PELAKSANAAN
PENGADAAN
BARANG/JASA
2010
PERATURAN PRESIDEN
NO. 54 TAHUN 2010
2011
Perubahan
Pertama PERATURAN PRESIDEN
NO. 35 TAHUN 2011 2012
Perubahan
PERATURAN PRESIDEN
Kedua
NO. 70 TAHUN 2012 2014
Perubahan
Ketiga PERATURAN PRESIDEN
NO. 172 TAHUN 2014 2015
Perubahan PERATURAN PRESIDEN
Keempat 2018
NO. 4 TAHUN 2015
Halaman 3
Studi Kasus
Kasus 1
• Terdapat pengadaan alat uji air minum
yang memiliki spesifikasi detail dan
cenderung mengarah pada 1 merek
tertentu.
Penjelasan:
• Spesifikasi disusun sesuai dengan kebutuhan (tidak kurang atau tidak
berlebihan).
• Justifikasi teknis/alasan harus disusun sehingga spesifikasi dapat
dipertanggungjawabkan
• Pokja melakukan review/kaji ulang s`ebelum dilakukan tender.
Penjelasan:
• survey pasar, identifikasi calon penyedia
• Besaran keuntungan yang wajar disesuaikan dengan kondisi pasar
• HPS harus dikalkulasikan berdasarkan keahlian
• HPS disusun berdasarkan komponen yang berkaitan, tidak boleh
memperhitungkan biaya tak terduga, PPh penyedia dan biaya lainnya
yang tidak berkaitan.
• Penyusunan HPS harus didokumentasikan
• PPK dapat melibatkan tim ahli
Penjelasan
• prinsipnya dukungan diperlukan untuk menjamin ketersediaan barang yang
sangat berpengaruh dalam pencapaian output pekerjaan atau pengadaan
tertentu yang membutuhkan pemeliharaan sehingga dukungan pabrikan
diperlukan dalam rangka menjamin kepastian layanan purna jual
• Identifikasi calon penyedia
• persyaratan dukungan pabrikan harus mempertimbangkan posisi calon
penyedia tersebut di pasar (pabrikan, distributor, agen atau posisi lainnya).
Persyaratan dukungan pabrikan tidak wajib dipersyaratkan manakala
pabrikan/principal menawarkan produknya sendiri.
Pelanggaran: Prinsip Terbuka
Kasus 5
• Tender perangkat komputer senilai Rp. 300 Juta
dan mengalami gagal tender sebanyak 2 kali
karena tidak ada penyedia yang menawar,
kemudian Pokja langsung melakukan penunjukan
langsung kepada CV XYZ.
• Apakah yang dilakukan oleh Pokja sudah tepat?
Analisis Kasus 5
Penyimpangan yang mungkin dilakukan:
Spesifikasi dan HPS disusun secara tidak tepat, penyebab tender pertama
gagal tidak direview, ada unsur kesengajaan untuk mengarah pada
penyedia tertentu yang dapat dilakukan dengan penunjukan langsung
akibat tender gagal 2 kali
Penjelasan:
• Penunjukan langsung karena 2 kali tender gagal tidak boleh ada unsur
kesengajaan
• Pokja harus mencari tahu penyebab kegagalan tender.
• Pokja melakukan review terhadap dok pengadaan dan dok rencana
pelaksanaan pemilihan jika terjadi tender gagal sehingga dapat
melakukan koreksi perbaikan
Penjelasan:
• Dilarang memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa paket dengan maksud
menghindari Tender/Seleksi
• Pemaketan disusun berdasarkan kondisi pasar yang tepat dan sesuai dengan prinsip-prinsip
pengadaan yang efisien dan efektif dan menetapkan sebanyak banyaknya paket untuk usaha
kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan usaha yang sehat, kesatuan sistem, dan
kualitas kemampuan teknis.
• Pada prinsipnya pemaketan pengadaan tidak mengacu pada kode rekening belanja/akun
anggaran sehingga PA dapat melakukan pemaketan pengadaan meskipun alokasi anggaran
untuk 1 (satu) paket pengadaan bersumber dari beberapa kode rekening belanja/akun anggaran
yang berbeda (kontrak pengadaan bersama) atau menetapkan beberapa paket pada 1 (satu)
kode rekening belanja/akun anggaran
Pelanggaran: Prinsip bersaing, terbuka
Kasus 7
• 2 pemerintah kabupaten yang berdampingan berencana
akan membangun 1 pasar secara bersama-sama yang
dananya bersumber dari 2 Pemkab dimaksud dengan
alokasi Pemkab A sebesar 20 Milyar dan Pemkab B
sebesar 80 Milyar.
