Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

KITAB AL-TAHARAH (BERSUCI)

Disusun oleh:
1. Natasya Puspita Sari ( 2106016076 ) Dosen
Pengampu :
Dr. H. Amin Farih, M.Ag

ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi
agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Semarang, 9 September 2021

Natasya Puspita Sari

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Bersuci Dengan Air .......................................................................... 3
B. Wudlu Dan Mandi Wajib.................................................................... 8
C. TAYAMMUM dan Pekerjaan Yang Dilarang Karena Hadas………………9

BAB III
ANALISIS........................................................................................... 24

BAB IV
PENUTUP ........................................................................................... 26
A. Kesimpulan ......................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya, manusia harus terlebih
dahulu bersuci atau disucikan. Allah mencintai sesuatu yang bersih dan
suci. Dalam hukum Islam bersuci dan segala seluk beluknya adalah
termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting terutama karena
diantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang
yang akan melaksanakan sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula
badan, pakaian dan tempatnya dari najis. Dalam kehidupan sehari-hari
kita tidak terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor dan najis sehingga
thaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri
sendiri agar sah saat menjalankan ibadah.

Sebagai mana kita ketahui bahwa unsur utama yang harus di penuhi
untuk memenuhi syarat-syarat ibadah seperti sholat dan lain sebagai
nya hendak lah di awali dengan bersuci. Bersuci adalah syarat utama
untuk mendirikan sholat atau thawaf di baitullah al-haram. Bersuci
bukan hanya menjadi pintu gerbang utama dalam melakukan ibadah
kepada Allah SWT. berwudhu, mandi junub atau tayammum adalah
cara bersuci yang allah terangkan dalam al qur’an dengan jelas.

Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam thaharah, kita sebagai


muslim harus dan wajib mengatahui cara-cara bersuci karna bersuci
adalah dasar ibadah bagi ummat islam, dalam kehidupan sehari-hari kita
tidak terlepas dari hal-hal yang kotor sehingga sebelum memulai
aktifitas kita menghadap tuhan atau

1
beribadah haruslah dimulai dengan bersuci baik dengan cara berwudhu,
mandi maupun bertayammum. kalau kita melihat dan membaca dengan
teliti hamper seluruh kitab-kitab fiqih akan diawali dengan bab thaharah
ini menunjukan kan kepada kita betapa thaharah menjadi hal yang
mendasar dan menjukkan kepada kita betapa pentingnya masalah
thaharah ini.

Namun, walau pun menjadi hala yang mendasara bagi ummat islam
namun masih banyak dari ummat islam yang tidak faham tentang
thaharah, najis-najis dan jenis-jenis air yang di gunakan untuk bersuci.
makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih ibadah
sekaligus mudah-mudahan dapat membuat teman-teman Perbandingan
Mazhab paham masalah yang mendasar ini dan media belajar dan
mempelajari masalah- masalah thaharah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian?
2. Sebutkan pembagian thaharah?
3. Sebutkan macam-macam air dan pembagiannya?
4. Benda apa sajakah yang najis?
5. Sebutkan pembagian najis?
6. Bagaimana cara-cara bersuci dari hadas dan najis?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dibahasnya
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui tentang thaharah.

2
2. Ingin mengetahui pembagian thaharah.
3. Ingin mengetahui macam-macam air dan pembagiannya.
4. Ingin memahami benda-benda yang menyebabkan najis.
5. Ingin mengetahui pembagian najis.
6. Memahami cara-cara bersuci dari hadas dan najis.
7. Guna memenuhi tugas mandiri ilmu fiqh.

BAB II
PEMBAHASAN

A. BERSUCI DENGAN AIR


Bersuci merupakan kegiatan membersihkan diri dari segala jenis najis.
Bersuci yang kita bahas kali ini adalah metode bersuci menggunakan air.
Wudhu merupakan salah satu kegiatan bersuci yang menggunakan air
bersih.

Ketika berwudhu ada sebuah rukun dan syaratnya. apabila melaksanakan


harus memenuhi keduanya. Ada adab-adab nya yang harus
dilakukan.ketika bersuci diawali dengan bacaan basmalah terlebih
dulu,begitu juga dengan wudu. kita tidak boleh sembarangan dalam
melaksanakannya . kita akan membahas tentang bersuci menggunakan
air yang sangat penting diketahui oleh seorang muslim kita harus hati-
hati dan waspada apabila membersihkan suatu najis. ketika berkumur
disunahkan untuk mengeluarkan dari mulut lewat arah.

Walaupun berkumur sebanyak tiga kali merupakan Sunnah kita harus


tetap pelajari agar menambah wawasan tentang akidah keagamaan yang
kita miliki.bersuci menggunakan air juga sangat dianjurkan dan
disarankan untuk kaum muslim agar terbebas

3
dari segala jenis najis. najis yang sering kita jumpai biasanya berupa air
liur dari hewan yang telah ditetapkan kenajisannya contohnya anjing dan
babi.

Dua hewan yang tidak asing lagi merupakan hewan yang najis,air liurnya
saja sudah najis, apabila dikonsumsi sudah ditetapkan untuk
diharamkan. Najis hewan tersebut disebut najis mugoladoh
.tata caranya untuk membersihkan nya yaitu dengan cara bersuci dengan
air lalu menggunakan pasir bersuci menggunakan air bisa dilakukan
ketika wanita setelah mengalami menstruasi dan dianjurkan mandi besar
menggunakan air, disebut bersuci dengan air.

1. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran,
baik yang nyata seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib.
Menurut istilah para fuqaha’ berarti membersihkan diri dari hadas dan
najis, seperti mandi berwudlu dan bertayammum. (Saifuddin Mujtaba’,
2003:1).

Sedangkan makna thaharah secara istilah para ulama fiqih tentu bukan
semata-mata kebersihan dalam arti bebas dari kotoran. Thaharah dalam istilah
para ahli fiqih adalah mencuci anggota tubuh tertentu dengan cara tertentu
atau mengangkat hadats dan menghilangkan najis1.

Adapun menurut Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim menjelaskan


bahwa thaharah adalah menghilangkan hadats dan najis yang menghalangi
pelaksanaan shalat dengan menggunakan air (atau lainnya), atau
menghilangkan hukumnya (hadats dan najis tersebut) dengan debu2.

1
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan: 2 Thaharah, (Jakarta, DU Publishing, 2011), hal. 38-39.
2
Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim, Fikih Thaharah, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2008), hal. 18.
4
Suci dari hadas ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi dan tayammum.
Suci dari najis ialah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan
pakaian.
Urusan bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut:
a. Alat bersuci seperti air, tanah, dan sebagainya.
b. Kaifiat (cara) bersuci.
c. Macam dan jenis-jenis najis yang perlu disucikan.
d. Benda yang wajib disucikan.
e. Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib
bersuci

5
Adapun thaharah dalam ilmu fiqh ialah:
a. Menghilangkan najis.
b. Berwudlu.
c. Mandi.
d. Tayammum.
Alat yang terpenting untuk bersuci ialah air. Jika tidak ada air maka
tanah, batu dan sebagainya dijadikan sebagai alat pengganti air.

2. Bersuci Dengan Air


Macam-macam air
Air yang dapat dipergunakan untuk bersuci ada tujuh macam:
a. Air hujan.
b. Air sungai.
c. Air laut.
d. Air dari mata air.
e. Air sumur.
f. Air salju.
g. Air embun.

Pembagian Air
Air tersebut dibagi menjadi 5, yaitu :
Ditinjau dari segi hukumnya, air dapat di bagi dalam empat bagian:
a. Air suci dan mensucikan,
Air mutlak artinya air yang masih sewajarnya dikatakan air atau air
yang masih murni, dapat digunakan untuk bersuci tanpa ada makruh
padanya. Air seperti ini disebut sebagai air mutlaq karena jika ia
dimutlakkan (pengertiannya tidak dibatasi), maka masih tetap dinamakan
air dan kondisinya serta karakternya sebagai air tidak berubah, tetap
pada kondisi aslinya. Jadi yang

6
air mutlak (air yang suci mensucikan) adalah air yang suci zat dan
esensinya yaitu ketika dimasuki zat lain ia tidak menjadi najis. Air
yang termasuk dalam kategori ini ada tujuh macam yaitu air hujan,
air sumur, air laut, air sungai, air salju, air telaga, air embun. Pada
initinya jika air itu masih tetap dalam kondisi dan karakter awal
sebagai air, tidak berubah satupun dari rasa, warna dan bau maka
hukum menggunakan air ini adalah suci mensucikan tanpa ada
keraguan padanya.
b. Air yang suci dan tidak menyucikan
Air suci tapi tidak mensucikan atau air musta’mal yaitu air yang telah
digunakan untuk menghilangkan najis meskipun rasa, warna, dan bau
tidak berubah. Air musta’mal tidak dapat digunakan untuk bersuci karena
tidak bisa menyucikan zat lain karena fungsi awalnya
adalah sebagai air suci mensucikan,namun setelah dipakai
untuk bersuci maka fungsi tersebut telah
hilang,bergantilah ia menjadi air musta’amal yaitu air hasil atau bekas
dari bersuci, Meskipun air tersebut masih tetap
dalam kondisi dan karakter awal dari sebuah air. Namun jika
air musta’mal tersedia dalam jumlah yang banyak sehingga
mencapai dua qullah maka hukumnya menjadi suci mensucikan. Air
yang mencapai dua qullah tidak menjadi najis karena ada najis di
dalamnya kecuali jika perubahan karakter sebuah air telihat dengan
jelas maka air tersebut menjadi najis. Contoh lain dari air ini adalah air
suci namun hanya tersedia dalam jumlah sedikit. Misalnya segelas
atau hanya segayung
c. Air haram
Yaitu air yang diperoleh dengan cara mencuri atau mengambil tanpa
izin, sehingga air itu tidak dapat menyucikan.

7
d. Air makruh yaitu air suci
Dapat mensucikan namun makruh di gunakan. Air yang masuk dalam
kategori ini adalah air musyammas yaitu air yang menjadi panas atau di
panaskan dengan matahari dalam bejana logam, besi atau tembaga selain
emas dan perak. Hukum makruh yang di maksud adalah jika
penggunaan air musyammas digunakan untuk badan. Jika digunakan
untuk tujuan lain seperti cuci baju, menyiram bunga dan lain-lain maka
hukumnya tidak makruh alias boleh-boleh saja. Karena menurut dugaan
menggunakan air musyammas dapat menyebabkan penyakit kusta.
Firman Allah Ta’ala,
َّ ‫يَيد ْيَر ْحمتهََو َأ ْن ْزلناَمن‬
ً ‫َالسماءَم ًاءَط ُه‬
‫ورَا‬ ً ْ ْ ‫الرياح َُب‬
‫شاَب ْ ن‬
َ
ِّ ََ‫يَأ ْرسل‬ َّ ُ
‫َوهوَال ِذ‬
ِ ِ ِِ

Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum
kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih,
(Al-Furqan: 48).1

e. Air mutanajis
Air najis yaitu air yang terkena najis sedang jumlahnya kurang dari
qullah.

