Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

METODOLOGI STUDI ISLAM


“Kajian Hadist dalam Studi Islam”

DOSEN PEMBIMBING
Jiyanto, S.Pd.I., M.Pd.I

DISUSUN OLEH
Muna Zayyan Hanifah
Rodhini Nur Baiti
Shafiyah Siti Mahmudah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


INSTITUT ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM
SURAKARTA
KATA PENGANTAR
ْ ‫ْ َّ الر ٰ ْ َّ ه اّٰلل‍م‬
‫ب‬
ِ ‫مِحي ِن‍م‍حِ الر ِ ِس‬
ّ ّ ّ ّ‫ من يهده اّٰلل‬,‫ّآت اعمالنا‬
‫‍إن‬ ّٰ
‫ ونعوذ بالل الحمد ّٰلل لة ومن‬,‫ِ من شرور انفسنا ومن سي نحمده ونستعينه و نستغفره‬ ‫فال‬
ّ
‫يضلله فال هادي ل ه‍مضل‬

ّ ّ ّ
‫وأشهد أن اّٰلل‍أشهد ان ال اله إال‬
ّ ّ
‫دا رسول اّٰلل‍محم‬

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhaanahu wa ta’ala karena dengan nikmat dan
rahmatNya kami masih diberi kesempatan untuk menimba ilmu hingga saat ini. Shalawat serta
salam kami ucapkan kepada Sayyidinaa Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga,
sahabat, dan ummatnya sampai akhir zaman.
Tidak lupa kami ucapkan Jazaakumullohu Khoiron kepada Ustadz Jiyanto, S.Pd.I, M.Pd,I selaku
dosen mata kuliah Metodologi Studi Islam yang telah memberikan ilmu dan beberapa arahan
mengenai pembuatan makalah ini.

Tujuan ditulisnya makalah ini antara lain untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Metodologi Studi Islam serta untuk menambah wawasan penulis dan pembaca sekalian tentang
studi ilmu Hadist, kedudukan serta fungsinya bagi kita semua.
Kata maaf kami ucapkan karena adanya kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah
ini. Maka dari itu, adanya kritik dan saran kami persilahkan. Kami harap makalah ini dapat
bermanfaat untuk penulis ataupun pembaca sekalian.

Surakarta, Oktober 2021

Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hadist merupakan salah satu dari pedoman umat islam dalam beragama setelah kitab suci Al
Qur’an. Dalam mengambil suatu hadist sebagai pedoman atau dalil syara’ tertentu, tentunya
sangat dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu hadist itu sendiri. Baik dari segi
pengertian, unsur, pembagian, dan lain sebagainya. Maka dari itu, kami menyajikan makalah ini
untuk membantu menjelaskan studi ilmu hadist secara ilmiah dan membahas kedudukan serta
fungsi hadist.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Fungsi Hadist
b. Kedudukan Hadist
c. Studi Hadist secara Ilmiah

C. TUJUAN
a. Mengetahui fungsi hadist terhadap beberapa aspek
b. Mengetahui kedudukan hadist
c. Memahami studi hadist secara ilmiah
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. FUNGSI HADIST
FUNGSI HADIST DALAM SYARI’AT ISLAM
A. Sebagai penejelas yang otentik terhadap AlQur’an
B. Menetapkan hukum yang tidak ada nashnya dalamAlQur’an
C. Sebagai dalil bahwa suatu ayat dapat di nasakh oleh ayat lain
FUNGSI HADIST TERHADAP ALQUR’AN
Al-Qur’an memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global, yang perlu dijelaskan dan
diperinci lebih lanjut. Dalam hal ini hadits berfungsi sebagai penjelas dari Al-Qur’an. Hal ini
sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nahl 44
َ َ ُّ ُ ‫َّ َ ّ َ ُ ْ ّ َ ْ َٓا َ ْ َ ْ َ َۗو‬ َ ُ ّ َ َ ْ ‫ْ َّ َ َ َ ْ ُ َّ َ َ َ ْم‬
‫ِتلرِ ك‍الذك‍ي ِال‍ن‍ل‍زن‍ا ِ ِرب‍الزِت و‬
َ ‫‍ب‬‫‍ي‬
‫ِن‬ ‫للن‬ِ ‫ما‬ ‫ِس‬ ‫ن‍و ُرك‍ف‍ت‍ي‍م‍ه‍ل‍ع‍ل‍و ِه‍يِالِ ل‍زا ن‬
ٰ ‫نّ َ ْال‬
‫ِ‍ي‍ب ِ‍ب‬

44. “ (Kami mengutus mereka) dengan (membawa) bukti-bukti yang jelas (mukjizat) dan kitab
kitab. Kami turunkan aż-Żikr (Al-Qur’an) kepadamu agar engkau menerangkan kepada manusia
apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.”