Penjelasan:
• Pokja harus berpedoman pada tata cara/kriteria yang ditetapkan dalam Dokumen
Pengadaan
• Jadwal pelaksanaan pengadaan Pokja harus memberikan alokasi waktu yang
cukup untuk semua tahapan proses pengadaan
• Pembuktian kualifikasi dilakukan dengan cara melihat dokumen asli atau rekaman
yang dilegalisir oleh pihak yang berwenang, dan meminta rekamannya. Pokja
melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit dokumen, apabila
diperlukan.
• Pokja dapat melakukan pembuktian kualifikasi susulan sepanjang alasan
ketidakhadiran Penyedia, yang disertai dengan bukti nyata dan dapat
dipertanggungjawabkan dapat diterima oleh Pokja . Apabila dalam pembuktian
kualfikasi susulan, Penyedia tetap tidak dapat memenuhi dokumen yang
ditentukan Pokja maka penawaran Penyedia dimaksud digugurkan
PPK tidak mau menerbitkan SPPBJ karena tidak yakin dengan hasil evaluasi
penawaran. Keseluruhan penyedia (selain PT. ABC) gugur karena metode
pelaksanaan pekerjaan dianggap tidak sesuai.
Penjelasan:
• Pokja harus berpedoman pada tata cara/kriteria yang ditetapkan dalam Dokumen
Pengadaan
• pekerjaan konstruksi yang bersifat tidak kompleks atau sederhana dimana
metode pelaksanaan pekerjaannya bersifat baku/standar, metode pelaksanaan
menjadi persyaratan wajib yang tidak dikompetisikan.
• Penilaian teknis selanjutnya dilakukan terhadap kapasitas/kemampuan personil
dan peralatan yang ditawarkan serta kualifikasi penyedia yang bersangkutan.
• PA dapat menyatakan Tender gagal apabila PA sependapat dengan PPK terkait
dengan hasil Tender yang diyakini tidak sesuai sehingga menyebabkan PPK tidak
menandatangani SPPBJ
Penjelasan:
• Identifikasi kebutuhan dilakukan tidak terbatas pada maksud, tujuan dan ruang lingkup serta output yang
ingin dicapai tetapi juga melakukan survey/analisa pasar terhadap calon Penyedia yang memiliki
kemampuan teknis, mutu layanan dan alternatif teknologi yang sesuai dengan kebutuhan.
• Diperoleh gambaran yang tepat terhadap strategi pemaketan pengadaan tersebut apakah termasuk dalam
pengadaan Barang, Pengadaan Jasa Konsultansi atau Jasa Lainnya berikut dengan kriteria Calon
Penyedianya.
• Penunjukan Langsung dapat dilakukan bilamana berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan dan
survey/analisis pasar menunjukan bahwa PT. ABC merupakan satu-satunya Penyedia yang bisa
memenuhi kebutuhan dalam Pengadaan Hardware dan Sofware Sistem Aplikasi Kepegawaian.
• Namun bilamana hasil Identifikasi tersebut menyatakan ada beberapa alternatif pemaketan pekerjaan dan
dapat dilaksanakan oleh beberapa Penyedia/tidak hanya oleh PT. ABC, maka Pengadaan Hardware dan
Sofware Sistem Aplikasi Kepegawaian dilakukan melalui Petenderan dan/atau Seleksi
Pelanggaran: Prinsip bersaing
Kasus 12
Penjelasan:
• PPK melakukan identifikasi apakah barang/jasa yang akan diadakan termasuk dalam
kategori barang/jasa yang akan diadakan melalui pengadaan langsung, E-purchasing,
tender atau termasuk pengadaan khusus.
• Apabila akan dilaksanakan dengan E-purchasing, maka PPK melaksanakan
E-purchasing dengan nilai pagu paling sedikit di atas Rp. 200 Juta dan Pejabat
Pengadaan melaksanakan E-purchasing dengan nilai pagu paling banyak Rp. 200
Juta.
