Anda di halaman 1dari 11

Disusun oleh :

Kelompok 4
1. ERLIN D. RAJAGUKGUK ( 193304010232 )
2. SHERLY PRATIWI HASIBUAN ( 193304010239 )
3. NOVALINA SINAGA ( 193304010233 )
4. PEBRIYANTI TAMPUBOLON ( 193304010229 )
Dosen : WIRDA LILIA,S.E..,MM

TOPIK : Kasus Bisnis dan Manajemen Resiko

A. Pengertian Kasus Bisnis


kasus bisnis adalah fungsi yang mengutamakan pengembangan, komunikasi,
dan pemeliharaan kasus bisnis. Tujuannya adalah:

 meringkas  konteks dan pengiriman dalam satu dokumen;


 menjelaskan keinginan, pencapaian, dan kemampuan pekerjaan yang
diusulkan;
 mengembangkan dokumen utama yang akan digunakan untuk
mendukung suatu keputusan di semua awal pekerjaan pada siklus hidup;
 memutakhirkan dan mempertahankan kasus bisnis di seluruh siklus
hidup.

Kasus bisnis adalah dokumen sentral pada siklus hidup program dan proyek.
Alasan untuk mendefinisikan suatu siklus hidup dengan berbagai fase, dan atau
tahaoan adalah untuk memampukan keputusan go/no go agar tidak terjadi
investasi yang percuma.

Keputusan ini utamanya dibuat berdasarkan pada kelayakan kasus bisnis.

Semua proyek dan program memiliki kasus bisnis yang menunjukkan nilai
objektivitas mereka.

Dalam proses identifikasi, bagan kasus bisnis disamakan dengan ringkasan


proyek atau program yang digunakan oleh manajemen senior untuk menilai
apakah akan melanjutkan proses definisi atau tidak. Kasus bisnis yang terperinci
disusun selama proses terakhir dan kemudian digunakan untuk memutuskan
apakah akan menyetujui pekerjaan yang harus diberikan.

Bila disetujui, kasus bisnis harus dijaga kemutakhirannya sehingga


mencerminkan perubahan yang disetujui. Dengan cara ini, ini dapat digunakan
sebagai dokumen utama pada kajian awal (contoh, pada akhir masa pinjaman
atau tahapan) untuk menentukan apakah pekerjaan harus berlanjut.
Kasus bisnis secara khusus termasuk bagian dari:

 konteks – latar belakang proyek atau program dan kenapa proyek dan
program tersebut dibutuhkan;
 ringkasan pengiriman – pandangan tingkat atas dari pemangku
kepentingan mengenai lingkup, keuangan, risiko, sumber daya, dan
perubahan;
 penyesuaian –penjelasan kenapa pekerjaan harus dilakukan.

Penyesuaian membandingkan tiga uji, misal pekerjaan:

 Diinginkan: ini ditentukan dari persyaratan manajemen yang


menunjukkan objektivitas pekerjaan yang diinginkan oleh para pemangku
kepentingan.
 Pencapaian: manajemen manfaat mendefinisikan manfaat yang dapat
dicapai, solusi-solusi manajemen khusus pada outputs yang dapat dicapai,
dan perencanaan menetapkan praktik pekerjaan (sesuai dengan waktu dan
hambatan sumber daya).
 Layak: penilaian investasi yang menilai pengembalian investasi (RoI)
finansial; dan manajemen risiko menilai eksposur risiko ketika
menghasilkan pekerjaan.

Kasus bisnis dimiliki oleh sponsor, yang memiliki akuntabilias terbatas untuk
meyakinkna bahwa manfaat dicapai.

B. Latar Belakang Kasus Bisnis 


Bagian awal ini akan menjelaskan konteks proyek atau program. Setiap asumsi
dibuat dalam mempersiapkan kasus bisnis akan didokumentasikan di sini
bersamaan dengan hambatan-hambatan dan ketergantungan pada program dan
proyek lainnya. Setiap dampak yang akan terjadi karena pekerjaan terhadap
proyek atau program lain juga harus dicatat.
C. Proyek, Program, dan Portofolio
Kasus bisnis harus memasukkan nilai manfaat dan biaya hasil
produksi, tetapi sebagian proyek hanya menitikberatkan pada
pengiriman hasil (output).