B. WUDLU DAN MANDI WAJIB


1. Pengertian Wudhu
Wudlu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan. Sedangkan
menurut istilah syara’ bersuci dengan air dalam rangka menghilangkan
hadas kecil yang terdapat pada wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki
disertai dengan niat.

1
Kitab Siyar Alamin Nubala’, jilid 3, hal. 79-97, karya adz-Dzahaby

8
2. Syarat-syarat Wudhu :
1. Islam
2. Sudah baligh
3. Tidak berhadas besar
4. Memakai air mutlak (suci dan dapat dipakai mensucikan)
5. Tidak ada yang menghalangi sampainya kekulit, seperti tinta, cat, dll
tata cara dan adab nya harus dilakukan tidak boleh ditinggalkan . diawali
niat di akhir dengan membasuh kaki ketika membasuh diawali bagian
kanan terlebih dahulu. Diawali dengan membaca niat,lalu membersihkan
tangan,berkumur sebanyak tiga kali, kemudian membasuh muka tiga kali,
membasuh tangan tiga kali,diawali dengan tangan kanan terlebih dahulu
baru kemudian tangan kiri Selanjutnya , membasuh atas kepala tiga kali,
membasuh telinga tiga kali.kemudian yang terakhir adalah kaki, jangan
lupa untuk melakukan nya dengan urut . harus sesuai paduan. Yang
harus diingat adalah harus membasahi semua bagiannya tidak boleh
terlewat atau masih kering sedikit pun

3. Rukun Wudlu
Antara lain:
a. Niat
b. Membasuh muka
c. Membasuh dua tangan sampai siku
d. Mengusap sebagian kepala
e. Membasuh kaki sampai mata kaki
f. Tertib, artinya urut.
3. Sunnah Wudlu
a. Membaca basmallah
b. Membasuh tangan sampai pergelangan terlebih dahulu

9
c. Berkumur-kumur
d. Membersihkan hidung
e. Menyela-nyela janggut yang tebal
f. Mendahulukan anggota yang kanan
g. Mengusap kepala
h. Menyela-nyela jari tangan dan jari kaki
i. Megusap kedua telinga
j. Membasuh sampai tiga kali
k. Berturut-turut
l. Berdo’a sesudah wudlu
4. Hal-hal yang membatalkan wudlu
a. Keluarnya sesuatu dari dua jalan
b. Tertidur dengan posisi tidak duduk yang tetap
c. Hilangnya akal (gila, pingsan, mabuk dan sebagainya)
d. Tersentuh kemaluan dengan telapak tangan
e. Tersentuhnya kulit laki-laki dengan kulit perempuan yang bukan
muhrim dan tidak beralas.

4. Sunnah Wudhu
1. Membaca basmalah
Sebelum melakukan wudlu hendaklah diawali dengan membaca
basmalah.
2. Membersihkan mulut dengan cara bersiwak memakai kayu arok,
atau menggosokgigi dengan sikat atau benda-benda kesat lainnya.
3. Mencuci tangan.
4. Berkumur tiga kali
5.Intinsyaq (memasukkan air kedalam hidung lalu
menyemprotkannya)
6. Membasuh seluruh kepala

10
7. Membasuh telinga
8. Membasuh tiga kali
Dalam membasuh anggota wudlu disunnahkan membasuhnya tiga kali
9. Mendahulukan anggata kanan daripada yang kiri
10. Membasuh dan mengusap semua anggota wudhu tiga kali.
11. Melebihi pengusapan kepala, begitu pula kedua tangan
sampai ke atas siku dan kaki sampai di atas mata kaki.
12. Membaca do’a setelah wudhu.

5. Batalnya Wudhu
Perkara atau sesuatu yang membatalkan wudhu adalah sebagai berikut:
a. Keluar angin (kentut)
b. Hilang akal
c. Memegang kemaluan
d. Memegang lubang
e. Bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan

1. Pengertian Mandi Besar


Mandi dalam bahasa arab al ghuslu artinya mengalirkan alir pada apa
saja. Menurut pengertian syara’ berarti meratakan air yang suci pada
seluruh tubuh disertai dengan niat. Pengertian lain ialah mengalirkan
air ke seluruh tubuh baik yang berupa kulit, rambut, ataupun kuku
dengan memakai niat tertentu. Mandi ini ada yang hukumnya wajib
dan ada yang sunnah.2

