Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No.

1 April 2018

Peran Lembaga Keuangan Syariah Dalam


Mengimplementasikan Keuangan Inklusif Bagi Pelaku
UMKM Tasikmalaya
Lina Marlina1, Biki Zulfikri Rahmat2
1
Universitas Siliwangi, Linamarlina404@gmail.com
2
Universitas Siliwangi, bikizulfikrirahmat@unsil.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya apa yang telah dilakukan oleh LKS dalam
mengimplementasikan keuangan inklusif, hambatan yang dihadapi dan bagaimana peran LKS
dalam mengimplementasikan keuangan inklusif terhadap pelaku UMKM di Tasikmalaya.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survai dengan pendekatan kualitatif.
Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Cabang BNI Syariah Tasikmalaya, BRIS
Tasikmalaya, BMT Wira Mandiri, dan pengusaha mikro. Hasil selanjutnya menunjukan bahwa
sudah cukup banyak upaya yang dilakukan oleh LKS dalam mengimplementasikan keuangan
inklusif bagi pelaku UMKM, hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa produk, program,
pembiayaan yang ditujukan buat para pelaku UMKM yang ada di Tasikmalaya. Hambatan yang
dihadapi, SDM dan kantor layanan terbatas, terkendala agunan sebagai second way out dikarenakan
pembiayaan harus tetap aman, pelayanan internal belum optimal, pemahaman dan kesadaran
masyarakat masih senang dengan pinjaman instant, tidak mau ribet sehingga masyarakat lebih
banyak yang melakukan transaksi dengan lembaga keuangan konvensional ketimbang LKS yang
diasumsikan prosesnya terkesan ribet. Pelaku usaha mikro memerlukan peran LKS terutama dalam
hal permodalan yang digunakan untuk memperluas pasar dan mengembangkan usahanya sehingga
berkontribusi besar dalam perekonomian nasional, LKS dengan institusi ZISWAF-nya mampu
memberikan jalan keluar untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang bersifat konsumtif
dan bisa menutupi kebutuhan dasar investasi UMKM.
Kata Kunci : Keuangan Inklusif, Keuangan Syariah, LKS, UMKM.

ABSTRACT
This study aims to determine what efforts have been done by LKS in implementing inclusive
finance, obstacles faced and how the role of LKS in implementing inclusive finance to the
perpetrators of UMKM in Tasikmalaya. This research was conducted by using survey method with
qualitative approach. Key informants in this research are BNI Syariah Tasikmalaya Branch Head,
BRIS Tasikmalaya, BMT Wira Mandiri, and micro entrepreneurs. The next result shows that there
are quite a lot of efforts done by LKS in implementing inclusive finance for the perpetrators of
UMKM, this is evidenced by the existence of some products, programs, financing aimed at the
perpetrators of UMKM in Tasikmalaya. Constraints faced, human resources and limited service
offices, constrained collateral as a second way out because financing must remain safe, internal
service is not optimal, understanding and awareness of people are still happy with instant loans, do
not want complicated so that more people who transact with financial institutions conventional
than LKS which assumed the process seemed complicated. Micro business actors need the role of
LKS especially in the case of capital used to expand the market and expand their business so as to
contribute greatly in the national economy, LKS with ZISWAF institution is able to provide a way
out to fulfill basic needs of society that is consumptive and can cover the basic needs of MSME
investment .
Keywords: Inclusive Finance, Sharia Finance, LKS, UMKM.

Naskah diterima : 29 Maret 2017, Naskah dipublikasikan : 15 April 2018

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 125


Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

adalah karena ketidaklengkapan dokumen, yang


PENDAHULUAN mengindikasikan ketidaktersediaannya jaminan
Serangkaian literatur telah membuktikan bahwa sebagai masalah kedua.
peningkatan akses masyarakat akan jasa Rendahnya akses layanan finansial ini selain
keuangan memiliki pengaruh yang signifikan di disebabkan oleh terbatasnya tingkat penetrasi
dalam usaha pengentasan kemiskinan. perbankan, juga karena terbatasnya edukasi,
Xiaoqiang Cheng dan Hans Degryse (2010) terbatasnya akses terhadap transaksi
mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pembayaran, terbatasnya akses tabungan,
cukup tinggi salah satunya didukung oleh terbatasnya akses kredit, dan terbatasnya akses
sektor keuangan, baik perbankan maupun non- ke pelayanan asuransi. Hal ini disebabkan juga
bank. Pembangunan sektor perbankan dapat oleh masyarakat miskin tidak memiliki jaminan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Hasil yang cukup sebagaimana disyaratkan oleh
penelitiannya membuktikan bahwa pelayanan perbankan untuk memperoleh pinjaman dan
perbankan seperti pemberian kredit bisa kurangnya minat pemilik lembaga keuangan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Nengsih, untuk menggarap bisnis di sektor ini.
2015). Dalam implementasinya, lembaga keuangan
Berbanding terbalik dengan pernyataan di atas, tidak bisa dilihat secara sempit hanya dengan
pertumbuhan ekonomi Asia belum didukung memperluas akses masyarakat terhadap sektor
oleh akses masyarakat terhadap lembaga keuangan formal dan bertambahnya minat
keuangan. Akses masyarakat Indonesia masyarakat untuk memiliki rekening tabungan
terhadap lembaga keuangan juga masih rendah. di bank, tetapi juga harus lebih didorong pada
Berdasarkan data dari World Bank, Global pemberian fasilitas kredit/kredit mikro baik
Financial Inclusion Index (2011) dipaparkan bagi individu, maupun untuk kalangan UMKM.
bahwa Financial Inclusion Index Indonesia Ekonom senior Institute for Development of
hanya 19.6 persen. Ini masih jauh di bawah Economic and Finance (Indef) Didin S
negara-negara lain seperti Malaysia 66.7 Damanhuri mengatakan bahwa perbankan harus
persen, Philipina 26.5 persen, Thailand 77.7 dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan pada
persen, Vietnam 21.4 persen, India 35.2 persen, sektor usaha mikro, kecil dan menengah
China 63.8 persen, Rusia 48.2 persen, dan (UMKM) untuk mendorong pertumbuhan
Brazil 55.9 persen (Nengsih, 2015). ekonomi. Hal ini disebabkan karena pelaku
Oleh karena itu, peningkatan partisipasi usaha akan mampu menggenjot pertumbuhan
masyarakat dalam penggunaan jasa keuangan ekonomi disamping pemerintah dan konsumsi
merupakan isu penting pada agenda kebijakan masyarakat. Ia mengatakan bahwa selama ini
beberapa negara berkembang yang memiliki perbankan belum mengoptimalkan penyaluran
sistem perbankan dan keuangan yang belum kredit pada pelaku UMKM dan hanya
maju dan seringkali hanya mau melayani cenderung mengakomodasi kebutuhan
nasabah yang berpenghasilan tinggi atau pembiayaan pengusaha skala besar. Padahal,
perusahaan besar, karena penyebaran jasa menurutnya, pelaku UMKM merupakan
keuangan yang tidak merata akan menghambat investor terbesar di dalam struktur ekonomi
pertumbuhan dan perkembangan sejumlah sehingga jika tidak ada dukungan pada pelaku
usaha kecil dan keluarga miskin. UMKM maka akan menghambat pertumbuhan
Berdasarkan hasil survey pada Laporan World ekonomi. Sebesar 99,98 persen struktur dunia
Bank, Improving Access to Financial Services usaha terdiri dari UMKM, dengan demikian
in Indonesia tahun 2009, bank umum yang hanya 0,02 persen terdiri dari pengusaha besar,
mendominasi sektor keuangan Indonesia, hanya akan tapi kredit perbankan 90 persen diberikan
melayani sebagian kecil keluarga di Indonesia. kepada para pengusaha besar. Dengan
Dimana akses terhadap modal (kredit), hanya demikian, perbankan hanya menyasar pelaku
17% dari total penduduk Indonesia yang bisnis berskala besar dan kurang melirik pelaku
meminjam dari bank, dan sekitar sepertiga UMKM sehingga mereka masih sulit
lainnya meminjam dari sektor informal. mengakses pembiayaan kredit. Jika pembiayaan
Berdasarkan hal ini, sekitar 40% penduduk yang diberikan oleh bank telah menjangkau
Indonesia termasuk ke dalam kategori seluruh pelaku UMKM maka pertumbuhan
financially excluded, terpinggirkan dari akses ekonomi dapat mencapai 7-8%. Jika perbankan
kredit. Alasan utama untuk tidak meminjam memfasilitasi pembiayaan pada sektor UMKM

