Perkembangan Arsitektur Ikonik Tri Dharma 2012 Udjianto With Cover Page v2
Perkembangan Arsitektur Ikonik Tri Dharma 2012 Udjianto With Cover Page v2
PERKEMBANGAN ’ARSITEKTUR
IKONIK’ DI BERBAGAI BELAHAN
DUNIA
udjianto pawitro
T REND KAWASAN PERKOTAAN - INDUST RI PROPERT Y DAN GAYA HIDUP MET ROPOLITAN
Udjiant o Pawit ro
ABSTRAK
‘Arsitektur Ikonik’ didefinisikan sebagai arsitektur yang berfungsi sebagai ‘penanda tempat’ dan ‘penan-
da zaman’. Tujuan didirikannya ‘arsitektur ikonik’ ini adalah untuk mengenal ‘sesuatu’ agar mudah diingat
oleh lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Ciri-ciri bangunan ikonik atau arsitektur ikonik ini adalah : (a)
letak atau lokasi yang strategis – sehingga mudah dilihat / dikenali oleh lingkungan sekitar, (b) pemilihan
bentuk yang cenderung ‘menarik’ sehingga mudah dijadikan ‘tanda’ atau ‘ikon’ dari lingkungan sekitar,
serta (c) memiliki unsur kekuatan atau kekokohan bangunan yang tinggi sehingga berumur panjang.
Bangunan-bangunan ikonik pada dasarnya dikenal orang atau masyarakat luas sebagai karya arsitek-
tur yang menjadi ‘penanda tempat’ dan sekaligus sebagai ‘penanda zaman’ dalam era kebudayaan ma-
nusia. Arsitektur ikonik dapat pula berfungsi sebagai penanda tempat’ (space icon) dari lingkungan seki-
tarnya, serta mampu untuk berdiri - tegak tahan terhadap umur yang panjang, struktur bangunan yang
spesifik dan memiliki nilai estetika yang menawan. Pada saat sekarang ini, munculnya bangunan ikonik
atau arsitektur ikonik tidak dapat lepas dari perkembangan globalisasi ekonomi kapitalis.
Kesan mewah, megah dan mahal sudah merupakan istilah yang tidak dapat dihindari dari ‘bangunan
ikonik’ atau ‘arsitektur ikonik’ pada saat sekarang ini. Dalam sejarah perkembangan arsitektur dari dahulu
hingga saat sekarang, kita dapat belajar untuk melihat dan mengamati keberadaan dari ‘arsitektur ikonik’
yang berada di berbagai belahan dunia. Pada saat sekarang dalam memasuki abad 21 terjadi perkem-
bangan pesat di dunia arsitektur, dimana terjadi pertemuan antara ‘seni bangunan’ dengan ‘struktur ska-
la mega’ (mega-structure) serta didorong oleh kemampuan utilitas bangunan yang ber-teknologi tinggi
(hi-tech).
Kata Kunci : arsitektur ikonik, globalisasi ekonomi kapitalis dan penanda tempat (place-icon).
ABSTRACT
'Iconic Architecture' is defined as an architecture that serves as a 'place marker' and 'time marker'. The
purpose of the establishment of 'iconic architecture' is to know 'something' to be easily remembered by
the environment and surrounding communities. The characteristics of iconic buildings or iconic
architecture is, among others: (a) the location or strategic location - so easily seen or recognized by the
surrounding environment, (b) election form that tends to 'pull' so easy to be a 'sign' or 'icon 'of the
neighborhood with a large or grand scale, and (c) has an element of strength or robustness of a high
building so as to have a long life.
Iconic buildings are basically known to the person or the public as works of architecture to be
'place-icon' and as 'time-icon' in the era of human culture. Iconic architecture can also serve as icon of
place from the surrounding environment, and able to stand-up resistant to long age, the specific structure
of the building to have a charming aesthetic value. At this time, the emergence of iconic buildings or
iconic architecture can not escape from the globalization of the capitalist economy.
Impression, luxurious, grand and expensive is a term that can not be avoided from the 'iconic
building' or 'iconic architecture' at the present time. In the history of architectural development from
ancient times until the present time, we all can learn to see and to gamati existence of 'iconic
architecture' which are in various parts of the world. At this present time in entering the 21st century rapid
development occurred in the world of architecture, where there is a meeting or a marriage between the
art of building a mega-scale structure (mega-structure) and driven by the ability of building utilities with
the high technology (hi-tech).
