Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DEHIDRASI
Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Ns.Erni Suprapti, M.Kep

Disusun Oleh:

ANGGA DWI ARDHANA

20101440119009

PRODI D III KEPERWATAN

STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG

T.A 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dehidrasi merupakan keadaan dimana tubuh mengalami defisit cairan disebut
dehidrasi. Defisit cairan ini dapat disebabkan oleh asupan cairan yang tidak adekuat
ataupun terjadi peningkatan pengeluaran cairan. Faktor yang menyebabkan asupan cairan
pasien berkurang, misalnya penurunan kesadaran, disfagia, dan kelainan pada sistem
persarafan. Faktor yang meningkatkan pengeluaran cairan dari tubuh, misalnya
diare, luka bakar, sepsis. Keadaan hiperosmolaritas yang dialami oleh pasien ketoasidosis
diabetik juga dapat menyebabkan cairan berpindahan ke kompartemen ekstraseluler
sehingga menyebabkan penderitanya mengalami dehidrasi

Prevalensi dehidrasi pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang sedang dirawat
di rumah sakit berkisar 6-30%. Sebanyak 1.5% diantaranya merupakan penyebab utama
pasien dirawat di rumah sakit. Penyebab utama paling sering terjadinya dehidrasi pada
orang berusia lanjut adalah asupan oral yang tidak adekuat, sementara pada anak-anak
dan balita adalah diare. Defisit cairan dapat disertai oleh gangguan elektrolit.
Berdasarkan ada tidaknya gangguan elektrolit, dehidrasi dapat diklasifikan menjadi tiga
kategori, yaitu dehidrasi isotonik, dehidrasi hipotonik, dan dehidrasi hipertonik.
Perbedaan kadar elektrolit pada pasien yang mengalami dehidrasi disebabkan oleh
perbedaan patofisiologinya.

Manifestasi klinis pasien yang mengalami dehidrasi berhubungan dengan deplesi


volume cairan intravaskular. Terapi rehidrasi pada pasien dengan dehidrasi derajat
ringan-sedang dapat diberikan melalui pemberian larutan oral rehidrasi, sementara pada
pasien dengan dehidrasi berat diperlukan resusitasi cairan secara cepat melalui akses
intravena. Prognosis pasien yang mengalami dehidrasi biasanya baik bila mendapat terapi
rehidrasi yang cepat, tepat, dan adekuat, serta penyebab keadaan dehidrasi dapat teratasi.
Komplikasi pasien yang mengalami dehidrasi disebabkan oleh terapi rehidrasi yang tidak
adekuat ataupun terapi rehidrasi yang berlebihan. Dehidrasi yang tidak teratasi dapat
menyebabkan syok hipovolemik, kegagalan multiorgan, hingga kematian.
B. Tujuan
adapun tujuan dalam pembuatan laporan pendahuluan ini adalah :
1. Mengetahui gambaran secara umum tentang dehidrasi yang meliputi
pengertian,etiolgi,patofisiologi,manifestasi klinik,dan penatalaksanaan.
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dehidrasi
3. Mengetahui permasalahan yang timbul pada pasien dehidrasi dalam penatalaksanaan
asuhan keperawatan
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. Pengertian
Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh yang berlebihan karena penggantian
cairan yang tidak cukup akibat asupan yang tidak memenuhi kebutuhan tubuh dan terjadi
peningkatan pengeluaran air (Hardiansyah,2010)
Dehidrasi, atau disebut juga ketidakseimbangan hiperosmolar (hyperosmolar
imbalance), terjadi akibat kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan
elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama natrium. Kehilangan cairan (air)
menyebabkan peningkatan kadar natrium, peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi
intraseluler. Air berpindah dari sel dan kompartemen interstisial menuju ruang vaskular.
Kondisi ini menyebabkan gangguan fungsi sel dan kolaps sirkulasi. Orang yang berisiko
mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia. Mereka mengalami penurunan
respons haus atau pemekatan urine. Di samping itu, lansia memiliki proporsi lemak yang
lebih besar sehingga berisiko tinggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit
dalam tubuh. Klien dengan diabetes insipidus akibat penurunan sekresi hormon diuretik
sering mengalami kehilangan cairan tipe hiperosmolar. Pemberian cairan hipertonik juga
meningkatkan jumlah solut dalam aliran darah ( Tamsuri, 2008:19).

B. Etiologi
Faktor - faktor penyebab dehidrasi dapat dijabarkan sebagai berikut (Syaifuddin, 2011).
a. Berkeringat terlalu banyak.
b. Muntah hebat.
c. Diare hebat.
d. Diuresis (jumlah air kemih berlebihan).

