Disusun Oleh ;
S1 RK A Semester V
BOGOR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada
suhuyang sama dan dinyatakan dalam desimal. Penting untuk membedakan antara kerapatan dan
bobot jenis. Kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume.
Misalnya,satu mililiter raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL.
Jikakerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan
bilanganabstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap sebagian
besarperhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00. Sebagai
perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25 , artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air
yang setara, dan bobot jenis alkohol adalah 0,81 , artinya bobot jenis alkohol 0,81 kali bobot
volume air yang setara. (Ansel,2006)
Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan daripada air.Zat yang memiliki
bobot jenis lebih besar dari 1,00 lebih berat daripada air.Bobot jenis dinyatakan dalam desimal
dengan beberapa angka di belakang koma sebanyak akurasiyang diperlukan pada penentuannya.
Pada umumnya, dua angka di belakang koma sudahmencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau
untuk senyawa khusus dapat ditemukan dalam UnitedStates Pharmacopeia (USP) atau buku
acuan lain. (Ansel, 2006)
Bobot jenis suatu zat dapatdihitung dengan mengetahui bobot dan volumenya, melalui
persamaan berikut (Ansel, 2006)
Dalam persamaan ini, penting untuk menggunakan satuan bobot yang sama untuk pembilang
danpenyebut, umumnya gram, sehingga satuan akan hilang dan hasilnya akan berupa bilangan
abstrak. Selain itu, penting disadari bahwa karena 1 mL air dianggap berbobot 1 g, maka “bobot
sejumlah volume air yang setara” pada penyebut adalah angka numerik yang sama dalam
mililiter dan gram. Dengan demikian , jika 25 ml suatu zat berbobot 30 g, maka “volume air
yang setara” (25 mL) berbobot 25 g dan bobot jenis zat ini dapat dihitung sebagai (Ansel, 2006)
Dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, bobot volumenya atau volume bobotnya dapat
ditentukandengan menggunakan persamaan diatas. Misalnya, jika suatu zat mempunyai bobot
jenis 0,80 ,maka bobot dari 200 mL dapat dihitung sebagai (Ansel, 2006) Jika suatu zat memiliki
bobot jenis 1,20 , volume 100 g dapat dihitung sebagai: (Ansel, 2006)120
Karena air merupakan zat baku dalam perhitungan boboott jenis dan 1 mL air dianggap berbobot
1g, persamaan berikut ini dapat digunakan untuk menghitung volume dan bobot (Ansel, 2006) :
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu. Sifat ini
merupakansalah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat
fisika yangpaling definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan kemurnian
suatu zat (Martin,1993).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul
suatukomponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik “pemadatan”
(“PackingCharacteristic”). Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan gram/milimeter
(untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin, 1993).
Kerapatan dan berat jenis Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran ini
apabilamengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran
karenamenyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume
padatemperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per
sentimeter kubik(gram/cm3) (Martin, 1993).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi, yang dapat
diubahmenjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan
sebagaiperbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu
ditentukan padatemperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat
jenis, dilihat daridefinisinya, sangat lemah, akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan
relatif (Martin,1993).
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa
darisuatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4oC atau temperatur lain
yangtertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis: 25 oC/25oC,
25oC/4oC, dan4oC/4oC.
Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat ditimbang; angka dibawah garis
miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmimenggunakan
patokan 25oC /25oC untuk menyatakan berat jenis (Martin, 1993).
Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca Mohr-
Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan perhitungan didiskusikan di buku
kimiadasar, fisika dan farmasi (Martin, 1993).Rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu
obyek dengan volumenya. (Martin, 1993)
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki disebut
sifatekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat ekstensif. Suatu sifat tergantung
pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa
danvolume, adalah sifat intensif. Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk
pekerjaan ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti. (Petrucci,
1985)
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu (Lachman, 1994) :
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan tertutup.
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori
yang tertutup.
Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup. Seperti titik lebur,
titikdidih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat.
Besaran inidapat digunakan untuk pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif,
senyawa bantu dansediaan farmasi. (Lachman, 1994)
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati
cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer.
Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan
bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.
Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan
akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang terdesak.
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian
sama dan disitimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca
Mohr-Westphal adalah penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.
d. Metode areometer
Penentuan kerapatan dengan areometer berskala (timbangan benam, sumbu) didasarkan pada
pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung
ditutup dengan pelelehan.
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
1. Piknometer
2. Corong
3. Timbangan digital
4. Lap kasar dan lap halus
3.2 Bahan
1. Sampel daun ketepeng
2. Serbuk simplisia kering daun lamtoro
3. Hexane
4. Etil
5. Air
BAB IV
METODE KERJA
5.1 Hasil
Hasil Pengamatan dan perhitungan bobot jenis daun lamtoro :
Penentuan bobot jenis daun lamtoro dengan cara yaitu timbang Piknometer kosong, lalu
tambahkan ekstrak daun lamtoro, kemudian timbang Piknometer beserta sampel tadi. Hasil yang
di dapatkan pada hexana+lamtoro menghasilkan bobot jenis sebesar 0,7084 gram. Lalu air
ditambah lamtoro menghasilkan bobot jenis sebesar 0,9556 gram dan terakhir etil + lamtoro
menghasilkan bobot jenis sebesar 0,8996 gram.
Penentuan bobot
jenis daun ketepeng
dengan cara
timbang Piknometer
kosong, lalu
tambahkan ekstrak
daun ketepeng,
kemudian timbang
Piknometer beserta
sampel tadi. Hasil
yang di dapatkan
pada hexana + ketepeng menghasilkan bobot jenis sebesar 0,726 gram. Lalu air ditambah
ketepeng menghasilkan bobot jenis sebesar 0,9084 gram dan terakhir etil + ketepeng
menghasilkan bobot jenis sebesar 0,7824 gram.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Di siapkan dahulu alat dan bahan sebelum memulai praktikum
Lebih memperhatikan kebersihan alat setelah selesai di gunakan
DAFTAR PUSTAKA
Sutini Puji. 2013. Penuntun Praktikum Instrumen Dan Teknik Pengukuran. Palembang :
Politeknik Negeri Sriwijaya. Yuniar,dkk. 2012. Modul Instrumen Dan Teknik Pengukuran.
Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.
Http://winonalappy.wordpress.com/2011/10/18/laporan-praktikum-berat-jenis/6
http://serbamurni.blogspot.com/2012/02/laporan-berat-jenis.html
Ansel, Howart C . 1989 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Jakarta : Universitas Indonesia.
Lachman, Leon. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jilid III.Edisi III. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Ditjen POM . 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI,.
Anief, M . 2003 . Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik . Yogyakarta : UGM-Press.
R. Voight . 1994 . Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Kelima . Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.