Fungsi hadits sebagai penjelas terhadap Al-Qur’an dapat diperinci sebagai


berikut: A. BAYAN ATTAQRIR

Bayan at Taqrir disebut juga bayan at Ta’kid dan bayan al-Isbat. Yaitu menetapkan dan
memperkuat apa yang telah diterangkan di dalam Al-Qur’an. Fungsi hadits dalam hal ini hanya,
memperkokoh isi kandungan AlQur’an.

Seperti contoh ayat Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 6 tentang keharusan berwudlu sebelum
shalat,
ْ َ ْ ُ ْ ُ ‫ُ ْ ُء‬ ْ َ ْ َ ْ ِۗ ٰٓ َ ُّ َ َّ ْ َ ٰ َ ُ ْ ‫َ ْ ُ ْ ُ َٓا‬
‫مِسك‍و ِرا ب‍وحسَ‍ام‍و‬ ‫الصَّ ِال‍م‍ت‍م‍ا ق ِاذون‍م‍انِ‍ذي‍ا ال‍ه‍ي‍اي ِن‍ي‍ب‍ع‍ك‍ى‬
ٰ ‫َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ُ َ ْ ُ ُ ْ ُ ْ َو‬ َْ ََ ْ ُ َ ُ ْ َ
‫الِال‍م‍ك‍ل‍ج‍راو‬
ِ‫ِافقرَم‍ى الِال‍م‍ك‍دي‍ي‍اوم‍ك‍ه‍وج‍ا ووِسل‍اغ ِة ف‍لى‬
ِ

6. “ Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka
basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua
kakimu sampai kedua mata kaki”

Ayat di atas ditaqrir oleh hadits Nabi riwayat Bukhari dari Abu Hurairah yang berbunyi:
2
‫قال رسول هلال صلى هلال عليه وسلم التقبل صالة من أحدث حتى يتوضأ‬

“Rasulullah bersabda: Tidak diterima shalat seseorang yang berhadats sebelum ia berwudlu.”

Contoh lain ayat Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 185 tentang puasa
ُ َ َ ْ َ َ ْ ُ ُ َّ ْ َ ْ َُ ْ
‫‍ف‬
ِۗ ‫‍فره‍الش‍م‍كِمنِ ده‍ش‍ن‍م‬
َ ‫ه‍مص‍ي‍ل‬
185. Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada
bulan itu, berpuasalah.

Ayat di atas ditaqrir oleh hadits riwayat muslim dari Ibnu Umar yang berbunyi, ‫إذا رأيتموه فصوموا‬
‫واذا رأيتموه فأفطروا‬

“...... Apabila kalian melihat (ru’yah) bulan, maka berpuasalah,begitu pula apabila melihat
(ru’yah) bulan itu maka berbukalah.”

B. BAYAN ATTAFSIR
Yaitu penjelasan hadits terhadap ayat-ayat yang memerlukan perincian atau penjelasan lebih
lanjut, seperti pada ayat-ayat yang mujmal,, mutlaq, dan ‘aam. Fungsi hadits dalam hal ini
memberikan perincian (tafshil) dan penafsiran terhadap ayat-ayat yang masih mutlak dan
memberikan takhsis terhadap ayat-ayat yang masih umum.
Sebagai contoh merincikan ayat mujmal/ringkas ialah ayat-ayat tentang perintah Allah untuk
َ َ َ ‍‫ْ‍ك ‍ه‬
mengerjakan shalat yang bersifat global, dalam Surat Al-Baqoroh ayat 43 ‫نِ ِعي‍ ‍الرع‍ا‬
َ َ ْ َُّ ٰ َ َٰ ُ َّ ٰ َ َ ْ َ ُ ْ
‫م‍وع‍ك‍ارووةك‍وا الزت‍اووةلوا الص‍مِ‍قي‍او‬

43. “Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.”
Maka Rasul menafsirkan dan menjelaskan pada hadist Riwayat bukhari dari Malik bin
Huwairits
‫ صلوا كما رأيتموني أصلى‬...
“Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat...”.
Dari perintah shalatnya, sebagaimana dalam hadits tersebut, Rasul kemudian memberinya contoh
yang dimaksud secara sempurna. Bahkan bukan hanya itu, beliau melengkapinya dengan
berbagai kegiatan lainnya yang harus dilakukan sejak sebelum shalat sampai dengan sesudahnya.

