Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.(1)

1. Persyaratan Krim
Suatu sediaan krim harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai
berikut(5) :
a. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari
inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada
dalam kamar.
b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk
menjadi lunak dan homogen.
c. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit.
d. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim
padat atau cair pada penggunaan.

2. Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air sehingga dapat dicuci dengan
air serta lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetik dan estetika. Krim
digolongkan menjadi dua tipe, yakni(5) :
a. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak. Contohnya cold cream.
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim
pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream
mengandung mineral oil dalam jumlah besar.

5
6

b. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air. Contohnya vanishing


cream. Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan
untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak.
Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan
lapisan berminyak/film pada kulit.

3. Kelebihan dan Kekurangan Krim


a. Kelebihan
Beberapa kelebihan dari penggunaan sediaan krim, antara lain :
1) Mudah menyebar rata
2) Praktis
3) Mudah dibersihkan atau dicuci
4) Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
5) Tidak lengket terutama tipe m/a(5)
b. Kekurangan
Beberapa kekurangan dari penggunaan sediaan krim, antara lain :
1) Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam
keadaan panas.
2) Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak
pas.
3) Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena
terganggu sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan
suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah
satu fase secara berlebihan.(5)

B. Racikan Obat
Peracikan obat adalah penggabungan, pencampuran atau perubahan suatu
obat yang dibuat sesuai dengan resep dokter agar meracik obat sesuai dengan
kondisi individu pasien.(2)
7

C. Kulit
Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasi organ lainnya
dari lingkungan hidup manusia. Kulit memiliki fungsi utama sebagai
pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi
perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinasi dan pelepasan
sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi
sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi
kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta
pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar.(6)
Secara umum perjalanan sediaan topikal setelah diaplikasikan melewati
tiga kompartemen yaitu: permukaan kulit, stratum korneum dan jaringan
sehat. Stratum korneum dapat berperan sebagai reservoir bagi vehikulum
tempat sejumlah unsur pada obat masih berkontak dengan permukaan kulit
namun belum berpenetrasi tetapi tidak dapat dihilangkan dengan cara digosok
atau terhapus oleh pakaian.(7,8) Unsur vehikulum sediaan topikal dapat me-
ngalami evaporasi, selanjutnya zat aktif berikatan pada lapisan yang dilewati
seperti pada epidermis, dermis. Pada kondisi tertentu sediaan obat dapat
membawa bahan aktif menembus hipodermis. Sementara itu, zat aktif pada
sediaan topikal akan diserap oleh vaskular kulit pada dermis dan hypodermis.
(7,8)

1. Jalur penetrasi sediaan topical


a. Penetrasi secara transepidermal
Penetrasi transepidermal dapat secara interseluler dan
intraseluler. Penetrasi interseluler merupakan jalur yang dominan,
obat akan menembus stratum korneum melalui ruang antar sel pada
lapisan lipid yang mengelilingi sel korneosit. Difusi dapat
berlangsung pada matriks lipid protein dari stratum korneum. Setelah
berhasil menembus stratum korneum obat akan menembus lapisan
8

epidermis sehat di bawahnya, hingga akhirnya berdifusi ke pembuluh


kapiler.(7,9,10,11)

b. Penetrasi secara transfolikular


Analisis penetrasi secara folikular muncul setelah percobaan in
vivo. Percobaan tersebut memperlihatkan bahwa molekul kecil
seperti kafein dapat berpenetrasi tidak hanya melewati sel-sel
korneum, tetapi juga melalui rute folikular. Obat berdifusi melalui
celah folikel rambut dan juga kelenjar sebasea untuk kemudian
berdifusi ke kapiler.(8,11,12)

Saat sediaan topikal diaplikasikan pada kulit, terjadi 3 interaksi:


a. Solute vehicle interaction
Interaksi bahan aktif terlarut dalam vehikulum. Idealnya zat aktif
terlarut dalam vehikulum tetap stabil dan mudah dilepaskan. Interaksi
ini telah ada dalam sediaan.(9,10)
b. Vehicle skin interaction
Merupakan interaksi vehikulum dengan kulit. Saat awal aplikasi
fungsi reservoir kulit terhadap vehikulum.(9,10)
c. Solute Skin interaction
Interaksi bahan aktif terlarut dengan kulit (lag phase, rising phase,
falling phase).(9,10)

