Anda di halaman 1dari 15

JURNAL

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA


TERHADAP STATUS IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS
PADARINCANG TAHUN 2013

Disusun Oleh :

NURHAYATI
20.11.000.199

PEMINATAN KESEHATAN REPRODUKSI


PROGRAM PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU (STIKIM)
JAKARTA 2013
PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA
TERHADAP STATUS IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS
PADARINCANG TAHUN 2013

Nurhayati1, dr.H.Yovsyah2,
1,
Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang,2 Universitas Indonesia,
e-mail: 1indradafie@Gmail.com, 2yopy@ui.ac.id/yopi@ui.edu

ABSTRAK

Imunisasi dimaksudkan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar terhindar dari penyakit
dengan memberikan vaksin dalam tubuhnya. Kondis bayi yang rentan akan penyakit akan sulit di duga
mengidap suatu penyakit, serta ketidak kemampuanya kondisinya. Hal ini menjadi alasan untuk
memberikan imunisasi dasar yang lengkap kepada bayi, dan penelitian ini adalah mencari pengaruh
antara pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga terhadap status imunisasi dasar anak balitanya yang
berusia 12-23 bulan.Pada masing-masing variable diukur dengan 3 sampai 5 indikator, kecuali
pengetahuan peneliti menempatkan nya sebagai variabel manifase. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cross sectional, yaitu arah melintang dengan menggunakan sampel 63 responden
di Puskesmas seKecamatan Padarincang. Dan alat pengumpulan data adalah instrumen kuisioner
dengan model pertanyaan tertutup. Sedang teknik analisis menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan analisis menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) dengan aplikasi softwaresmart
PLS dan Special Package for Statistis Science (SPSS).Hasil penelitian menunjukan penge tahuan,
sikap, dan dukungan keluarga memiliki pengaruh terhadap status imunisasi dasar, dengan nilai
menunjukan model hasil analisis dapat menjelaskan 74,82% keragaman data dan mampu mengkaji
fenomena yang dipakai dalam penelitian, sedangkan 25,18% dijelaskan komponen lain yang tidak ada
dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Dukungan, Imunisasi

ABSTRACT

Immunization is intended to provide immunity to the baby to avoid the disease by giving the
vaccine in the body. Kondis baby vulnerable to disease will be difficult to guess a disease, as well as
the lack of his ability condition. This is the reason to give a complete basic immunization for infants,
and this research is to find the influence of the knowledge, attitudes, and family support for basic
immunization status of children aged 12-23 months toddler. In each of the variables measured by 3 to
5 indicators, except the researcher puts his knowledge as a variable manifase. The method used in this
study is cross-sectional, ie the transverse direction by using a sample of 63 respondents in PHC
seKecamatan Padarincang. And data collection tool was a questionnaire instrument model closed
questions. Moderate analysis technique using a quantitative approach to the analysis using Structural
Equation Modeling (SEM) with smartPLS software applications and statistical Special Package for
Science (SPSS). The results showed the knowledge, attitudes, and family support has an influence on
the immunization status of the base, with the value of the results of the analysis showed the model can
explain 74,82% variability of data and is able to examine the phenomenon used in the study, while
25,18% of other components that are not described in this study.