3
Contoh hadist yang mentaqyid/membatasi ayat yang bersifat Mutlaq, seperti dalam Surat Al
Maidah ayat 38
َ ََّ ُ ََّ ‫ٌ ْي َ ‍ه‍ َ ه‍ َ ّ ً َ َ َ َ َ ً َ َ َ ُ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ ُ َق‬
‫ِمبً ۤ‍اءزا ج‍م‍هِ‍دي‍يٓا اوع‍ط‍اق‍ف‍ة ِارالس‍وِ قارالس‍و‬ ِ ِ ۗ ‫ع ‍اّٰلل‬
َ ‫‍و ‍اّٰللِ ن‍ا م‍ال‍ك‍ا ن‬
ۢ ‫‍بس‍اك‬ ‍ُ ‫ح‍ز ِز‬
ٌ ْ
‫مِ‍كي‬

38. “ Laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai balasan
atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Allah Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana.”
Maka Rasul menjelaskan dalam hadist riwayat muslim
‫ال تقطع يد السارق اال في ربع دينار فصاعدا‬
“Tangan pencuri tidak boleh dipotong, melainkan pada (pencurian senilai) seperempat dinar atau
lebih” Hadits diatas men-taqyid ayat al-Qur’an yang mengharamkan semua bangkai dan darah.

ۚ
Contoh hadist yang mentakhsis/mengkhususkan ayat umum, seperi Surat AnNisa ayat 11

‫َ ُ ْ مث َ َّ ْ ُا َ ْ َْ ا ‍ه‬ ُْ ْ َ َ ْ
ُِ ‫ن‍ي‍ي‍ث‍ن‍اِ الظ ّ ح‍ل ِ ِرك ِللذم ِدك‍ل‍و ٓي ِ ‍ف‬
ُ ْ ْ ُُ
‫اّٰلل‍م‍كِ‍صي‍وي‬
11. Allahmensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak
anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak
perempuan.
Maka Rasul mengkhususkan dalam hadist Riwayat Ahmad
‫اليرث القاتل من المقتول شيأ‬
“Pembunuh tidak berhak menerima harta warisan”.

C. BAYAN ATTASYRI’
Kata tasyri’ artinya pembuatan, mewujudkan atau menetapkan aturan atau hukum. Yaitu
penjelasan hadist yang berupa mewujudkan, mengadakan atau menetapkan suatu hukum atau
aturan-aturan syara’ yang tidak didapati nashnya dalam al-Qur’an. Rasulullah berusaha
menunjukkan suatu kepastian hukum terhadap beberapa persoalan yang muncul pada saat itu
dengan sabdanya sendiri.
Suatu contoh hadis tentang kewajiban zakat fitrah yang berbunyi
‫إن رسول هلال صلى هلال عليه وسلم فرض زكاة الفطر من رمضان على الناس صاعا من تمر أو‬
‫صاعا من شعير على كل حر أو عبد ذكر أو أنثى من‬
‫(المسلمين)رواه مسلم‬

“Sesungguhnya Rasul telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulan Ramadhan
satu sukat (sha’) kurma atau gandum untuk setiap orang, baik merdeka atau hamba,
4
laki-laki atau perempuan.” (HR. Muslim)
D. BAYAN ANNASKH
Kata an-nasakh secara Bahasa bisa berarti al-ibtal (membatalkan), atau al izalah
(menghilangkan), atau at-tahwil (memindahkan), atau at-taghyir (mengubah). Menurut ulama
mutaqaddimin yaitu dalil syara’ yang datangnya kemudian (menghapus ketentuaan yang
‫ا‬
terdahulu). Contoh hadist yang menaskhkan ayat Al Qur’an surat Al Baqoroh ayat 180 ِ
ُ َ ‫َ ْي ْ َ ْ َ و ْ َال َ ْ ُ َّ َ ْال ً ْ َ َ َ َ ْ ْ َ ْ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ ع‬
‫ِبرق‍اال ِن‍ي ِدو ِلل‍ةِصي‍و ۨا ۖ ري خ‍ر ك ت ِانتُ‍وم ال‍م‍ك‍دح ارض‍ا ح ِاذم‍ك‍ي‍ل ِب‍ت‍ك ا‬ َ ‫ب‍ن‬
ًّ ْ َ ْ ْ َ
‫ح‍ف‍و ُرع‍م‍ل‬‍ِ ۚ‫ق‬
َ َ َ ْ ُ َّ ْ
‫‍ع‬
ِۗ ‫نِقي‍ت‍م‍ى ال‍ل‬
180. “Diwajibkan kepadamu, apabila seseorang di antara kamu didatangi (tanda-tanda) maut
sedang dia meninggalkan kebaikan (harta yang banyak), berwasiat kepada kedua orang tua dan
karib kerabat dengan cara yang patut (sebagai) kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa.”
Ayat itu dinaskhkan hadist Riwayat Ahmad & Al arba’ah(kecuali annasa’i) dari abu umamah ‫إ‬
ّ ‫ق‬
‫ّن هلال قد أعطى ك ّل ذي ح ّ ٍّ حق‍ه فال وصيّة‬