2. Sebab/alasan seseorang harus mandi besar / mandi wajib, yaitu :

2
Kurniawan, Andre.2021.Bacaan Niat Mandi Besar dan Tata Caranya, Umat Muslim Wajib Tahu.

11
a. Keluar mani(sperma) baik disebabkan mimpi basah, masturbasi
atau lainnya, disertai rasa nikmat atau tidak. Mani adalah cairan
kental putih yang keluar dari kemaluan ketika mengalami ejakulasi.
Pada biasanya, keluar mani ditandai dengan muncrat, rasa nikmat
dan berbau anyir. Adapun cairan agak pekat yang keluar sebelum
ejakulasi, tidak termasuk mani namun disebut madzî yang dalam
ilmu kedokteran diistilahkan emisi
ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َْ َ ْ ِّ َّ
َ‫َنع ْم َِإذاَرأت‬:‫َهللا‬
ِ ‫ل‬ َُ ‫اَه َِا ْحتلمت؟َفقال ََر ُس ْو‬
‫ح َِمنَالحقَهلَعَلَالمرأ ِة َِمنَغس ٍل َِإذ ِ ي‬
ْ
‫َهللا َِإنَهللاَالَيست ي‬
ُ
ِ ‫يارس ْول‬
‫اء‬
َ ‫الم‬

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu terhadap


kebenaran (maka aku pun tidak malu untuk bertanya): Apakah
wanita wajib mandi bila bermimpi? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab,“Ya, apabila ia melihat air mani setelah ia
bangun.” Bersetubuh, Yang dimaksud bersetubuh adalah masuknya
(penetrasi) dzakar ke dalam vagina.
b. Selesai haid / menstruasi.
Apabila seorang wanita telah selesai haidh maka diwajibkan baginya
untuk mandi. Berhentinya darah haidh (yang keluar dari rahim)
merupakan syarat wajibnya mandi. Oleh karena itu, apabila dia mandi
sebelum suci (darah berhenti keluar) maka mandinya tidak sah, sebab
di antara syarat sah mandi adalah suci.
Firman Allah telah mengisyaratkan perbuatan ini,
ْ ُّ ُ ‫َّ ْ ْ ُ ْ ُ َّ ْ ْ ُ َ ُ ُ ٰ ُ َّ ٰ ُ ُّ َّ َّ ْ ن‬ ْ ّٰ َّ ُ ْ ُ ْ
َ ‫بَال ُمتط ِّه ِر ْي‬
‫ن‬ ‫َاّللَي ِحبَالتو ِابيَوي ِح‬ َ ‫تَيط ُه ْرنََف ِاذاَتطهرنَفأتوهن َِمنَحيثَامركم‬
َ ‫َاّللََۗ ِان‬ َ ‫وَلَتقربوهنَح‬

“Dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.


Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat
yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
12
ّ ْ ْ َْ ْ َ َْ
َّ ‫َالح ْيض ُةَفدع‬
َْ ‫َالصالةَو ِإذاَأدبرتَفاغ ِس ِ يَلَوص ي‬
‫َل‬ ‫ِ ي‬ ‫ف ِإذاَأقبل ِت‬

“Jika telah tiba masa haidhmu maka tinggalkan shalat, dan bila selesai
masa haidmu maka mandilah kemudian shalatlah.” (HR. Bukhari)
c. Nifas
Nifas adalah darah yang keluar pada saat persalinan, baik keluar
sebelum persalinan, yaitu selama dua atau tiga hari ataupun setelah
persalinan dengan dibarengi rasa sakit. Adapun dalil kewajiban mandi
karena nifas adalah karena ia salah satu jenis haid. Oleh karena itu,
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam menyebut haid dengan kata
nifas. Beliau bersabda kepada ‘Aisyah Radhiyallahu anha yang sedang
haidh,
ّ َ
َ ِ ‫لعل ِكَن ِف ْس‬
ََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََ‫ت‬

Barangkali saja engkau nifas.” (Muttafaqun ‘alaih)


d. Melahirkan
e. Selain hadas, yang menyebabkan wajib mandi adalah mati. Orang
muslim yang mati harus dimandikan kecuali orang yang mati
syahid. Maksudnya, apabila seseorang meninggal dunia maka kaum
muslimin yang lain wajib memandikannya. Adapun dalilnya adalah:
1) Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam terkait orang
yang diinjak oleh unta hingga meninggal di Arafah,
ْ ُ ‫اغس ُل‬
ََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََ‫وهَ ِبم ٍاءَو ِسد َر‬
ْ
ِ

“Mandikan dia dengan air dan sidr (bidara).”


2) Hadist Ummu ‘Athiyah ketika anak wanitanya meninggal dunia.
Dalam hadist ini, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda,

13
َ ْ
َّ‫َرأ ْي ُّ ن‬ َْ َ َ َ ً ْ ْ
ََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََ‫يَذ ِلك‬ ‫اغ ِسلنهاَثالثاَأ ْوَخ ْم ًساَأ ْوَس ْب ًعاَأ ْوَأك َث َِم ْنَذ ِلك َِإن‬

“Mandikan dia sebanyak tiga kali (siraman), lima kali, tujuh kali atau
lebih jika kalian menganggap itu perlu.” (Muttafaqun ‘alaih)

3. Hal-hal yang mewajibkan mandi (mandi besar/ mandi wajib)


a. Hubungan suami istri
b. Mengeluarkan mani
c. Mati
d. Haid
e. Nifas
f. Wiladah (melahirkan)
4. Rukun mandi besar
a. Niat
b. Menghilangkan najis bila terdapat pada badannya
c. Meratakan air ke seluruh tubuh, baik berupa rambut maupun kulit.
5. Sunnah mandi besar
a. Membaca basmallah
b. Berwudlu sebelum mandi
c. Menggosok badan dengan tangan
d. Menyela-nyela pada rambut yang tebal
e. Membasuh sampai tiga kali
f. Berturut - turut
g. Mendahulukan anggota yang kanan
h. Memakai basahan
6. Larangan bagi yang sedang ber-Junub Larangan bagi yang
sedang Haid
a. Melaksanakan sholat, baik sholat wajib maupun sholatsunnah.
b. Melakukan thawaf.
c. Memegang kitab suci Al-Qur’an.