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 126


Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan keuangan tidak hanya menyediakan kredit bagi
lebih adil, merata, berkelanjutan dan berkualitas masyarakat miskin dan usaha mikro kecil,
(Sukamto, 2015). namun juga memiliki tujuan yang lebih holistik,
Keuangan inklusif merupakan salah satu yaitu mengurangi angka kemiskinan,
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah melakukan distribusi pendapatan untuk
untuk menjawab permasalahan mengenai sistem mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih
keuangan yang masih belum optimal berkualitas tanpa mengorbankan dan bahkan
menjangkau semua lapisan masyarakat terutama menopang stabilitas sistem keuangan
kalangan miskin, hampir miskin dan kelompok (Ismawati, 2015).
rentan lainnya. Dengan harapan keuangan Financial inclusion merupakan sebagai bentuk
inklusif dapat memperluas lapangan kerja dan strategi nasional keuangan inklusif yaitu hak
sebagai instrumen pemerataan dan peningkatan setiap orang untuk memiliki akses dan layanan
kesejahteraan masyarakat miskin dan penuh dari lembaga keuangan secara tepat
berpenghasilan rendah. waktu, nyaman, informatif, dan terjangkau
Lembaga keuangan syariah merupakan lembaga biayanya, dengan penghormatan penuh kepada
keuangan yang telah disahkan oleh DPR pada harkat dan martabat (Rakhmindyarto, 2014).
tanggal 11 Desember 2012. Kelahiran lembaga Global Financial Development Report (2014)
keuangan mikro dilatarbelakangi oleh dominasi mendefinsikan Financial Inclusion sebagai
lembaga-lembaga keuangan makro yang “The proportion of individuals and firms that
menguasai roda perekonomian di Indonesia. use financial service has become a subject of
Lembaga keuangan makro memiliki modal considerable interest among policy makers,
yang besar dan digerakkan dengan sistem yang researchers and other stakeholders.’’ financial
rumit, sehingga masyarakat menengah ke inclusion merupakan suatu keadaan dimana
bawah sulit mengakses dana dari lembaga mayoritas individu dapat memanfaatkan jasa
keuangan makro. keuangan yang tersedia serta meminimalisir
Lembaga Keuangan Syariah sebagai sebuah adanya kelompok individu yang belum sadar
institusi keuangan yang beroperasi berdasarkan akan manfaat akses keuangan melalui akses
prinsip Islam sudah seharusnya mempunyai yang telah tersedia tanpa biaya yang tinggi
misi dan visi tidak hanya sekedar mengejar (Salim, 2014).
keuntungan tapi juga mempunyai fungsi sosial Keuangan inklusif adalah segala upaya yang
untuk pembangunan umat Islam khususnya dan bertujuan untuk meniadakan segala bentuk
umat manusia pada umumnya. Perbankan hambatan yang bersifat harga maupun non-
syariah seharusnya dapat memberikan harga terhadap akses masyarakat dalam
kontribusinya untuk mensejahterakan umat, memanfaatkan layanan jasa keuangan sehingga
terutama yang berada di piramida penduduk dapat memberikan manfaat yang signifikan
terendah. terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat
Berdasarkan latar belakang diatas, maka terutama untuk daerah dengan wilayah dan
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini kondisi geografis yang sulit dijangkau atau
untuk mengetahui upaya yang telah dilakukan daerah perbatasan (Fitriastuti, 2015).
oleh LKS dalam mengimplementasikan Menurut Otoritas Jasa Keuangan, keuangan
keuangan inklusif, hambatan apa yang dihadapi inklusif adalah segala upaya yang bertujuan
oleh LKS dalam mengimplementasikan untuk meniadakan segala bentuk hambatan
keuangan inklusif, bagaimana efektivitas peran yang bersifat harga maupun non-harga terhadap
LKS dalam memberikan pembiayaan UMKM akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan
dalam mengimplementasikan keuangan inklusif jasa keuangan sehingga dapat memberikan
terhadap usaha mikro. manfaat yang signifikan terhadap peningkatan
taraf hidup masyarakat terutama untuk daerah
KAJIAN LITERATUR dengan wilayah dan kondisi geografis yang
Keuangan Inklusif (finacial inclusion) sulit dijangkau atau daerah perbatasan
Inklusi keuangan adalah bentuk pendalaman (Fitriastuti, 2015).
layanan keuangan yang ditujukan kepada Pada dasarnya, kebijakan keuangan inklusif
masyarakat yang ada di kalangan bawah (the adalah suatu bentuk pendalaman layanan
bottom of the pyramid) untuk memanfaatkan keuangan (financial service deepening) yang
produk jasa keuangan formal. Sistem inklusi ditujukan kepada masyarakat in the bottom of

