Disusun oleh:
1. Natasya Puspita Sari ( 2106016076 ) Dosen
Pengampu :
Dr. H. Amin Farih, M.Ag
ILMU POLITIK
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Bersuci Dengan Air .......................................................................... 3
B. Wudlu Dan Mandi Wajib.................................................................... 8
C. TAYAMMUM dan Pekerjaan Yang Dilarang Karena Hadas………………9
BAB III
ANALISIS........................................................................................... 24
BAB IV
PENUTUP ........................................................................................... 26
A. Kesimpulan ......................................................................................... 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya, manusia harus terlebih
dahulu bersuci atau disucikan. Allah mencintai sesuatu yang bersih dan
suci. Dalam hukum Islam bersuci dan segala seluk beluknya adalah
termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting terutama karena
diantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang
yang akan melaksanakan sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula
badan, pakaian dan tempatnya dari najis. Dalam kehidupan sehari-hari
kita tidak terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor dan najis sehingga
thaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri
sendiri agar sah saat menjalankan ibadah.
Sebagai mana kita ketahui bahwa unsur utama yang harus di penuhi
untuk memenuhi syarat-syarat ibadah seperti sholat dan lain sebagai
nya hendak lah di awali dengan bersuci. Bersuci adalah syarat utama
untuk mendirikan sholat atau thawaf di baitullah al-haram. Bersuci
bukan hanya menjadi pintu gerbang utama dalam melakukan ibadah
kepada Allah SWT. berwudhu, mandi junub atau tayammum adalah
cara bersuci yang allah terangkan dalam al qur’an dengan jelas.
1
beribadah haruslah dimulai dengan bersuci baik dengan cara berwudhu,
mandi maupun bertayammum. kalau kita melihat dan membaca dengan
teliti hamper seluruh kitab-kitab fiqih akan diawali dengan bab thaharah
ini menunjukan kan kepada kita betapa thaharah menjadi hal yang
mendasar dan menjukkan kepada kita betapa pentingnya masalah
thaharah ini.
Namun, walau pun menjadi hala yang mendasara bagi ummat islam
namun masih banyak dari ummat islam yang tidak faham tentang
thaharah, najis-najis dan jenis-jenis air yang di gunakan untuk bersuci.
makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih ibadah
sekaligus mudah-mudahan dapat membuat teman-teman Perbandingan
Mazhab paham masalah yang mendasar ini dan media belajar dan
mempelajari masalah- masalah thaharah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian?
2. Sebutkan pembagian thaharah?
3. Sebutkan macam-macam air dan pembagiannya?
4. Benda apa sajakah yang najis?
5. Sebutkan pembagian najis?
6. Bagaimana cara-cara bersuci dari hadas dan najis?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dibahasnya
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui tentang thaharah.
2
2. Ingin mengetahui pembagian thaharah.
3. Ingin mengetahui macam-macam air dan pembagiannya.
4. Ingin memahami benda-benda yang menyebabkan najis.
5. Ingin mengetahui pembagian najis.
6. Memahami cara-cara bersuci dari hadas dan najis.
7. Guna memenuhi tugas mandiri ilmu fiqh.
BAB II
PEMBAHASAN
3
dari segala jenis najis. najis yang sering kita jumpai biasanya berupa air
liur dari hewan yang telah ditetapkan kenajisannya contohnya anjing dan
babi.
Dua hewan yang tidak asing lagi merupakan hewan yang najis,air liurnya
saja sudah najis, apabila dikonsumsi sudah ditetapkan untuk
diharamkan. Najis hewan tersebut disebut najis mugoladoh
.tata caranya untuk membersihkan nya yaitu dengan cara bersuci dengan
air lalu menggunakan pasir bersuci menggunakan air bisa dilakukan
ketika wanita setelah mengalami menstruasi dan dianjurkan mandi besar
menggunakan air, disebut bersuci dengan air.
1. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran,
baik yang nyata seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib.
Menurut istilah para fuqaha’ berarti membersihkan diri dari hadas dan
najis, seperti mandi berwudlu dan bertayammum. (Saifuddin Mujtaba’,
2003:1).