14
d. Membawa atau menyentuh kitab suci Al-Qur’an.
e. Membawa kitab suci Al- Qur’an.
f. Berdiam diri di masjid
g. Bersetubuh.
h. Berpuasa sunnah maupun fardlu.
i. Dijatuhi talak (cerai)

Berikut adalah cara mandi besar untuk perempuan:


1. Bacalah niat mandi wajib atau mandi junub terlebih dahulu.
2. Bersihkan telapak tangan sebanyak 3 kali, kemudian lanjutkan
dengan membersihkan dubur dan alat kemaluan.
3. Bersihkan kemaluan berikut kotoran yang menempel di sekitarnya
dengan tangan kiri.
4. Setelah membersihkan kemaluan, cuci tangan dengan menggosok-
gosoknya dengan tanah atau sabun.
5. Lakukan gerakan wudhu yang sempurna seperti ketika kita akan
salat, dimulai dari membasuh tangan sampai membasuh kaki.
6. Bilas kepala dengan mengguyurkan air sebanyak 3 kali.
7. Bilas seluruh tubuh dengan mengguyurkan air. Dimulai dari sisi
yang kanan, lalu lanjutkan dengan sisi tubuh kiri. Pastikan
seluruh lipatan kulit dan bagian tersembunyi ikut dibersihkan.

C. TAYAMMUM DAN PEKERJAAN YANG DILARANG KARENA


HADAS
Membahas mengenai tayamum tayamum merupakan sebuah bersuci
menggunakan debu. kegiatan tayamum dilakukan karena untuk
menggantikan wudu.

15
Debu atau tanah yang digunakan untuk tayamum juga tidak
sembarangan. Terdapat ketentuan khusus yang sesuai dengan syariat
Islam agar tayamum tidak keliru dan sah hukumnya Debu tanah
yang bersih. Tanah dalam berbagai warna seperti warnah merah atau
hitam.

Sekiranya bercampur,pasir mesti mengandungi kandungan debu,Tidak


dikategorikan sebagai abu, Suci dan tidak bernajis, Tidak
musta’mal,Tidak bercampur tepung atau kapur atau pasir yang tidak
berdebu.

Disini yang di maksud menggantikan wudu adalah apabila yang


digunakan untuk bersuci tidak ada, yaitu air bersih. Bisa terjadi biasanya
karena kehabisan atau terjadi musim kemarau yang sangat panjang
pada suatu daerah tertentu.

Maka kita sebagai muslim di anjurkan untuk melakukan tayamum yaitu


menggantikan wudu dengan cara menggunakan debu. Membasuh muka
dan tangan menggunakan debu disebut tayamum dan harus di awali
dengan sebuah niat. Tayamum dilakukan harus pada saat terpaksa
atau tidak ada air bersih sama sekali.

Pekerjaan yang dilarang karena hadas, pada saat hadas seperti wanita
yang sedang mengalami menstruasi atau biasanya mengalami nifas
setelah melahirkan. tidak diperbolehkan untuk melaksanakan ibadah
sholat atau membaca ayat ayat Al Qur'an. karena badan kita sedang
tidak suci walaupun kita tidak boleh melaksanakan solat atau membaca
Alquran kita harus tetap melaksanakan amal seperti bersolawat ataupun
berdzikir.

16
Apabila kita sedang berhalangan kita juga tetap bisa mendapatkan
pahala. Dalam kondisi tertentu, Islam telah memberikan kemudahan
kepada umatnya untuk bertayammum, menggantikan wudhu sebagai
bentuk bersuci dari hadas.

Adapun dasar hukum bagi kemudahan tersebut, termaktub dalam Al-


Qur'an surat An-Nisâ' ayat 43.
ُ ْ َّ ً ُ ُ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ َْ ْ ُ َّ َ
ََ‫يلَح َّّ ٰتَتغت ِسلوا‬ ٍ ‫َج َنب ِاَإَلَع ِاب ِريَس ِب‬ ‫َسكار ٰىَح َّّ ٰتَت ْعل ُمواَماَتقولونَوَل‬ َّ
‫واَالصَلةَوأنتم‬ ‫ياَأ ُّيهاَال ِذينَآمنواََلَتقر ُب‬
َ َ ْ ُْ ٌ َ َ َ ‫ْ ُُْْ ْ ن‬
ً
َ‫جدواَم ًاءَفتي َّم ُمواَص ِعيداَط ِّي ًبا‬
ُ ِّ ُ
َ ِ ‫َلَسفرَأ ْوَجاءَأحد َِمنك ْم َِمنَالغا ِئ ِطَأ ْوََلم ْست ُمَالنساءَفل ْمَت‬ ٰ َ ‫ضَأ ْوَع‬ٰ ‫وإنَكنتمَمر‬
َّ َّ ْ ُ ْ َ ْ ُ ُ ُ ِ
ً‫َاّلل ََكانَع ُف ًّواَغ ُفورَا‬ ‫يكمَ َِۗإن‬
َ ‫وهكمَوأي ِد‬ ‫ج‬‫و‬ ‫واَب‬ ‫ح‬ُ ‫س‬ ْ
‫ام‬ ‫ف‬
ِ ِ

