Susunan Acara
1. Pembukaan
3. Sambutan Kepala Sekolah oleh Bpk. H. Muh. Ali Ahsin, S.Ag. M.Si
5. Pemaparan materi tentang workshop budaya kerja SMK Sultan Fattah Demak
6. Tanggapan / Diskusi
1. Pada hari Senin, 01 November 2021 di Ruang aula SMK Sultan Fattah Demak telah
diselenggarakan Workshop Budaya Kerja di SMK Sultan Fattah Demak dalam rangka
2. Acara dimulai pukul 08.00 – 12.00 Wib dibuka oleh Moderator Bpk. Acka Nurun
Tajalla, S.Pd dan dihadiri oleh seluruh dewan guru SMK Sultan Fattah Demak.
- Budaya kerja merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki oleh siswa,
untuk mempersiapkan mentalnya dalam dunia kerja yang akan dating, untuk itu
siswa perlu diajarkan dengan contoh penerapan konsep tentang budaya kerja.
- Budaya kerja disusun sekolah bersama IDUKA agar supaya siswa dapat memahami
bekerja nanti.
Dibutuhkan komitmen yang tinggi agar pendidikan vokasi mampu menghasilkan lulusan
yang kompeten dalam bidang literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia sebagai
tenaga kerja produktif dan profesional yang diakui secara nasional dan internasional.
Ciri budaya kerja di industri adalah budaya kerja yang produktif, disiplin, peduli,
tanggungjawab, dan jujur dengan sikap kerja yang benar agar selamat dan sehat dalam
bekerja. pendidikan vokasi, dengan berbagai kondisi dan situasi yang ada, membuat
siswa menjadi kurang dapat beradaptasi dengan tempat kerjanya kelak. Budaya kerja
pendidikan vokasi masih belum terdapat keselarasan, kesesuaian dan kecocokan antara
budaya kerja yang dibutuhkan di dunia industri dengan ketersediaan lulusan pendidikan
vokasi. Salah satu sebabnya adalah karena proses belajar mengajar belum mengarah
kepada pemenuhan kebutuhan pasar kerja, dan hal ini membuat serapan lulusan menjadi
agak rendah. Pengetahuan tentang proses produksi, mesin dan alat produksi, kualitas
produksi masih kurang mencukupi kebutuhan industri. Keterampilan kerja juga masih
keterampilan kerja dengan selamat, sehat, dan nyaman masih jauh dari harapan,
misalnya kebiasaan dalam menerapkan K3 dan 5S. Kekurang lengkapan ini ternyata ada
di peningkatan pengetahuan kerja, keterampilan kerja, dan terutama di sikap kerja. Sikap
kerja yang baik akan menimbulkan perilaku kerja yang aman, sehat, dan produktif.
Perilaku kerja yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan kerja yang baik, sesuai
kebutuhan dunia kerja. Kebiasaan kerja yang sudah terinternalisasi dan dilakukan secara
mandiri, otomatis, tanpa harus diperintah atau diberi hadiah, akan menjadi karakter
kerja. Karakter kerja yang sama dimiliki oleh sekelompok Strategi Penerapan Budaya
Kerja Industri 7 Pekerja atau sekelompok siswa dalam komunitas kerja tertentu, atau
pendidikan vokasi tertentu disebut budaya kerja. Budaya kerja adalah soft skill yang
dimiliki oleh sekelompok calon pekerja (yang di pendidikan vokasi) agar mampu
mengoptimalkan hardskill nya dalam produksi. Profil lulusan pendidikan vokasi yang
memiliki budaya kerja selaras dengan permintaan dunia industri dan atau dunia usaha,
yang sesuai kebutuhan dunia industri dan dunia usaha, sebagai dunia kerjanya kelak.