Keywords :knowledge, attitude, support, vaction


Pendahuluan 2003 yaitu sebesar 46 per 1000 kelahiran hidup.
Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70%
Millenium Development Goals (MDGs) di
kematian balita disebabkan diare, penumonia,
sepakati sebagai acuan ataupun strategi mencapai
campak, malaria, dan malnutrisi1.
derajat sehat, dan pencapaian goal yang ke empat
WHO memperkirakan, separuh dari
adalah menurunkan angka kematian, dimana status
kematian yang terjadi pada bayi adalah diakibatkan
mortalitas dan mobalitas menjadi ukuran sebuah
oleh batuk rejan, sepertiganya polio, dan seperempat
derajat kesehatan daerah. Sepanjang tahun antara
disebabkan oleh campak. Setiap tahun 1,7 juta anak
1998-2003 angka kematian bayi cukup tinggi terjadi
meninggal di seluruh dunia disebabkan oleh
pada angka 46 per 1000 kelahiran hidup, dan
berbagai penyakit yang sesungguhnya dapat
Indonesia tertinggi di ASEAN.1.
dicegah oleh berbagai vaksin yang sudah tersedia.
Derajat kesehatan di Indoensia di tentukan
Di Indonesia sekitar 34.690 bayi meninggal setiap
banyak factor, yang mempengaruhi pada kejadian
tahunnya karena penyakit yang dapat dicegah
mordibitas, mortalitas dan status gizi, sehingga
dengan imunisasi.
disusun strategi untuk menurunkan angka kematian
Imunisasi adalah suatu cara untuk
mati.Angka kematian bayi dan Infant Mortality Rate
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
dalam dua dasawarsa terakhir ini menunjukan
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak
penurunan yang bermakna, yaitu apabila tahun 1971
seseorang tersebut terpajan pada antigen serupa,
sampai 1980 memerlukan sepuluh tahun untuk
tidak terjadi penyakit Dalam kaitannya dengan
menurunkan AKB dari 142 menjadi 112 per 1000
tujuan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), imunisasi
kelahiran hidup dan hanya dalam kurun waktu lima
merupaka bentuk intervensi kesehatan yang sangat
tahun, yaitu tahun 1985 sampai 1990 Indonesia
efektif dalam upaya menurunkan angka kematian
berhasil menurunkan AKB dari 71 menjadi 54 dan
bayi dan balita. Departemen Kesehatan telah
bahkan dari data tahun 2001 telah menunjukan
mencanangkan Pengembangan Program Imunisasi
angka 48 per 1000 kelahiran hidup. tahun 2007
(PPI), yang menganjurkan agar semua anak
sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini
mendapat imunisasi terhadap 7 macam penyakit,
sedikit menurun jika dibandingkan dengan AKB
yakni tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, polio,
tahun 2002-2003 yaitu sebesar 35 per 1000
campak, dan hepatitis B2.
kelahiran hidup1.
Program imunisasi telah terbukti sebagai
Penurunan tersebut diikuti dengan angka
salah satu paya kesehatan masyarakat yang sangat
kematian balita atau AKABA yang telah mencapai
penting. Program ini telah menunjukan keberhasilan
56 per 1000 kelahiran hidup. Prestasi yang gemilang
yang luar biasa dan merupakan usaha yang sangat
tersebut tidak lain karena penggunaan teknologi
hemat biaya dalam mencegah penyakit menular.
tepat guna selama ini, yaitu memanfaatkan dengan
Iminisasi juga telah berhasil menyelamatkan banyak
baik kartu menuju sehat untuk memantau secara
kehidupan dibandingkan dengan upaya kesehatan
akurat tumbuh kembang anak, peningkatan
