MAKALAH PKN KELOMPOK 5 Fix Banget
MAKALAH PKN KELOMPOK 5 Fix Banget
BERNEGARA”
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
M. Farhan Ramadhan
TANGERANG
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang dengan rahmat serta izin-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam juga tidak lupa kami
ucapkan untuk Nabi yang telah membawa kebaikan serta cahaya untuk kita semua yaitu
Rasulullah SAW. juga kepada para sahabat, pengikut dan orang-orang yang berada dijalan-
Nya hingga akhir zaman.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Terselesaikannya makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karna itu, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbingdan juga rekan rekan yang sudah membantu kami dalam menyelesaikan makalah
ini. Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak dengan
melimpahkan rahmat, berkah dan karunia-Nya.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat di makalah ini. Baik
dari segi isi maupun penulisan, untuk itu kami menerima kritik dan saran yang membangun
sebagai perbaikan dan pembelajaran untuk kami dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan kabaikan bagi semua pihak yang
membaca dan memahami karya ini.
Tangerang,
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................................2
Daftar Isi.........................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
BAB III...............................................................................................................................................13
PENUTUP....................................................................................................................................13
Simpulan....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSAKA.....................................................................................................................15
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Pancasila Sebagai Sistem Nilai Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara ?
2. Bagaimana Pancasila Sebagai Dasar Etika Kehidupan Berbangsa dan Bernegara ?
3. Bagaimana Macam-Macam Etika Berbangsa dan Bernegara ?
4. Bagaimana Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa ?
5. Bagaimana Pancasila Sebagai Karakter Bangsa?
4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Pancasila Sebagai Sistem Nilai Kehidupan Berbangsa
dan Bernegara
2. Untuk mengetahui Pancasila Sebagai Dasar Etika Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara
3. Untuk mengetahui Macam-Macam Etika Berbangsa dan Bernegara
4. Untuk mengetahui Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa
5. Untuk mengetahui Pancasila Sebagai Karakter Bangsa
5
BAB II
PEMBAHASAN
Nilai pancsila tentu juga tidak lepas dari nilai, moral, dan norma. Berikut adalah pengertian
nilai, moral, dan norma
1. Nilai
Secara termiologi, nilai dapat diartikan sebagai harga dalam arti takaran, harga
sesuatu, angka kepadatan, kadar mutu. Dan sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau
berguna bagi kemanusiaan. Misalnya, nilai-nilai agama. Sedangkan secara etimologi,
nilai merupakan sesuatu yang kita alami sebagai ajakan dari panggilan untuk dihadapi
yang mendorong kita untuk melaknsanakan dan bertindak serta membangkitkan keaktifan
kita. Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa cara pelaksanaan atau
keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau
keadaan akhir yang berlawanan.
Danandjaja (1934-2013) mengatkan bahwa nilai adalah pengertian yang dimiliki
seseorang akan sesuatu yang lebih penting maupun kurang penting, apa yang lebih baik
dan kurang baik, dan juga apa yang lebih benar dan apa yang salah. Sedangkan Dedy
Mulyana mendefinisikan nilai sebagai suatu keyakinan dan rujukan untuk menentukan
pilihan. Dengan demikian, nilai adalah sebuah konsepsi dari apa yang diinginkan dan
mempengaruhi seseorang dalam menentukan tindakan terhadap cara dan juga tujuan yang
ingin dicapai.
Dalam konteks kehidupan bangsa Indonesia, nilai dasar tersebut tercerin di dalam
Pancasila yang secara eksplisit tertuang dalam UUD 1945. Nilai ini bersifat sangat
fundamental dan instrumental, yang merupakan manivestasi dari nilai dasar, yaitu pasal-
pasal UUD 1945, perundang-undangan, ketetapan, dan peraturan-peraturan lainnya yang
berfugsi menjadi pedoman atau petunjuk bagi masyarakat.
6
2. Moral
Secara etimologis kata moral berasal dari kata mos, yang berarti cara, adat stiadat
atau kebiasaan. Sedangkan bentuk jamaknya adalah mores. Kata moral ini mempunyai
arti yang sama dengan kata etos, yang menurunkan kata etika. Dalam bahasa Arab, kata
moral mengandng pengertian yang sama dengan akhlak, yaitu budi pekerti. Sedangkan
dalam bahasa Indonesia, moral berarti kesusilaan.
Secara umum, moral adalah suatu hukum tingkah laku yang diterapkan kepada
setiap individu untuk dapat bersosialisasi dengan benar agar terjalin rasa hormat dan
menghormati. Kata moral selalu mengacu pada baik dan buruknya perbuatan manusia.
Jadi, moral dapat diartikan sebagai tindakan seseorang untuk menilai benar dalam
cara hidup seseorang mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Yaitu pengetahuan
dan wawasan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab.
Dengan demikian, secaraekplisit, moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan
sosialisai individu. Tanpa moral, manusia tidak dapat bersosialisai dengan baik.
Sebabmoral adalah ukuran dari perbbuatan, tingkah laku dan ucapan seseorang dalam
berinteraksi dengan orang lain. Apabila perbuatan seseorang dalam berinteraksi denga
orang lain. Apabila seseorang sesuai dengan tata nilai yang berlaku di suatu masyarakat,
maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik. Begitu juga sebaliknya. Karena moral
merupakan produk dari budaya dan agama, maka setiap komunitas memiliki stadar moral
yang berbeda-beda, sesuai dengan sitem nilai yang berlaku di masyarakat.
Berdasar penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa moral adalha suatu
keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan kesepakatan sosial,
yang mendasari tindakan atau pemikiran. Jadi, moral sangat berhubungnan dengan benar-
salah, baik-buruk, keyakinan, diri sendiri, dan lingkungan sosial
3. Norma
Norma ialah kaidah, ketentuan, aturan, kriteria, atau syarat yang mengandung
nilai tertenti yang harus dipatuhi masyarakat dalam berbuat, bertingkah laku dan
berinteraksi sosial dalam berbuat, bertingkah laku dan berinteraksi antarmanusia sehingga
terbentuk masyarakat yang tertib, teratur dan aman.
Norma jugabisa diartikan sebagai suatu petunjuk atau juga patokan perilaku yang
benar dan pantas dilakukan saat berinteraksi sosial dalam suatu masyarakat. Singkatnya
norma yaitu sekumpulan aturan informal yang mengatur interaksi manusia. Bisa juga
diartikan sebagai pedoman, ketentuan dan acuan yang menjadi milik masyarakat untuk
mengikuti dan mematuhi serta mengakui, mematuhi dan mengakui pedoman tersebut.
7
Norma merupakan autran berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat sehingga
berisi perintah atau larangan, aturan ini bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat
yang aman, terib dan damai. Bagi individu atau kelompok masyarakat yang melanggar
norma-norma yang berlaku di masyarakat, maka akan dikenakan sanksi yang berlaku,
baik hukum maupun sosial. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa norma memiliki
kekuatan dan sifatnya memaksa sehingga manusia wajib tunduk pada peraturan tersebut.
Dalam sosiologi, norma adalah aturan tidak tertulis yang mengatur perilaku individu di
dalam kehidupan sosial dan telah mempengaruhi bagaimana seseorang
berperilaku.footnote
Sila-sila pancasila adalah suatu sistem nilai yang saling berhubungan dan saling
ketergantungan secara sistematik. Oleh karena itu, yang berkaitan dengan nilai-nilai etikan
yang terkandung dalam pancasila merupakan sekumpula nilai yang diangkat dari prinsip nilai
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Nilai-nilai tersebut berupa nilai realigious,
nilai adat istiadat, kebudayaan dan setelah disahkan menjadi dasar negara yang terkandung di
dalamnya nilai kenegaraan.
Dalam kedudukannya sebagai dasar filsafat negara, maka nilai-nilai pancasila harus
disebutkan dalam suatu norma yang menjadi pedoman dalam melaksanakan
penyelenggaraan kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Terdapat dua macam norma
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,yaitu norma hukum dan norma moral atau etika.
Sebagai suatu norma hukum positif, maka pancasila dijabarkan dalam suatu peraturan
perundang-undangan yang jelas. Hal itu secara kongkrit dijelaskan dalam tertib hukum
Indonesia. Namun dalam pelaksanaannya memerlukan suatu norma moral yang merupakan
dasar pijak pelaksanaan tertib hukum di Indonesia. Bagaimanapun baiknya suatu perundang-
undangan, kalau tidak dilandasi oleh moral yang luhur, maka dalam pelaksanaannya akan
melahirkan satu ketidak adilan bagi kehidupan manusia.
Selain itu, secara kausalitas pancasila bersifat objekif dan subjektif. Artinya pancasila
memiliki nilai-nilai esensi yang universal, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Sehingga kemungkinan dapat diterapkan pada negara lain. Artinya
jika suatu negara menggunakan prinsip filosofi bahwa negara berketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan, maka negara tersebut pada hakikatnya menggunakan
dasar filsafat dari nilai sila-sila pancasila.
Nilai pancasila bersifat objektif karena, pertama, hakekat makna rumusan sila-sila
pancasila menunjukan adanya sifat-sifat umum universal dan abstrak, karena merupakan
suatu nilai. Kedua, inti dari nilai-nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam
kehidupan bangsa Indonesia. Ketiga, pancasila yang terkandung dalam pembukaan UUD
1945, menurut ilmu hukum memenuhi syarat sebagai pokok kaidah yang fundamental negara
8
sehingga suatu sumber hukum positif di Indonesia. Oleh karena itu, dalam hierarki suatu
tertib hukum Indonesia, pancasila berkedudukan sebagai tertib hukum yang tertinggi. Maka
secara objektif tidak dapat diubah secara hukum sehingga terlekat pada kelangsungan hiidup
negara. Sebagai konsekuensinya, jika nilai-nilai pancasial itu diubah maka sama halnya
dengan pembubaran negara Indonesia.
Nilai-nilai pancasila tersebut bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, dasar serta
motifvasi dalam segala perbuatan, baik dalam kehiupan sehari-hari, maupun dalam
kehidupan kenegaraan. Dengan kata lain, bahwa nilai-nilai pancasila merupakan das sollen
atau cita-cita tentang kebaikan yang harus diwujudkan menjadi suatu kenyataan atau das
sein.
Di era sekarang ini, tampaknya kebutuhan akan norma etika untuk kehiudpan
berbangsa dan bernegara masih perlu bahkan sangat penting untuk ditetapkan. Hal ini
tercipta dengan keluarnya ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang etika kehidupan
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat yang merupakan penjabaran nilai-nilai pancasila
sebagai pedomandalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku yang merupakan cerminan
dari nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan yang sudah mengakar dalam kehidupan
bermasyarakat.
Etika ini bertentanga dengan dari rasa kemanusiaan yang mendalam denga
menampilkan kembal sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai,
saling mencintai, dan tolong-menolong di antara sesama manusia dan masyarakat. Selain
itu juga menghidupkan kembali budaya malu, yaitu malu untuk berbuat kesalahan dan
semua yang bertentanga dengan moral agama dan nilai-nilai budaya bangsa.
9
2. Etika Pemerintahan dan Politik
Etika ini bermaksud untuk mewujudkan pemerintahan yang efisien dan efektif serta
menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bertanggung jawab, menghargai
perbedaan, tanggap akan aspirasi rakyat, jujur dalam persaingan, dan menjunjung tinggi
hak asasi manusia.