Keywords: iconic architecture, the globalization of the capitalist economy and place-icon.
(*) Makalah / Tulisan ini diterbitkan pada Majalah Ilmiah TRI-DHARMA Kopertis Wilayah IV Jabar & Ban
ten, Bandung, Nomor:01/Tahun XXV/Agustus 2012.
PENDAHULUAN.
Melihat sejarah perkembangan arsitektur, arsitektur berada pada masa lalu (waktu lampau), ma-
sa sekarang ini hingga masa (waktu) yang menuju ke hari depan. Dalam sejarah perkembangan arsitek-
tur dapat dipelajari tentang karya arsitektur pada belahan waktu yang berbeda-beda, dimana arsitektur
dapat menjadi tanda atau ciri tingkat kemajuan kebudayaan manusia. Melalui peninggalan karya arsi-
tektur tersebut, masa-masa kejayaan dalam kebudayaan manusia dapat dipelajari dari masa ke masa.
Arsitektur (= Architecture), merupakan peninggalan (= artifak) dan juga sebagai salah satu unsur dari ke-
budayaan manusia, yang berwujud bangun-bangunan atau gedung atau lingkungan buatan (build envi-
ronment). Bangunan atau gedung atau lingkungan buatan dimaksud – ditujukan untuk kebutuhan hidup
manusia dalam kurun waktu tertentu yang bersifat dinamis.
Dalam arsitektur terdapat bagian dari kebudayaan manusia, yang setidaknya mengandung ele-
men: cipta, karsa dan karya manusia. Wujud nyata dari ‘arsitektur’ pada umumnya berbentuk bangunan
atau gedung hingga lingkungan buatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Ke-
butuhan utama akan ‘tempat tinggal’ atau ‘tempat berhuni’ dapat langsung dijawab atau dsediakan oleh
‘arsitektur’, dimana pada dasarnya arsitektur ditujukan untuk memenuhi ‘kebutuhan berhuni’ manusia.
Ruang lingkup dari karya arsitektur pada dasarnya dapat berupa bangun-bangunan sederhana hingga
bangun-bangunan kompleks (beragam fungsi) hingga wujud lingkungan binaan yang bermanfaat bagi
kebutuhan hidup manusia skala besar (= masyarakat luas).
Konteks atau tautan dalam proses pewujudan karya arsitektur pada dasarnya akan berkaitan
dengan tiga unsur utama pembentuk ‘arsitektur’– yaitu: (a) pemenuhan unsur ‘kenyamanan’ dari ruang
atau bangunan (comfortibility), (b) pemenuhan unsur ‘kekuatan’ dari ruang atau bangunan (constructibili-
ty) serta (c) pemenuhan unsur ‘keindahan’ dari ruang atau bangunan. Secara lebih luas, konteks atau
tautan proses perancangan arsitektur, dapat berkembang lebih kompleks atau lebih rumit, sesuai dengan
perkembangan dari dinamika manusia dan masyarakatnya. Arsitektur dengan wujud akhir berupa: ban-
gunan atau gedung atau lingkungan buatan digunakan untuk kebutuhan manusia dengan konteks: so-
sial, budaya, ekonomi, politik, hokum / pranata, sejarah hingga ke seni dan estetika.
Perkembangan sejarah arsitektur juga mengingatkan kita akan masa-masa (waktu) kejayaan dalam
kebudayaan manusia yang dikenal dengan ‘pembagian waktu’ atau ‘periodenisasi’ dalam sejarah arsitek-
tur. Dalam sejarah perkembangan arsitektur, karya-karya arsitektur yang dihasilkan dibagi atau dikelom-
pokkan dalam kurun wasktu atau periode waktu tertentu. Seperti misalnya: arsitektur era kebudayaan
kuno (ancient architecture), arsitektur era kebudayaan klasik (classical architecture), arsitektur era kebu-
dayaan islam (Islamic architecture), arsitektur pada era kebudayaan modern (modern architecture) hing-
ga kebudayaan post-modern (post-modern architecture) pada saat sekarang ini. Dalam perjalanan seja-
rah arsitektur yang kita kenal, terdapat karya-karya besar arsitektur yang dapat dijadikan tanda atau
penanda zaman dari kebudayaan manusia. Karya-karya besar arsitektur tersebut diatas ada kaitannya
dengan ‘tanda’ atau ‘ikon’ berupa bangunan atau gedung atau arsitektur yang dijadikan penanda tempat.