Jika proyek dikerjakan oleh kontraktor sesuai pesanan dari klien,


asumsinya adalah bahwa klien telah melakukan penilaian terhadap
nilai manfaat dan setuju dengan harga yang akan dikerjakan oleh
kontraktor. Kasus bisnis kontraktor secara sederhana didasarkan pada
unsur laba kontrak, di mana kasus bisnis klien akan menjadi dasar
biaya hasil dan nilai manfaat. Bila dua mitra dalam proyek mengalami
perselisihan, kasus bisnis dapat menjadi sumber konflik. Setiap pihak
harus realistis dan memahami faktor-faktor penyebab setiap kasus
bisnis lainnya.

Bila proyek mengirimkan hasil seperti biasa (business-as-usual) atau


program induk merealisasikan manfaat, kasus bisnis telah dan tidak
bisa diproduksi oleh manajer proyek. Oleh karena itu, manajer proyek
mungkin akan bertanggung jawab atas pemutakhiran kasus bisnis dan
memastikan bahwa rencana untuk merealisasikan manfaat menyisakan
pencapaian dan kelayakan.

Program biasanya diperinci menjadi bagian-bagian keuangan


(tranches) dan memiliki suatu kasus bisnis dalam setiap bagian
keuangan akan sangat berguna. Ini memastikan meyakinkan bahwa
setiap bagian keuangan dapat disesuaikan di dalam haknya sendiri dan
jika suatu program perlu ditetapkan lebih awal, bagian keuangan yang
lengkap akan menghasilkan pengembalian keuangan. Jika bagian
keuangan pertama dari program keuangan singkat, ini juga
memastikan bahwa pemangku kepentingan melihat beberapa manfaat
awal atau ‘kemenangan singkat’ yang kadang-kadang mereka ketahui.
Ini membantu meningkatkan komitmen pemangku kepentingan yang
bisa melemah jika manfaat awal membutuhkan waktu yang lama
untuk mewujudkannya.

Permasalahan memengaruhi proyek dalam suatu program yang


mungkin memiliki efek jatuh (knock-on) pada kasus bisnis. Sebagai
bagian dari proses pengiriman, tim manajemen program harus
memantau dampak ketergantungan antarkasus bisnis.
Bila suatu portofolio bukan merupakan perusahaan yang berdiri
sendiri (stand-alone), tetapi suatu kumpulan program, proyek, dan
unsur bisnis biaya, portofolio tidak meminta kasus bisnisnya sendiri.
Program dan proyek di dalamnya masing-masing memiliki kekhasan
tersendiri.

Koordinasi kasus bisnis bersama dengan program atau portofolio jauh


lebih mudah jika ada konsistensi pendekatan. Di lingkungan yang
lebih kompleks, pedoman harus disediakan mengenai bagaimana
semua komponen kasus bisnis distrukturkan dan teknik yang lebih
disukai digunakan. Ini sangat penting ketika mempersiapkan penilaian
finansial tentang apa-apa yang akan dikonsolidasikan.

Dalam portofolio yang distrukturkan, komponen kasus bisnis berasal


dari objektivitas strategi yang dirancang untuk mencapai portofolio.
Tim manajemen portofolio kemudian akan menggunakan kasus bisnis
untuk mengategorikan, memprioritasknam, dan menyeimbangkan
portofolio di jalurnya dengan objektivitas strategi selama proses
manajemen portofolio.
A. Pengertian Manajemen Resiko

Manajemen risiko adalah segala proses kegiatan yang dilakukan


semata untuk meminimalkan bahkan mencegah terjadinya risiko
perusahaan. Di dalamnya ada kegiatan identifikasi, perencanaan,
strategi, tindakan, pengawasan dan evaluasi terhadap hal-hal negatif
yang kemungkinan akan menimpa usaha.

Bisa dibilang juga jenis manajemen ini adalah satu metode untuk
mencegah perusahaan mengalami masalah. Seperti kolaps, kerugian
yang besar, gulung tikar, dijauhi klien dan semacamnya. Tentu strategi
sistematis ini perlu dijalankan terutama untuk pebisnis pemula.