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 127


Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

the pyramid untuk memanfaatkan produk dan pendorong utama untuk implementasi financial
jasa keuangan formal seperti sarana menyimpan inclusion (Nengsih, 2015).
uang yang aman (keeping), transfer, menabung Financial inclusion atau keuangan inklusif di
maupun pinjaman dan asuransi. Hal ini Indonesia baru di luncurkan pada tahun 2010.
dilakukan tidak saja menyediakan produk Bank Indonesia meluncurkan program National
dengan cara yang sesuai tapi dikombinasikan Strategy for Financial Inclusion (NSFI) sebagai
dengan berbagai aspek. Strategi keuangan upaya untuk memperluas akses masyarakat
inklusif bukanlah sebuah inisiatif yang terhadap jasa keuangan. Selama ini, 32% atau
terisolasi. Sehingga keterlibatan dalam 76 juta penduduk sama sekali belum tersentuh
keuangan inklusif tidak hanya terkait dengan jasa keuangan (financial exclusion). Selain itu,
tugas Bank Indonesia, namun juga regulator, 60-70% Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
kementerian dan lembaga lainnya dalam upaya (UMKM) juga belum memiliki akses terhadap
pelayanan keuangan kepada masyarakat luas. perbankan. Padahal hampir 53 juta masyarakat
Melalui strategi nasional keuangan inklusif miskin yang bekerja di sektor UMKM memiliki
diharapkan kolaborasi antar lembaga potensi yang sangat besar untuk menurunkan
pemerintah dan pemangku kepentingan tercipta pengganguran dan mengurangi kemiskinan.
secara baik dan terstruktur. Partisipasi lembaga keuangan dalam
Keuangan inklusif menjadi penting dan pengembangan financial inclusion secara tepat
mendesak karena masih banyaknya jumlah adalah dengan mengembangkan program yang
penduduk Indonesia yang belum memiliki akses tidak hanya mengandalkan usaha pada
ke sektor keuangan formal. Ditambah lagi penghimpunan dana tabungan atau kredit
bahwa sektor keuangan formal merupakan dengan bunga ringan, tetapi harus ikut aktif
barang publik dan oleh karenanya setiap warga mengentaskan kemiskinan melalui
negara berhak untuk mengakses berbagai pembangunan keluarga dengan akses kredit
produk dan jasa keuangan formal yang yang lebih luas bagi keluarga miskin. Financial
berkualitas, tepat waktu, nyaman, jelas dan Inclusion ini bukan sekedar institusi perbankan,
dengan biaya yang terjangkau. Oleh karena itu, bukan sekedar mendapatkan kredit. Tetapi lebih
akses terhadap produk dan jasa keuangan kepada bagaimana mereka yang tidak pernah
formal harus diberikan bagi semua segmen menabung, tidak pernah menggunakan fasilitas
masyarakat, dengan perhatian khusus kepada kredit diberikan kesempatan untuk menabung
kelompok miskin yang berpenghasilan rendah, dan mendapat kredit sesuai dengan Instruksi
kelompok miskin produktif, kelompok pekerja Presiden Nomor 3 tahun 2010 tentang program
migran dan kelompok masyarakat yang tinggal pembangunan yang pro rakyat.
di daerah terpencil. Untuk mewujudkan inklusif keuangan tentunya
Kamalesh Shailesh C. Chakrobarty (2011) diperlukan sebuah lembaga keuangan yang
mengatakan financial inclusion langsung bersentuhan dengan masyarakat
mempromosikan penghematan dan terutama kelas menengah ke bawah. Salah satu
mengembangkan budaya menabung, keuangan mikro berbasis syariah adalah baitul
meningkatkan akses kredit, baik kewirausahaan mâl wat tamwîl, selain prinsip-prinsip syariah
maupun konsumsi dan juga memungkinkan yang menjadi basis fundamentalnya,
mekanisme pembayaran yang efisien, sehingga operasional BMT dilakukan dengan cara
memperkuat basis sumber daya lembaga pendampingan kepada para anggotanya
keuangan yang mampu memberikan manfaat sehingga model pendekatan ini memunculkan
ekonomi sebagai sumber daya dan tersedianya sebuah tingkat kepercayaan yang sangat tinggi
mekanisme pembayaran yang efisien dan kepada para anggotanya.
alokatif. Bukti empiris menunjukan bahwa Lembaga keuangan mikro seperti BMT
Negara-negara dengan populasi penduduk yang mempunyai peran signifikan dalam
besar, belum mempunyai akses yang luas pengembangan ekonomi masyarakat melalui
terhadap sektor formal lembaga keuangan dan berbagai pembiayaan mikronya. Hal ini tidak
juga menunjukan rasio kemiskinan yang lebih terlepas dari kemudahannya akses oleh
tinggi dan ketimpangan yang lebih tinggi. masyarakat. Dalam rangka mengoptimalkan
Dengan demikian, financial inclusion hari ini peran BMT untuk mengembangkan sektor
bukanlah merupakan pilihan, tetapi menjadi ekonomi riil, maka fungsi BMT di bidang
sebuah keharusan dan perbankan merupakan penyaluran dana khususnya dalam bentuk