• pelaksanaan E-purchasing wajib dilakukan untuk barang/jasa yang menyangkut
pemenuhan kebutuhan nasional dan/atau strategis yang ditetapkan oleh menteri,
kepala lembaga, atau kepala Daerah.
• Barang/Jasa yang diluar kriteria pemenuhan kebutuhan nasional dan/atau strategis,
pengadaan barang/jasanya tidak wajib dilakukan melalui metode E-purchasing.
Penjelasan:
• Apabila terdapat ketidaksesuaian merk/type barang yang dikirim dengan yang merk/brand yang tercantum dalam Kontrak,
maka PPK tidak diperbolehkan menerima penyerahan barang dimaksud. PPK memerintahkan Penyedia untuk memperbaiki
pekerjaan tersebut sampai barang dimaksud sesuai dengan yang disyaratkan dalam Kontrak.
• PPK meminta kepada Penyedia untuk memberikan bukti berupa surat dari pabrikan/pihak yang punya kewenangan yang
menyatakan bahwa pabrikan tersebut sudah tidak memproduksi LED Display dengan merk Shenzen type DX sebagaimana
tercantum dalam Kontrak.
• PPK melakukan klarifikasi terhadap kebenaran/keabsahan surat dari Pabrikan tersebut. Bilamana hasil klarifikasi menyatakan
benar, maka perubahan type LED Display dapat diterima PPK dengan ketentuan barang tersebut harus memenuhi spesifikasi
dan kualitas yang sama atau lebih baik dan memiliki fungsi dan kompatibilitas yang sama.
• Disamping itu harga yang diberikan tidak boleh melebihi harga pada kontrak awal sehingga apabila ada penambahan biaya
hal tersebut merupakan tanggung jawab penyedia. Sebaliknya apabila harga barang yang menjadi pengganti lebih murah dari
pada harga yang tercantum dalam kontrak maka harga kontrak mengikuti harga barang sesuai yang dibayarkan
Pelanggaran: Prinsip Efektif, Efisien, Akuntabel
Kasus 14
Penjelasan:
• Apabila dalam jangka waktu sebagaimana diatur dalam kontrak, Penyedia tidak dapat menyelesaikan pekerjaan karena
kesalahannya, pada prinsipnya PPK dapat melakukan pemutusan kontrak secara sepihak.
• Sebelum dilakukan pemutusan kontrak, PPK harus melakukan penelitian apakah penyedia tersebut layak untuk diberikan
kesempatan termasuk mempertimbangkan justifikasi teknis dan dampak/resiko akibat dilakukannya pemutusan kontrak,
terlebih bila kondisi di lapangan Penyedia masih sanggup menyelesaikan pekerjaan dimaksud, dengan konsekuensi
pengenaan denda keterlambatan
• Apabila diberikan kesempatan, jaminan pelaksanaan diperpanjang, penyedia dikenakan denda keterlambatan
• Bilamana pemberian kesempatan tersebut melewati tahun anggaran berikutnya, maka harus ada kepastian mengenai alokasi
anggaran tahun berikutnya.
• Bilamana PPK memutuskan kontrak maka penyedia dikenai sanksi :Jaminan pelaksanaan dicairkan, Sisa Uang Muka harus
dilunasi atau Jaminan Uang Muka dicairkan (apabila menggunakan Uang Muka), membayar denda keterlambatan dan
diusulkan dalam Daftar Hitam.
• Terhadap pelaksanaan pekerjaan yang sudah dilaksanakan penyedia, apabila PPK akan memanfaatkan realisasi pekerjaan
yang sudah dilaksanakan maka PPK dapat melakukan pembayaran dengan terlebih dahulu dilakukan audit secara menyeluruh
terhadap hasil pekerjaan tersebut
• Pelanggaran: Prinsip Efektif, Efisien, Akuntabel
Kasus 15
•Terdapat pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Jembatan
antar pulau.
•Dalam proses pelaksanan kontrak, ternyata pada rencana jalur
jembatan antara Pulau teridentifikasi ada beberapa titik
pondasi jembatan yang dibawahnya ada ranjau laut bekas
penjajah yang kondisinya masih aktif. Akibatnya perlu
dilakukan netralisasi ranjau laut oleh TNI AL. Proses netralisasi
sejak survei sampai peledakan ternyata memerlukan waktu
lama akibatnya sisa waktu kontraktor menyelesaikan fisik
jembatan tidak mencukupi.