‫لوار ٍّث‬
“Sesungguhnya Allah telah memmemeberikan kepada setiap orang yang memiliki hak akan
hartanya. Maka tidak ada wasiat untuk ahli waris.”
2. KEDUDUKAN HADIST
Dari segi kekuatannya, Hadist menempati kedudukan setelah Al Qur’an dalam sumber ajaran
Islam. Keharusan mengikuti hadist dalam umat Islam, baik berupa perintah maupun larangan
sama halnya dengan kewajiban mengikuti Al Qur’an. Karena Al Qur’an berkualitas qath’iy
secara global saja, tidak secara rinci. Di samping itu al Qur’an merupakan pokok, sedang sunnah
merupakan cabang posisinya menjelaskan dan menguraikan. Kedudukan hadist sebagai sumber
ajaran Islam dapat dilihat dari beberapa dalil
a. Al Qur’an. Banyak ayat Al Qur’an yang menerangkan tentang kewajiban untuk beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya. Iman kepada Rasul sebagai utusan Allah merupakan satu
keharusan karena merupakan bagian dari rukun iman. Allah juga menyerukan agar
mentaati segala bentuk perundang-undangan dan peraturan Rasulullah, baik berupa
perintah maupun perundang-undangan tuntutan taat dan patuh kepada Allah.
َ َ ُ ُّ ْ ٰ ‫ْي‬ ‍‫ْ َّ َ َ ْ َ َ ْ ُ َ ه‬
‫ن ِفرك‍ب الِ‍ح‍ا ي‍ل‬ ‫ف‍ول‍وتِنا ۚف‍ل‍وس‍الرَّ َو ‍وا‬
َ َّ ‍‫ه‬ ُ َْ ْ ُ
َ‫‍اّٰللِناا‬ ‫اّٰلل‍عِطي‍ال‍ق‬

32.Katakanlah (Nabi Muhammad), “Taatilah Allah dan Rasul(-Nya). Jika kamu berpaling,
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (AL-MAAIDAH)
5
ٰٓ َ ُّ َ َّ ْ َ ٰ َ ُ ْ َ ْ ُ ‍‫ه‬
‫ى‬
َ ‫ي‬ ِ ّٰ
‫‍وا الل‍عِطيٓا اون‍م‍ان‍ذي‍ا ال‍ه‍ي‍ا‬
َ
ََ ْ ُ ُ ْ َ َ ُ ‫ُ ْ ُّ ْ َي ْ َي ش ْ ُ ْ َ َ َ ْ َفْ ُ ْ‍من ْ َ ْى ال‬
‫ِول‍اول‍وس‍وا الرَّ عِطي‍ا ِو‬ ‫ِف‍م‍ت‍ع‍ازن‍تِنا ۚ‍م‍كِ ِرم‍ا‬ ‫ال‍ه‍ود ُر ٍء ف‬
‍‫ً ْي ْ َ ُ ْ َ َّ ٌ ْ َ َ ٰ ۗ ِذ ٰ ْ ْ َ ْ َ هاّٰلل َ ْ ُ ْ ُ ْ ُ ْ ُ ْ‍ان ْ ُ َ ه‬
ࣖ‫‍نس‍ح‍اوري‍خِ‍لك ِخراِم ال‍وي‍الِ و ِب‍ن‍وِم‍‍ن‍ؤت‍م‍ت‍ن‍كِ ِل‍وس‍الرَِّ و ‍اّٰلل‬
َ ‫ال ِوأت‬
59. “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta
ululamri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu,
kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah
dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan di
akhirat).” (ANNISA)
َ ْ ُّ ‫ً ْ َ ْم ْ َ َ َ ٰ ْ َْ َ َ َ ‍ه‍ َ َ ْ َ َ ه‍ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ‍ط‬
‫‍م‬
ِۗ ‫اظِفي‍ح ِه‍ي‍ل‍ع‍ك‍ن‍لس‍رٓا ام‍ى ف‍ ‍ل‍وت‍ن‍م َۚ‍و ‍اّٰلل‍اع‍ط‍ادق‍ف‍ل‍وسِ ِع الرَّي‍ن‬
80. “Siapa yang menaati Rasul (Muhammad), maka sungguh telah menaati Allah. Siapa yang
berpaling, maka Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad) sebagai pemelihara mereka.”
(ANNISA)
ُْ ْ َ
‫اِعق‍ال‍دِدي‬
َ َ ٰ ٰ ُ ُ ُ ْ ُ َ ُ ُ ْ ُ َ َ َ ٰ ُ ْ َ ْ ُ َ ْ َ ُ ْ َ َّ ُ ‍‫‍ه‍ َِّۗ ‍ه‬
َ‫ش ‍اّٰللِاَ‍ن ‍وا اّٰلل‍ق‍ات ۚ‍واوه‍ت‍ان‍ف‍ه‍ن‍ع‍م‍ىك‍ه‍ا ن‍م‍وه‍وذخ‍ف‍ل‍وس‍الرَّم‍ىك‍تٓا ام‬
‍َ
‫ب ِو‬