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 128


Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

pembiayaan diharapkan kesejahteraan Adapun sasaran umum keuangan


masyarakat dapat terwujud secara andil dan inklusif itu sendiri merupakan strategi
merata (Hermansyah, 2014). pembangunan nasional untuk mendorong
Kegiatan keuangan inklusif diharapkan dapat pertumbuhan ekonomi melalui pemerataan
mendukung stabilitas keuangan yang menjadi pendapatan, pengentasan kemiskinan serta
landasan pokok bagi pembangunan ekonomi stabilitas sistem keuangan. Pengelompokan
yang kokoh. Dari sisi makro, kegiatan ini kategori miskin yaitu: (1) Termiskin dari yang
diharapkan dapat mendukung pertumbuhan miskin; adalah penduduk miskin yang tidak
ekonomi yang semakin inklusif dan memiliki sumber pendapatan karena berbagai
berkelanjutan, serta dapat memberi manfaat faktor seperti sakit, cacat fisik sehingga tidak
bagi kesejahteraan rakyat banyak. memiliki pendapatan, (2) Miskin berpendapatan
Berdasarkan pada visi dan tujuan nasional rendah; adalah mereka yang memiliki akses
Financial Inclusion (keuangan inklusif) sangat terbatas atau tanpa akses sama sekali ke
dirumuskan untuk mewujudkan sistem semua jenis layanan keuangan. (3) Miskin
keuangan yang dapat diakses oleh seluruh bekerja; adalah kelompok penduduk miskin
lapisan masyarakat untuk mendorong yang berpenghasilan relatif cukup untuk
pertumbuhan ekonomi, penanggulangan memenuhi kebutuhan hidup dasar dengan
kemiskinan, pemerataan pendapatan, dan bekerja di sektor informal. (4) Bukan miskin;
terciptanya stabilitas sistem keuangan di kategori ini meliputi semua penduduk yang
Indonesia. Tujuan Financial Inclusion tidak memenuhi kriteria untuk masuk dalam
(keuangan inklusif) tersebut dijabarkan dalam kelompok masyarakat miskin berpendapatan
beberapa tujuan sebagai berikut: a). Menjadikan terendah dan miskin bekerja. (5) Pekerja
strategi keuangan inklusif sebagai bagian dari migrant domestik dan intenasional Indonesia
strategi besar pembangunan ekonomi, merupakan Negara penerima remitansi ketiga
penanggulangan kemiskinan, pemerataan terbesar di wilayah asia-pasifik. (6) Perempuan;
pendapatan dan stabilitas sistem keuangan, b). di banyak negara berkembang, kerap terdapat
Menyediakan jasa dan produk keuangan yang perbedaan besar antara laki-laki dan perempuan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, c). dalam hal akses, kebutuhan, dan pilihan mereka
Meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap jasa keuangan. Sehingga dalam
mengenai layanan keuangan. Hambatan utama mengembangkan akses terhadap layanan
dalam keuangan inklusif adalah tingkat keuangan adalah penting untuk mengenali
pengetahuan keuangan yang rendah. perbedaan-perbedaan tersebut. Di Indonesia,
Pengetahuan ini penting agar masyarakat laki laki dan perempuan miliki kesempatan
merasa lebih aman berinteraksi dengan lembaga yang sama untuk mempunyai rekening
keuangan, d). Meningkatkan akses masyarakat tabungan. Namun, motivasi utama laki-laki saat
ke layanan keuangan. Hambatan bagi orang membuka rekening tabungan bank lebih sering
miskin untuk mengakses layanan keuangan adalah untuk memperoleh kredit, sedangkan
umumnya berupa masalah geografis dan perempuan menabung demi keperluan
kendala administrasi. Menyelesaikan mendatang. Dalam hal kepemilikan asuransi,
permasalahan tersebut akan menjadi terobosan perempuan lebih sering membeli asuransi
mendasar dalam menyederhanakan akses ke pendidikan, sementara laki-laki lebih memilih
jasa keuangan, e). Memperkuat sinergi antara asuransi jiwa, dan pada taraf tertentu juga
bank, lembaga keuangan mikro, dan lembaga memiliki asuransi harta benda. (7) Penduduk
keuangan no bank. Pemerintah harus menjamin daerah terpencil sekitar 52 persen penduduk
tidak hanya pemberdayaan kantor cabang, tetapi Indonesia hidup di daerah perdesaan dan sekitar
juga peraturan yang memungkinkan perluasan 60 persennya tidak memiliki akses ke jasa
layanan keuangan formula. Oleh karena itu, keuangan formal. Dari sekitar 12,49 persen
sinergi antara Bank, Lembaga Keuangan Mikro penduduk yang berada di bawah garis
(LKM), dan Lembaga Keuangan Bukan Bank kemiskinan, sekitar 64 persen tinggal di daerah
menjadi penting khususnya dalam mendukung pedesaan. Angka-angka ini ditambah dengan
pencapaian stabilitas sistem keuangan, f). kondisi sebaran geografis dari kepulauan
Mengoptimalkan peran teknologi informasi dan Indonesia, menunjukkan pentingnya bagi
komunikasi (TIK) untuk memperluas cakupan strategi nasional keuangan inklusif untuk
layanan keuangan (Setiawan, 2016). memberi perhatian khusus kepada masyarakat

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 129


Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

di daerah-daerah terpencil. Kesenjangan akses


ke jasa keuangan untuk kategori ini sebagian METODE PENELITIAN
dapat diatasi dengan penggunaan teknologi Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
informasi dan komunikasi (Group analisis, dimana desktiptif analisis adalah
Pengembangan Keuangan Inklusif Departemen penelitian yang menggambarkan sifat sesuatu
Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM, yang sedang berlangsung pada saat riset
2012). dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari
Usaha Mikro suatu gejala tertentu, secara rinci mengenai
Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun suatu obyek tertentu selama kurun waktu
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan tertentu dengan cukup mendalam dan
Menengah, yang dimaksud dengan Usaha menyeluruh (Umar, 2008).
Mikro adalah usaha produktif milik orang Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data
perorangan dan/atau badan usaha perorangan dilakukan pada natural setting (kondisi yang
yang memenuhi kriteria Usaha Mikro alamiah), sumber data primer, dan teknik
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini pengumpulan data lebih banyak pada observasi
(Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan berperan serta (participant observation),
Menengah Republik Indonesia, 2008). Adapun wawancara mendalam (in depth interview),
ciri-ciri usaha mikro menurut Sari Riyana angket, triangulasi, dan gabungan keempatnya.
(2010) adalah: a). Jenis barang/ komoditi Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari
usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu berbagai sumber, dengan menggunakan tekhnik
dapat berganti; b). Tempat usahanya tidak pengumpulan data yang bermacam-macam
selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah (triangulasi), dan dilakukan secara terus
tempat; c). Belum melakukan administrasi menerus sampai datanya jenuh. Dengan
keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak pengamatan yang terus menerus tersebut
memisahkan keuangan keluarga dengan mengakibatkan variasi data yang tinggi. Data
keuangan usaha; d). Sumber daya manusia-nya yang diperoleh pada umumnya adalah data
(pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha kualitatif (walaupun tidak menolak data
yang memadai; e). Tingkat pendidikan rata-rata kuantitatif), sehingga tekhnik analisis data yang
relatif sangat rendah; f). Umumnya belum akses digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh
kepada perbankan, namun sebagian dari mereka karena itu sering mengalami kesulitan dalam
susah akses ke lembaga keuangan nonbank; dan melakukan analisis.
g). Umumnya tidak memiliki izin usaha atau Analisis data kualitatif dilakukan secara
persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. interaktif dan berlangsung secara terus menerus
Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran
mikro adalah suatu segmen pasar yang cukup kejenuhan data ditandai dengan tidak
potensial untuk dilayani dalam upaya diperolehnya lagi data atau informasi baru.
meningkatkan fungsi intermediasi-nya karena Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi data
usaha mikro mempunyai karakteristik positif (data reduction), penyajian data (data display)
dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha serta penarikan kesimpulan dan verifikasi
non mikro, antara lain; a). Perputaran usaha (conclusion drawing/verification).
(turn over) cukup tinggi, kemampuannya
menyerap dana yang mahal dan dalam situasi PEMBAHASAN
krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap Sistem keuangan sekarang, dari sisi funding,
berjalan bahkan terns berkembang; b) Tidak semua bisa menabung, namun dari sisi
sensitive terhadap suku bunga; c) Tetap financing atau pembiayaan, tidak semua bisa
berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi masuk. Karena tidak semua orang bankable,
dan moneter; d) Pada umumnya berkarakter atau memiliki collateral dan sebagainya. Jadi
jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan dari sisi funding dan financing ini terjadi
asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat. ketimpangan. Ketimpangan ini menjadi
Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa semakin tinggi, sehingga bahkan menimbulkan
masih banyak usaha mikro yang sulit persoalan sosial politik.
rnemperoleh layanan kredit perbankan karena Keuangan inklusif ini lahir sebagai solusi untuk
berbagai kendala baik pada sisi usaha mikro bisa menjangkau kalangan masyarakat yang
rnaupun pada sisi perbankan sendiri. tidak bankable, bagaimana supaya mereka bisa