Sedangkan makna thaharah secara istilah para ulama fiqih tentu bukan
semata-mata kebersihan dalam arti bebas dari kotoran. Thaharah dalam istilah
para ahli fiqih adalah mencuci anggota tubuh tertentu dengan cara tertentu
atau mengangkat hadats dan menghilangkan najis1.
1
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan: 2 Thaharah, (Jakarta, DU Publishing, 2011), hal. 38-39.
2
Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim, Fikih Thaharah, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2008), hal. 18.
4
Suci dari hadas ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi dan tayammum.
Suci dari najis ialah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan
pakaian.
Urusan bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut:
a. Alat bersuci seperti air, tanah, dan sebagainya.
b. Kaifiat (cara) bersuci.
c. Macam dan jenis-jenis najis yang perlu disucikan.
d. Benda yang wajib disucikan.
e. Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib
bersuci
5
Adapun thaharah dalam ilmu fiqh ialah:
a. Menghilangkan najis.
b. Berwudlu.
c. Mandi.
d. Tayammum.
Alat yang terpenting untuk bersuci ialah air. Jika tidak ada air maka
tanah, batu dan sebagainya dijadikan sebagai alat pengganti air.
Pembagian Air
Air tersebut dibagi menjadi 5, yaitu :
Ditinjau dari segi hukumnya, air dapat di bagi dalam empat bagian:
a. Air suci dan mensucikan,
Air mutlak artinya air yang masih sewajarnya dikatakan air atau air
yang masih murni, dapat digunakan untuk bersuci tanpa ada makruh
padanya. Air seperti ini disebut sebagai air mutlaq karena jika ia
dimutlakkan (pengertiannya tidak dibatasi), maka masih tetap dinamakan
air dan kondisinya serta karakternya sebagai air tidak berubah, tetap
pada kondisi aslinya. Jadi yang
6
air mutlak (air yang suci mensucikan) adalah air yang suci zat dan
esensinya yaitu ketika dimasuki zat lain ia tidak menjadi najis. Air
yang termasuk dalam kategori ini ada tujuh macam yaitu air hujan,
air sumur, air laut, air sungai, air salju, air telaga, air embun. Pada
initinya jika air itu masih tetap dalam kondisi dan karakter awal
sebagai air, tidak berubah satupun dari rasa, warna dan bau maka
hukum menggunakan air ini adalah suci mensucikan tanpa ada
keraguan padanya.
b. Air yang suci dan tidak menyucikan
Air suci tapi tidak mensucikan atau air musta’mal yaitu air yang telah
digunakan untuk menghilangkan najis meskipun rasa, warna, dan bau
tidak berubah. Air musta’mal tidak dapat digunakan untuk bersuci karena
tidak bisa menyucikan zat lain karena fungsi awalnya
adalah sebagai air suci mensucikan,namun setelah dipakai
untuk bersuci maka fungsi tersebut telah
hilang,bergantilah ia menjadi air musta’amal yaitu air hasil atau bekas
dari bersuci, Meskipun air tersebut masih tetap
dalam kondisi dan karakter awal dari sebuah air. Namun jika
air musta’mal tersedia dalam jumlah yang banyak sehingga
mencapai dua qullah maka hukumnya menjadi suci mensucikan. Air
yang mencapai dua qullah tidak menjadi najis karena ada najis di
dalamnya kecuali jika perubahan karakter sebuah air telihat dengan
jelas maka air tersebut menjadi najis. Contoh lain dari air ini adalah air
suci namun hanya tersedia dalam jumlah sedikit. Misalnya segelas
atau hanya segayung
c. Air haram
Yaitu air yang diperoleh dengan cara mencuri atau mengambil tanpa
izin, sehingga air itu tidak dapat menyucikan.
7
d. Air makruh yaitu air suci
Dapat mensucikan namun makruh di gunakan. Air yang masuk dalam
kategori ini adalah air musyammas yaitu air yang menjadi panas atau di
panaskan dengan matahari dalam bejana logam, besi atau tembaga selain
emas dan perak. Hukum makruh yang di maksud adalah jika
penggunaan air musyammas digunakan untuk badan. Jika digunakan
untuk tujuan lain seperti cuci baju, menyiram bunga dan lain-lain maka
hukumnya tidak makruh alias boleh-boleh saja. Karena menurut dugaan
menggunakan air musyammas dapat menyebabkan penyakit kusta.