7.”Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah. Apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah.
Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (ALHASYR)
b. Hadist Nabi. Pentingnya mentaati perintah dalam hadist nabi sallallahu ‘alaihi wasallam
sebagai pedoman hidup disamping Al Qur’an. Rasulullah bersabda
‫ كتاب هلال وسن ة رسوله‬:‫تركت فيكم أمرين لن تضلوا ما تمسكتم بهما‬

“Telah aku tinggalkan padamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selama berpegang teguh
pada keduanya: (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah RasulNya”
(H.R.Malik;AlHakim;AlBaihaqi;IbnuNashr;IbnuHazm)
‫فعليكم بس ّنتي وسنة خلفاء الراشدين المهديّين ع ّضوا عليها بالنواج ذ‬

“Berpegang teguhlah kalian dengan sunnahku dan sunnah khulafaurraasyidin yang mendapatkan
petunjuk (dalam ilmu dan amal). Pegang teguhlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian”
(H.R. Abu Daud;AtTirmidzi;IbnuMajah)
c. Ijma’ Umat Islam telah mengambil kesepakatan bersama untuk mengamalkan sunnah.
Hal ini mereka anggap sejalan dengan memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya. Kaum
muslim menerima hadits seperti mereka menerima Al-Qur’an, karena keduanya sama
sama dijadikan sebagai sumber hukum Islam.
d. Sesuai dengan petunjuk akal Kerasulan Nabi Muhammad. Ini menunjukkan adanya
pengakuan, bahwa Nabi Muhammad membawa misi untuk menegakkan amanat dan Dzat
yang mengangkat karasulan itu, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala.
6
3. STUDI HADIST SECARA ILMIAH
HADIST DAN RUANG LINGKUPNYA
A. Pengertian Hadist
Secara etimologi, hadis adalah kata benda (isim) dari kata at-Tahdis yang berarti
pembicaraan. Secara terminologi, hadist menurut pendapat ulama hadist (Mahmud Tahhan)
adalah
‫ما أضيف إلى النبي صلى ّلال عليه وسلم من قول أو فعل أو تقرير أو صفة‬
“Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik berupa perkataan atau perbuatan atau persetujuan
atau sifat”.
B. Sinonim Hadist

• SUNNAH
Secara Bahasa sunnah berarti )‫) السيرة و الطريقة‬artinya jalan (yang baik) dan sejarah. Seperti
dalam hadist nabi sallallahu ‘alaihi wasallam
ً ً ّ
ّ‫ ومن س ّن س‍نّ‍ة سيّئةمن س ّن في اإلسالم س‍نّ‍ة حسنة‬,‫فله أجرها وأجر من عمل بها‬.‫فعليه وزرها و وزر من عمل بها‬

“Barang siapa mencontoh dalam Islam sunnah yang baik maka baginya pahala sunnah dan
pahala orang yang melakukannya, dan barang siapa mencontoh sunnah yang buruk maka atasnya
dosa sunnah dan dosa orang yang melakukannya” H.R. MUSLIM
Secara istilah menurut para muhadditsin,