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 130


Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

mendapat akses finansial. Keuangan syariah yang memang sejak awal fokus kepada para
sedari awal karakternya sudah harus inklusif. pengusaha mikro yang tentunya dengan
Dengan layanan jasa keuangan syariah yang kelebihan-kelebihan dan kemudahan yang dapat
ada, inklusifitas ini harus terus didorong, dan di akses pengusaha mikro; c). kemudahan-
kembangkan. Upayanya yaitu melalui levelnya kemudahan akses tersebut diantaranya sering
masing-masing. Untuk kaum lemah (dhuafa), melakukan gerebek pasar, sosialisasi produk-
bisa lewat zakat, sehingga nantinya bisa naik produk perbankan dan melakukan open table
kelas menjadi kelompok zakat-able (mampu sehingga lebih menjangkau masyarakat kecil;
berzakat). Kemudian nanti yang sudah zakat- d). konsisten menurunkan tim marketing baik
able naik ke BMT-able, atau mikro banking- untuk produk pembiayaan dan dana serta jasa
able. Dan lalu berlanjut terus hingga sampai lainnya sehingga dapat diakses oleh kalangan
menjadi bankable. menengah ke bawah; e). produk pembiayaan
Kalau layanan jasa keuangan inklusif syariah yang direncanakan: untuk usaha mikro
itu sudah berjalan menurut alur di atas, maka Pembiayaan Usaha Rakyat (PUR). Adapun
tantangan berikutnya adalah bagaimana produk yang telah ditawarkan: 1). Pembiayaan
pemerintah kemudian melakukan harmonisasi mikro untuk para pengusaha mikro, kecil dan
kebijakannya dengan memanfatkan semua menengah (akad murabahah), 2). Pembiayaan
instrumen-instrumen keuangan yang ada di KPR faedah untuk kepemilikan rumah baik
atas. Karena di Indonesia, semua layanan bersubsidi maupun non subsidi dengan
ekonomi dan keuangan syariah, kita punya. menggunakan akad (IMBT / Ijarah Muntahiya
Dari mulai yang paling besar sampai yang Bi Tamlik), dan akad murabahah, 3). Produk
paling dhuafa sekalipun, kita ada. Artinya kita lainnya; tabungan faedah (akad wadiah);
punya lengkap. Persoalannya selama ini, semua tabungan simple (simpanan pelajar) dan
layanan yang ada ini tidak ter-orkestra-kan mahasiswa (akad wadiah); tabungan mikro
dengan baik, atau tidak ada dirijen yang bisa (akad wadiah); haji (akad murabahah); deposito
mengatur. Oleh karena itu harmonisasi semua (akad mudharabah); giro (akad wadiah). Jumlah
layanan keuangan, mulai dari yang paling nasabah yang melakukan pembiayaan dalam
rendah sampai yang paling tinggi inilah, yang kurun waktu satu tahun terakhir adalah akad
seharusnya bisa dikelola dengan baik oleh murabahah berjumlah 173 nasabah, melakukan
Pemerintah. pembiayaan < 75 juta sebanyak 2,096 nasabah,
Selama ini terkesan masih banyak unsur-unsur dan segmentasi < 500 juta berjumlah 10.770
di Pemerintah yang masih menganggap remeh nasabah.
atau menganggap kecil ekonomi syariah ini. Adapun upaya yang dilakukan oleh BNI
Potensi zakat dianggap kecil dan diremehkan, Syariah Cabang Tasikmalaya dalam
lalu peran BMT juga dikecilkan. Padahal justru mengimplementasikan keuangan inklusif
Pemerintah harus mendorong, agar semuanya terutama dalam pengembangan pelaku usaha
bisa sinergi, mulai dari akar rumput sampai mikro adalah: a). melakukan sosialisasi ke
yang paling atas. Keuangan syariah bisa masyarakat-masyarakat untuk pengusaha mikro
berperan besar dalam keuangan inklusif, ini yang ada di Tasikmalaya, dimana masyarakat
yang seharusnya menjadi skenario nasional. tersebut rata-rata pelaku usaha mikro,
Upaya LKS Dalam Mengimplementasikan pengusaha sembako, klontong, grosir,
Keuangan Inklusif pengusaha border di Kawalu dan sekitarnya,
Ada beberapa langkah yang telah dirumuskan guna untuk meningkatkan dan mengupayakan
menjadi sebuah kebijakan dan program yang pengembangan bisnis mereka sehingga menjadi
dilakukan oleh BRIS Cabang Tasikmalaya pengusaha yang levelnya diharapkan naik satu
dalam mengimplementasikan keuangan tingkat diatas tingkat atau level sebelumnya,
inklusif, terutama dalam memberikan yang asalnya pengusaha mikro menjadi
pembiayaan bagi para pelaku usaha mikro kecil pengusaha kelas menengah atau atas, b). Produk
dan menengah yaitu: a). dengan mengeluarkan yg dipasarkan adalah Wira Usaha Syariah
produk dan layanan perbankan seperti tabungan (WUS) istilahnya BNI Ib WUS. Produk
dengan berbagai macam, dari mulai tabungan tersebut menggunakan 2 akad, yaitu akad
umum sampai dengan tabungan yang murabahah dan musyarakah. Akan tetapi untuk
diperuntukan kepada mahasiswa dan pelajar; b). selanjutnya karena mayoritas dari nasabah
memiliki produk layanan pembiayaan mikro melakukan pembiayaan untuk pembelian