2. Absorpsi sediaan topikal secara umum


Saat suatu sediaan dioleskan ke kulit, absorpsinya akan melalui beberapa
fase.(9,13)
a) Lag phase
Periode ini merupakan saat sediaan dioleskan dan belum melewati
stratum korneum, sehingga pada saat ini belum ditemukan bahan
aktif obat dalam pembuluh darah.(12,14)
b) Rising phase
9

Formula ini dimulai saat sebagian sediaan menembus stratum


korneum, kemudian memasuki kapiler dermis, sehingga dapat
ditemukan dalam pembuluh darah.(12,14)

c) Falling phase
Fase ini merupakan fase pelepasan bahan aktif obat dari permukaan
kulit dan dapat dibawa ke kapiler dermis.(12,14)

Penyerapan sediaan topikal secara umum dipengaruhi oleh beberapa


faktor, diantaranya(15) :
1. Bahan aktif yang dicampurkan dalam pembawa tertentu harus
menyatu pada permukaan kulit dalam konsentrasi yang cukup
2. Konsentrasi bahan aktif merupakan faktor penting, jumlah obat yang
diabsorpsi secara perkutanperunit luas permukaan setiap periode
waktu, bertambah sebanding dengan bertambahnya konsentrasi obat
suatu pembawa.
3. Penggunaan bahan obat pada permukaan yang lebih luas akan
menambah jumlah obat yang diabsorpsi.
4. Absorpsi bahan aktif meningkat jika pembawa mudah menyebar ke
permukaan kulit.
5. Ada tidaknya pembungkus saat sediaan diaplikasikan.
6. Pada umumnya, menggosokkan sediaan akan meningkatkan jumlah
bahan aktif yang diabsorpsi.
7. Absorpsi perkutan akan lebih besar bila sediaan topikal dipakai pada
kulit yang lapisan tanduknya tipis.
8. Pada umumnya, makin lama sediaan menempel pada kulit, makin
banyak kemungkinan diabsorpsi.

Pada kulit utuh, cara utama penetrasi sediaan melalui lapisan epidermis,
lebih baik daripada melalui folikel rambut atau kelenjar keringat, karena
luas permukaan folikel rambut dan kelenjar keringat lebih kecil
dibandingkan dengan daerah kulit yang tidak mengandung elemen
10

anatomi ini. Stratum korneum sebagai jaringan keratin akan berlaku


sebagai membran semi permeabel dan molekul obat berpenetrasi secara
difusi pasif.(7,9,16) Penetrasi krim jenis W/O lebih kuat dibanding dengan
krim jenis O/W karena komponen minyak menjadikan bentuk sediaan
bertahan lama diatas permukaan kulit dan mampu menembus lapisan
kulit lebih jauh. Namun krim W/O kurang disukai secara kosmetik
karena komponen minyak yang lama tertinggal diatas permukaan kulit.
Krim O/W memiliki daya pendingin lebih baik dari krim W/O, sementara
daya emolien W/O lebih baik dari O/W.(17)

D. Anti Alergi
Alergi adalah reaksi hipersentivitas yang diperantarai oleh mekanisme
imunologi. Pada keadaan normal mekanisme pertahanan tubuh baik humoral
maupun selular tergantung pada aktivasi sel B dan sel T. Pruritus atau gatal
dapat didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman pada kulit yang dapat
menimbulkan dorongan untuk menggaruk dan merupakan gejala yang paling
sering ditemukan pada beberapa gangguan inflamasi kulit. Pruritus dapat
didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman pada kulit yang menimbulkan
keinginan untuk menggaruk.(18)

E. Anti Bisul
Furunkel atau bisul ialah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih
daripada sebuah disebut furunkulosis. Karbunkel ialah kumpulan furunkel
dan biasanya disebabkan Staphylococcus aureus. Keluhannya nyeri. Kelainan
berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut, di tengahnya terdapat pustul.
Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik lalu
memecah membentuk fistel. Tempat predileksi ialah yang banyak friksi,
misalnya aksila dan bokong.(19)

F. Antibiotik
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,
yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat petumbuhan kuman,
11

sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.(20) Obat yang digunakan


untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki
sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah
bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes.
(21)

G. Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah derivat hormon steroid yang dihasilkan oleh
kelenjar adrenal. Hormon ini memiliki peranan penting seperti mengontrol
respon inflamasi. Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu
glukokortikoid dan mineralokortikoid. Glukokortikoid memiliki efek penting
pada metabolisme karbohidrat dan fungsi imun, sedangkan mineralokortikoid
memiliki efek kuat terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit.(22,23)

H. Anti Jamur
Jamur adalah makhluk hidup yang akrab dengan kehidupan kita sehari-
hari. Jamur atau fungi bervariasi dalam ukuran, dari ragi yang uniseluler
sampai jamur multiseluler, seperti jamur payung dan jamur kuping yang
tumbuh di kayu. Pada umumnya, jamur memiliki 3 karakteristik utama, yaitu
(1) eukariotik, (2) menggunakan spora sebagai alat perkembangbiakannya,
dan (3) heterotrof. Sebagai tambahan, jamur membutuhkan tempat yang
lembab dan hangat agar dapat tumbuh. Oleh karena itu, jamur banyak
ditemukan di makanan yang lembab, di dasar kulit batang pohon, di dasar
lantai hutan, serta di lantai kamar mandi yang lembab. Oleh karena bersifat
heterotrof, secara ekologi jamur sangat penting karena berperan sebagai
pengurai dan ikut andil dalam daur nutrisi yang ada di tanah.(24)
Anti jamur topikal digunakan untuk pengobatan infeksi lokal pada kulit
tubuh yang tidak berambut (glabrous skin), namun kurang efektif untuk
pengobatan infeksi pada kulit kepala dan kuku, infeksi pada tubuh yang
kronik dan luas, infeksi pada stratum korneum yang tebal seperti telapak
tangan dan kaki
12

Ciri-ciri umum fungi, antara lain :


1. Mempunyai inti sel
2. Memproduksi spora
3. Tidak mempunyai klorofil
4. Reproduksi seksual dan aseksual
5. Beberapa ada yang berfilamen dengan dinding sel berselulosa / khitin
atau keduanya

I. Gentamycin Sulfate
Gentamisin juga telah diterapkan untuk pemakaian topikal pada infeksi
kulit digunakan gentamisin dengan konsentrasi 0,1%, kadar tersebut
merupakan kadar yang disarankan, tetapi penggunaan tersebut juga dapat
menyebabkan timbulnya resistensi. Konsentrasi 0,3% digunakan dalam
penggunaan sediaan topikal untuk mata dan telinga.(25) Sediaan ditujukan
untuk penggunaan topikal pada kulit dan gentamisin sulfat sebagai bahan
aktif memiliki kelarutan yang larut dalam air, maka dibuat sediaan krim tipe
air dalam minyak agar bahan aktif yaitu gentamisin berada di fase dalam
yaitu air. Selain itu bahan aktif memiliki pemerian yang tidak berbau, untuk
menambah nilai tampilan dalam hal aroma dan untuk meningkatkan
akseptabilitas pasien maka pada sediaan ditambahkan pengaroma.
1. Monografi(1)
Pemerian : Serbuk; putih sampai kekuning-kuningan
Titik leleh : 218-237°C
Kelarutan : Larut dalam air; tidak larut dalam etanol, dalam aseton,
dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzene
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2. Farmakologi
Gentamisin sulfat, suatu antibiotika aminoglikosida bersifat bakterisid.
Gentamisin sulfat bekerja menghambat sintesis protein bakteri dengan
cara berikatan dengan ribosom submit 30s secara irreversible. Pada
13

umumnya gentamisin aktif melawan kebanyakan bakteri gram (-) dan


beberapa gram (+).
Secara invitro konsentrasi gentamisin 1-8 mg/ml dapat menghambat
Escherichia coli, Haemophillus influenza, Moraxella lacunata,
Neisseria, Proteus indol positif dan indol negative, Pseudomonas
(termasuk Pseudomonas aeruginosa ), staphylococcus aureus,
staphylococcus epidermis dan serratia.
3. Indikasi(26)
Infeksi kulit primer seperti folikulitis superfisial, furunkulosis, impetigo
kontagiosa, pyoderma gangrenosa. Infeksi kulit sekunder seperti
dermatitis eksematus infeksiosa, akne pustular, psoriasis pustular,
dermatitis seboroik terinfeksi, dermatitis kontak.
4. Kontraindikasi(26)
Hipersensitif