Etika ini bertujuan agar prinsip prilaku ekonomi baik oleh pribadi, instusi, ataupun
keputusan dalam bidang ekonomi dapat melahirkan ekonomi dengan kondisi yang baik
dan realitas.
Etika ini bertujuan agar penegakan hukum adil, perlakuan yang sama dan tidak
diskriminatif terhadap setiap warga negara di hadapan hukum, dan menghindari
penggunaan hukum secara salah dan tidak adil sebagai alat kekuasaan.
Etika ini diwujudkan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai ilmu pengetahan dan
teknologi agar mampu berpikir kritis, rasional, logis dan objektif. footnote
Etika dan moral bagi manusia dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat, senantiasa, bersifat relasional. Hal ini berarti bahwa etika serta moral
yang terkandung dalam pribadi, namun secara relasional senantiasa memiliki hubungan
dengan yang lain, baik kepada tuhan yang maha esa maupun kepada manusia lainnya.
10
D. PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA
Pandangan hidup bukanlah timbul seketika ataupun dalam waktu yang sngkat, tetapi
dalam waktu yang lama dan proses terus menerus sehingga hasil peikiran itu dapat di uji
kenyataannya, serta dapat diterima ole akal, dan diakui kebenarannya. Dan atas dasar
tersebut, manusia menerima hasil pemikiran itu sebgai pegangan, pedoman, arahan, atau
petunjuk yang dapat disebut sebagai pandangan hidup.
Dalam pergaulan hidup, terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-
citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan suatu
bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Dengan demikian, pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia juga harus berdasarkan pada Bhineka Tungal Ika yang
merupakan asas pemersatu bangsa sehingga tidak boleh mematikan keanekaragaman.2
Hakikat Bhineka Tunggal Ikasebagai perumusan dalam salah satu penjabaran arti dan
makna Pancasila menurut Notonegoro adalah bahwa perbedaan itu adalah kodrat bawaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang MahaEsa, namun perbedaan itu bukan untuk
dipertentangkan dan diperuncingkan. Tetapi, perbedaan itu untuk dipersatukan, disintesakan
dalam suatu sintesa yang positif dalam suatu negara kebersamaan, negara persatuan
Indonesia.
1
Ibid, hal. 62
2
Misbah Ulmunir, Pendidikan Pancasila, Pradigma, Yogyakarta, 2006, hal. 11
11
E. PANCASILA SEBAGAI KARAKTER BANGSA INDONESIA
Karakter bangsa adalah “sifat yang melekat pada bangsa secara keseluruhan yang
terlihat dari pikir dan tingkah laku yaitu kultur/budaya atau nilai yang dianut olah warga
masyarakat untuk menjadi pedoman dalam bertingkah laku”. Berdasarkan pendapat di atas
karakter bangsa dapat terbangun melalui budaya tersebut di kristalisasikan dan melahirkan
suatu pandangan hidup bersama yang kita kenal dengan pancasila. Sehingga keberadaan
nilai-nilai pancasila bertujuan agar bangsa indonesia mampu bersikap dan bertingkah laku
dengan sepatutnya sehingga mampu mengantar bangsa menuju kesuksesan hidup sesuai
dengan cita-cita bangsa.