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 131


Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

barang-barang dagangan, sehingga akad yang kepada para pelaku usaha mikro dan menengah.
digunakan adalah akad murabahah, dengan Hal itu dapat dilihat dari pemberian akad
akad tersebut mereka bisa secara maksimal mudharabah bagi 136 nasabah dengan nominal
melakukan pembelian yang mereka gunakan pembiayaan < 100 juta. Sehingga ini bisa
sebagai barang-barang persediaan untuk menjadi solusi bagi para pelaku usaha mikro
kebutuhan barang yang mereka jual, c). Akad yang tidak bisa mengakses untuk mendapatkan
yang sering digunakan di BNI Syariah adalah pembiayaan dari lembaga perbankan
akad murabahah digunakan untuk produk (unbankabel) dapat pula mendapatkan
wirausaha Syariah, d). pengusaha mikro yang pembiayaan dari BMT guna mengembangkan
menjadi nasabah di BNI Syariah tidak ada yang usahanya.
menjadi nasabah pembiayaan dibawah Rp.100 Hambatan Dalam Mengimplementasikan
juta, melainkan rata-rata Rp.100 Juta sampai Keuangan Inklusif
Rp. 500 juta, karena yang tergolong mikro Hambatan yang dihadapi oleh BRIS Cabang
menurut peraruran BI pengusaha yang punya Tasikmalaya dalam mengimplementasikan
pembiayaan sampai dengan 500 juta, tapi kalo keuangan inklusif dari sisi internal bank yaitu
pembiayaan yang wirausaha syariah itu bisa masih terdapat kekurangan karyawan/ti dan
sampai 1 milyar, sehingga bisa tergolong kantor layanan yang masih terbatas secara
pengusaha menengah bukan mikro lagi. kuantitas, sehingga belum dapat menjangkau
Sementara itu upaya yang dilakukan oleh BMT masyarakat yang jarak lokasinya jauh. Adapun
Wira Mandiri dalam mengimplementasikan hambatan dari sisi eksternal bank yaitu untuk
keuangan inklusif terutama dalam pembiayaan terkendala agunan sebagai second
pengembangan usaha mikro, para pengelola way out dikarenakan pembiayaan harus tetap
BMT berkeyakinan bahwa justru peran BMT aman.
lah yang punya peran signifikan dalam Sementara itu rencana strategis kedepan yang
mengimplementasikan keuangan inklusif, hal akan dilakukan oleh BRIS Cabang Tasikmalaya
ini disebabkan karena sesuai dengan fungsi dan diantaranya akan menambah jumlah kantor
peran BMT itu sendiri yang lebih memihak layanan baik outlet, ataupun kantor cabang
kepada masyarakat skala mikro dan menengah. pembantu dan menambah jumlah karyawan
Pada saat para pelaku usaha mikro dan sehingga dapat lebih menjangkau lapisan
menengah tidak bisa mengakses mendapatkan masyarakat kecil walaupun dipelosok-pelosok.
pembiayaan atau kredit dari lembaga keuangan Adapun hambatan yang dihadapi oleh BNI
perbankan karena terkendala satu hal dan Syariah Cabang Tasikmalaya dalam
lainnya terutama masalah agunan (unbankabel). mengimplementasikan keuangan inklusif ini,
Disitulah peran BMT memberikan pembiayaan secara internal dan eksternal tidak ada
yang berskala mikro bagi para pelaku usaha hambatan yang begitu berarti karena aturan BNI
mikro dan menengah tersebut guna Syariah sudah baku kemudian secara eksternal
pengembangan usahanya tersebut. pun juga masyarakat banyak yang
Hal ini bisa dilihat dari pembiayaan yang telah membutuhkan tinggal bagaimana kemudian kita
dilakukan oleh BMT Wira Mandiri akan mensortir kebutuhan-kebutuhan mereka
sebagaimana digambarkan dalam tabel dibawah yang urgen itu apa. Pihak BNI Syariah merasa
ini : khawatir karena banyak pola hidup para
No Nama akad Jumlah Jumlah pembiayaan
pengusaha di Tasikmalaya yang
Nasabah konsumtif, sehingga pembiayaan yang
Total <10Jt <50jt
diberikan tidak sesuai dengan apa yang
1 Murabahah 103 541.000.000  mereka gunakan. Sehingga BNI Syariah
2 Hiwalah 11 60.500.000  akan konsen dengan pengusaha-
3 Kafalah 18 54.800.000  pengusaha yang benar-benar
4 Ijarah 4 38.000.000  membutuhkan.
5 Mudharabah 136 694.300.000  Sepanjang pengamatan BNI Syariah,
nasabah sudah melakukan secara amanah
Tabel 1 Pembiayaan UKM pembiayaan yang diberikan kepada mereka,
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa dimana mereka menggunakannya untuk usaha
BMT Wira Mandiri telah berupaya yg dijalankan. Jadi tidak ada pembiayaan
mengimplementasikan keuangan inklusif misalnya 300 juta nasabah punya mobil baru,

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 132


Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

akan tetapi pembiayaan tersebut digunakan Efektivitas Peran LKS dalam Pembiayaan
untuk kebutuhan modal kerjanya, kemudian UMKM
membeli bahan-bahan baku. Intinya secara Dari pembahasan diatas bisa dipahami bahwa
internal dan eksternal hambatannya tidak ada, sesungguhnya Usaha Kecil dan Menengah
sehingga masyarakat bisa kerja sama dengan (UKM) sangat memerlukan peranan LKS
baik dan mereka selalu istiqomah dengan BNI terutama dalam hal permodalan yang digunakan
Syariah. Adapun rencana strategis kedepan untuk memperluas pasar dan mengembangkan
yang akan dilakukan BNI Syariah Cabang usahanya sehingga berkontribusi besar dalam
Tasikmalaya yaitu bekerja sama dengan MES perekonomian nasional. LKS ini bisa terbentuk
(Masyarakat Ekonomi Syariah) Tasikmalaya. karena didorong oleh adanya kebutuhan
Selain itu juga mengadakan sosialisasi ke masyarakat akan permodalan yang digunakan
masyarakat baik di kota maupun Kabupaten dalam mengembangkan usahanya. Masalah
Tasikmalaya untuk menjelaskan keberadaan kebutuhan modal yang di alami sebagian
Bank sehingga mereka yang membutuhkan banyak masyarakat tersebut di respon positif
pembiyaan, baik itu untuk nasabah yang oleh sebagian orang yang bersedia
tergolong pengusaha mikro atau menengah meminjamkan sebagian uangnya untuk modal
mereka bisa berhubungan dengan BNI Syariah, UMKM. Dana yang di pinjamkan kepada
dan pihak BNI Syariah pun akan memberikan nasabah berasal dari uang LKS sendiri atau
semacam pembelajaran kepada nasabah dan uang yang berasal dari nasabah yang
calon nasabah tentang pembiayaan syariah itu menyimpan uangnya di LKS.
seperti apa, kemudian keuntungan yang bisa Dilihat dari potensi dan sumber pendanaan
berikan apa, bedanya dengan bank yang sudah berjalan, sebenarnya LKS
konvensional apa, jadi kita tidak memberikan mempunyai pendanaan yang cukup baik dalam
pembiayaan tanpa pendampingan. Akan tetapi melayani nasabahnya serta dalam pengelolaan
pihak bank akan selalu mengadakan dana yang berbasis syariah. Apabila
pendampingan, karena hubungan kami dengan pengelolaan dana yang dilakukan oleh LKS
nasabah bukan antara kreditur dengan debitur, bisa saling berkoordinasi, maka hal tersebut
tapi kami sebagai mitra mereka sehingga pada dapat dijadikan sebagai kekuatan yang besar.
saat mereka ada kesulitan masalah pemasaran Contoh yang bisa diambil adalah dalam
misalnya pihak bank akan membantunya, pengelolaan Zakat, Infak, dan Shadaqah (ZIS),
bahkan ada juga nasabah yang saling apabila dalam pengelolannya bisa lebih efektif
mendukung pada saat ada nasabah yang punya dan berkoordinasi dengan institusi syariah
warung, toko, mereka butuh barang yang akan lainnya tentu akan lebih bisa menstimulasi
mereka jual, sehingga kami coba hubungkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan
antara satu nasabah dengan nasabah yang ketetapan program-program yang di jalankan
lainnya sehingga mereka akan terjadi saling mengarah pada sasaran yang tepat.
keterkaitan satu dengan yang lainnya. Sehingga Di dalam Ekonomi Islam, terdapat beberapa
keuntungannya, mereka membeli dengan harga instrumen lembaga keuangan yang bisa
relatif murah. dijadikan jaring pengaman sosial yang dapat
Sementara itu hambatan yang dihadapi oleh dialokasikan bagi golongan masyarakat yang
BMT Wira Mandiri adalah: pelayanan internal membutuhkan bisa berupa Zakat, Infaq,
belum optimal karena masih terbatas sumber Shadaqah maupun Wakaf (ZISWAF). Dalam
daya insani dan wilayah, pemahaman dan konteks LKS dan UMKM, ZISWAF bisa juga
kesadaran masyarakat masih senang dengan menjadi solusi pemecahan masalah bagi
pinjaman instant, tidak mau ribet sehingga keterbatasan akses finansial yang dihadapi oleh
masyarakat lebih banyak yang melakukan LKS dalam memberikan pelayanan finansial
transaksi dengan lembaga keuangan bagi UMKM. LKS dengan institusi ZISWAF-
konvensional ketimbang lembaga keuangan nya mampu memberikan jalan keluar untuk
syariah yang diasumsikan prosesnya terkesan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang
ribet. Adapun rencana strategis BMT Wira bersifat konsumtif dan bisa menutupi kebutuhan
Mandiri kedepan adalah dengan mencoba dasar investasi UMKM. Dengan dana yang
mengoptimalkan pemasaran dan pelayanan tidak terlalu mahal dan berkelanjutan, dalam
melalui kelompok-kelompok masyarakat yang jangka yang panjang, maka dana yang
telah dibentuk diberbagai wilayah. dibutuhkan oleh sektor riil bisa di maksimalkan.