Yang artinya,
"Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang
dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan,
kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah
dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu,"

alasan paling utama ibadah -ibadah yang dilarang karena hadas besar
karena sedang tidak suci atau najis. namun apabila masa menstruasi
berakhir atau nifas setelah melahirkan telah berakhir segeralah untuk
melaksanakan mandi besar agar dapat melaksanakan ibadah solat
kembali. Karena apabila badan keadaan belum suci lalu kita
melaksanakan solat maka tidak sah dan bisa jadi tidak di terima. kita
wajib mandi besar dahulu agar bisa terbebas dari segala najis .

17
1. Pengertian Tayammum
Tayammum adalah salah satu cara bersuci, sebagai ganti berwudlu atau
mandi apabila berhalangan memakai air.

2. Syarat tayammum sebagai berikut:


a. Islam
b. Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya
Apabila adanya tayammum itu bukan karena suatupenyakit akan tetapi
karena tidak ada air, maka tayammum bisa dilakukan jika setelah
mencari air kearah barat, timur, utara, dan selatan.tetapi tidak bertemu
c. Berhalangan mengguankan air
Apabila adanya tayammum dilakukan karena adanya suatu penyakit yang
menyebabkan tidak menggunakan air maka ketika tayammum harus
dipastikan halangan atau penyakit yang membolehkan dia tayammum itu
masih ada, misalnya pada pagi hari menurut dokter tidak boleh
terkena air penyakitnya, maka ketika dia tayammum hendak salat zuhur
harus yakin bahwa penyakit yang menghalanginya memakai air tersebut
masih ada.misalnya karena sakit yang apabila menggunakan air akan
kambuh sakitnya
d. Telah masuk waktu shalat
Tayammum sebagai alat bersuci pengganti tidak setiap waktu dan setiap
saat dilakukan. Jika adanya tayammum dilakukan untuk salatmaka
adanya tayammum dilakukan setelah masuk waktu, jadi seumpama
tayammum dilakukan karena mau salat zuhur tentulah tayammum
tersebut dilakukan setelah masuk waktu zuhur. Tayammum tidak
boleh dilakukan sebelum masuk waktu zuhur jika untuk salat zuhur.
e. Dengan debu yang suci

18
Debu yang digunakan untuk tayammum harus debu yang suci, kering
dan belum pernah dipakai untuk bersuci dan tidak bercampurnajis.
f. Bersih dari Haid dan Nifas

Tayammum meliputi fardhu dan sunnah :


1. Niat
Niat wajib disertakan saat memindahkan debu ke wajah dan dua tangan.
Niat ini juga harus diabadikan sampai mengusap sebagian dari wajah. Setelah
memindahkan debu, maka debu yang sudah diangkat jangan diusapkan lagi.
Gunakan debu lainnya untuk diusapkan.

1. Niat Tayamum
َ َّ ْ َّ ُ ْ
َََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََ ‫ال‬ ِ ‫نويتَالتي ُّمم َِِلس ِتباح ِةَالصَل ِة‬
َ ‫َهللَتع‬
Nawaitut tayammuma li-istibahatis sholaati fardhal lillaahi ta'aalaa.
Artinya: "Sengaja aku bertayamum untuk melakukan shalat fardhu karena
Allah Ta'ala"

2. Mengusap Wajah
Dari Ibnu Umar, ra., berkata: doa Rasulullah saw. Tayammum itu terdiri
dari dua pukulan (sentuhan), pertama diusapkan ke muka, kedua
diusapkan ke kedua bergantian. (Hadits diriwayatkan oleh Daru Qutni.
Dan semua Imam ahli hadits menyatakan mauqufnya).
3. Mengusap dua tangan beserta dua siku
Mengusap dua tangan harus dengan dua pukulan (sentuhan). Jika tangan
diletakkan pada debu halus, lalu ada debu yang ditempel tanpa
dipukulkan, maka sudah sah.
4. Tertib

19
Yakni harus mendahulukan usapan wajah, baru mengusap dua tangan.
Tayammum untuk hadas kecil dan hadas besar dalam hal tertib ini sama
saja. Jika tidak tertib maka tayammumnya tidak sah.

Rukun-rukun tayammum adalah berniat agar diperbolehkan melaksanakan


shalat yang difardhukan besertaan dengan memindah debu, mengusap
wajah, kemudian kedua tangannya. Kalau seandainya seseorang yakin
akan adanya air di akhir waktu shalat, maka menantinya lebih utama,
namun bila tidak yakin, maka yang lebih utama adalah mempercepat
tayammum. Jika penggunaan air pada satu anggota wudhu’ terhalangi,
maka wajib baginya untuk bertayammum dan membasuh anggota yang
sehat dan mengusap dengan air setiap penghalang yang membahayakan
melepasnya. Dan tidak ada keharusan tartib di antara keduanya bagi
seorang yang junub, atau pada dua anggota, maka wajib melakukan
dua tayammum. Tayammum tersebut tidak boleh untuk melakukan
shalat kecuali satu fardhu’ saja walaupun dengan nadzar , dan sah shalat
janazah bersamaan shalat fardhu.3
1). Baik secara nyata (hissi) ataupun secara syara.
Sebagian contoh yang secara nyata adalah terhalangnya antara dirinya
dan air dengan seekor hewan buas sebab yang dikehendaki dengan
udzur hissi adalah sulit untuk menuju air dan menggunakan secara
nyata.
2). Seperti menjadi sakit, bertambah parah sakitnya, rusaknya anggota
tubuh atau kemanfaatannya.
3). Walaupun debu ghasaban seperti debu masjid namun hukumnya haram.