C. Patofisiologi
Patofisiologi dehidrasi melibatkan proses kurangnya asupan cairan yang biasa
berasal dari diet makanan atau minuman, dan jumlah cairan yang keluar dari tubuh
melalui urin, keringat, dan insensible water loss  pada kulit ataupun proses respirasi.
Defisit cairan dapat disertai gangguan keseimbangan kadar elektrolit. Berdasarkan
proses patofisiologinya, dehidrasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu dehidrasi
isotonic, dehidrasi isotonik, dan dehidrasi hipertonik.[1-4]
Dehidrasi Isotonik
Dehidrasi isotonik (isonatremik) merupakan keadaan dimana defisit cairan yang
dialami oleh tubuh sebanding dengan defisit natrium, sehingga volume cairan
ekstraseluler akan berkurang, dan perfusi ke jaringan akan menurun. Penurunan perfusi
pada ginjal akan mengaktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron, yang memiliki efek
kompensasi untuk reabsorbsi natrium dan air.
Sekresi hormone ADH selanjutnya akan menyebabkan retensi cairan, sehingga
memperbaiki defisit cairan.  Pada dehidrasi isotonik biasanya kadar osmolalitas, kadar
natrium, dan kadar cairan intraseluler tetap normal. Dehidrasi isotonik biasanya terjadi
pada pasien yang mengalami perdarahan, luka bakar, orang yang sedang berpuasa,
muntah, atau diare.
Dehidrasi Hipotonik
Dehidrasi hipotonik (hiponatremia) merupakan keadaan dimana defisit natrium
lebih besar dibandingkan defisit cairan. Penyebab utama dehidrasi hipotonik adalah
muntah, diare (gastroenteritis), berkeringat, hiperventilasi, perdarahan, olahraga, dan
kelainan pada ginjal yang menyebabkan ekskresi elektrolit berlebih.
Dehidrasi Hipertonik
Dehidrasi hipertonik (Hiponatremia) merupakan keadaan dimana defisit air lebih
besar dibandingkan defisit natrium. Dehidrasi tipe ini dapat terjadi ketika rasio BUN
terhadap kreatinin ≥20 atau kadar natrium ≥150 mmol/L. Peningkatan kadar natrium pada
plasma akan meningkatkan osmolalitas, yang mengakibatkan cairan akan berpindah ke
kompartemen ekstraseluler, termasuk pada jaringan otak, yang dapat menyebabkan
penyusutan volume otak dan perdarahan intraserebral atau subarachnoid. Dehidrasi
hipertonik dapat terjadi pada pasien diabetes insipidus, pasien yang mendapat
terapi diuretic loop (furosemide), demam, luka bakar (maupun luka bakar pada anak),
ataupun hiperventilasi.
D. Pathway

Hilangnya cairan (air)


dalam tubuh

Disebabkan  Pusing
oleh  Lemah
 Berkeringat terlalu  Letih
banyak  Anoreksia
a. Penurunan berat
badan akut  Muntah hebat  Mual muntah
b. Mata cekung  Diare hebat  Rasa haus
c. Pengosongan vena  Diuresis (jumlah  Gangguan mental
jugularis air kemih  Konstipasi dan
d. Pada bayi dan berlebihan). oliguri
anak-anak adanya  Penurunan
penurunan jumlah tekanan darah
air mata  HR meningkat
e. Pada pasien syok DEHIDRASI Gejala  Suhu meningkat
Tanda
tampak pucat, HR  Turgor menurun
cepat dan halus  Lidah kering dan
f. Hipotensi dan kasar
oliguri  Mukosa mulut
Klasifikasi Dehidrasi
kering

Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi


Ringan Ringan Ringan

1) Pengeluaran / 1) Kehilangan kehilangan cairan


kehilangan cairan cairan 2-4 liter mencapai 5% BB atau 1,5-
sebanyak 4-6 liter. atau antara 5- 2 liter.
2) Serum natrium 10% BB.
mencapai 159-166 2) Serum natrium
mEq/liter. mencapai 152-
3) Hipotensi. 158 mEq/liter.
4) Turgor kulit buruk. 3) Mata cekung.
5) Oliguria.
6) Nadi dan pernapasan
meningkat.
7) Kehilangan cairan
mencapai > 10% BB.
E. Manifestasi Klinis
Berikut ini gejala atau tanda dehidrasi berdasarkan tingkatannya (Nelson, 2000) :
1. Dehidrasi ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula)
a. Haus gelisah
b. Denyut nadi 90-110 x/menit, nafas normal
c. Turgor kulit normal
d. Pengeluaran urine (1300 ml/hari)
e. Kesadaran baik
f. Denyut jantung meningkat
2. Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5% dari BB semula)
a. Haus meningkat
b. Nadi cepat dan lemah
c. Turgor kulit kering, membran mukosa kering
d. Pengeluaran urien berkurang
e. Suhu tubuh meningkat
3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan 8% dari BB semula)
a. Penurunan kesadaran
b. Lemah
c. Lesu
d. Takikardi
e. Mata cekung
f. Pengeluaran urine tidak ada
g. Hipotensi
h. Nadi cepat dan halus
i. Ekstremitas dingin
F. Pengobatan
Penatalaksanaan pada penderita dehidrasi (Doenges & Sylvia Anderson):
1. Obat-obatan Antiemetik
Untuk mengatasi muntah
2. Obat-obatan anti diare
Pengeluaran feces yang berlebihan dapat diberikan obat-obat anti diare serta dapat
diberikan oralit.
3. Pemberian air minum
Pemberian air minum yang mengandung natrium cukup memadai untuk mengatasi
ketidakseimbangan yang terjadi.
4. Pemberian cairan intravena
Pada kekurangan cairan yang berat, maka diperlukan pemberian cairan intravena.
Larutan garam isotonik (0,9%) merupakan cairan infus terpilih untuk kasus-kasus
dengan kadar natrium mendekati normal, karena akan menambah volume plasma.
Segera setelah pasien mencapai normotensi, separuh dari larutan garam normal
(0,45%) diberikan untuk menyediakan air bagi sel-sel dan membantu pembuangan
produk-produk sisa metabolisme.
5. Pemberian bolus cairan IV
Pemberian bolus cairan IV awal dalam suatu uji beban cairan, untuk mengetahui
apakah aliran kemih akan meningkat, yang menunjukkan fungsi ginjal normal.

G. Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan gold standard  untuk menegakkan derajat dan penyebab dehidrasi.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan Darah Lengkap : Peningkatan sel darah putih dapat menjadi petunjuk
adanya proses infeksi atau sepsis. Kadar hematokrit biasanya juga meningkat pada
pasien dehidrasi.
b. Pemeriksaan Elektrolit : Dehidrasi dapat disertai hiponatremia atau hipernatremia.
Pada pasien yang mendapat terapi diuretik atau muntah, dapat juga mengalami hipo
atau hiperkalemia.
c. Pemeriksaan Analisa Gas Darah : Pasien dengan dehidrasi berat dapat mengalami
asidosis yang ditandai peningkatan kadar laktat dan penurunan kadar bikarbonat.
d. Pemeriksaan Fungsi Ginjal : Kadar Ureum dan kreatinin dapat meningkat akibat
hipoperfusi renal.
e. Urinalisis : Adanya keton atau glukosa yang terdeteksi pada urinalisis dapat memberi
petunjuk ketoasidosis diabetik (KAD) sebagai penyebab dehidrasi.