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 133


Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

Untuk mengembangkan usahanya dan karena masalah agunan, pemberian akad


memperluas pangsa pasarnya UMKM pastilah mudharabah bagi 136 nasabah dengan nominal
membutuhkan dukungan dari berbagi pihak. pembiayaan < 100 juta. Sehingga ini bisa
Dengan adanya bantuan dari pihak-pihak yang menjadi solusi bagi para pelaku usaha mikro
terkait dengan UMKM diharapkan kontribusi yang tidak bisa mengakses untuk mendapatkan
terhadap perekonomian Indonesia semakin pembiayaan dari lembaga perbankan
kongrit, yang terdiri dari berbagai aspek usaha. (unbankabel).
Mulai dari pendanaan, produksi, distribusi, Hambatan yang dihadapi oleh BRI Syariah
pemasaran dan pemberian pendidikan atau Cabang Tasikmalaya, sisi internal yaitu SDM
penyuluhan terhadap inovasi-inovasi baru dan kantor layanan terbatas, sisi eksternal bank
dalam produk, serta penyuluhan terhadap yaitu terkendala agunan sebagai second way out
manajemen keuangan yang berbasis syariah. dikarenakan pembiayaan harus tetap aman.
Karena kebanyakan para pelaku UMKM Hambatan BMT Wira Mandiri adalah
berpendidikan rendah, sehingga perlu adanya pelayanan internal belum optimal karena masih
pemberian materi skill untuk menjalankan terbatasnya SDI, pemahaman dan kesadaran
usahanya. masyarakat masih senang dengan pinjaman
UMKM memerlukan peranan LKS terutama instant, tidak mau ribet sehingga masyarakat
dalam hal permodalan yang digunakan untuk lebih banyak yang melakukan transaksi dengan
memperluas pasar dan mengembangkan lembaga keuangan konvensional ketimbang
usahanya sehingga berkontribusi besar dalam lembaga keuangan syariah yang diasumsikan
perekonomian nasional. LKS ini bisa terbentuk prosesnya terkesan ribet.
karena didorong oleh adanya kebutuhan
masyarakat akan permodalan yang digunakan REFFERENSI
dalam mengembangkan usahanya. LKS dengan Agustin, I. (2015). Keuangan Inklusif: OJK
dana ZISWAF-nya yang nanti dikerjasamakan Terbitkan Izin 8 Lembaga Keuangan
dengan organisasi pengelola zakat (Baznas Mikro, Bisnis.Com: Jakarta.
maupun Laznas) mampu memberikan jalan Bank Indonesia. (2013). Evolusi Kerangka
keluar untuk pemenuhan kebutuhan dasar Kebijakan Financial Inclusion.
masyarakat yang bersifat konsumtif dan bisa Badan Pusat Statistik. (2015). Sosial dan
menutupi kebutuhan dasar investasi UMKM. Kependudukan.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah ada Basri, I. B. (2008). Coorporate Governance
yang mengukur tentang seberapa besar Lembaga Keuangan Syariah, Bumi
pengaruhnya keberadaan Lembaga keuangan Aksara: Jakarta.
Syariah terhadap pengentasan kemiskinan, atau Edwar, Y. K. D., & Chaniago, M. S. (2017).
pertumbuhan perekenomian baik di Pengaruh Risiko Kredit Terhadap
Tasikmalaya ataupun di Indonesia. Likuiditas Melalui Perputaran Piutang
Pada Koperasi Harapan Jaya, Jurnal
PENUTUP Ecodemica: Bandung. Vol. 1 No. 2.
Upaya yang dilakukan LKS Tasikmalaya dalam Ismawati. (2016). Persepsi Usaha Mikro Dan
mengimplementasikan keuangan inklusif bagi Kecil Terhadap Inklusi Keuangan Dan
para pelaku UMKM yaitu: 1). BRI Syariah Akses Perbankan. STIE Perbanas
Cab.Tasikmalaya; tabungan mahasiswa dan Surabaya.
pelajar, pembiayaan mikro (seperti gerebek Kasmir. (2013). Bank dan Lembaga Keuangan
pasar, sosialisasi produk perbankan dan Lainnya, Raja Grafindo Persada:
melakukan open table), pendampingan Jakarta.
marketing, Pembiayaan Usaha Rakyat; 2). BNI Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Syariah Cab.Tasikmalaya; sosialisasi ke Menengah Republik Indonesia. (2008).
masyarakat dan pengusaha mikro seperti "Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan
pengusaha sembako, klontong, grosir, Menengah Menurut UU No. 20
pengusaha border di Kawalu dan sekitarnya, Tentang UMKM".
produk Wira Usaha Syariah (WUS) istilahnya Nengsih, N. (2015). Peran Perbankan Syariah
BNI Ib WUS; 3). BMT Wira Mandiri; Dalam Mengimplementasikan
memberikan pembiayaan yang berskala mikro Keuangan Inklusif di Indonesia,
bagi para pelaku UMKM yang unbankabel Etikonomi. ISSN. Vol.14. No.2.

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 134


Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 1 April 2018

Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia. BIODATA PENULIS


(2014). Salinan Peraturan Otoritas Jasa Lina Marlina, merupakan lulusan dari UIN
Keuangan No.19/POJK.03/2014 Bandung dengan mengambil S1 jurusan
Tentang Layanan Keuangan Tanpa Tafsir Hadis, S2 Agama Islam
Kantor Dalam Rangka Keuangan Konsentrasi Ekonomi Islam dan sedang
Inklusif. melanjutkan studi S3 di universitas
Rakhmindyarto. (2014). Keuangan Inklusif dan yang sama mengambil jurusan
Pengentasan Kemiskinan, Published on Ekonomi Islam. Melihat latar belakang
Kementerian RI/Ministry of Finence of Pendidikan tersebut ketertarikan
Republic of Indonesia. penelitian di rumpun Ilmu Agama
Riyana, S. (2010). Pengaruh Pembiayaan Islam, yang secara spesifik di bidang
Sektor UMKM Terhadap Profitabilitas, Ekonomi Islam, Keuangan dan
Universitas Islam Negri Syarif Perbankan Syariah, dan Bisnis Islam.
Hidatullah, Jakarta.
Rivai, V. (2008). Islamic Financial Biki Zulfikri Rahmat, berhasil meraih gelar
Management, Raja Grafindo Persada: sarjananya di UIN Bandung dengan
Jakarta. mengambil jurusan Manajemen
Rivai, V. (2010). Islamic Banking, Bumi Dakwah dan Magisternya dikampus
Aksara: Jakarta. yang sama mengambil jurusan
Sumitra, A. (2009). Bank dan Lembaga Ekonomi Islam. Ketertarikan penelitian
Keuangan Syariah, Kencana: Jakarta. di rumpun Ilmu Agama Islam yang
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian secara spesifik di bidang Ekonomi
Kombinasi (Mixed Methods), Alfabeta: Islam, Keuangan dan Perbankan
Bandung. Syariah, Manajemen dan Bisnis Islam,
Irmawati, S. dkk. (2013). Model Inklusi Filantrofi Islam.
Keuangan pada UMKM Berbasis
Pedesaan, Journal of Economics and
Policy, Vol. 6. No. 2.
Sudarsono, H. (2008). Bank dan Lembaga
Keuangan Syariah, Ekosinia:
Yogyakarta.
Sukamto, I. (2015). Pelaku Usaha Kecil Kunci
Pertumbuhan Keuangan Inklusif, 11
Juni, Tempo CO: Jakarta.
Triana Fitriastuti, Triana. (2015).
Implementasi Keuangan Inklusif
Bagi Masyarakat Perbatasan (Studi
Kasus Pada Kutai Timur, Kabupaten
Kutai Kartanegara Dan Kota
Samarinda, Kalimantan Timur,
Indonesia).
Wibisono, K. (2012). BI Siapkan Sejumlah
Kebijakan Keuangan Inklusif. Antara
News: Jakarta.
Zimmer, T. W., Scarborough, N. M., Wilson,
D. (2008). Essentials of
Entepreneurship and Small Business
Management, Salemba Empat: Jakarta.

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 135

Anda mungkin juga menyukai