Firman Allah Ta’ala,
َّ يَيد ْيَر ْحمتهََو َأ ْن ْزلناَمن
ً َالسماءَم ًاءَط ُه
ورَا ً ْ ْ الرياح َُب
شاَب ْ ن
َ
ِّ ََيَأ ْرسل َّ ُ
َوهوَال ِذ
ِ ِ ِِ
Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum
kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih,
(Al-Furqan: 48).1
e. Air mutanajis
Air najis yaitu air yang terkena najis sedang jumlahnya kurang dari
qullah.
1
Kitab Siyar Alamin Nubala’, jilid 3, hal. 79-97, karya adz-Dzahaby
8
2. Syarat-syarat Wudhu :
1. Islam
2. Sudah baligh
3. Tidak berhadas besar
4. Memakai air mutlak (suci dan dapat dipakai mensucikan)
5. Tidak ada yang menghalangi sampainya kekulit, seperti tinta, cat, dll
tata cara dan adab nya harus dilakukan tidak boleh ditinggalkan . diawali
niat di akhir dengan membasuh kaki ketika membasuh diawali bagian
kanan terlebih dahulu. Diawali dengan membaca niat,lalu membersihkan
tangan,berkumur sebanyak tiga kali, kemudian membasuh muka tiga kali,
membasuh tangan tiga kali,diawali dengan tangan kanan terlebih dahulu
baru kemudian tangan kiri Selanjutnya , membasuh atas kepala tiga kali,
membasuh telinga tiga kali.kemudian yang terakhir adalah kaki, jangan
lupa untuk melakukan nya dengan urut . harus sesuai paduan. Yang
harus diingat adalah harus membasahi semua bagiannya tidak boleh
terlewat atau masih kering sedikit pun
3. Rukun Wudlu
Antara lain:
a. Niat
b. Membasuh muka
c. Membasuh dua tangan sampai siku
d. Mengusap sebagian kepala
e. Membasuh kaki sampai mata kaki
f. Tertib, artinya urut.
3. Sunnah Wudlu
a. Membaca basmallah
b. Membasuh tangan sampai pergelangan terlebih dahulu
9
c. Berkumur-kumur
d. Membersihkan hidung
e. Menyela-nyela janggut yang tebal
f. Mendahulukan anggota yang kanan
g. Mengusap kepala
h. Menyela-nyela jari tangan dan jari kaki
i. Megusap kedua telinga
j. Membasuh sampai tiga kali
k. Berturut-turut
l. Berdo’a sesudah wudlu
4. Hal-hal yang membatalkan wudlu
a. Keluarnya sesuatu dari dua jalan
b. Tertidur dengan posisi tidak duduk yang tetap
c. Hilangnya akal (gila, pingsan, mabuk dan sebagainya)
d. Tersentuh kemaluan dengan telapak tangan
e. Tersentuhnya kulit laki-laki dengan kulit perempuan yang bukan
muhrim dan tidak beralas.
4. Sunnah Wudhu
1. Membaca basmalah
Sebelum melakukan wudlu hendaklah diawali dengan membaca
basmalah.
2. Membersihkan mulut dengan cara bersiwak memakai kayu arok,
atau menggosokgigi dengan sikat atau benda-benda kesat lainnya.
3. Mencuci tangan.
4. Berkumur tiga kali
5.Intinsyaq (memasukkan air kedalam hidung lalu
menyemprotkannya)
6. Membasuh seluruh kepala
10
7. Membasuh telinga
8. Membasuh tiga kali
Dalam membasuh anggota wudlu disunnahkan membasuhnya tiga kali
9. Mendahulukan anggata kanan daripada yang kiri
10. Membasuh dan mengusap semua anggota wudhu tiga kali.
11. Melebihi pengusapan kepala, begitu pula kedua tangan
sampai ke atas siku dan kaki sampai di atas mata kaki.