‫بعدها‬
ّ ‫ سواء كان قبل البعثة أو‬,‫ ِخلقية أو ُخلقية أو سيرة‬:‫ي من قول أوفعل أو تقرماأثر عن النب ير أو صفة‬.
“Jejak nabi dari perkataan, perbuatan, tindakan, ataupun sifat : baik itu sebelum kenabian atau
setelahnya.”
Secara istilah menurut fuqoha,
‫ وال محرم والمكروه‬,‫ ليس بفرض وال واجب‬:‫ اي‬,‫ هذا الشيء سنّة‬:‫ فيقال‬,‫ما ليس بواجب‬.
“Apa-apa yang bukan wajib. Maka dikatakan: ini sesuatu yang sunnah, yaitu yang bukan
diharuskan dan tidakdiwajibkan,tidak diharamkan dan tidak dibenci.”
Adapun sunnah menurut kebanyakan para salaf lebih luas pengertiannya,
‫ و يقابلها البدعة‬,‫ أو العبادات‬,‫موافقة الكتاب وسنّة رسول ّلل و اصحابه سواء في امور اإلعتقاد‬.
“Sesuai dengan kitab dan sunnah Rasulullah dan para sahabatnya, baik dalam perkara keyakinan
ataupun ibadah, dan kebalikannya adalah bid’ah.”

7
• KHABAR
Secara Bahasa khabar berarti )‫) النباء‬artinya berita. Secara Istilah yang semakna dengan hadits,
maka definisinya sama dengan definisi al hadits. Secara Istilah dalam pendapat lain, khabar
yaitu apa yang datang dari selain Nabi (lebih umum dan lebih luas daripada hadist).
• ATSAR
Secara Bahasa atsar berarti lebihan/sisa dari sesuatu. Secara Istilah yang semakna dengan hadist,
maka definisinya sama dengan definisi al hadist. Secara Istilah dalam pendapat lain, segala yang
disandarkan kepada para sahabat atau tabi’in dari perkataan ataupun perbuatan.
C. Bentuk Hadist berdasarkan Pengertian

• HADITS QOULI
Yaitu segala perkataan Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam yang berisi berbagai petunjuk syara’,
peristiwa / kisah yang berkaitan dengan aqidah, syari’ah,dan akhlaq. Adapun contoh hadits qouli
...‫ )رواه البخاري و مسلم‬....‫(إنما األعمال بالنيّات و إنّما لك ّل امرإ مانوى‬
“….sesungguhnya seluruh amalan itu berdasarkan niatnya dan sesungguhnya setiap orang akan
memperoleh sesuai apa yang diniatkannya..” (H.R. BUKHARI & MUSLIM)

• HADITS FI’LI
Yaitu segala perbuatan Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam yang dijadikan contoh/teladan, dalil
untuk penetapan suatu hukum syara’ atau pelaksanaan suatu ibadah. Adapun contoh hadits
fi’li
ّ TAQRIRI
‫ا رأيتموني أصل‬
ّ
“….Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku ..... ‫ )رواه البخاري( وا كم‬..... ‫صل ي‬
shalat….” (H.R. BUKHARI) • HADITS

Yaitu ketetapan Nabi sallalahu ‘alaihi wasallam terhadap apa yang terjadi / dikemukakan para
sahabat dengan mendiamkan/membiarkan perbuatan tersebut (tanpa membedakan dengan jelas
benar dan salahnya perbuatan tersebut). Adapun contoh hadits taqriri

‫"ال يصلين‬.....‫ وقال‬.‫ ال نصلي ح‍تّ‍ى نأتيها‬:‫ فأدرك بعضهم العصرفي الطريق فقال بعضهم‬,"‫في بني قريضة‬
‫ فذكر ذلك للنبي صلى هلال عليه و سلم فلم يعنّف واحدا‬.‫ بل نصلي لم يرد منّا ذلك‬:‫احد العصرإالّ بعضهم‬
‫ )رواه البخاري‬.‫(منهم‬
“….’janganlah seorang pun melakukan shalat ashar kecuali di perkampungan bani quraidzah’.
Maka Sebagian sahabat melaksanakan shalat ashar di perjalanan, Sebagian mereka berkata,
‘kami tidak melaksanakan shalat hingga kami sampai di perkampungan tersebut’. Dan Sebagian
yang lain mengatakan, ‘justru kami melakukan shalat (pada waktunya), (karena) beliau tidak
memaksudkan yang demikian pada kami.’ Kemudian perbedaaan tersebut disampaikan pada
Nabi dan Nabi tidak menyalahkan siapapun diantara mereka.” (H.R. BUKHARI)
8
D. Struktur Hadist

• SANAD (Rantai Penutur)


Secara Bahasa berarti Al-Mu'tamad. Karena sebuah Hadis disanadkan kepadanya dan berpegang
dengannya. Secara Istilah adalah rangkaian perawi untuk sampai kepada matan Hadis.

