Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Irene N Rambing

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043822949

Kode/Nama Mata Kuliah : MKWU4103

Kode/Nama UPBJJ : 71/Surabaya

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TERBUKA


TUGAS 1. MKWU4103

1. Dalam kekristenan terdapat suatu istilah yaitu Tritunggal yang seringkali disalah
mengertikan oleh banyak orang, karena di anggap bahwa umat kristiani memiliki tiga
Tuhan yang mereka sembah. Namun sebenarnya bukanlah tiga Tuhan melainkan tiga
pribadi didalam satu tubuh, yang biasa diistilahkan Tritunggal. Sebenarnya Tritunggal
sendiri pada dasarnya bukanlah suatu istilah yang berasal dari dalam Alkitab sendiri,
melainkan kesimpulan dari ahli-ahli Theologia etika membahas tentang pengakuan
iman. Jadi Tritunggal adalah sebuah istilah yang diberikan ahli-ahli theologia untuk
menjelaskan tiga pribadi didalam satu tubuh, bukanlah untuk menggambarkan
kebesaran-Nya, tetapi justru menceritakan tentang karya keselamatan-Nya.

(https://www.youtube.com/watch?v=1I9FeAwUrU4)

2. Pada awalnya hubungan manusia dengan Allah telah rusak diakibatkan manusia yang
sering tidak taat dengan Allah, tetapi karena kasih karunia-Nya (Yohanes 3:13), Ia
menyerahkan anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus untuk memperdamaikan
Kembali hubungan antara manusia dan Allah, dengan cara mati dikayu salib untuk
menebus dosa manusia. Namun Yesus Kristus turun kedunia tidak hanya sebagai anak
Allah melainkan mengambil rupa sebagai manusia (Filipi 2:6-7). Artinya Yesus Kristus
100% Allah dan 100% manusia. Hal ini menjelaskan bahwa Yesus Kristus juga sama
seperti kita manusia, yang juga dapat merasakan penderitaan, kesakitan, pencobaan
dll. Namun ditenggah itu Ia tetap taat akan perintah Allah. Sehinggah dapat menjadi
teladan bagi uamat manusia.

3. (Kejadian 1:26-27) Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya,


(Kejadian 2:6-7) Allah membentuk manusia dari debu tanah kemudian
menghembuskan nafas hidup kedalam hidungnya. (Kejadian pasal 1), 1:3 Berfirmanlah
Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi. Dapat dilihat bahwa manusia diciptakan
dengan cara yang berbeda dari ciptaan yang lainnya. Allah menciptakan ciptaan lainya
dengan cara berfirman, sedangkan manusia diciptakan Allah dengan tanggan-Nya
sendiri. Artinya manusia memiliki nilai tersendiri dari Allah (spacial). Allah
menciptakan manusia segambar dan serupa dengan Allah, artinya manusia memiliki
kesamaan dengan Allah. sebenarnya apa yang dimiliki Allah haruslah dimiliki manusia
(karakter Allah, teladan Allah, dll). Juga yang tidak disukai Allah harusnya tidak disukai
manusia (Dosa). Manusia adalah wakilnya Allah, maka dari itu manusia haruslah
mencerminkan pribadi Allah dalam hidupnya. Karena lewat hidupnyalah Allah dapat
dikenal.

4. 1) Menjauhkan sikap memandang muka


Sebagai pengikut Kristus kita diajarkan tentang kasih, dimana kita harus
mengasihi sesama kita sama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Karena
pada dasarnya Allah sendiri sudah terlebih dahulu mengasihi kita jadi sebagai
gambar dan rupa-Nya kita juga harus bisa mengasihi sesam kita dengan cara
tidak memandang muka. Seperti yang diketahui bahwa manusia diciptakan
segambar dan serupa dengan Allah artinya bukan hanya kita yang segambar
dan serupa dengan Allah melainkan sesama kita juga. Jadi kalua kita masi
memiliki prinsip memandang muka artinya kita bukan hanya tidak menghargai
sesame kita, melainkan kita juga tidak menghargai karya/ciptaan Tuhan yang
mulia.

2) Berjalan mengampuni yang bersalah


Tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat dosa, semua manusia pasti
pernah berbuat dosa karena pada dasarnya manusia memang sudah berdosa.
Maka dari itu perlu bagi kita umat manusia untuk selalu mengakui dosa kita
dihadapan Allah dan meminta pengampunan-Nya. Namun bukan hanya
diajarkan untuk mengakui dan meminta ampun melainkan juga diajarkan
untuk memberi dan melepaskan pengampunan terhadap orang yang bersalah.
Berbicara tentang mengampuni, hal ini sangatlah penting dalam kehidupan
kita, mengapa? Karena Allah menghendaki kita untuk saling mengasihi.
Bagaimana kita bisah mengasihi kalua kita sendiri tidah memberi
pengampunan. Allah sendiri memberi teladan kepada kita dengan berkata “Ya
Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”
(Luk 23:34). Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengampuni,
melainkan berikanlah pengampunan terhadap orang yang bersalah.

3) Belajar untuk tidak melalukan pembalasan


Membalas kejahatan dengan kejahatan bukanlah suatu hal yang dikehendaki
Allah melainkan membalas kejahatan dengan kebaikanlah yang merupakan
satu hal yang diperintakan Allah, untuk kita lakukan pada saat berada dalam
permasalahan. Allah tidak pernah mengajarkan atau memerintahkan kita
untuk membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan Allah mengajarkan
kita untuk berdoa untuk mereka yang menganiaya kita. Kita sebagai manusia
tidak berhak untuk membalas orang yang menganiaya kita. Tugas kita sebagai
manusia hanyalah berdoa dan mengasihi mereka. Soal pembalasan, itu adalah
bagian-Nya Tuhan.

4) Belajar untuk tidak menghakimi


(Matius 7: 1-2) menjelaskan bahwa ukuran yang kita pakai untuk mengukur
orang lain akan diukurkan kembali kepada kita juga. Artinya janganla kita
saling menyalahkan dan mencari kesalahan orang lain, sementara diri kita
sendiri melakukan kesalahan yang samah atau bahkan perbuatan yang jauh
lebih berat. Jadi belajarlah untuk mengoreksi diri terlebih dahulu sebelum
mengemukakan kesalahan sesama (Matius 7:3).
5. Masyarakat Sejahtera, Beradap dan Tranformatif, jika dilihat itu berbicara tentang
banyak hal, kita sendiri pun merasakan hal tersebut. Seperti halnya dengan
kesejahteraan tidak hanya berbicara soal materi saja melainkan juga menyangkut jiwa
dan roh seperti yang dinyatakan dalam Alkitab. Sejahtera, beradap dan transformative
memiliki peran dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan kita
perlu untuk mewujudkan masyarakat yang beradap, sejahtera dan transformative,
karena hal itu adalah panggilan hidup orang percaya untuk membangun seluruh aspek
kehidupan manusia secara holistic.

6. Norma adat dan budaya lokal yang bertentanga dengan HAM. Terutama Ketika hal itu
berhubungan dengan kewajiban setiap masyarakat atau kegiata wajib masyarakat.
Bahkan masih juga terdapat konflik horizontal dalam masyarakat, yang seharusnya
hanyalah konflik sepeleh kemudian menjadi konflik yang lebih serius.

Anda mungkin juga menyukai