•Keberadaan ranjau laut yang tidak pernah diduga para pihak
dlm kontrak dan harus dibersihkan
•Terdapat potensi resiko yang terjadi jika pembersihan ranjau itu
tidak dilakukan akan menimbulkan korban (jiwa dan material)
Penjelasan:
• Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh PPK atas pertimbangan yang layak dan
wajar untuk hal-hal sebagai berikut: a) pekerjaan tambah; b) perubahan disain; c) keterlambatan
yang disebabkan oleh PPK; d) masalah yang timbul diluar kendali Penyedia; dan/atau e) Keadaan
Kahar.
• Dalam hal adanya indikasi bahwa terdapat titik pondasi jembatan yang dibawahnya ada ranjau laut
bekas penjajah yang kondisinya masih aktif, PPK terlebih dahulu melakukan penelitian apakah
indikasi tersebut benar adanya, selain itu PPK harus melakukan penelitan apakah bila dilakukan
proses netralisasi ranjau laut tersebut akan berpengaruh terhadap pembangunan jembatan tersebut
• PPK dapat menugaskan Panitia/Pejabat Peneliti Pelaksanaan Kontrak untuk meneliti kelayakan
perpanjangan waktu pelaksanaan dan/atau melibatkan Tim ahli (bila dianggap perlu)
• Bilamana hasil penelitian PPK bahwa akibat proses netralisasi sejak survai sampai peledakan
ternyata mengakibatkan terhentinya proses pembangunan jembatan, maka PPK dapat
memperpanjang waktu pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya sama dengan waktu
terhentinya kontrak
• Bilamana PPK menyetujui untuk memberikan perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan, maka
harus dituangkan dalam dokumen perubahan kontrak (addendum) yang disepakati kedua belah
pihak
• Pelanggaran: Prinsip Efektif, Efisien, Akuntabel
Kasus 16
Penjelasan:
• Ketentuan besarnya pengenaan denda sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari nilai
kontrak atau nilai sisa pekerjaan yang belum terselesaikan untuk setiap hari
keterlambatan,
• Pengenaan denda keterlambatan dari bagian kontrak dapat diterapkan apabila
penyelesaian masing-masing pekerjaan yang tercantum pada bagian kontrak tersebut
tidak tergantung satu sama lain dan memiliki fungsi yang berbeda,dimana fungsi
masing-masing bagian kontrak tersebut tidak terkait satu sama lain dalam pencapaian
kinerja pekerjaan.
• Bilamana PPK akan mengenakan denda keterlambatan dari bagian kontrak maka PPK
harus mencantumkan bagian-bagian pekerjaan yang dimaksud.
• Namun apabila pekerjaan yang belum selesai tersebut mengakibatnya belum dapat
berfungsi atau terlaksananya output pekerjaan, maka pengenaan denda keterlambatan
didasarkan dari total nilai kontrak.
• Pemilihan besaran denda keterlambatan harus ditentukan oleh PPK ketika menetapkan
rancangan kontrak. Selanjutnya rancangan kontrak tersebut merupakan bagian dari
Dokumen Pengadaan yang menjadi pedoman bagi Penyedia Barang/Jasa dalam
mengikuti Petenderan Pengadaan Barang/Jasa
• Pelanggaran: Prinsip Efektif, Efisien, Akuntabel
Kasus 17
Penjelasan:
• Pemilihan Jenis Kontrak harus ditentukan oleh PPK ketika
menetapkan rancangan kontrak. Selanjutnya rancangan kontrak
tersebut merupakan bagian dari Dokumen Pengadaan yang menjadi
pedoman bagi Penyedia Barang/Jasa dalam mengikuti Petenderan
Pengadaan Barang/Jasa.
• Jenis Kontrak dalam pelaksanaan kontrak tidak boleh dilakukan
perubahan karena penentuan jenis kontrak berpengaruh terhadap
kompetisi pada proses pemilihan (khususnya berkaitan dengan
penawaran penyedia).
• Perubahan jenis kontrak akan berpengaruh terhadap pelaksanaan
kontrak (addendum, pengenaan denda, penyesuaian harga dan
lainnya)