B. Pengertian Manajemen Resiko


Menurut Para Ahli
 Fahmi (2010)
Menurut Fahmi manajemen risiko adalah satu disiplin ilmu yang
mempelajari tentang tindakan-tindakan organisasi dalam mengatasi
masalah berbasis manajemen yang sistematis dan menyeluruh.

 Djojo Soedarso (2003)


Djojo Soedarso memiliki pandangan yang berbeda. Menurutnya
manajemen risiko adalah penerapan fungsi manajemen secara umum
untuk memetakan masalah dan solusinya yang terjadi di dalam sebuah
organisasi perusahaan maupun keluarga dan masyarakat.

 Tampubulon (2004)
Sedangkan menurut Tampubulon manajemen risiko adalah satu proses
yang dilakukan untuk mengakomodasi segala kemungkinan buruk dari
sebuah transaksi bisnis.

 Darmawi (2014)
Menurut Darmawi, manajemen risiko adalah suatu usaha untuk
mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap
kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan
efisiensi yang lebih tinggi.

 Bramantyo (2008)
Bramantyo berpendapat bahwa manajemen risiko adalah proses
terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur,
memetakan, mengembangkan alternatif penanganan resiko.

 Noshworthy (2000)
Manajemen risiko Menurut Noshworthy adalah Implementation of
measures aimed at reducin the like lihood of those threats occuring and
minimissing any damage if they do; Risk analysis and risk control form
the basis of risk management where risk control is the application of
suitable controls to gain a balance between security, usability and cost.

 Djohanputro (2008)
Menurut Djohanputro Manajemen risiko adalah proses terstruktur dan
sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan,
mengembangkan alternatif penanganan risiko, dan memonitor dan
mengendalikan penanganan risiko.

 Siagian dan Sekarsari (2001)


Pengertian Manajemen risiko Menurut Siagian dan Sekarsari adalah
pengelolaan risiko luas tidak hanya terfokus pada pembelian asuransi
tapi juga harus mengelola keseluruhan risiko-risiko organisasi.

 Siahaan (2007)
Pengertian Manajemen risiko Menurut Siahaan adalah perbuatan
(praktik) dengan manajemen risiko, menggunakan metode dan
peralatan untuk mengelola risiko sebuah proyek.

 Smith (1990)
Menurut Smith Pengertian Manajemen Risiko adalah proses
identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang
mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek
yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan
tersebut.
Dari beberpa pengertian para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
manajemen risiko adalah seuatu proses yang tersetruktur dan sistematis
dalam mengindentifikasi, memahami dan mengembangkan alternatif
penanganan segala risiko yang dilakukan oleh pelaku bisnis. Jenis
manajemen ini adalah satu strategi bagus untuk membuat perusahaan
tetap berkembang. Sekalipun berbagai macam risiko dan hal buruk siap
menimpanya.

C. Lingkungan Internal
Lingkungan internal maksudnya adalah segala risiko yang
kemungkinan terjadi di dalam internal perusahaan. Di dalam
komponen ini, tidak ada deteksi terhadap risiko yang terjadi antara
perusahaan dengan faktor luar seperti pelanggan, klien dan
semacamnya. Sekalipun kadang efek risiko internal ini juga berimbas
pada hal tersebut.

Komponen lingkungan internal dalam manajemen risiko terkait dengan


kedisiplinan karyawan, etika bekerja, Kompetensi pegawai, tingkat
kesejahteraan bawahan dan selainnya. Ini perlu juga dilakukan deteksi
manajemen untuk mencegah munculnya risiko dari kriteria tersebut.

D. Penentuan Sasaran
Penentuan sasaran maksudnya adalah pihak perusahaan harus
memasukkan sasaran risiko yang jelas yang akan coba diselesaikan
melalui sistem manajemen. Di dalamnya biasanya tercakup dua hal
yaitu risiko yang muncul dari statemen visi dan misi usaha serta
sasaran risiko yang datang dari kegiatan teknis atau operasional.

