberikan bagi semua segmen menabung, tidak pernah menggunakan fasilitas
masyarakat, dengan perhatian khusus kepada kredit diberikan kesempatan untuk menabung
kelompok miskin yang berpenghasilan rendah, dan mendapat kredit sesuai dengan Instruksi
kelompok miskin produktif, kelompok pekerja Presiden Nomor 3 tahun 2010 tentang program
migran dan kelompok masyarakat yang tinggal pembangunan yang pro rakyat.
di daerah terpencil. Untuk mewujudkan inklusif keuangan tentunya
Kamalesh Shailesh C. Chakrobarty (2011) diperlukan sebuah lembaga keuangan yang
mengatakan financial inclusion langsung bersentuhan dengan masyarakat
mempromosikan penghematan dan terutama kelas menengah ke bawah. Salah satu
mengembangkan budaya menabung, keuangan mikro berbasis syariah adalah baitul
meningkatkan akses kredit, baik kewirausahaan mâl wat tamwîl, selain prinsip-prinsip syariah
maupun konsumsi dan juga memungkinkan yang menjadi basis fundamentalnya,
mekanisme pembayaran yang efisien, sehingga operasional BMT dilakukan dengan cara
memperkuat basis sumber daya lembaga pendampingan kepada para anggotanya
keuangan yang mampu memberikan manfaat sehingga model pendekatan ini memunculkan
ekonomi sebagai sumber daya dan tersedianya sebuah tingkat kepercayaan yang sangat tinggi
mekanisme pembayaran yang efisien dan kepada para anggotanya.
alokatif. Bukti empiris menunjukan bahwa Lembaga keuangan mikro seperti BMT
Negara-negara dengan populasi penduduk yang mempunyai peran signifikan dalam
besar, belum mempunyai akses yang luas pengembangan ekonomi masyarakat melalui
terhadap sektor formal lembaga keuangan dan berbagai pembiayaan mikronya. Hal ini tidak
juga menunjukan rasio kemiskinan yang lebih terlepas dari kemudahannya akses oleh
tinggi dan ketimpangan yang lebih tinggi. masyarakat. Dalam rangka mengoptimalkan
Dengan demikian, financial inclusion hari ini peran BMT untuk mengembangkan sektor
bukanlah merupakan pilihan, tetapi menjadi ekonomi riil, maka fungsi BMT di bidang
sebuah keharusan dan perbankan merupakan penyaluran dana khususnya dalam bentuk
mendapat akses finansial. Keuangan syariah yang memang sejak awal fokus kepada para
sedari awal karakternya sudah harus inklusif. pengusaha mikro yang tentunya dengan
Dengan layanan jasa keuangan syariah yang kelebihan-kelebihan dan kemudahan yang dapat
ada, inklusifitas ini harus terus didorong, dan di akses pengusaha mikro; c). kemudahan-
kembangkan. Upayanya yaitu melalui levelnya kemudahan akses tersebut diantaranya sering
masing-masing. Untuk kaum lemah (dhuafa), melakukan gerebek pasar, sosialisasi produk-
bisa lewat zakat, sehingga nantinya bisa naik produk perbankan dan melakukan open table
kelas menjadi kelompok zakat-able (mampu sehingga lebih menjangkau masyarakat kecil;
berzakat). Kemudian nanti yang sudah zakat- d). konsisten menurunkan tim marketing baik
able naik ke BMT-able, atau mikro banking- untuk produk pembiayaan dan dana serta jasa
able. Dan lalu berlanjut terus hingga sampai lainnya sehingga dapat diakses oleh kalangan
menjadi bankable. menengah ke bawah; e). produk pembiayaan
Kalau layanan jasa keuangan inklusif syariah yang direncanakan: untuk usaha mikro
itu sudah berjalan menurut alur di atas, maka Pembiayaan Usaha Rakyat (PUR). Adapun
tantangan berikutnya adalah bagaimana produk yang telah ditawarkan: 1). Pembiayaan
pemerintah kemudian melakukan harmonisasi mikro untuk para pengusaha mikro, kecil dan
kebijakannya dengan memanfatkan semua menengah (akad murabahah), 2). Pembiayaan
instrumen-instrumen keuangan yang ada di KPR faedah untuk kepemilikan rumah baik
atas. Karena di Indonesia, semua layanan bersubsidi maupun non subsidi dengan
ekonomi dan keuangan syariah, kita punya. menggunakan akad (IMBT / Ijarah Muntahiya
Dari mulai yang paling besar sampai yang Bi Tamlik), dan akad murabahah, 3). Produk
paling dhuafa sekalipun, kita ada. Artinya kita lainnya; tabungan faedah (akad wadiah);
punya lengkap. Persoalannya selama ini, semua tabungan simple (simpanan pelajar) dan
layanan yang ada ini tidak ter-orkestra-kan mahasiswa (akad wadiah); tabungan mikro
dengan baik, atau tidak ada dirijen yang bisa (akad wadiah); haji (akad murabahah); deposito
mengatur. Oleh karena itu harmonisasi semua (akad mudharabah); giro (akad wadiah). Jumlah
layanan keuangan, mulai dari yang paling nasabah yang melakukan pembiayaan dalam
rendah sampai yang paling tinggi inilah, yang kurun waktu satu tahun terakhir adalah akad
seharusnya bisa dikelola dengan baik oleh murabahah berjumlah 173 nasabah, melakukan
Pemerintah. pembiayaan < 75 juta sebanyak 2,096 nasabah,
Selama ini terkesan masih banyak unsur-unsur dan segmentasi < 500 juta berjumlah 10.770
di Pemerintah yang masih menganggap remeh nasabah.
atau menganggap kecil ekonomi syariah ini. Adapun upaya yang dilakukan oleh BNI
Potensi zakat dianggap kecil dan diremehkan, Syariah Cabang Tasikmalaya dalam
lalu peran BMT juga dikecilkan. Padahal justru mengimplementasikan keuangan inklusif
Pemerintah harus mendorong, agar semuanya terutama dalam pengembangan pelaku usaha
bisa sinergi, mulai dari akar rumput sampai mikro adalah: a). melakukan sosialisasi ke
yang paling atas. Keuangan syariah bisa masyarakat-masyarakat untuk pengusaha mikro
berperan besar dalam keuangan inklusif, ini yang ada di Tasikmalaya, dimana masyarakat
yang seharusnya menjadi skenario nasional. tersebut rata-rata pelaku usaha mikro,
Upaya LKS Dalam Mengimplementasikan pengusaha sembako, klontong, grosir,
Keuangan Inklusif pengusaha border di Kawalu dan sekitarnya,
Ada beberapa langkah yang telah dirumuskan guna untuk meningkatkan dan mengupayakan
menjadi sebuah kebijakan dan program yang pengembangan bisnis mereka sehingga menjadi
dilakukan oleh BRIS Cabang Tasikmalaya pengusaha yang levelnya diharapkan naik satu
dalam mengimplementasikan keuangan tingkat diatas tingkat atau level sebelumnya,
inklusif, terutama dalam memberikan yang asalnya pengusaha mikro menjadi
pembiayaan bagi para pelaku usaha mikro kecil pengusaha kelas menengah atau atas, b). Produk
dan menengah yaitu: a). dengan mengeluarkan yg dipasarkan adalah Wira Usaha Syariah
produk dan layanan perbankan seperti tabungan (WUS) istilahnya BNI Ib WUS. Produk
dengan berbagai macam, dari mulai tabungan tersebut menggunakan 2 akad, yaitu akad
umum sampai dengan tabungan yang murabahah dan musyarakah. Akan tetapi untuk
diperuntukan kepada mahasiswa dan pelajar; b). selanjutnya karena mayoritas dari nasabah
memiliki produk layanan pembiayaan mikro melakukan pembiayaan untuk pembelian
barang-barang dagangan, sehingga akad yang kepada para pelaku usaha mikro dan menengah.
digunakan adalah akad murabahah, dengan Hal itu dapat dilihat dari pemberian akad
akad tersebut mereka bisa secara maksimal mudharabah bagi 136 nasabah dengan nominal
melakukan pembelian yang mereka gunakan pembiayaan < 100 juta. Sehingga ini bisa
sebagai barang-barang persediaan untuk menjadi solusi bagi para pelaku usaha mikro
kebutuhan barang yang mereka jual, c). Akad yang tidak bisa mengakses untuk mendapatkan
yang sering digunakan di BNI Syariah adalah pembiayaan dari lembaga perbankan
akad murabahah digunakan untuk produk (unbankabel) dapat pula mendapatkan
wirausaha Syariah, d). pengusaha mikro yang pembiayaan dari BMT guna mengembangkan
menjadi nasabah di BNI Syariah tidak ada yang usahanya.
menjadi nasabah pembiayaan dibawah Rp.100 Hambatan Dalam Mengimplementasikan
juta, melainkan rata-rata Rp.100 Juta sampai Keuangan Inklusif
Rp. 500 juta, karena yang tergolong mikro Hambatan yang dihadapi oleh BRIS Cabang
menurut peraruran BI pengusaha yang punya Tasikmalaya dalam mengimplementasikan
pembiayaan sampai dengan 500 juta, tapi kalo keuangan inklusif dari sisi internal bank yaitu
pembiayaan yang wirausaha syariah itu bisa masih terdapat kekurangan karyawan/ti dan
sampai 1 milyar, sehingga bisa tergolong kantor layanan yang masih terbatas secara
pengusaha menengah bukan mikro lagi. kuantitas, sehingga belum dapat menjangkau
Sementara itu upaya yang dilakukan oleh BMT masyarakat yang jarak lokasinya jauh. Adapun
Wira Mandiri dalam mengimplementasikan hambatan dari sisi eksternal bank yaitu untuk
keuangan inklusif terutama dalam pembiayaan terkendala agunan sebagai second
pengembangan usaha mikro, para pengelola way out dikarenakan pembiayaan harus tetap
BMT berkeyakinan bahwa justru peran BMT aman.
lah yang punya peran signifikan dalam Sementara itu rencana strategis kedepan yang
mengimplementasikan keuangan inklusif, hal akan dilakukan oleh BRIS Cabang Tasikmalaya
ini disebabkan karena sesuai dengan fungsi dan diantaranya akan menambah jumlah kantor
peran BMT itu sendiri yang lebih memihak layanan baik outlet, ataupun kantor cabang
kepada masyarakat skala mikro dan menengah. pembantu dan menambah jumlah karyawan
Pada saat para pelaku usaha mikro dan sehingga dapat lebih menjangkau lapisan
menengah tidak bisa mengakses mendapatkan masyarakat kecil walaupun dipelosok-pelosok.
pembiayaan atau kredit dari lembaga keuangan Adapun hambatan yang dihadapi oleh BNI
perbankan karena terkendala satu hal dan Syariah Cabang Tasikmalaya dalam
lainnya terutama masalah agunan (unbankabel). mengimplementasikan keuangan inklusif ini,
Disitulah peran BMT memberikan pembiayaan secara internal dan eksternal tidak ada
yang berskala mikro bagi para pelaku usaha hambatan yang begitu berarti karena aturan BNI
mikro dan menengah tersebut guna Syariah sudah baku kemudian secara eksternal
pengembangan usahanya tersebut. pun juga masyarakat banyak yang
Hal ini bisa dilihat dari pembiayaan yang telah membutuhkan tinggal bagaimana kemudian kita
dilakukan oleh BMT Wira Mandiri akan mensortir kebutuhan-kebutuhan mereka
sebagaimana digambarkan dalam tabel dibawah yang urgen itu apa. Pihak BNI Syariah merasa
ini : khawatir karena banyak pola hidup para
No Nama akad Jumlah Jumlah pembiayaan
pengusaha di Tasikmalaya yang
Nasabah konsumtif, sehingga pembiayaan yang
Total <10Jt <50jt
diberikan tidak sesuai dengan apa yang
1 Murabahah 103 541.000.000 mereka gunakan. Sehingga BNI Syariah
2 Hiwalah 11 60.500.000 akan konsen dengan pengusaha-
3 Kafalah 18 54.800.000 pengusaha yang benar-benar
4 Ijarah 4 38.000.000 membutuhkan.
5 Mudharabah 136 694.300.000 Sepanjang pengamatan BNI Syariah,
nasabah sudah melakukan secara amanah
Tabel 1 Pembiayaan UKM pembiayaan yang diberikan kepada mereka,
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa dimana mereka menggunakannya untuk usaha
BMT Wira Mandiri telah berupaya yg dijalankan. Jadi tidak ada pembiayaan
mengimplementasikan keuangan inklusif misalnya 300 juta nasabah punya mobil baru,
akan tetapi pembiayaan tersebut digunakan Efektivitas Peran LKS dalam Pembiayaan
untuk kebutuhan modal kerjanya, kemudian UMKM
membeli bahan-bahan baku. Intinya secara Dari pembahasan diatas bisa dipahami bahwa
internal dan eksternal hambatannya tidak ada, sesungguhnya Usaha Kecil dan Menengah
sehingga masyarakat bisa kerja sama dengan (UKM) sangat memerlukan peranan LKS
baik dan mereka selalu istiqomah dengan BNI terutama dalam hal permodalan yang digunakan
Syariah. Adapun rencana strategis kedepan untuk memperluas pasar dan mengembangkan
yang akan dilakukan BNI Syariah Cabang usahanya sehingga berkontribusi besar dalam
Tasikmalaya yaitu bekerja sama dengan MES perekonomian nasional. LKS ini bisa terbentuk
(Masyarakat Ekonomi Syariah) Tasikmalaya. karena didorong oleh adanya kebutuhan
Selain itu juga mengadakan sosialisasi ke masyarakat akan permodalan yang digunakan
masyarakat baik di kota maupun Kabupaten dalam mengembangkan usahanya. Masalah
Tasikmalaya untuk menjelaskan keberadaan kebutuhan modal yang di alami sebagian
Bank sehingga mereka yang membutuhkan banyak masyarakat tersebut di respon positif
pembiyaan, baik itu untuk nasabah yang oleh sebagian orang yang bersedia
tergolong pengusaha mikro atau menengah meminjamkan sebagian uangnya untuk modal
mereka bisa berhubungan dengan BNI Syariah, UMKM. Dana yang di pinjamkan kepada
dan pihak BNI Syariah pun akan memberikan nasabah berasal dari uang LKS sendiri atau
semacam pembelajaran kepada nasabah dan uang yang berasal dari nasabah yang
calon nasabah tentang pembiayaan syariah itu menyimpan uangnya di LKS.
seperti apa, kemudian keuntungan yang bisa Dilihat dari potensi dan sumber pendanaan
berikan apa, bedanya dengan bank yang sudah berjalan, sebenarnya LKS
konvensional apa, jadi kita tidak memberikan mempunyai pendanaan yang cukup baik dalam
pembiayaan tanpa pendampingan. Akan tetapi melayani nasabahnya serta dalam pengelolaan
pihak bank akan selalu mengadakan dana yang berbasis syariah. Apabila
pendampingan, karena hubungan kami dengan pengelolaan dana yang dilakukan oleh LKS
nasabah bukan antara kreditur dengan debitur, bisa saling berkoordinasi, maka hal tersebut
tapi kami sebagai mitra mereka sehingga pada dapat dijadikan sebagai kekuatan yang besar.
saat mereka ada kesulitan masalah pemasaran Contoh yang bisa diambil adalah dalam
misalnya pihak bank akan membantunya, pengelolaan Zakat, Infak, dan Shadaqah (ZIS),
bahkan ada juga nasabah yang saling apabila dalam pengelolannya bisa lebih efektif
mendukung pada saat ada nasabah yang punya dan berkoordinasi dengan institusi syariah
warung, toko, mereka butuh barang yang akan lainnya tentu akan lebih bisa menstimulasi
mereka jual, sehingga kami coba hubungkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan
antara satu nasabah dengan nasabah yang ketetapan program-program yang di jalankan
lainnya sehingga mereka akan terjadi saling mengarah pada sasaran yang tepat.
keterkaitan satu dengan yang lainnya. Sehingga Di dalam Ekonomi Islam, terdapat beberapa
keuntungannya, mereka membeli dengan harga instrumen lembaga keuangan yang bisa
relatif murah. dijadikan jaring pengaman sosial yang dapat
Sementara itu hambatan yang dihadapi oleh dialokasikan bagi golongan masyarakat yang
BMT Wira Mandiri adalah: pelayanan internal membutuhkan bisa berupa Zakat, Infaq,
belum optimal karena masih terbatas sumber Shadaqah maupun Wakaf (ZISWAF). Dalam
daya insani dan wilayah, pemahaman dan konteks LKS dan UMKM, ZISWAF bisa juga
kesadaran masyarakat masih senang dengan menjadi solusi pemecahan masalah bagi
pinjaman instant, tidak mau ribet sehingga keterbatasan akses finansial yang dihadapi oleh
masyarakat lebih banyak yang melakukan LKS dalam memberikan pelayanan finansial
transaksi dengan lembaga keuangan bagi UMKM. LKS dengan institusi ZISWAF-
konvensional ketimbang lembaga keuangan nya mampu memberikan jalan keluar untuk
syariah yang diasumsikan prosesnya terkesan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang
ribet. Adapun rencana strategis BMT Wira bersifat konsumtif dan bisa menutupi kebutuhan
Mandiri kedepan adalah dengan mencoba dasar investasi UMKM. Dengan dana yang
mengoptimalkan pemasaran dan pelayanan tidak terlalu mahal dan berkelanjutan, dalam
melalui kelompok-kelompok masyarakat yang jangka yang panjang, maka dana yang
telah dibentuk diberbagai wilayah. dibutuhkan oleh sektor riil bisa di maksimalkan.