Sebagai contoh kita mengenal ‘tujuh keajaiban dunia’ darlam versi karya arsitektur yang menjadi pe-
nanda waktu atau zaman dalam kebudayaan manusia. Karya arsitektur yang termasuk dalam ‘tujuh kea-
jaiban dunia’ yang pada dasarnya berupa karya arsitektur sekaligus merupakan artifak kebudayaan.
Karya-karya arsitektur dimaksud pada dasarnya dapat dimasukkan kedalam karya arsitektur yang identik
dengan ‘arsitektur ikonik’ (The Iconic Architecture), yaitu arsitektur yang berfungsi sebagai penanda tem-
pat dan penanda zaman. Kita ambil contoh, misalnya: bangunan Piramida dan Spinx di Mesir, bangunan
Taman gantung di Babilonia (Irak sekarang), bangunan Pemujaan di Aztek – Amerika Tengah, bangunan
Parthenon di Athena, bangunan Candi Borobudur di Jawa Tengah Indonesia, Bangunan Meuselium Taj-
Mahal di Agra India, dsb. Bangunan-bangunan tersebut pada dasarnya banyak dikenal orang sebagai
karya arsitektur yang menjadi ‘penanda zaman’ dalam kebudayaan manusia.
Selain ‘penanda zaman’ – arsitektur ikonik dapat pula berfungsi sebagai penanda tempat atau lingkun-
gan sekitarnya, serta mampu untuk berdiri-tegak tahan terhadap usia (umur) yang panjang, struktur ban-
gunan yang spesifik hingga memiliki nilai estetika yang menawan. Demikian pula jika kita melihat dan
memperhatikan perkembangan arsitektur di era klasik, kebudayaan di daratan Eropa mengalami ke-
jayaan dengan titik puncaknya pada era kebudayaan Yunani dan Romawi. Berbagai ikon arsitektur di-
jumpai dalam era kebudayaan klasik dimaksud. Ikonik arsitektur pada era kebudayaan klasik misalnya:
Kuil Doric, Sogesta, Cisilia (424-416 s.m.), Agora Assos, Asia Kecil (abad 2 s.m.), bangunan Pantheon,
Roma (120 – 4 s.m.), Kuil Jupiter, Roma ( 509 s.m.), dsb. Bangunan-bangunan tersebut dekat dan iden-
tik dengan ikon dalam arsitektur atau dapat juga dikatakan sebagai ‘arsitektur ikonik’.
Dalam sejarah kebudayaan manusia, kita mengenal arsitektur era Renaisance di daratan Eropa,
kita-pun mengenal ikon-ikon berbentuk bangunan atau arsitektur yang dikenal luas oleh masyarakat. Mi-
salnya bangunan: Plaza Santa Petrus di Basilica, Italia, bangunan Gereja Santa Philipbert, Tournus,
Prancis (950 - 1120 m.), bangunan Santa Maria Novella, Florencia, Italy (1456 – 1470 m.), Plaza santo
Marco, Venesia, Italy, bangunan Pallazo Thiene, Vincenza, Italy (1545 m.), bangunan Masjid Soleyman
(dahulu gereja Aya Sofia), Istambul (1551 – 1558 m.), bangunan Gereja Redemtore, Venesia, Italy (1577
– 1592 m.), bangunan Gereja Santa Petrus, di Moterio, Roma, Italy (1502 – 1508 m.), dsb. (lihat DK
Ching -1981). Bangunan-bangunan tersebut diatas sudah banyak dikenal masyarakat luas disekitarnya –
karena letaknya yang strategis, keberadaannya yang monumental serta menjadi karya arsitektur ikonik
sebagai penanda tempat.
Di dalam era modern (1920 s/d 1980-an), dikenal bangunan atau karya arsitektur yang bersifat
modern. Karya arsitektur modern yang lahir akibat adanya revolusi industri serta ciri yang menjadikan
arsitektur bagian dari kebudayaan industrialis, menjadikan bentukan dan wujud akhir arsitektur modern-
pun berbeda dari sebelumnya. Pada masa kini-pun dikenal banyak karya arsitektur atau bangunan yang
sekaligus dijadikan tanda zaman atau penanda dari tempat, hal ini yang dikenal sebagai ‘arsitektur iko-
nik’. Banyak arsitek pada era modern yang menjadi tokoh dengan karya-karyanya yang monumental dan
dikenal luas masyarakat dunia. Misalnya: Le Corbusier, Frank Lyod Wright, Meis Van de Roche, Alvar
Aalto, Philiph Johnson, Oscar Niemeyer, dsb. diantara karya - karyanya dapat dijadikan penanda zaman
dalam kebudayaan.