masyarakat lainnnya. Program ini merupakan
pemberian ASI serta pemberian imunisasi pada
intervensi kesehatan yang paling efektif, yang
anak balita sesuai program pengembangan
berhasil meningkatkan angka harapan hidup. Sejak
imunisasi (PPI) yaitu dengan BCG, Polio, Hepatitis
penetapan The Expanded Program on
B, DPT dan Campak, bahkan pada tahun 1990
Immunization (EPI) oleh WHO, cakupan imunisasi
Indonesia telah mencapai “Universal Child
dasar anak meningkat dari 5% hingga mendekati
Imunnization (UCI)” dengan cakupan sebesar 90%
80% diseluruh dunia. Sekurang-kurangnya ada 2,7
pada anak balita. Ditambah lagi dengan gerakan
juta kematian akibat campak, tetanus neonatorum
PIN (Pekan Imunisasi Nasional) terhadap penyakit
dan pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat polio
polio pada tahun 1995-1997 secara berturut-turut
yang dapat dicegah setiap tahunnya. Vaksinasi
serentak diseluruh tanah air1.
terhadap 7 penyakit telah direkomendasikan EPI
Selain Angka Kematian Bayi (AKB), Angka
sebagai imunisasi rutin di Negara berkembang
Kematian Balita (AKABA) juga sangat penting,
yaitu: BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B3.
karena menggambarkan peluang untuk meninggal
Setiap tahunnya di dunia ini terdapat 1,5 juta
pada fase antara kelahiran dan sebelum berumur 5
kematian bayi berusia 1 minggu dan 1,4 juta bayi
tahun. BPS menyebutkan AKABA pada tahun 2007
lahir mati akibat tidak mendapatkan imunisasi.
sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini
Kelompok yang paling penting untuk mendapatkan
lebih rendah dibandingkan AKABA tahun 2002-
1
imunisasi adalah bayi dan balita karena mereka yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
yang paling peka terhadap penyakit dan ibu-ibu suatu desa atau kelurahan telah mencapai target UCI
hamilserta wanita usia subur. Pada tahun 2000 apabila lebih dari 80 % bayi didesa atau kelurahan
penduduk indonesia berjumlah 210 juta jiwa dengan tersebut mendapat imunisasi lengkap.
proporsi jumlah anak dibawah usia 18 tahun masih Imunisasi dasar lengkap merupakan salah
merupakan golongan penduduk yang sangat besar satu program pemerintah yang memiliki daya ungkit
yaitu 77.808.000 (37,05%) dan jumlah anak balita besar dalam menurunkan angka kematian bayi di
sebanyak 21.967.000 (10,4%)2. Indonesia. Hasil data dan informasi, diketahui
Imunisasi merupakan salah satu upaya yang bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi
dilakukan untuk mencegah kematian pada bayi di Indonesia tahun 2010 baru sebesar 53,8%,
dengan memberikan vaksin.Imunisasi yang wajib sedangkan yang tidak lengkap sebesar 33,5%, dan
diberikan pada bayi adalah imunisasi HB 0, DPT, yang tidak diimunisasi sebesar 12,7% 1.
HB, polio, BCG, dan campak.BCG seringkali Sedangkan cakupan imunisasi dasar lengkap
digunakan sebagai cerminan proporsi anak-anak pada bayi di Provinsi Banten tahun 2011 baru
yang dilindungi dari bentuk tuberkulosis yang parah sebesar 48,8%, sedangkan yang tidak lengkap
selama 1 tahun pertama hidupnya, dan juga sebesar 38,6%, dan yang tidak diimunisasi sebesar
digunakan sebagai salah satu indokator akses ke 12,6%. Sedangkan persentase cakupan imunisasi