12. Membaca do’a setelah wudhu.
5. Batalnya Wudhu
Perkara atau sesuatu yang membatalkan wudhu adalah sebagai berikut:
a. Keluar angin (kentut)
b. Hilang akal
c. Memegang kemaluan
d. Memegang lubang
e. Bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan
2
Kurniawan, Andre.2021.Bacaan Niat Mandi Besar dan Tata Caranya, Umat Muslim Wajib Tahu.
11
a. Keluar mani(sperma) baik disebabkan mimpi basah, masturbasi
atau lainnya, disertai rasa nikmat atau tidak. Mani adalah cairan
kental putih yang keluar dari kemaluan ketika mengalami ejakulasi.
Pada biasanya, keluar mani ditandai dengan muncrat, rasa nikmat
dan berbau anyir. Adapun cairan agak pekat yang keluar sebelum
ejakulasi, tidak termasuk mani namun disebut madzî yang dalam
ilmu kedokteran diistilahkan emisi
ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َْ َ ْ ِّ َّ
ََنع ْم َِإذاَرأت:َهللا
ِ ل َُ اَه َِا ْحتلمت؟َفقال ََر ُس ْو
ح َِمنَالحقَهلَعَلَالمرأ ِة َِمنَغس ٍل َِإذ ِ ي
ْ
َهللا َِإنَهللاَالَيست ي
ُ
ِ يارس ْول
اء
َ الم
“Jika telah tiba masa haidhmu maka tinggalkan shalat, dan bila selesai
masa haidmu maka mandilah kemudian shalatlah.” (HR. Bukhari)
c. Nifas
Nifas adalah darah yang keluar pada saat persalinan, baik keluar
sebelum persalinan, yaitu selama dua atau tiga hari ataupun setelah
persalinan dengan dibarengi rasa sakit. Adapun dalil kewajiban mandi
karena nifas adalah karena ia salah satu jenis haid. Oleh karena itu,
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam menyebut haid dengan kata
nifas. Beliau bersabda kepada ‘Aisyah Radhiyallahu anha yang sedang
haidh,
ّ َ
َ ِ لعل ِكَن ِف ْس
ََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََت
13
َ ْ
ََّرأ ْي ُّ ن َْ َ َ َ ً ْ ْ
ََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََيَذ ِلك اغ ِسلنهاَثالثاَأ ْوَخ ْم ًساَأ ْوَس ْب ًعاَأ ْوَأك َث َِم ْنَذ ِلك َِإن
“Mandikan dia sebanyak tiga kali (siraman), lima kali, tujuh kali atau
lebih jika kalian menganggap itu perlu.” (Muttafaqun ‘alaih)
14
d. Membawa atau menyentuh kitab suci Al-Qur’an.
e. Membawa kitab suci Al- Qur’an.
f. Berdiam diri di masjid
g. Bersetubuh.
h. Berpuasa sunnah maupun fardlu.
i. Dijatuhi talak (cerai)
15
Debu atau tanah yang digunakan untuk tayamum juga tidak
sembarangan. Terdapat ketentuan khusus yang sesuai dengan syariat
Islam agar tayamum tidak keliru dan sah hukumnya Debu tanah
yang bersih. Tanah dalam berbagai warna seperti warnah merah atau
hitam.
Pekerjaan yang dilarang karena hadas, pada saat hadas seperti wanita
yang sedang mengalami menstruasi atau biasanya mengalami nifas
setelah melahirkan. tidak diperbolehkan untuk melaksanakan ibadah
sholat atau membaca ayat ayat Al Qur'an. karena badan kita sedang
tidak suci walaupun kita tidak boleh melaksanakan solat atau membaca
Alquran kita harus tetap melaksanakan amal seperti bersolawat ataupun
berdzikir.
16
Apabila kita sedang berhalangan kita juga tetap bisa mendapatkan
pahala. Dalam kondisi tertentu, Islam telah memberikan kemudahan
kepada umatnya untuk bertayammum, menggantikan wudhu sebagai
bentuk bersuci dari hadas.
