Anda di halaman 1dari 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Kelapa Sawit


Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) merupakan tumbuhan tropis yang
diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di
hutan belantara Negara tersebut.Kelapa sawit pertama masuk ke Indonesia pada
tahun 1848,dibawa dari Mauritius Amsterdam oleh seorang warga Belanda.Bibit
kelapa sawit yang berasal dari kedua tempat tersebut masing-masing berjumlah
dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di Kebun Raya Bogor.Hingga saat ini,
dua dari empat pohon tersebut masih hidup dan diyakini sebagai nenek moyang
kelapa sawit yang ada di Asia Tenggara.Sebagian keturunan kelapa sawit dari
Kebun Raya Bogor tersebut telah diintroduksi ke Deli Serdang (Sumatera Utara)
sehingga dinamakan varietas Deli Dura (Hadi, 2004).

Sejarah dan Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Tanaman


kelapa sawit bukan merupakan tanaman asli Indonesia, namun beberapa sumber
menyatakan tanaman ini berasal dari dua tempat yaitu benua Afrika dan Amerika.
Tanaman ini untuk pertama kalinya ditanam pada tahun 1848 sebagai tanaman
koleksi Kebun Raya Bogor yang diperkenalkan oleh pemerintahan kolonial
Belanda (Fauzi, 2007). Pembudidayaan tanaman ini secara komersial untuk
pertama kalinya dilakukan sekitar tahun 1914 di daerah Deli Sumatera Utara,
hingga saat ini telah berkembang sebagai pusat produksi kelapa sawit di Indonesia
(Said, 1996). Adrien Hallet, seorang berkebangsaan Belgia dikenal sebagai
perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia, ia telah belajar banyak
tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya kemudian diikuti
oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai mengalami
perkembangan (Fauzi, 2007).

2.2 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

2.2.1 Iklim

Komponen iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan kelapa sawit


adalah suhu udara, curah hujan dan kelembaban udara. Lokasi penelitian yang
terletak di sekitar khatulistiwa yaitu 00 12’-00 20’ Lintang Utara dan 1010 14’-1010
24’ Bujur Timur serta ketinggian dari muka laut antara 7-50 m, mempengaruhi
jumlah dan pola komponen iklim tersebut. Kisaran rata-rata suhu udara tahunan
yang optimum untuk kelapa sawit 250 C-280 C, tetapi masih dapat berproduksi
pada rata-rata suhu udara tahunan antara 240 C-380 C. Kombinasi antara curah
hujan dan suhu udara sangat mungkin berperan dalam mekanisme membuka dan
menutupnya stomata daun yang berujung pada proses fotosintesis (I G.P. Wigena
et al, 2009).

Rata-rata jumlah curah hujan tahunan sebesar 2.339 mm tahun-1, rata-


rata suhu udara tahunan sebesar 26,40 C dan kelembaban udara ratarata 81,2%.
Dikaitkan dengan persyaratan tumbuh tanaman kelapa sawit dalam hal
ketersediaan air (wa), ratarata curah hujan tahunan di lokasi penelitian sangat
cocok (S1), demikan juga dengan jumlah bulan kering yang < 100 mm) yaitu 102
mm. Seperti halnya curah hujan, rata-rata suhu udara tahunan termasuk kategori
S1 yang sangat cocok untuk kebutuhan kelapa sawit (I G.P. Wigena et al, 2009).

Untuk pertumbuhannya, kelapa sawit memerlukan rata-rata curah hujan


tahunan berkisar 2.000 mm tahun-1 tanpa bulan kering. Cekaman air tanah
(kekeringan) akan menunjukkan penurunan produksi yang tajam karena
meningkatnya jumlah tandan buah jantan. Curah hujan yang ideal bagi kelapa
sawit yakni 2.000 – 2.500 mm pertahun dan tersebar merata setiap tahun. Musim
kemarau selama tiga bulan ataulebih dapat menurunkan produksi kelapa sawit.
Sedangkan curah hujan yang tinggi tidak berpengaruh buruk terhadap produksi
kelapa sawit, asalkan drainasedan penyinaran matahari cukup baik (I G.P. Wigena
et al, 2009).

2.2.2 Tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada tanah podsolik, latosol,


hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol, dan alluvial. Tanah gambut
mempunyai kejelekan jika digunakan untuk kelapa sawit, yaitu: rendahnya berat
isi, porositas tinggi, pH sangat masam, ketersediaan unsure hara makro maupun
mikro rendah serta rentan terhadap kekeringan berlebihan yang merusak koloid
gambut. Sifat fisik tanah yg baik adalah :
• mempunyai Solum tebal 80 cm,

• Tekstur ringan ( pasir 20 – 60 %, debu 10 – 40 %, dan liat 20 – 50 %)

• Struktur tanah baik, konsitensi gembur – agak teguh, permeabelitas


sedang)

• PH tanah 4 – 6, terbaik 5 – 5,5. pH rendah diantisipasi dengan kapur,


mempunyai Kandungan unsur hara tinggi

• C/N : C 1 %, N 0,1 %

• Daya tukar Mg : 0,4 – 1,0 me/100 gr

• Daya tukar K : 0,15 – 0,2 me/100gr

2.2.3 Kesesuaian lahan

Kemampuan lahan pada perkebunan kelapa sawit mempunyai beberapa factor


yang mempengaruhi yaitu iklim, topografi, keadaan fisik dan kimia lahan, erosi,
drainase dan factor lainnya. Klasifikasi Kemampuan lahan:

• Agar sebelum maupun sesudah operasi pembukaan lahan, telah


diketahui hambatan yg akan timbul (berasal dr sumber daya alam)

• Agar pengusaha mengetahui potensi lahannya untuk penyusunan


perencanaan produksi, perencanaan pabrik, pemasarana, dll

Menurut Batubara (2002), kelapa sawit merupakan salah satu tanaman


perkebunan yang dapat tumbuh baik di Indonesia, terutama di daerah-daerah
dengan ketinggian kurang dari 500 meter dari permukaan laut. Penanaman kelapa
sawit tidak disarankan pada lahan yang lebih tinggi dari 500 meter dari
permukaan laut karena tanaman akan mengalami pertumbuhan yang lambat,
sehingga umur pertama produksi tidak dapat dicapai tepat pada waktunya
walaupun untuk pertumbuhan selanjutnya akan cukup memuaskan
Fauzi, Yan dkk. 2007. Kelapa Sawit , Budi Daya, Pemanfaatan Hasil, dan Limbah,.
Analisa Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Cetakan 21. Jakarta: Penebar.

I G.P. Wigena, et al. 2009. Soil and Climate Characterization and Its Suitability
for Nucleus Smallholder Oil Palm at Sei Pagar, Kampar District, Riau
Province.

JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 30/2009


BAB IV TUGAS KHUSUS

4.1 Pembibitan

Alat dan bahan yang digunakan

Anda mungkin juga menyukai