Tidak dipungkiri setiap perusahaan pasti memiliki visi dan misi usaha.
Namun terkadang apa yang diidamkan tersebut tidak sesuai dengan
harapan. Dengan adanya komponen ini, bisa dijelaskan apa penyebab
masalah tersebut dan bagaimana cara menyelesaikannya.

Begitu juga yang terkait dengan kegiatan teknis atau operasional. Tidak
bisa dibantah kalau visi dan misinya bagus,  tetapi ketika sudah
dilaksanakan malah menjadi buruk. Hal ini bisa terkait dengan
kompetensi pekerja atau kepatuhan pada planning yang masih kurang.
E. Indentifikasi Peristiwa
Komponen manajemen risiko yang ketiga adalah identifikasi peristiwa.
Maksudnya adalah tidak disebutkan manajemen risiko jika pihak
perusahaan tidak memiliki data detail hasil identifikasi peristiwa.
Seharusnya ini memang sudah didapatkan sebelum usaha mulai
dijalankan.

Untuk komponen ini boleh tidak meng-akomodir semua risiko. Tetapi


minimal kegiatan yang potensial saja dengan berbagai pertimbangan
masalah yang muncul jauh lebih besar. Sekalipun demikian, tidak
semua peristiwa bisnis teridentifikasi merugikan. Oleh sebab itu,
silakan dipilah mana peristiwa yang bernilai positif mana yang negatif.

F. Penilaian Resiko
Memungkinkan sebuah organisasi perusahaan ataupun bisnis untuk
menilai sebuah kejadian atau keadaan dan kaitannya dengan
pencapaian tujuan perusahaan atau bisnis tersebut.Manajemen perlu
melakukan analisis mengenai dampak yang mungkin terjadi akibat
resiko dengan 2 perspektif, yaitu : Likelihood (kecenderungan/
peluang) dan Impact/consequence (besaran dari realisasi risiko).

G. Tanggapan Resiko
Selain melakukan penilaian terhadap risiko, juga menentukan
tanggapan atau respon terhadap risiko tersebut. Respon dari
manajemen tergantung risiko apa yang dihadapi. Respon atau
tanggapan tersebut bisa dalam bentuk :

 Menghindari risiko (avoidance)


 Mengurangi risiko (reduction)
 Memindahkan risiko (sharing)
 Menerima risiko (acceptance)
H. Aktivitas Pengendalian
Setelah diberikan tanggapan, selajutnya yaitu penyusunan prosedur dan
kebijakan yang membantu memastikan bahwa respon terhadap risiko
yang dipilih memadai dan terlaksana dengan baik. Aktivitas
pengendalaian risiko ini antara lain :

 Pembuatan kebijakan dan prosedur


 Delegasi wewenang
 Pengamanan kekayaan perusahaan
 Pemisahan fungsi
 Supervisi

I. Jenis-jenis Manajemen Resiko


Selain memiliki komponen-komponen khusus,pengelolaan risiko juga
dibedakan menjadi beberapa jenis. Di antaranya adalah:

1. Manajemen Risiko Operasional

Manajemen Risiko operasional adalah manajemen risiko yang


disasarkan pada terjadinya permasalahan-permasalahan usaha yang
muncul akibat faktor internal. Seperti kinerja pegawai yang rendah,
sumber daya yang kurang berkualitas, terjadinya bencana, modal tidak
sehat dan selainnya.

Pada umumnya cakupan sasaran untuk manajemen risiko jenis ini


adalah faktor manusia, sistem, proses serta permasalahan eksternal
tetapi yang tidak terkait dengan pelanggan melainkan muncul dengan
sendirinya seperti musibah. Ini yang menjadi bidang penyelesaian
untuk manajemen risiko operasional.

2. Manajemen Hazard

Manajemen Hazard adalah jenis manajemen risiko yang fokusnya pada


masalah yang potensial membuat perusahaan gulung tikar. Biasanya
problem usaha yang dideteksi adalah masalah-masalah yang besar dan
berbahaya.
Ada tiga unsur yang diprioritaskan di dalam manajemen jenis ini. Yaitu
masalah hukum, bahaya fisik serta penurunan moral. Ketiga hal inilah
yang harus diantisipasi jika kemungkinan muncul bahaya potensial di
sana.