Yang artinya,
"Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang
dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan,
kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah
dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu,"
alasan paling utama ibadah -ibadah yang dilarang karena hadas besar
karena sedang tidak suci atau najis. namun apabila masa menstruasi
berakhir atau nifas setelah melahirkan telah berakhir segeralah untuk
melaksanakan mandi besar agar dapat melaksanakan ibadah solat
kembali. Karena apabila badan keadaan belum suci lalu kita
melaksanakan solat maka tidak sah dan bisa jadi tidak di terima. kita
wajib mandi besar dahulu agar bisa terbebas dari segala najis .
17
1. Pengertian Tayammum
Tayammum adalah salah satu cara bersuci, sebagai ganti berwudlu atau
mandi apabila berhalangan memakai air.
18
Debu yang digunakan untuk tayammum harus debu yang suci, kering
dan belum pernah dipakai untuk bersuci dan tidak bercampurnajis.
f. Bersih dari Haid dan Nifas
1. Niat Tayamum
َ َّ ْ َّ ُ ْ
َََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََ ال ِ نويتَالتي ُّمم َِِلس ِتباح ِةَالصَل ِة
َ َهللَتع
Nawaitut tayammuma li-istibahatis sholaati fardhal lillaahi ta'aalaa.
Artinya: "Sengaja aku bertayamum untuk melakukan shalat fardhu karena
Allah Ta'ala"
2. Mengusap Wajah
Dari Ibnu Umar, ra., berkata: doa Rasulullah saw. Tayammum itu terdiri
dari dua pukulan (sentuhan), pertama diusapkan ke muka, kedua
diusapkan ke kedua bergantian. (Hadits diriwayatkan oleh Daru Qutni.
Dan semua Imam ahli hadits menyatakan mauqufnya).
3. Mengusap dua tangan beserta dua siku
Mengusap dua tangan harus dengan dua pukulan (sentuhan). Jika tangan
diletakkan pada debu halus, lalu ada debu yang ditempel tanpa
dipukulkan, maka sudah sah.
4. Tertib
19
Yakni harus mendahulukan usapan wajah, baru mengusap dua tangan.
Tayammum untuk hadas kecil dan hadas besar dalam hal tertib ini sama
saja. Jika tidak tertib maka tayammumnya tidak sah.
3
Syaikh zainuddin bin 'Abdul-'Aziz al-Malibari, Fat -ul-Mu'ini Bi syarat i Qurrat-il-'Aini Bi
Muhimmat-id-Din tayamum.
20
4). Maksud dari memindah debu adalah memindah debu ke anggota yang
diinginkan untuk diusap walaupun dari debu yang dibawa angin.
Wajib untuk melanggengkan niat tayammum sampai mengusap wajah.
5). Haram secara syari‘at menggunakan air dengan rekomendasi dari seorang
dokter yang adil atau dirinya sendiri seorang dokter.
6). Sebagai pengganti anggota yang tidak terkena air.
7). Sebagai pengganti dari anggota sehat yang terkena perban. Oleh karena
itu bila perban tidak sampai mengambil anggota yang sehat, maka
tidak wajib untuk mengusapnya.
8). Sekira dengan melepasnya dapat menyebabkan bahaya seperti sakit,
rusaknya anggota atau kemanfaatannya.
3. Rukun tayammum
a. Niat
b. Mengusap muka dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau
diletakkan ke debu
c. Mengusap kedua tangan sampai siku, dengan debu dari tangan yang
baru dipukulkan atau diletakkan ke debu, jadi dua kali memukul.
d. Tertib
4. Sunnah tayammum
a. Membaca basmallah
b. Mendahulukan anggota kanan
c. Menipiskan debu di telapak tangan
d. Berturut-turut
21
b. Melihat air, bagi yang sebabnya ketiadaan air
c. Karena murtad
22
a. Melakukan shalat. Baik yang wajib maupun sunnah. Untuk
keterangannya selaras dengan point pertama pada perkara yang tidak
boleh dilakukan ketika sedang berhadas kecil.
b. Dilarang Thawaf
c. Sama halnya dengan point ketiga pada pekerjaan yang dilarang ketika
hadas kecil.
d. Membaca Al-Qur'an. Sabda Rasulullah :
" Tidak boleh bagi orang yang sedang junub dan wanita yang tengah
haid membaca sesuatu dari al-Qur'an." (Hadits Riwayat Tirmizi, Abu
Daud, dan Ibnu Majjah)
e. Beri'tikaf di dalam masjid. walau hanya berhenti sejenak.