Photo 02 :
Arsitektur Ikonik Masa Kini : (a) Bilbao Museum Spain, (b) The Explanade Building Singapore, dan (c) Shangri-La Condominium..
Pertumbuhan ekonomi dunia banyak dipengaruhi oleh arus ekonomi kapitalis menyebabkan
tumbuhnya kawasan-kawasan tertentu yang mempunyai tingkat / laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Pemusatan kekuatan kapital atau modal dunia pada saat sekarang ini cenderung untuk diwujudkan da-
lam bentuk media iklan yang sangat ampuh untuk kepentingan pemasaran produk-produk mereka. De-
mikian pula kaum kapitalis dunia, sampai tingkatan tertentu ada kegandrungan untuk mewujudkan im-
piannya dalam bentuk ‘bangunan ikonik’ (skala dunia). Dalam merencanakan dan mewujudkan
‘bangunan ikonik’ yang menawan, atraktif dan cenderung mewah pada kenyataannya memerlukan dana
atau investasi atau modal yang sangat besar.
Keberadaan atau munculnya bangunan ikonik atau arsitektur ikonik skala kota ataupun skala Ne-
gara banyak menimbulkan ekses atau dampak atau dapat dikatakan – kasus. Pada beberapa hal bangu-
nan ikonik atau arsitektur ikonik hanya dijadikan alat sebagai pemuas ‘fashion’ mutakhir bidang arsitek-
tur. Hal ini dapat dilacak dimana beberapa arsitek cenderung menjadi ‘arsitek tanda-tangan’ yang meng-
iya-kan keinginan dan kebutuhan klien, yang pada dasarnya adalah pemilik modal besar para kaum kapi-
talis dunia. Keinginan para klien yang merupakan kaum kapitalis dunia ini, bersama-sama dengan para
wakil rakyat (=anggota parlemen) yang menginginkan suatu bentuk penghargaan atau pujian, menye-
babkan pada banyak kenyataan sering melupakan kebutuhan primer dari masyarakat luas.
Memang dalam mewujudkan bangunan ikonik di beberapa tempat, seringkali klien berhadapan
dengan masalah-masalah ‘keterbatasan’ dana atau biaya serta masalah ‘kesepakatan politik’ pihak-pihak
berkepentingan, sehingga acapkali – proses pewujudan ‘arsitektur ikonik’ agak lambat atau tersendat
mengingat mahal atau besarnya modal yang ditanamkan. Sebagai contoh misalnya: Bangunan ‘Garuda
Wisnu Kencana’ sebuah maha-karya pematung I Nyoman Nuartha, dari saat peletakan batu pertama
dimulainya proyek ini, mengalami penundaan – sekitar lima belas tahun untuk menyelesaikan hingga
tuntas. Beruntung, lokasi proyek ini didukung penuh oleh Pemeritah Pusat dan Pemerintah Propinsi Bali.
Secara penampilan visual, bangunan ‘Garuda Wisnu Kencana’ ini selain memang memiliki nilai estetika,
juga diperkuat atau didorong oleh nilai-nilai ‘maknawi’ yang melekat pada cerita Dewa Wishnu dengan
Garuda-nya.
Gambar 03 :
(a) Twin Tower Petronas di Kuala Lumpur Malaysia – (b) Bangunan WTC di New York – (c) Bilbao National Stadium di Beijing.
lebih banyak berada di kawasan-kawasan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Mi-
salnya sebagai contoh : (a) bangunan menara kembar – Twin Tower Petronas, bangunan perkantoran
yang pada era 1980-2000-an merupakan bangunan tertinggi di kawasan Asia, dapat tegak berdiri akibat
sokongan dana yang cukup besar dari Perusahaan Minyak Nasional Malaysia – Petronas. Bangunan
menara kembar ini sampai saat ini berhasil menjadi penanda (ikon) dari kota Kuala Lumpur – Malaysia.