• MATAN (Redaksi Hadist)


Secara Bahasa berarti apa-apa yang bangkit dari bumi. Secara Istilah adalah apa-apa yang
terputus darinya suatu sanad dari perkataan.

• MUKHARRIJ (Rawi)
Seacara Bahasa berarti kharraja (mengeluarkan). Menurut para ahli hadist, yang dimaksud
adalah orang yang berperan dalam pengumpulan hadist. Dapat disebut mukharrij 11iwaya ia
menginformasikan sebuah hadist (lisan/tulisan) dengan sanad lengkap sebagai bukti yang bisa
dipertanggung jawabkan tentang kesejarahan transmisi hadist.
Yang pasti mukharrij merupakan perawi (orang yang menginformasikan) terakhir dalam silsilah
mata rantai sanad, sehingga dapat dipahami bahwa mukharrij/mukhrij adalah perawi hadist.
ULUMUL HADIST
Secara garis besar, ilmu hadist terbagi menjadi dua bagian
1. Ilmu Hadis Riwayah
Ilmu Hadis Riwayah ialah ilmu yang memfokuskan kepada pemindahan
kata-kata Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam ,perbuatan, riwayat, penjagaan dan
penulisannya. 2. Ilmu Hadis Dirayah
Ilmu Hadis Dirayah ialah ilmu yang membantu mengetahui hakikat riwayat,
syarat syarat, bagian-bagian serta hukum-hukumnya. Juga membantu
mengetahui keadaan perawi, syarat-syarat perawi dan perkara-perkara yang
berkaitan dengannya .
Cabang ulumul hadist, ada 6
1. IImu Rijalil Hadis : Ilmu yang membahas tentang para perawi hadis, baik dari sahabat,
tabi’in, maupun dari angkatan sesudahnya .
2. Ilmul Jarh Wat Ta’dil : Ilmu yang menerangkan tentang catatan-catatan yang
dihadapkan pada para perawi dan tentang penakdilannya (memandang adil para perawi)
dengan memakai kata-kata yang khusus dan tentang martabat-martabat kata-kata itu.
3. IImu Illail Hadis : Ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata,
yang dapat mencacatkan hadis baik dari sisi sanad maupun matannya.
4. Ilmu nasikh wal mansuh : Ilmu yang menerangkan hadis-hadis yang sudah
dimansuhkan dan yang menasihkannya.
5. Ilmu Asbab Wurud al-Hadis : Ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi yang
menurunkan sabdanya dan masa-masanya Nabi menurunkan itu.
9
6. Ilmu Talfiqil Hadis : Ilmu yang membahas tentang cara mengumpulkan hadis-hadis
yang isinya berlawanan.
ILMU MUSTHOLAH HADIST
Yaitu ilmu tentang dasar dan kaedah yang dengannya diketahuhi kondisi sanad dan matan
ditinjau dari diterima dan ditolaknya.
Ditinjau dari banyaknya jalan periwayatan, hadist terbagi menjadi dua
1. Hadist Mutawattir

Diriwayatkan oleh jumlah yang banyak disetiap tingkatan sanad, secara kebiasaan
tidak akan bersepakat untuk berdusta.

• Mutawattir Lafdzi & Maknawi (mutawattir lafadz & makna)


• Mutawattir Maknawi (mutawattir makna tanpa lafadz)

2. Hadist Ahad
• Masyhur : diriwayatkan oleh 3 orang/lebih, tapi belum sampai derajat mutawattir.
(Secara bahas ada 4; masyhur di kalangan Ahli hadist, Fuqoha, Awam, Ahli nahwu) •
Aziz : diriwayatkan oleh 2 orang.
• Gharib : diriwayatkan oleh 1 orang.
(Terbagi menjadi 2; Gharib Mutlak & Gharib Nisbi)

Ditinjau dari diterima / ditolaknya, hadist terbagi menjadi dua

1. Diterima
• Shahih : sanad bersambung dengan perowi yang adil, dhobit, tidak syadz, tidak illat. •
Shahih Lighairihi : hadist hasan yang mempunyai jalan lain yang menguatkan. • Hasan
: sanad bersambung dengan perowi yang adil, tidak syadz, tidak illat, namun kurang
dhobit.
• Hasan Lighairihi : hadist yang lemahnya ringan dan dikuatkan oleh jalan lain yang
serupa.