J. Fluocinolone Acetonide
Fluocinolone adalah obat jenis kortikosteroid yang digunakan untuk
mengatasi dermatosis atau penyakit kulit. Obat ini digunakan secara topikal
(dioleskan pada daerah kulit yang membutuhkan) dan dijual dalam bentuk
fluocinolone acetonide. Tujuan utama dari obat ini adalah mengatasi radang
yang terjadi pada kulit yang bisa menyebabkan gatal-gatal dan kulit merah.
Formulasi ini juga dipasarkan sebagai Fluocinolone Acetonide 0,01%
Minyak Topikal untuk digunakan sebagai minyak tubuh untuk dermatitis
atopik pada orang dewasa dan untuk dermatitis atopik sedang sampai parah
pada pasien anak-anak 2 tahun dan lebih tua, dan sebagai fluosinolon
acetonide oil, 0,01% untuk otitis eksternal eczematous kronis.
1. Monografi(1)
Pemerian : Serbuk hablur dalam air, putih atau praktis putih, tidak
berbau, stabil.
Titik leleh : Meleleh pada suhu 270°C dengan perubahan
komposisi.
14

Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam metanol, sukar larut
dalam eter dalam kloform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

2. Farmakologi
Fluocinolone acetonide adalah kortikosteroid sintetik dengan potensi
rendah hingga sedang. Obat ini berfungsi sebagai antiinflamasi,
antipruritis dan vasokonstriktif. Mekanisme antiinflamasi dari obat ini
yaitu dengan stimulasi protein fosfolipase A2 inhibitor (lipocortins) dan
menutup jalur pelepasan dari asam arakidonat. Terhambatnya pelepasan
asam arakidonat membuat jalur pembentukan prostaglandin yang
berperan sebagai mediator inflamasi juga tertutup sehingga inflamasi
berkurang.
3. Indikasi(26)
Dermatosis yang disebabkan alergi, inflamasi dan pruritus.
4. Kontra Indikasi(26)
Infeksi virus, bakteri dan jamur pada kulit. akne, rosasea dan dermatitis
perioral.

K. Miconazole nitrate
Obat miconazole adalah obat anti jamur yang memiliki spektrum luas
yang efektif terhadap bermacam jenis jamur. Selain memiliki aktivitas anti
jamur obat ini juga memiliki efek bakterisidal terhadap beberapa bakteri gram
positif.
1. Monografi(1)
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau praktis putih; berbau lemah.
Titik lebur : Melebur pada suhu 178° sampai 183° disertai
peruraian.
Kelarutan : Tidak larut dalam eter; sangat sukar larut dalam air dan
15

dalam isopropanol; sukar larut dalam etanol, dalam


kloroform dan dalam propilenglikol, agak sukar larut
dalam metanol, larut dalam dimetil formamida; mudah
larut dalam dimetilsulfoksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

2. Farmakologi
Suatu turunan sintetik dari phenethyl imidazole yang mempunyai khasiat
antijamur, bekerja mempengaruhi permeabilitas jamur dengan
mengganggu biosintesa ergosterol yang mengakibatkan terganggunya
membran plasma.
3. Indikasi(26)
Dermatofitosis, mikosis dan berbagai infeksi jamur, superinfeksi km
bakteri Gr +
4. Kontra Indikasi(26)
Hipersensitif

L. Fusidic Acid/Asam Fusidat


Asam fusidat adalah sediaan topikal yang tidak tersedia di Amerika
Serikat, tetapi terdapat di Kanada dan Eropa sebagai antibakteri dalam bentuk
krim, salep, impregnated gauze.
Antibitikum dengan rumus steroid yang mirip dengan struktur asam
empedu ini dihasilkan oleh jamur Fusidicum coconecum
1. Monografi(1)
Pemerian : Serbuk hablur putih
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 5 bagian
etanol,
dalam 4 bagian kloroform dan 60 bagian eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung cahaya.
2. Farmakologi
16