(b) bangunan museum ‘Leuvre’ yang terletak di pusat kota Paris, dengan bentuk pyramidal yang
menawan, dijadikan symbol dan penanda tempat bagi kota Paris yang modern. Letak bangunan mu-
seum Leuvre yang sentries dengan sumbu kearah Triump of Arch menjadikan bangunan ini mudah un-
tuk dikenali oleh para pengunjung kota maupun masyarakat luas kota. (c) bangunan stadium olah-raga
Bilbao yang berada di kota Beijing guna terselenggaranya kegiatan Olympiade 2009. Bangunan ini me-
rupakan bangunan spektakuler dari arsitektur terkini (kontemporer) yang mengekspresikan bangunan
sangkar burung, maha karya dari arsitek Frank Gehry – seorang arsitek kelas dunia di era awal abad 21.
(e) bangunan museum Bilbao di kota Bilbao Spanyol, bangunan ini berupakan tanda atau ikon
arsitektur kontemporer yang menggabungkan seni bangunan dengan teknologi bahan bangunan yang
sangat maju. Konsep bangunan museum ini adalah ‘kertas yang dilipat’. Bentuk atau ekspresi bangunan
yang ‘tidak biasa’ ini menjadikan orang yang melihatnya menjadi terpesona. Bangunan museum ini juga
karya dari arsi
tek terkenal Frank Gehry. Sedangkan dua bangunan atau karya arsitektur kontemporer yang diulas di-
bawah ini merupakan arsitektur ikonik skala kota atau negara. Yaitu (f) bangunan kantor dan apartemen
‘Dancing Tower’ yang berada di ibukota Dubai. Bangunan ini mengambil analogi bentuk daun/ rumput
yang bergoyang (menari) dan (g) bangunan hotel termewah di dunia yaitu ‘Buruj al Arab di pinggir pan-
tai kota Dubai. Bangunan hotel ‘Buruj Al Arab’ ini telah menjadi symbol dan sekaligus penanda tempat
(place icon) dari negara Dubai, dsb.
Photo 04 :
Arsitektur Ikonik di Indonesia : (a) Masjid Raya Istiqlal, (b) Gelora Bung Karno – Senayan, (c) Hotel Shangri-La – Jakarta.
PENUTUP.
‘Arsitektur Ikonik’ atau ‘Iconic Architecture’ berkaitan erat dengan pengertian dari kata kunci
yang berkaitan didalamnya, yaitu : Icon dan Iconic serta Arsitektur dan Bangunan. Dalam kamus bahasa
Inggris-Indonesia (Sadely – 1986) ‘Icon’ dapat berarti: tanda atau penanda, ada juga yang berarti: gam-
bar(an) atau tanda dari orang suci. ‘Iconic’ dapat berarti: yang mempunyai tanda, atau objek yang men-
jadi penanda (baik tempat maupun waktu). Dalam kamus bahasa Inggris (Oxford - 1981), ‘Icon’ dapat di-
artikan sebagai penanda tempat dan penanda zaman atau era dalam kebudayaan manusia. Sedangkan
pengertian dari Arsitektur Iconik adalah karya arsitektur atau bangunan yang dapat dijadikan penanda
tempat di lingkungan sekitar.
Dalam bukunya: Iconic Architecture and Capitalist Globalization, Leslie Skalair pakar ekonomi
dunia mengungkapkan bahwa keberadaan bangunan-bangunan ikonik atau arsitektur-arsitektur ikonik
yang ada di dunia sekarang ini tidak lain adalah tampilan dari pusat-pusat kekuatan kapitalis dunia. Ke-
beradaan para kapitalis dunia ini mengumpulkan modal dan dananya untuk di-investasikan pada ‘bangu-
nan ikonik’ yang menjadikan tanda sebagai ‘iklan’ atau ‘icon’ dari negara tertentu. Bangunan ikonik ini
pada dasarnya merupakan bentuk ekspresi dari ‘fashion’ tingkat dunia yang mencirikan trend kehidupan
saat sekarang ini yang cenderung trendi, ingin dikenal dan cenderung konsumtif. Bahkan bangunan iko-
nik atau arsitektur ikonik pada saat sekarang dijadikan alat atau sarana untuk meng-iklan-kan negara
tentang kemajuan zaman maupun kemajuan kehidupan / peradaban manusia di era pasca modern.