3
Syaikh zainuddin bin 'Abdul-'Aziz al-Malibari, Fat -ul-Mu'ini Bi syarat i Qurrat-il-'Aini Bi
Muhimmat-id-Din tayamum.

20
4). Maksud dari memindah debu adalah memindah debu ke anggota yang
diinginkan untuk diusap walaupun dari debu yang dibawa angin.
Wajib untuk melanggengkan niat tayammum sampai mengusap wajah.
5). Haram secara syari‘at menggunakan air dengan rekomendasi dari seorang
dokter yang adil atau dirinya sendiri seorang dokter.
6). Sebagai pengganti anggota yang tidak terkena air.
7). Sebagai pengganti dari anggota sehat yang terkena perban. Oleh karena
itu bila perban tidak sampai mengambil anggota yang sehat, maka
tidak wajib untuk mengusapnya.
8). Sekira dengan melepasnya dapat menyebabkan bahaya seperti sakit,
rusaknya anggota atau kemanfaatannya.

3. Rukun tayammum
a. Niat
b. Mengusap muka dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau
diletakkan ke debu
c. Mengusap kedua tangan sampai siku, dengan debu dari tangan yang
baru dipukulkan atau diletakkan ke debu, jadi dua kali memukul.
d. Tertib

4. Sunnah tayammum
a. Membaca basmallah
b. Mendahulukan anggota kanan
c. Menipiskan debu di telapak tangan
d. Berturut-turut

5. Hal-hal yang membatalkan tayammum


a. Semua yang membatalkan wudlu

21
b. Melihat air, bagi yang sebabnya ketiadaan air
c. Karena murtad

1. Pekerjaan yang dilarang oleh Hadas


•Hal-hal yang dilarang dilakukan ketika hadas kecil:
a. Dilarang melakukan shalat fardhu maupun shalat sunnah. Termasuk
juga sujud tilawah, sujud syukur dan hutbah jum'at. Nabi Muhammad
bersabda yang artinya : Allah tidak menerima shalatnya dari salah satu
dari kamu jika dia berhadas hingga orang tersebut berwudhu ( Hadits
riwayat Bukhaari Dan Muslim)
b. Dilarang melakukan Thawaf. Baik itu Thawaf fardhu maupun thawaf
sunnah.
c. Pekerjaan yang dilarang selanjutnya adalah membawa atau menyentuh
mushaf al-Qur'an. Namun bila dalam keadaan tertentu menyendtuh
mushaf diperbolehkan. Diperbolehkannyapun lantaran beberapa sebab.
Beberapa diantaranya adalah ketika kita menyelamatkan al-Qur'an yang
akan terbakar, tenggelam dan lain sebagainya. Nah, pada keadaan yang
seperti ini menyelamatkan Al- Qur'an hukumnya akan menjadi wajib
karena untuk menjaga kehormatannya.
d. Pada point nomer tiga di atas terkait larangan menyentuh al- Qur'an
ketika tengah berhadas dijelaskan dalam sabda Nabi Muhammad yang
artinya: Dari Abu Bakri bin Muhammad. Sesungguhnya Nabi besar Saw.
telah mengirim surat kepada penduduk Yaman. Dalam surat itu beliau
menyebutkan kalimat: "Tidak boleh menyentuh Al-Qur'an kecuali orang
yang suci." (Hadits Riwayat Daruqutni).
• Hal-hal yang dilarang disebabkan karena hadas besar atau junub:

22
a. Melakukan shalat. Baik yang wajib maupun sunnah. Untuk
keterangannya selaras dengan point pertama pada perkara yang tidak
boleh dilakukan ketika sedang berhadas kecil.
b. Dilarang Thawaf
c. Sama halnya dengan point ketiga pada pekerjaan yang dilarang ketika
hadas kecil.
d. Membaca Al-Qur'an. Sabda Rasulullah :
" Tidak boleh bagi orang yang sedang junub dan wanita yang tengah
haid membaca sesuatu dari al-Qur'an." (Hadits Riwayat Tirmizi, Abu
Daud, dan Ibnu Majjah)
e. Beri'tikaf di dalam masjid. walau hanya berhenti sejenak.

Hal-hal yang dilarang disebabkan karena hadas besar atau


junub
1. Melakukan shalat. Baik yang wajib maupun sunnah. Untuk
keterangannya selaras dengan point pertama pada perkara yang tidak
boleh dilakukan ketika sedang berhadas kecil.
2. Dilarang Thawaf
Mengerjakan tawaf, baik tawaf fardhu ataupunَ tawaf sunat
ْ ْ ‫ُ ن‬ ْ ْ ُّ ْ ُ ْ ْ
َ ‫وف َِبالب ْي ِتَح َّّتَتط ُه ِر‬
َََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََ‫ى‬ ِ ‫َغثَأنَالَتط‬،َ‫فافع َِلَماَيفعلَالحاج‬

“Lakukanlah segala sesuatu yang dilakukan orang yang berhaji selain


dari melakukan thawaf di Ka’bah hingga engkau suci.” (HR.
Bukhari dan Muslim )4
3. pekerjaan yang dilarang ketika hadas kecil.Membaca Al-Qur'an. Sabda
Rasulullah :

4
An Nawazil fil Hajj, ‘Ali bin Nashir Asy Syal’an, terbitan Darut Tauhid, cetakan pertama,
tahun 1431 H.

23
" Tidak boleh bagi orang yang sedang junub dan wanita yang tengah
haid membaca sesuatu dari al-Qur'an." (Hadits Riwayat Tirmizi, Abu
Daud, dan Ibnu Majjah)
4. Beri'tikaf di dalam masjid. walau hanya berhenti sejenak.
Adapun melewatinya boleh apabila tidak takut akan mengotori
masjid.Tetapi kalau khawatir kotorannya akan jatuh di masjid, maka
lewat kedalam masjid ketika itu pun juga haram.
ُ ُ ْ ُّ ُ
َََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََ‫ب‬
َ ٍ ‫َجن‬ ‫لَالم ْس ِجد َِلحا ِئضَوال‬
َ ‫الَأ ِح‬

“Aku tidak menghalalkan masjid bagi orang junub dan tidak pula bagi
wanita haid.” (HR. Abu Daud , Baihaqi )

24
BAB III
ANALISIS

1. Keakuratan
Makalah yang berjudul Thaharah (Bersuci) memberikan fakta secara
akurat, dan membahas permasalahannya secara lengkap dan tuntas
lewat keterangan keterangannya. Makalah ini juga telah
mengantisipasi pertanyaan pertanyaan yang akan diajukan calon
pembaca mengenai topik tersebut dan kemudian menjawabnya
dengan baik.

2. Sumber
Makalah ini menggunakan sumber informasi yang beragam. Namun untuk
semua fakta dan gagasan yang bukan merupakan karya asli penulis
makalah ini belum terdapat kutipan. Kutipan langsung digunakan dalam
paragraf biasa untuk memberikan gagasan pembaca dalam bahasa
mereka sendiri.

3. Seimbang
Makalah ini membahas fakta, gagasan, dan sudut pandang yang
dibicarakan secara obyektif dan seimbang, dengan memperhatikan
kekuatan dan kelemahan masing-masing.

4. Kreatif
Makalah ini tidak sekedar menyajikan fakta belaka, tetapi tidak berarti
bahwa informasi yang disajikan tidak berdasarkan fakta. Dalam makalah
ini, pembahasan sudah cukup rinci dengan dijelaskan mengenai,
Bersuci dengan air, wudhu dan mandi wajib, tayamum dan pekerjaan
yang di larang karena hadas. penjelasan itu sudah cukup variatif

25
BAB lV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut thaharah, merupakan
masalah yang sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal
dalam beribadah yang menghantarkan manusia berhubungan dengan
Allah SWT. Tidak ada cara bersuci yang lebih baik dari pada cara
yang dilakukan oleh syarit Islam, karena syariat Islam menganjurkan
manusia mandi dan berwudlu. Walaupun manusia masih dalam
keadaan bersih, tapi ketika hendak melaksanakan sholat dan ibadah-
ibadah lainnya yang mengharuskan berwudlu, begitu juga dia harus
pula membuang kotoran pada diri dan tempat ibadahnya dan
mensucikannya karena kotoran itu sangat menjijikkan bagi manusia

Dari makalah yang penulis buat ini, penulis simpulkan bahwa thaharah
sangat penting bagi seorang muslim dalam menjalani kehidupannya.
Karena pada dasarnya manusia itu fitrahnya adalah bersih dan
membenci hal –hal yang kotor. Oleh karena itu wajarlah jika ajaran
islam menyuruh untuk berthaharah dan menjaga kebersihan. Selain itu
dengan thaharah seseorang diajarkan untuk sadar dan mandiri dalam
menjaga dirinya dari hal-hal kotor memahami arti dari sopan santun
karena seorang muslim harus suci ketika berhadapan dengan Allah dalam
sholatnya,karena Allah menyukai orang-orang yang taubat dan
membersihkan dirinya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Cordoba, Cordoba International Indonesia.

Al-Quran dan Terjemahannya. 1994. CV Wicaksana, Semarang. Ansoriori

Umar, Fiqih Wanita, Semarang, CV Asy Syifa.

Imam Al-Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim disusun olehJakarta PT


Pustkaka Amani.

Kurniawan, Andre.2021.Bacaan Niat Mandi Besar dan Tata Caranya, Umat


Muslim Wajib Tahu.Ringkasan Hadist Shahih al- Bukhari, disusun
oleh Imam Az-Zabidi, Jakarta. PT Pustak Amani.

Syaikh Hasan Ayyub, Fiqih Ibadah, Jakarta; Pustaka Al-Kautsar.

Wijanarko, Jarot. 2006. Anak Cerdas Ceria Berakhlak: Multiple Inteligence.


Serpong: Happy Holy Kids.

27

Anda mungkin juga menyukai