2. Ditolak
• Disebabkan gugurnya sanad, terbagi menjadi 7

Mu’allaq (gugur diawal sanad)


Mursal (gugur diakhir sanad)
Mu’dhol (gugur 2 terakhir sanadnya)
Munqothi’ (terputus sanadnya)
Mudallas (terdapat perowi mudallis)
10
Mursal Khofi (bertemu dalam satu masa, tapi tidak mendengar & meriwayatkan

darinya) Mu’an’an (diriwayatkan dengan lafadz ‘an)

• Karena cacat perawinya, terbagi menjadi 2

Berhubungan dengan keadilan : dusta, tertuduh berdusta, fasiq, bid’ah, majhul.


Berhubungan dengan kedhobitan : buruk hafalan, lalai, banyak wahm, fuhsyal
gholat, mukholafah.

Ditinjau dari yang disanadkan kepadanya, hadist terbagi menjadi 4


1. Qudsi
Secara Bahasa dinisbahkan pada kata alquds, artinya suci (maksudnya Allah
mensucikannya). Secara istilah adalah hadist yang diriwayatkan oleh Nabi sallallahu ‘alaihi
wasallam dari Allah, disebut juga hadist Rabbani dan hadist ilahi. Adapun bentuknya ada
2:

• Hadist yang diakhir sanadnya disebutkan


ّ
‫ى هلال عليه و سلم فيما يرويه عن ربّه ع ّز وجلقال رسول هلال صل‬
• Hadist yang diakhir sanadnya disebutkan
ّ
‫ قال هلال تعالىقال رسول هلال صل‬: ‫ى هلال عليه وسلم‬

2. Marfu’
Secara Bahasa dari kata rofa’a, artinya tingii. Secara istilah adalah hadist yang
dinisbahkan kata-kata, perbuatan, pengakuan atau sifat kepada Nabi baik sanadnya
bersambung atau tidak. Adapun jenisnya ada 2 :

• Marfu’ Tasrihi : Hadis yang dinisbahkan kata-kata, perbuatan, sifat atau pengakuan
kepada Nabi secara jelas.
• Marfu’ Hukmi : Hadis yang tidak dinisbahkan kepada Nabi (tidak jelas sebagaimana
katanya) Sabda Rasulullah/telah lakukan atau dilakukan ketika bersama Rasulullah

3. Mauquf
Secara Bahasa dari kata alwaqfu, artinya berhenti. Secara istilah adalah hadist yang
dinisbahkan kata-kata atau perbuatan kepada sahabat baik sanadnya bersambung
atau tidak.
4. Maqtu’
Secara Bahasa dari kata qoto’a, artinya terputus. Secara istilah adalah hadist yang
dinisbahkan kata-kata atau perbuatan kepada sahabat ataupun bukan sahabat, taabi’in
kecil atau besar baik sanadnya bersambung atau tidak. Kadang dinamakan hadist
mauquf berdasarkan pada hubungannya.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Alhamdulillah dengan izin Allah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun kesimpulan
yang dapat diambil dari materi yang telah kami sampaikan pada makalah ini diantaranya:
1. Fungsi hadist beragam, yang utama yaitu terhadap Al Qur’an sebagai taqrir, tafsir, tasyri’,
dan naskh.

2. Pentingnya kedudukan hadist sebagai pedoman kedua umat Islam setelah Al Qur’an.

3. Hadist adalah suatu hal yang perlu dipelajarai dan dipahami dengan benar karna terdapat
beberapa pengertian, persamaan, perbedaan, dan pembagian didalamnya.

B. DAFTAR PUSTAKA
Khusniati Rofiah, M.Si. 2017. Studi Ilmu Hadist. Ponorogo: IAIN PO Press. Dr. Zakarsih,
M.Ag. 2012. Pengantar Studi Hadist. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Dr. Mahmud Thohan.
2002. Taisiir Mustholah Alhadist. Almaktabah Assyaamilah. Syaikh Muhammad bin Shalih
al Utsaimin. Mustholah Alhadist. Almaktabah Assyaamilalah. Abdussalaam bin Salim bin
Roja Assihimiyy. 2005. Kun Salafiyyan ‘ala Al Jaddah. Mesir. Mar’ah Khopipah.
ACADEMIA.

Abu Yahya Badrussalam. cintasunnah.com


muslim.or.id
rumaysho.com
almanhaj.or.id

Anda mungkin juga menyukai