Fusidate adalah suatu antibiotika yang dihasilkan oleh fusidium


coccineum. Bekerja menghambat sintesa protein pada bakteri. Zat ini
aktif terhadap gram positif, terutama bakteri stapylococcus aureus. Pada
penggunaan lokal juga aktif terhadap strepcococci, corynebakteria,
Neisseria dan Clostridia
3. Indikasi(26)
Impetigo kontagiosum, folikulitis superfisial, furunkulosis, sikosis
barbae, hidradenitis aksilrasis, abses, paronikia, eritrasma.
4. Kontra indikasi(26)
Infeksi akibat yang tidak sensitive terhadap asam fusidat terhadap
Pseudomonas aeruginosa.
M. Uji Potensi Antibiotika
Potensi antibiotika merupakan besaran aktivitas biologis dari suatu
antibiotika yang tidak dapat ditentukan secara kimia atau fisikokimia, tetapi
umumnya dilakukan secara mikrobiologi. Prinsip uji potensi antibiotik
berdasarkan Farmakope Indonesia edisi V tahun 2014 adalah melalui
perbandingan langsung antara sampel (antibiotik uji) dengan antibiotik
standar yang telah disahkan penggunaannya, terkalibrasi dengan baik, dan
umum digunakan sebagai rujukan.
Penetapan potensi antibiotika secara mikrobiologi dapat dilakukan
dengan metode lempeng silinder atau metode turbidimetri. Metode lempeng
silinder didasarkan pada difusi antibiotika dari silinder yang dipasang tegak
lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri atau lempeng, sehingga
mikroba yang ditambahkan dihambat pertumbuhannya. Penghambatan
pertumbuhan mikroba ini akan tampak sebagai diameter daerah hambat
(DDH). Metode turbidimetri berdasarkan pada penghambatan pertumbuhan
biakan mikroba dalam larutan homogen antibiotika, dalam media cair yang
dapat menumbuhkan mikroba dengan cepat bila tidak terdapat antibiotika.
Tujuan dilakukan uji potensi adalah sebagai standar untuk mengatasi
keraguan tentang kemungkinan hilangnya aktivitas (potensi) antibiotik
terhadap efek daya hambatnya pada mikroba.
17

N. Uji Mikrobiologi Sediaan Krim


1. Uji angka total mikroba aerob
Angka total mikroba aerob adalah jumlah mikroorganisme hidup
yang membutuhkan oksigen yang terdapat dalam suatu produk yang di
uji. Total Plate Count adalah suatu metode uji cemaran mikroba yang
bertujuan untuk menghitung total koloni mikroba dalam contoh padat
maupun cair dengan metode cawan tuang dan pengenceran serial.
Pada beberapa literature, metode Plate Count disebut juga sebagai :
a. Penentuan angka kuman
b. Penentuan lempeng total (PLT)
c. Angka lempeng total (ALT)
d. Uji cemaran mikroba

Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang


ada pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total
(ALT). Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob
mesofil atau anaerob mesofil menggunakan media padat dengan hasil
akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual berupa angka dalam
koloni (cfu) per ml/gram atau koloni/100ml. Cara yang digunakan antara
lain dengan cara tuang, cara tetes, dan cara sebar.

Penentuan Angka Lempeng Total (ALT) dapat dilakukan dengan dua


cara.  Pertama dengan metode agar tuang (pour plate) yaitu dengan
menanamkan contoh ke dalam cawan petri terlebih dahulu kemudian
ditambahkan media agar, kedua  metode agar sebar (spread plate) yaitu
dengan menuangkan terlebih dahulu media agar ke dalam cawan petri
kemudian contoh diratakan pada permukaan agar dengan menggunakan
batang gelas bengkok

Total Plate Count adalah suatu metode uji cemaran mikroba yang
bertujuan untuk menghitung total koloni mikroba dalam contoh padat
maupun cair dengan metode cawan tuang dan pengenceran serial.
18

2. Uji total kapang khamir


Uji total kapang khamir adalah pengujian yang dilaksanakan untuk
menghitung jumlah kapang dan khamir yang ditumbuhkan pada media
tertentu, yang apabila satu sel mikroorganime yang masih hidup
ditumbuhkan pada media yang sesuai maka sel tersebut akan berkembang
biak dan membentuk koloninya dapat dilihat langsung dengan mata pada
media yang digunakan setelah melakukan inkubasi pada suhu dan waktu
tertentu. Tujuan dari pengujian ini untuk menentukan mutu daya tahan
suatu sediaan yang diujikan.

a. Kapang

Kapang (mould/filamentous fungi) merupakan mikroorganisme


anggota Kingdom Fungi yang membentuk hifa. Kapang bukan
merupakan kelompok taksonomi yang resmi, sehingga anggota-
anggota dari kapang tersebar ke dalam filum Glomeromycota,
Ascomycota, dan Basidiomycota.