Dalam upaya membangun identitas tempat, atau kawasan / lingkungan, kota, memilih lokasi atau tem-
pat yang cocok (= dalam hal ini disebut setting place) – agar mudah dikenali dan dilihat oleh masyarakat
banyak dan lingkungan sekitarnya, bangunan ikonik biasanya ditempatkan pada lokasi-lokasi yang san-
gat strategis, misalnya: di site atau lahan yang berdekatan dengan simpang jalan, sekitar alun-alun kota,
atau lokasi pinggir / berdekatan dengan taman atau ruang terbuka kota skala besar. Bangunan ikonik ju-
ga menempati lokasi yang berada di sekitar ‘node’ – persimpangan jalan-jalan utama ini ditujukan agar
mudah untuk dikenali dan dilihat oleh para pelalu-lalang di kawasan kota.
Pada sudut-sudut tertentu di kawasan kota yang mempunyai nilai visual strategis, dibuat atau direnca-
nakan sedemikian menarik, biasanya dengan didirikan berbagai bangunan ikonik atau arsitektur ikonik.
Ciri-ciri dalam ‘arsitektur ikonik’, ditandai dengan tiga hal utama yang melekat didalamnya. Tiga hal uta-
ma yang menjadi ciri utama dari arsitektur ikonik adalah: (a) memiliki besaran atau skala bangunan yang
relative besar dan cenderung megah, (b) memiliki atau memilih bentuk-bentuk yang ‘atraktif’ (menarik)
dari aspek visual estetika, sehingga mudah dikenal maupun diingat oleh orang banyak, dan (c) memiliki
unsur kekuatan bangunan yang tinggi – sehingga bangunan ikonik cenderung tahan lama atau berumur
panjang.
Dalam kurun waktu 1960 s/d 1980-an, telah banyak bangunan ikonik atau arsitektur ikonik yang telah
berhasil menjadi penanda tempat atau penanda suatu kota. Misalnya : (a) bangunan “Sydney Opera
House’ di kota Sydney Australia, (b) bangunan perkantoran WTC (World Trade Center) di kawasan bis-
nis kota metropolitan New York, (c), bangunan museum Solomon ‘Gugenheim’ di pusat kota New York,
(d) bangunan perkantoran berlantai banyak John Hancock di kota Chicago, hingga (e) bangunan Hyatt
Regency Hotel yang sangat mewah di kota San Fransisco – Amerika Serikat.
Untuk periode arsitektur saat ini, yang dikenal dengan arsitektur kontemporer (1990 - 2010an),
telah banyak didirikan bangunan ikonik atau arsitektur ikonik yang berfungsi sebagai ‘penanda tempat’.
Misalnya: (a) bangunan menara kembar – Twin Tower Petronas di Kuala Lumpur – Malaysia, (b) bangu-
nan museum ‘Leuvre’ yang terletak di pusat kota Paris, (c) bangunan stadium olah-raga Bilbao di kota
Beijing guna terselenggaranya kegiatan Olympiade 2009, (d) bangunan museum Bilbao di kota Bilbao
Spanyol, (e) bangunan kantor dan apartemen ‘Dancing Tower’ yang berada di ibukota Dubai, dan (f)
bangunan hotel termewah di dunia yaitu ‘Buruj al Arab’ di pinggir pantai kota Dubai. Bangunan ikonik
pada saat sekarang ditujukan untuk menjadi ‘penanda tempat’ dan sekaligus ‘fashion’ bagi kehidupan
manusia masa kini.
DAFTAR PUSTAKA.
(1) Broadbent, (1980) : The Design In Architecture. John - Willey Book, Co., New York.
(2) Ching, Francis DK, (1981) : Architecture: Forms, Spaces and Orders, Mc Graw Hill Book., New York.
(3) Hyman & Trachtenberg, (1986) : Architecture : From Pre-Hystoric To Post-Modern, Academic Edi-
tions, London.
(4) Sadely, Hambali, (1986) : Kamus Besar Indonesia – Inggris, PT. Gramedia, Jakarta.
(5) Williams, Gareth, (2010) : What is ‘Iconic Architecture? And Which Buildings Are Relevant to It?, Po-
lyark-bd-online, Manchester, United Kingdom.
(6) http://www.e-architect.co.uk/iconic-architecture.htm: Architecture Debate : Iconic Buildings Design,
website download 18 November 2011 at 15.10
(7) http://www.gowealthy.com/gowealthy/wcms/en/home/real-estate/use/dubai/the-palm-delra/index.html
:Iconic Architecture Dominate Dubai Realty, website download 18 November 2011 at 15.10