pelayanan kesehatan. Selain BCG, imunisasi polio dasar lengkap pada bayi Provinsi Banten tahun
juga sangat penting yang bertujuan untuk mencegah 20112 adalah 84,4%, drop out rate DPT/HB 1
penyakit polio. Untuk mengukur keberhasilan upaya Campak sebesar 5,9% 1.
kesehatan yang digunakan adalah polio3 yaitu Menurut hasil pencapaian imunisasi dasar
ketika bayi telah mendapatkan imunisasi polio bulan Januari sampai Desember 2012 di Puskesmas
sebanyak 3 dosis3. Padarincang Kabupaten Serang, didapatkan data Hb
Didalam kebijakan program imunisasi 0 sebesar 71,5% dari target 75 %, BCG sebesar
penyelenggaraan imunisasi dilaksanakan oleh 90,9% dari target 98, Polio 1 sebesar 92,8 % dari
Pemerintah, swasta, dan masyarakat dengan target 98%, DPT HB 1 sebesar 81,4% dari target
mempertahankan prinsip keterpaduan antara pihak 98%, Polio 2 sebesar 81,6% target 95%, DPT HB 2
terkait, mengupayakan pemerataan jangkauan sebesar 88,1% dari target 95%, Polio 3 sebesar 77,2
pelayanan imunisasi, mengutamakan kualitas % dari target 93%, DPT HB 3 sebesar 83,4% dari
pelayanan yang bermutu. Adapun strategi program target 93%, Polio 4 sebesar 79,4% dari target 90%,
imunisasi yaitu memberikan akses pelayanan Campak sebesar 74,1% dari target 90% 5.
kepada masyarakat, membangun kemitraan dengan Pentingnya pemberian imunisasi dasar dapat
jejaring, menjamin ketersediaan dan kecukupan dilihat dari banyaknya balita yang meninggal akibat
vaksin peralatan rantai vaksin dan alat suntik, Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
menerapkan sistem Pemantauan Wilayah Setempat (PD3I). orang tua yang tidak membawa bayi dan
(PWS), pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh balita mereka untuk diimunisasi ada kemungkinan
tenaga profesional/terlatih, pelaksanana sesuai bayi dan balita mereka dapat tertular PD3I. Hal itu
standar, memanfaatkan perkembangan metode dan sebenarnya tidak perlu terjadi karena penyakit-
teknologi yang efektif berkualitas dan efisien, serta penyakit tersebut bisa dicegah dengan imunisasi.
meningkatkan advokasi fasilitasi dan pembinaan. Oleh karena itu, untuk mencegah balita menderita
Sesuai dengan Permenkes Nomor 741 / beberapa penyakit yang berbahaya, imunisasi pada
Menkes / Per / VII / 2008 tentang Standar bayi dan balita harus lengkap serta diberikan sesuai
Pelayanan Minimal (SPM) terdapat dalam jadwal. Upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan
pelayanan kesehatan dasar dinyatakan bahwa untuk mencapai tingkat population immunity
Universal Child Immunization (UCI) harus (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga PD3I
mencapai target 100 %. Pencapaian UCI pada dapat dikendalikan. Dengan kemajuan ilmu
dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan pengetahuan dan teknologi, upaya imunisasi dapat
imunisasi lengkap pada sekelompok bayi. Bila semakin efektif, bermutu, dan efesien1.
cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu Beberapa faktor yang diduga berkaitan
wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut dengan kelengkapan imunisasi pada bayi, antara
tergambarkan besarnya tingkat kekebalan lain adalah pengetahuan ibu tentang imunisasi.
masyarakat atau bayi terhadap penularan Penyakit Teori perilaku dari Green mengemukakan bahwa