Kesuksesan hidup suatu bangsa tergantung bagaimana bangsa tersebut dapat membawa
diri sesuai dengan cita-cita yang didambakannya, serta mampu untuk mengantisipasi secara
tepat tantangan zaman. Dengan demikian sumber karakter adalah belief system yang telah
terpatri dalam sanubari bangsa, serta tangangan dari luar sehingga membentuk sikap dan
perilaku yang akan mengantar bangsa mencapai kehidupan yang sukses. Bagi bangsa
Indonesiabelief system ini tiada lain adalah pancasila yang didalamnya terdapat konsep,
prinsip dan nilai yang merupakan faktor endogen bangsa Indonesiadalam bentuk
karakternya.3
Dengan bahasa lain, karakter bangsa merupakan “kualitas perilaku kolektif kebangsaan
yang unik-baik tercermin dalam kesadaran, pemahan, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan
bernegara dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau
sekelompok orang”. Disitulah bahwa internalisasi nilai merupakan proses penanaman dari
diri sendiri. Akan tetapi, stimulus dari proses penanaman nilai dari diri sendiri dapat
dilakukan melalui pintu intitusional yakni melalui instuti kelembangan yang ada misalnya
sekolah, keluarga, dan wadah-wadah kemasyarakatan yang dibentuk oleh sendiri oleh
anggota masyarakat. Internalisasi nilai juga dapat dilakukan melalui pintu personal yaitu
melalui pintu perorangan khususnya para pengajar (pendidik). Dalam proses internalisasi
yang dikaitkan, yaitu: 1) tahap tranformasi nilai, merupakan suatu proses yang dilakukan
oleh pendidik dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik. Pada tahap
internalisasi, hanya terjadi komunikasi verbal antara pendidik dan peserta didik secara
searah/monolog; 2) tahap transaksi nilai, suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melalukan
komunikasi dua arah antara pendidikan dan peserta didik atau bersifat interaksi timbal balik;
dan 3) tahap transinternalisasi, dilakukan bukan hanya komunikasi verbal tapi juga sikap
mental dan kepribadian.4
Sehingga individu “peserta didik” yang telah dijiwai oleh sila-sila pancasila
melaksanakan nilai-nilai berikut; a) karakter yang bersumber dari olah hati, antara lain
3
Sulistyarini,pengembangan karakter berbasis pancasila melalui pendidikan kewarganegaraan, Jurnal Bhineka
Tunggal Ika, volume 2, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 5.
4
Muhaimin, strategi belajar mengajar, (Surabaya: Citra Media, 1996), hlm.153.
12
beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati,
berani, mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik; b)
karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu,
produktif, berorientasi iptek dan reflektif; c) karakter bersumber dari olah raga antara lain:
bersih, sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif,
kompetitif, ceria, dan gigih; d) karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain,
kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, rumah, hormat, toleran,
nasionalis, peduli, komopolit, mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air, bangga
menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.5
Pembangunan karakter bangsa sudah menjadi harga mati pada masa-masa sekarang ini.
Perilaku-perilaku yang menyimpang yang telah memenjadi kebiasaan hanya dapat
dihilangkan secara tuntas dengan mengubah pola pikirdan karakter seseorang. Cukup sulit
untuk menentukan parameter yang sesuai terlebih denga kemajemukan bangsa Indonesia
yang terdiri dari bermacam-macam etnis, agama, budaya, dan sebagainya.
Saat inilah semestinya kita kembali pada nilai-nilai luhur bangsa yang terkandung dalam
Pancasila. Pada hakikatnya, pendidikan Pancasila adalah upaya sadar diri suatu masyarakat
dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi
penerusnya, selaku warga masyrakat, bangsa, dan negara secaraberguna dan bermakna, serta
mampu mengantisipasi hari depan mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan
konteks dinamika budaya, bangsa, negara, dan hubungan internasionalnya. Berdasarkan UU
No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 2 menyatakan bahwa
“pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”. Undang-Undang Dasar 1945
mengamanatkan “pemerintahmengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional”, dapat diartikan bahwa kurikulum pendidikan nasional seharusnya adalah untuk
memperkokoh sikap cinta tanah air atau nasionalisme. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan
nasional seharusnya membudayakan pikiran ketunggal-ikaan di tengah realita kemajemukan
atau kebhinekaan Indonesia.
5
Sulistyarini, Pengembangan Karakter...., hlm. 7.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
14
Hartati Sri, 2020, Konsep Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Indonesia,
Pasuaran, CV. Penerbit Qiara Media
Rohani Edi, 2019, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Wonosobo, Gema Media
15