Kapang melakukan reproduksi dan penyebaran menggunakan


spora. Spora kapang terdiri dari dua jenis, yaitu spora seksual dan
spora aseksual. Spora aseksual dihasilkan lebih cepat dan dalam
jumlah yang lebih banyak dibandingkan spora seksual. Spora aseksual
memiliki ukuran yang kecil (diameter 1-10 μm) dan ringan, sehingga
penyebarannya umumnya secara pasif menggunakan aliran udara.
Apabila spora tersebut terhirup oleh manusia dalam jumlah tertentu
akan mengakibatkan gangguan kesehatan.

b. Khamir

Khamir, (yeast) adalah mikroorganisme uniseluler yang masuk ke


dalam Kingdom Fungi

Kelompok Khamir (Yeast)

1. Kelompok yeast sejati (True yeasts)


19

2. Kelompok yeast sejati pada dasarnya termasuk kedalam kelas


Ascomycetes, dengan ciri memiliki spora. Termasuk kedalam
kelompok ini adalah berbagai spesies Saccharomyces,
Schizosaccharomyces, Zygosaccharomyces, Pichia, Hansenula,
Debaryomyces dan Hanseniaspora
3. Sedangkan pada kelompok jenis yeast sejati ini spesies yang
umum digunakan dalam industri adalah Saccharomyces cerevisiae
yaitu untuk pembuatan roti, minuman beralkohol, glyserol dan
enzim invertase.

4. Kelompok yeast yang liar (wild yeast)


Kelompok yeast ini tidak mempunyai spora. Yeast liar ini
pertumbuhannya terkadang diharapkan ada yang tidak diharapkan
dalam suatu fermentasi. Termasuk dalam kelompok yeast ini
adalah Candida, Torulopsis, Brettanomyces, Rhodotorula,
Trichosporon dan Kloeckera.

3. Uji mikroorganisme spesifik bakteri Pseudomonas aeruginosa


Klasifikasi dari Pseudomonas aeruginosa sebagai berikut :
Divisio : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Spesies : Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri Gram negative (,27)
berbentuk batang, tersusun secara tunggal atau dalam rantai,(28)
mempunyai flagel tunggal atau terkadang terdiri atas 2-3 flagel,
mempunyai ukuran 0,5-1 μm x 3-4 μm,(27) mempunyai fimbriae (fibril
yang berperan dalam kolonisasi bakteri), dan mempunyai pili (fibril yang
berperan sebagai perkawinan).(29) Pseudomonas aeruginosa bersifat
20

aerobik obligat yang mudah tumbuh dengan cepat pada berbagai tipe
media, tumbuh baik pada 37-42°C, tidak memfermentasikan laktosa, dan
bersifat oksidase positif. Koloni Pseudomonas aeruginosaberbau seperti
buah-buahan dan berwarna spesifik.(27)

4. Uji mikroorganisme spesifik bakteri Staphyloccus aureus


Staphylococcus aureus merupakan bakteri fakultatif anaerob.
Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen
paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat
berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus,
menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan S.
aureus yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang
berperan dalam virulensi bakteri.(30)Pada lempeng agar, koloninya
berbentuk bulat, diameter 1-2 mm, cembung, buram, mengkilat dan
konsistensinya lunak. Pada lempeng agar darah umumnya koloni lebih
besar dan pada varietas tertentu koloninya di kelilingi oleh zona
hemolisis.(31)
Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut :
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram-Positif berbentuk
bulat berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang
tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk
spora dan tidak bergerak. Berdasarkan bakteri yang tidak membentuk
spora, maka S.aureus termasuk jenis bakteri yang paling kuat daya
tahannya. Pada agar miring dapat tetap hidup sampai berbulan-bulan,
baik dalam lemari es maupun pada suhu kamar. Dalam keadaan kering
21

pada benang, kertas, kain dan dalam nanah dapat tetap hidup selama 6-14
minggu.(31)

Anda mungkin juga menyukai