2
pengetahuan sebagai faktor predisposisi yang diberikan (obyek), (2) sikap merespon, yaitu
berkontribusi terhadap perilaku seseorang. memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan
Pengetahuan adalah hasil tahu setelah seseorang dan menyelesaikan tugas yang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu hal.4. diberikan,memberikan jawaban apabila ditanya,
Pengetahuan merupakan justified true mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
believe. Seorang individu membenarkan (justifies) diberikan sikap menghargai, (3) sikap menghargai,
kebenaran atas kepercayaannya berdasarkan yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
observasinya mengenai dunia. Jadi bila seseorang mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu
menciptakan pengetahuan, ia menciptakan masalah, dan (4) sikap bertanggung jawab, yaitu
pemahaman atas suatu situasi baru dengan cara bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
berpegang pada kepercayaan yang telah dibenarkan. dipilihnya dengan segala resiko. Ibu yang bersikap
Dalam definisi ini, pengetahuan merupakan positif dan setuju dengan adanya imunisasi bayi,
konstruksi dari kenyataan, dibandingkan sesuatu maka akan meningkatkan peluangnya untuk
yang benar secara abstrak. Penciptaan pengetahuan membawa anaknya diimunisasi secara lengkap8.
tidak hanya merupakan kompilasi dari fakta-fakta, Faktor lain yang juga cukup penting adalah
namun suatu proses yang unik pada manusia yang adanya dukungan keluarga. Di kemukakan bahwa
sulit disederhanakan atau ditiru. Penciptaaan salah satu fungsi keluarga dalam bidang kesehatan
pengetahuan melibatkan perasaan dan sistem adalah adanya pemberian dukungan, baik dukungan
kepercayaan (belief sistems) dimana perasaan atau emosi, instrumen, dukungan penilaian, maupun
sistem kepercayaan itu bisa tidak disadari 6. dukungan informasi. Kesemuanya itu akan
Pengetahuan merupakan modal dasar bagi berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam membawa
ibu dalam berperilaku. Adanya reaksi samping anaknya untuk diimunisasi secara lengkap3.
imunisasi (RSI) yang sering menyertai imunisasi. Peran seorang ibu pada program imunisasi
Membuat ibu kadang takut untuk membawa sangatlah penting karena pada umumnya tanggung
anaknya diimunisasi lengkap. Padahal sebagian jawab untuk mengasuh anak diberikan pada orang
besar vaksin dalam imunisasi mempunyai tua khususnya ibu, untuk itu penelitian imunisasi
patofisiologi yang jelas atau dapat diterangkan, yang dilakukan adalah terhadap ibu-ibu yang
berkaitan dengan susunan vaksin, karakteristik mempunyai bayi/balita.
responden, atau merupakan bagian dari proses Perilaku manusia adalah suatu keadaan yang
pembentukan antibodi.Reaksi lokal maupun seimbang antara kekuatan pendorong (driving
sistemik yang tidak diinginkan dapat terjadi pasca forces) dan kekuatan penahan (restrining forces).
imunisasi. Sebagian besar reaksi samping imunisasi Dengan adanya kekuatan pendorong, seperti halnya
hanya ringan seperti demam dan bisa hilang dengan adanya pemberian informasi, penyuluhan, dan
sendirinya. Demam yang tinggi sering membuat ibu dukungan dari keluarga dan oranglain, maka akan
khawatir. Apalagi pada bayi bila kenaikan suhu terjadi adanya stimulus yang mendorong untuk
tubuh terjadi secara tiba – tiba bisa menimbulkan timbulnya perubahan perilaku8.
komplikasi berupa kejang. Reaksi yang berat bisa Hasil imunisasi di Kabupaten Serang,
terjadi meskipun jarang7. persentase anak balita yang mendapatkan imunisasi
Menurut data di atas, terlihat bahwa dasar seperti dan persentase balita yang
ketakutan ibu terhadap reaksi yang di timbulkan mendapatkan imunisasi lengkap di Kabupaten
setelah imunisasi dapat menyebabkan anak tidak Serang sebesar (19,9%) balita yang mendapatkan
mendapat imunisasi dengan lengkap. Hal ini tidak imunisasi dasar tidak lengkap sebesar (62,2%) dan
akan terjadi bila ibu memiliki pengetahuan yang balita yang tidak sama sekali diimunisasi sebesar
baik tentang reaksi samping imunisasi. (17,7%). Dari data diatas dapat dilihat bahwa masih
Faktor penting yang kedua yang dapat banyak balita di Kabupaten Serang yang status
mempengaruhi kelengkapan imunisasi pada bayi imunisasi dasarnya masih belum lengkap9.
adalah sikap ibu. Sikap adalah kecenderungan untuk Data yang diperoleh dari laporan tahunan
bertindak, dan sikap menggambarkan setuju atau program imuninisasi Dinas Kesehatan Kabupaten
tidak setuju terhadap sesuatu obyek4. Adapun Serang didapatkan data, bahwa pada tahun 2012 di
beberapa indikator yang berkaitan dengan sikap Dinas Kesehatan Kabupaten Serang yang terdiri
antara lain adalah : (1) sikap menerima, yaitu orang dari 30 Puskesmas yang ada diwilayah Kabupaten
(subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang Serang HB0 (57,5%), BCG (67,9%), polio 1