3. Manajemen Resiko Strategis

Manajemen ini berkaitan dengan pengambilan keputusan. Resiko yang


biasanya muncul adalah kondisi tak terduga yang mengurangi
kemampuan pelaku bisnis untuk menjalankan strategi yang
direncanakan. Dalam hal ini beberapa faktor seperti resiko operasi,
resiko asset impairment, resiko kompetitif atau bahkan resiko frenchise
(bila ada). Dalam majemen ini ada beberapa hal yang dapat anda
lalukan di majaemen risiko strategis ini.  Anda bisa membuat beberapa
daftar berikut ini:

 Daftar resiko
 Penilaian resiko tersebut sesuai dengan kecenderungannya dan juga
dampaknya
 Penilaian pada kondisi saat ini yang sedang terjadi
 Rencana tindakan bila resiko terburuk benar-benar muncul

4. Manajemen Risiko Finansial

Sesuai dengan namanya tentu sudah dipahami kalau manajemen risiko


finansial adalah manajemen yang fokusnya pada keuangan perusahaan.
Deteksinya diarahkan bagaimana sebisa mungkin agar perusahaan
tidak kolaps hanya karena dana, modal, laba dan selainnya.

Dengan adanya manajemen ini, tentu pihak perusahaan akan


memberikan perlindungan terhadap segala aset perusahaan. Tujuannya
tidak lain supaya keuangan tetap sehat sehingga bisa dikontribusikan
untuk perkembangan usaha ke depan.

J. Tujuan Manajemen Resiko


Dalam Bisnis
Manajemen Risiko dijalankan semata untuk tujuan-tujuan tertentu.
Luar biasanya tujuan-tujuan ini berpotensi merusak perusahaan jika
tidak segera dicapai. Ini dia tujuan-tujuan yang dimaksud: Untuk
Melindungi Perusahaan
Tujuan yang pertama adalah untuk melindungi perusahaan dari risiko
bisnis yang berbahaya. Sehinga badan usaha tetap berdiri sekalipun
diterpa berbagai macam masalah dan hal yang negatif. Melindungi
perusahaan dengan manajemen risiko lebih berhasil dibandingkan yang
tidak. Karena sebelum terjadi masalah, jenis problemnya sudah
terdeteksi lebih dahulu.

 Membantu Pembuatan Kerangka Kerja


Dengan adanya manajemen risiko tentu solusi atas masalah perusahaan
bisa ditemukan. Nah, untuk aktualisasinya tinggal dibuat saja kerangka
kerja yang sesuai dengan solusi tersebut. Ini alasan mengapa
manajemen kerja bisa membantu pembuatan kerangka kerja. Dengan
alasan ini pula kebijakan yang menyertainya juga bisa diputuskan
dengan segera.

 Sebagai Peringatan Kewaspadaan


Dengan dilakukannya manajemen risiko tentu segala hal buruk yang
bakal muncul akan terdeteksi. Maka dari itu, ini bisa dijadikan bahan
untuk tetap waspada dan hati-hati dalam mengelolanya. Bisa
dibayangkan jika tidak ada manajemen risiko, tentu hal buruk akan
terjadi begitu saja. Karena tidak ada kehati-hatian dalam bekerja dan
semua karyawan bekerja tanpa memperhitungkan risiko yang ada di
dalamnya.

 Meningkatkan Kinerja Perusahaan


Membantu meningkatkan kinerja perusahaan dengan menyediakan
informasi tingkat risiko yang disebutkan dalam peta risiko/ risk map.
Hal ini juga berguna dalam pengembangan strategi dan perbaikan
proses risk management secara berkesinambungan.

 Sosialisasi Manajemen Risiko


Membangun kemampuan individu maupun manajemen untuk
mensosialisasikan pemahaman tentang risiko dan pentingnya risk
management.

 Mendorong Manajemen Agar Proaktif


Mendorong manajemen agar bertindak proaktif dalam mengurangi
potensi risiko, dan menjadikan manajemen risiko sebagai sumber
keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai