Anda di halaman 1dari 6

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME

Disusun untuk memenuhi tugas Ilmu Pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. Sri Sumaryati, M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 1

Dengan anggota :

1. Maritza Widiastuti (K7721041)


2. Nanda Priska Iswara (K7721046)
3. Rayhan Attila Ilhamsyach (K7721055)
4. Rizka Putri Ariyani (K7721056)
5. Tiawanda Alif Nurfajrina (K7721061)
6. Tri Damayanti (K7721062)
7. Afnan Yazid Azzuhri (K7721066)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2021
A. PENGERTIAN BELAJAR
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuanmya untuk bertingkah laku dengan
cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Jadi, seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon adalah
reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Menurut teori
behavioristik yang terpenting adalah input (stimulus) dan output (respon). Teori
behavioristik mengutamakan pengukuran, pengukuran merupakan suatu hal yang
dianggap penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku. Selain
pengukuran, penguatan juga penting, penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat
timbulnya respon.
B. TOKOH BEHAVIORISME
1. Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Edward Lee Thorndike merupakan tokoh behaviorisme pertama dan merupakan salah
satu psikolog pertama Amerika. Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi
antara stimulus dan respon. Stimulus dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar
seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui indera
manusia. Respon berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.
2. John Broades Watson (1878-1958)
Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel)
dan dapat diukur. Hal itu dikarenakan kajian Watson tentang belajar disejajarkan
dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada
pengalaman empirik, yaitu sejauh dapat diamati dan diukur. Jadi, Watson cenderung
tidak memperhatikan hal-hal yang tidak dapat diukur dan tidak dapat diamati, seperti
perubahan mental ketika belajar.
3. Clark Leaonard Hull (1884-1952)
Menurut Hull, belajar merupakan stimulus yang selalu dikaitkan dengan kebutuhan
biologis dam pemuas kebutuhan biologis karena itu merupakan hal terpenting dan
menempati posisi sentral dalam seluruh kehidupan manusia. Respon yang muncul
dapat bermacam-macam bentuknya.
4. Edwin Ray Guthrie (1886-1959)
Menurut Guthrie, belajar merupakan hubungan stimulus dan respon, namun stimulus
tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana
yang dijelaskan oleh Hull. Hal ini dikarenakan hubungan antara stimulus dan respon
cenderung bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar siswa perlu
sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon
bersifat lebih tetap, serta stimulus harus sesuai dengan respon yang diharapkan.
Menurut Guthrie, hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses
belajar karena dengan adanya hukuman yang tepat akan mengubah kebiasaan dan
perilaku seseorang. Namun, setelah Skinner mengemukakan pentingnya penguatan
(reinforcemant) dalam teori belajar, maka hukuman tidak lagi penting.
5. Burrhusm Frederic Skinner (1904-1990)
Skinner merupakan tokoh behavioristik yang paling banyak diperbincangkan karena
konsep-konsep yang dikemukakan tentang belajar mampu mengungguli konsep yang
dikemukakan tokoh sebelumnya. Selain itu, Skinner juga mampu menjelaskan konsep
belajar secara sederhana dan lebih komprehensif. Menurut Skinner, hubungan antara
stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya akan
menimbulkan perubahan tingkah laku. Respon yang dimunculkan mempunyai
konsekuensi, konsekuensi inilah yang menjadi pertimbangan munculnya perilaku.
Pandangan teori belajar behavioristik cukup lama dianut oleh para guru dan pendidik.
Namun, dari semua pendukung teori behavioristik, teori Skinner yang paling besar
pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar ini. Penerapan teori Skinner berupa
pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul, dan
program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep stimulus-respon serta
mementingkan faktor-faktor penguat.
C. IMPLEMENTASI TEORI BEHAVIORISME PADA PEMBELAJARAN
Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus (S) dengan
respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi siswa
untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan stimulus atau
input dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons secara
positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai
reinforcement (penguatan secara positif atau negatif). Respons akan semakin kuat
apabila reinforcement (baik positif maupun negatif) ditambahkan.
Implikasi teori belajar behaviorisme terhadap kegiatan belajar sangat tergantung
pada: Tujuan pembelajaran, jenis mata pelajaran, karakteristik siswa, media, dan
sarana prasarana pembelajaran yang tersedia di sekolah. Pembelajaran dengan teori
belajar behaviorisme menganggap pengetahuan menjadi sesuatu yang objektif, aman,
tetap, dan tidak berubah. Belajar diterima sebagai proses memperoleh pengetahuan,
dan pendidikan adalah proses memberikan pengetahuan kepada siswa. Oleh karena
itu, siswa diharapkan memahami dan menerapkan apa yang diterimanya dalam proses
pembelajaran.
Dalam pembelajaran dengan pendekatan teori belajar behaviorisme, upaya
pembiasaan dan pengutamaan disiplin diprioritaskan. Pembelajaran cenderung
berkaitan dengan praktik kedisiplinan, karena merupakan inti dari proses
pembelajaran. Kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuan dianggap sebagai
kesalahan yang harus dihukum. Di sisi lain, kemampuan siswa untuk
mempertahankan pengetahuan yang baik disebut perilaku yang baik dan perlu diberi
penghargaan.
D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI BEHAVIORISME
Kelebihan
• Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan
kondisi belajar.
• Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan
belajar mandiri.
• Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan
pengakuan positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negative yang didasari pada prilaku yang tampak.
• Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat
mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk
sebelumnya.
• Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimuls yang lainnya dan
seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.

Kekurangan
• Sebuah konsekwensi untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk
yangsudah siap.
• Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metode ini. c.
• Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa di dengar dan di pandang sebagai cara belajar yang
efektif.
• Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik
justru dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk menertibkan
siswa
• Cenderung mengarahakan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak
kreatif, tidak produktif, dan menundukkan siswa sebagai individu yang
pasif.

Anda mungkin juga menyukai