4
An Nawazil fil Hajj, ‘Ali bin Nashir Asy Syal’an, terbitan Darut Tauhid, cetakan pertama,
tahun 1431 H.
23
" Tidak boleh bagi orang yang sedang junub dan wanita yang tengah
haid membaca sesuatu dari al-Qur'an." (Hadits Riwayat Tirmizi, Abu
Daud, dan Ibnu Majjah)
4. Beri'tikaf di dalam masjid. walau hanya berhenti sejenak.
Adapun melewatinya boleh apabila tidak takut akan mengotori
masjid.Tetapi kalau khawatir kotorannya akan jatuh di masjid, maka
lewat kedalam masjid ketika itu pun juga haram.
ُ ُ ْ ُّ ُ
َََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََب
َ ٍ َجن لَالم ْس ِجد َِلحا ِئضَوال
َ الَأ ِح
“Aku tidak menghalalkan masjid bagi orang junub dan tidak pula bagi
wanita haid.” (HR. Abu Daud , Baihaqi )
24
BAB III
ANALISIS
1. Keakuratan
Makalah yang berjudul Thaharah (Bersuci) memberikan fakta secara
akurat, dan membahas permasalahannya secara lengkap dan tuntas
lewat keterangan keterangannya. Makalah ini juga telah
mengantisipasi pertanyaan pertanyaan yang akan diajukan calon
pembaca mengenai topik tersebut dan kemudian menjawabnya
dengan baik.
2. Sumber
Makalah ini menggunakan sumber informasi yang beragam. Namun untuk
semua fakta dan gagasan yang bukan merupakan karya asli penulis
makalah ini belum terdapat kutipan. Kutipan langsung digunakan dalam
paragraf biasa untuk memberikan gagasan pembaca dalam bahasa
mereka sendiri.
3. Seimbang
Makalah ini membahas fakta, gagasan, dan sudut pandang yang
dibicarakan secara obyektif dan seimbang, dengan memperhatikan
kekuatan dan kelemahan masing-masing.
4. Kreatif
Makalah ini tidak sekedar menyajikan fakta belaka, tetapi tidak berarti
bahwa informasi yang disajikan tidak berdasarkan fakta. Dalam makalah
ini, pembahasan sudah cukup rinci dengan dijelaskan mengenai,
Bersuci dengan air, wudhu dan mandi wajib, tayamum dan pekerjaan
yang di larang karena hadas. penjelasan itu sudah cukup variatif
25
BAB lV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut thaharah, merupakan
masalah yang sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal
dalam beribadah yang menghantarkan manusia berhubungan dengan
Allah SWT. Tidak ada cara bersuci yang lebih baik dari pada cara
yang dilakukan oleh syarit Islam, karena syariat Islam menganjurkan
manusia mandi dan berwudlu. Walaupun manusia masih dalam
keadaan bersih, tapi ketika hendak melaksanakan sholat dan ibadah-
ibadah lainnya yang mengharuskan berwudlu, begitu juga dia harus
pula membuang kotoran pada diri dan tempat ibadahnya dan
mensucikannya karena kotoran itu sangat menjijikkan bagi manusia
Dari makalah yang penulis buat ini, penulis simpulkan bahwa thaharah
sangat penting bagi seorang muslim dalam menjalani kehidupannya.
Karena pada dasarnya manusia itu fitrahnya adalah bersih dan
membenci hal –hal yang kotor. Oleh karena itu wajarlah jika ajaran
islam menyuruh untuk berthaharah dan menjaga kebersihan. Selain itu
dengan thaharah seseorang diajarkan untuk sadar dan mandiri dalam
menjaga dirinya dari hal-hal kotor memahami arti dari sopan santun
karena seorang muslim harus suci ketika berhadapan dengan Allah dalam
sholatnya,karena Allah menyukai orang-orang yang taubat dan
membersihkan dirinya.
26
DAFTAR PUSTAKA
27