Keberadaan budaya kerja sangat ditentukan oleh keyakinan seseorang terhadap sesuatu
yang dianggap baik. Keyakinan muncul karena adanya persepsi yang positif, yang
biasanya dipengaruhi oleh perilaku atasan atau seseorang yang dianggap senior di
lingkungan kerjanya. Persepsi ini akan menentukan bagaimana seseorang bersikap,
menerima, menolak, senang, atau tidak senang, setuju, tidak setuju, ingin mengikuti atau
tidak. Sikap inilah yang turut menentukan tingkat kemauan untuk berperilaku. Aspek
lainnya adalah norma yang berkembang di lingkungan kerja, yaitu tentang apa yang baik
atau tidak, untuk dilakukan seseorang di kelompok tersebut. Norma bisa muncul secara
masyarakat setempat, lingkungan bermain atau bergaul, dan di keluarga. Keluarga yang
menanamkan kerapian dan kebersihan biasanya akan memiliki anak yang rapih dan
bersih. Seseorang yang menganggap penting untuk melakukan norma tersebut, berarti
secara subjektif telah menerima dan berkeinginan untuk melakukan, agar diterima dalam
kelompok kerja. Norma biasanya terkait dengan tata nilai atau values tertentu misalnya
norma kebersihan. Tata nilai dalam budaya kerja industri yang minimal harus sudah
diterapkan di pendidikan vokasi adalah 5S atau 5R, terdiri atasringkas, rapi, resik
(bersih), rawat dan rajin. Merubah tata nilai menjadi perilaku yang mudah dipahami,
sebaiknya melalui kesepakatan dengan siswa, guru, dan orang tua. Tata nilai yang lain
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja di industri antara lain adalah jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli dan kerjasama tim kerja. Hubungan dengan pelanggan misalnya
salam, sapa, sopan, santun, senyum, semangat. Proses penemuan kesepakatan dan
penjabaran tata nilai menjadi kata kunci perilaku dapat menggunakan pendekatan diskusi
(SOP/rule of conduct), yang ditujukan kepada guru, siswa dan orang tua. Kesepakatan
tersebut harus diwujudkan berupa komitmen tertulis. Misalnya bersih merupakan bagian
dari iman, bersih akan membuat kita menjadi nyaman dan senang,serta sehat. Seseorang
yang sudah merasakan manfaat dari situasi dan kondisi yang bersih, cenderung akan
mengikuti norma tersebut melalui perilaku tertentu. Sikap, norma, dan tata nilai akan
mendorong timbulnya kemauan untuk berperilaku tertentu. Perilaku tersebut yang 8
Strategi Penerapan Budaya Kerja Industri sudah menjadi kebiasaan dan diyakini melalui
proses internalisasi, serta dilakukan dengan kemandirian secara ikhlas, disebut karakter
(bersih) yang dimiliki seseorang tersebut. Sebagai contoh karakter bersih adalah perilaku
LISA (Lihat Sampah Ambil), begitu lihat sampah langsung ambil, dan dibuang pada
tempatnya, yang bersangkutan juga tidak akan pernah membuang sampah sembarangan.
Seseorang yang disebut berkarakter bersih yang kuat, jika bersedia membantu dan atau
perkantoran, pergudangan, kamar mandi, mesin di bengkel praktik, peralatan dan sarpras
tempat praktik kerja, laboratorium, taman, dan lain-lain yang terkait dengan sarana
prasarana, lingkungan kerja, dan penampilan diri pribadi (contextual). Penerapan 5R dan
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) serta antisipasi terhadap bencana. Hal tersebut
utama (task), misal terampil mengelas, akan semakin profesional dan dibutuhkan dunia
kerja jika sekaligus terampil dalam menata serta merawat peralatan, juga merapikan dan
membersihkan tempat kerja secara rutin, dengan didukung dokumentasi atau database
yang lengkap yang selalu dilaporkan. Perilaku yang bersifat (contextual) mendukung
keterampilan utama dalam produksi kerja antara lain adalah bagaimana berperilaku
sopan, santun, dan peduli kepada para pelanggan. Pelanggan ini terdiri atassesama siswa,
orang tua siswa, guru, teknisi, pegawai pendidikan vokasi dan mitra kerja yang lain
seperti pemerintah daerah, industri serta dari dunia usaha. Perilaku kerja harus didukung
fasilitas yang memadai seperti halnya sarana, prasarana yang akan mempermudah
penerapan pedoman atau tata tertip tersebut di atas. Misalnya perilaku bersih, berarti
tersedia tempat pembuangan sampah, sapu, dan peralatan pendukung kebersihan yang
lain. Poster himbauan tentang pembuangan sampah pada tempatnya atau pelarangan
membuang sampah sembarangan. Secara operasional tahapan pembudayaan kerja di
lingkungan pendidikan vokasi yang selaras dengan budaya kerja industri adalah sebagai
berikut: 1. Analisis kebutuhan industri dan pendidikan vokasi; Analisis kebutuhan siswa
dan orang tua; 2. Penyusunan tata nilai yang sesuai dan selaras dengan kebutuhan dunia
usaha dan dunia industri; 3. Proses meyakinkan dan komitmen bahwa tata nilai tersebut
penting dan layak diterapkan di pendidikan vokasi; 4. Menyusun tata tertip atau
pedoman perilaku bagi siswa, guru dan pendampingan oleh orang tua; Strategi
Menyusun mekanisme penyempurnaan tata nilai dan tata tertib secara berkelanjutan
sesuai perubahan tuntutan dunia kerja; 8. Melengkapi sarana prasarana dan peralatan
Acara Workshop penguatan karakter budaya kerja SMK Sultan Fattah Dema Pusat
Keunggulan di tutup dengan doa yang di pimpin oleh Bpk. Samsul Ma’arif, S.Pd.I.
Megetahui,
Kepala SMK Sultan Fattah Demak Notulis