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas
Yang meliputi nama pasien,tempat dan tanggal
lahir,usia,pendidikan,alamat,agama,nama ortu,pekerjaan ayah dan ibu,pendidikan
ayah dan ibu,dan suku/bangsa
b. Keluhan utama
Contohnya : klien mengatakan merasa mual,muntah,lemas,dan merasa haus.
c. Riwayat penyakit sekarang
a) Munculnya keluhan dehidrasi
b) Karakteristik keluhan dehidrasi
c) Masalah sejak keluhan dehidrasi muncul
d. Riwayat masa lalu
Diisi dengan riwayat penyakit yang pernah diderita klien yang berhubungan dengan
penyakit saat ini yaitu dehidrasi.
Seperti :
a) Prenatal
b) natal
c) Post natal
d) Penyakit waktu kecil
e) Pernah dibawa di rumah sakit
f) Obat yang digunakan
g) Riwayat alergi
h) Riwayat kecelakaan
e. Riwayat Keluarga
a) Kemungkinan penyakit keturunan,kecenderungan alergi dalam keluarga,penyakit
menular akibat kontak langsung maupun tidak langsung dengan keluarga
b) Genogram ditulis 3 generasi sesuai dengan keluhan.untuk anak bisa dibuat 2
generasi
f. Riwayat sosial
a) Yang mengasuh anak,alasanya
b) Pembawaan secara umum
g. Keadaan kesehatan saat ini
a) Diagnosa medis
b) Tindakan operasi
c) Obat-obatan
d) Tindakan keperawatan
e) Hasil lab
f) Hasil rongent
g) Data tambahan
h. Pola pengkajian fungsional (gordon)
a) Persepsi kesehatan dan pola manajemen
b) Pola nutrisi metabolik
c) Pola eliminasi
d) Pola aktvitas dan latihan
e) Pola istirahat dan tidur
f) Pola kognitif dan toleransi stress
g) Pola konsep diri
h) Pola peran dan berhubungan
i. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
b) Leher
c) Mata
d) Telinga
e) Muka,hidung,dan rongga mulut
f) Integumen
g) Thorak : paru-paru
h) Jantung
i) Abdomen
j) Anus
k) Genetalia
l) Ekstremitas atas dan bawah
j. Imunisasi
No Jenis imunisasi Usia saat imunisasi Tempat imunisasi
1 BCG
2 DPT
3 Hepatitis
4 Polio
5 Campak
6 lainnya
k. Pemeriksaan tumbuh kembang
a) Pertumbuhan : ukur antropometri
b) Perkembangan : pemeriksaan dengen denver atau KPSP (usia 0 – 6 tahun)
untuk anak di atas usia 6 tahun :
a) BB saat lahir
b) BB saat usia 6 bulan
c) BB usia 1 tahun
d) Pertumbuhan gigi
e) Usia menegakkan kepala
f) Usia duduk
g) Usia berjalan
h) Kata-kata pertama yang diucapkan
i) Perkembangan anak di sekolah : apakah ada permasalahan atau tidak
j)
B. Diagnosa Keperawatan
A. Nyeri Akut (D.0077) berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis
B. Defisit Nutrisi (D.0019) berhubungan dengan ketidakmempuan mencerna makanan
C. Intervensi
NO Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
1 Setelah dilakukan Observasi :
tindakan
- Identifikasi
keperawatan
selama 2 X 24 Jam lokasi,Karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensita
diharapkan
s nyeri
pengalaman
sensorik atau - Identifikasi skala nyeri
emosional yang
- Identifikasi respons nyeri non verbal
berkaitan dengan
kerusakan jaringan - Identifikasi faktor yang memperberat dan
aktual atau
memperingan nyeri
fungsional,dengan
onset mendadak - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
atau lambat dan
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
berintensitas
ringan hingga - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
berat dan konstan,
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
dengan kriteria
hasil : sudah diberikan
- Keluhan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
nyeri yang
klien Terapuetik :
rasakan
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
- Ekspresi
meringis rasa nyeri (mis. TENS,hipnosis,akupresur,terapi
pada klien
musik,biofeedback,terapi pijat,aromaterapi,teknik
dapat
berkurang imajinasi terbimbing,kompres hangat/dingin,terapi
- Rasa
bermain)
gelisah
pada klien - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
berkurang
(mis. Suhu ruangan,pencahayaan,kebisingan)
- Kesulitan
tidur pada - Fasilitas istirahat dan tidur
klien
- Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam
berkurang
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
- kolaborasikan pemberian analgetik, jika perlu
2 Setelah dilakukan Observasi :
tindakan
- Identifikasi status nutrisi
keperawatan
selama 2 X 24 Jam - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
diharapkan
- Identifikasi makanan yang disukai
keadekuatan
asupan nutrisi - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
untuk memenuhi
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
kebutuhan
metabolisme, , - Monitor asupan makanan
dengan kriteria
- Monitor berat badan
hasil :
- Porsi - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
makan
Terapuetik :
yang
dihabiskan - Lakukan oral hygiene sebelum makan,jika perlu
- Kekuatan
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.piramida
otot
mengunyah makanan)
- Kekuatan
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
otot
menelan sesuai
serum
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
albumin
- Verbalisasi konstipasi
keinginan
- Berikan tinggi kalori dan tinggi protein
untuk
meningkatk - Berikan suplemen makanan,jika perlu
an nutrisi
- Hentikan pemberian makanan melalui selang
- Penyiapan
dan nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
penyimpan
Edukasi :
an
minuman - Anjurkan posisi duduk,Jika mampu
yang aman
- Ajarkan diet yang diprogramkan
- Sikap
terhadap Kolaborasi :
makanan
- Kolaborasikan pemberian medikasi sebelum makan
atau
minuman (mis.pereda nyeri,antlemetik),jika perlu
sesuai
dengan - Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan
tujuan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,jika
kesehatan
perlu

D. Implementasi
No No.DX Keperawatan Implementasi Evaluasi TTD dan Nama
Tindakan jelas
1 1
2 2
3 dst

E. Evaluasi
NO Tanggal & Jam Evaluasi TTD &
Nama Jelas
1 S:
O:
A:
P:
2 S:
O:
A:
P:

DAFTAR PUSTAKA
Sari, M. (2017). Iklim Kerja Panas dan Konsumsi Air Minum Saat Kerja Terhadap
Dehidrasi. HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development)
Uliyah, Musrifatul dan A. Azis Alimul Hidayat. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Asdie RH, Witjaksono DP, Loehoeri S. Rehidrasi. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et
al.(2017). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 3. 6th ed. Interna Publishing.
Jakarta. editors

Anda mungkin juga menyukai