3
(61,6%), DPT HB 1 (61,6%), polio 2 (74,3%), DPT imunisasi dasar pada balita lengkap, karena penyakit
HB 2 (74,3%), polio 3 (65,3%), DPTHB 3 (65,3%), ini dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Orang
polio 4 (65,7%), campak (71,9%), tua yang tidak membawa bayi dan balita mereka
Di wilayah kerja Puskesmas Padarincang untuk diimunisasi ada kemungkinan akan tertular
tahun 2011 data cakupan imunisasi dasar masih PD3I. Upaya imunisasi perlu terus ditingkatka
rendah karena menepati urutan ke 26. Menurut data untuk mencapai tingkat Population immunity
dari Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) mulai (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga PD3I
bulan Januari sampai Desember tahun 2011 di dapat dikendalikan. Dengan kemajuan ilmu
Puskesmas Padarincang didapatkan data bahwa pengetahuan dan teknologi, upaya imunisasi dapat
cakupan imunisasi HB 0 sebesar 50,4% dari target semakin efektif, bermutu dan efisien1.
70%, BCG sebesar 83,5% dari target 90,%, polio 1 Untuk meningkatkan upaya pemberian
sebesar 75,2% dari target 98%, DPT HB 1 sebesar imunisasi dasar pada bayi dan balita pada tahun
77,2% target 98%, polio 2 sebesar 83,2% dari target 2012 di disusunlah terobosan-terobosan yang sangat
95%, DPT HB 2 sebesar 77,2% dari target 95%, efektif yaitu swiping imunisasi dasar disetiap desa
polio 3 sebesar 78,2% dari target 93%, DPT HB 3 yang dilakukan setiapa tiga bulan sekali setelah
sebesar 77,2% dari target 93%, polio 4 sebesar 87% dilakukan evaluasi pencapaian program imunisasi
dari target 90%, campak sebesar 78,3% dari target dasar, hal ini akan sangat membantu untuk
90%10. pencapaian target imunisasi dasar lengkap.
Hasil informasi tersebut mengindikasikan Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
bahwa kelengkapan imunisasi dasar untuk masing- rumusan masalah pada penelitian ini adalah belum
masing sasaran di Puskesmas masih rendah. Hasil diketahuinya pengaruh pengetahuan, sikap, dan
wawancara pendahuluan dengan 5 orang ibu yang dukungan keluarga terhadap status imunisasi dasar
memiliki anak usia 12-23 bulan, diperoleh informasi pada balitanya usia 12 -23 bulan di wilayah kerja
2 orang diantaranya tidak memberikan imunisasi Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang tahun
secara lengkap kepada bayinya, alasan yang 2013.
dikemukakan adalah karena ibu kurang paham
tentang manfaat masing-masing jenis imunisasi, dan Metode
keluarga juga cenderung kurang memperhatikan
Penelitian menggunakan metode
dan mendukung kelengkapan pemberian imunisasi penelitian survey dan study kasus dengan
ini, sehingga imunisasi lengkap juga tidak dapat pendekatan penelitian kuantitatif, artinya dalam
diberikan kepada bayi. penelitian ini menekankan pada analisa secara
Sebagian besar masyarakat di Desa beranggapan statistik deskriptif dengan type explanatory
bahwa setelah bayi/balita diimunisasi akan terjadi Researh yaitu untuk menjelaskan pengaruh
panas sehingga ibu-ibu yang mempunyai bayi pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga
enggan mengimunisasikan anaknya, karena setelah terhadap status imunisasi balitanya. Desain
diimunisasi bukannya sehat malah sakit, hal ini penelitian menggunakan crosssectional (belah
disebabkan karena kurangnya penyebarluasan melintang) dimana pengukuran penelitian
informasi tentang imunisasi terutama di daerah dijelaskan pada variable eksogen adalah
pedesaan yang jauh dari jangkauan pelayanan pengetahuan, dan sikap sedangkan variabel
kesehatan. endogen adalah dukungan keluarga dan status
Pentingnya pemberian imunisasi dasar pada bayi imunisasi balitanya. Pemilihan lokasi ini secara
yang bila tidak diberikan atau diberikan tapi tidak sengaja (purposive) dengan pertimbangan untuk
lengkap akan berdampak pada angka kematian dapat mempermudah dalam pengumpulan data
bayi/balita terbukti pada tahun 2011 terdapat kasus mengingat lokasi tersebut tempat peneliti
kejadian luar biasa campak yang terjadi di wilayah bekerja. Mengingat faktor kendala peneliti
kerja Puskesmas padarincang yang terdiri dari 56 seperti keterbatasan waktu, biaya dan
orang anak yang terkena campak, sedangkan pada kemampuan peneliti.
tahun yang sama terdapat kasus kematian difteri Populasi dan sampel penelitian adalah ibu
yang terjadi pada balita usia 57 bulan, walaupun yang memiliki balita dan tinggal dilingkungan
Puskesmas Padarincang. Metoda pengukuran
kematian kasus difteri hanya satu balita disini sudah
baik untuk variabel eksogen mupun endogen,
menunjukan angka kejadian luar biasa (KLB), yang
yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan
sebetulnya hal ini tidak akan terjadi bila pemberian
skala interval, sedangkan teknik pengukuranya
4
menggunakan Semantic differential, yang metode resampling, memungkinkan berlakunya
mempunyai skala 5 pointsedang pada status data terdistribusi bebas (distribution free) tidak
imunisasi balitanya di ukur melalui sumber data memerlukan asumsi distribusi normal, serta
tertulis yaitu menggunakan KMS yang di miliki tidak memerlukan sampel yang besar
balita ibu yang menjadi responden. Pada skala (direkomendasikan sampel minimum 30) 2.
ini sifat positif diberi nilai paling besar dan sifat
negatif di beri nilai paling kecil tetap Hasil
dipertahankan, demikian juga prinsip Penelitian menggunakan analisis
menggabungkan positif -negatif dan negatif - pemodelan SEM dimana perhitungan di bantu
positif. dengan software smart PLS. Proses analisa di
Teknik analisa data dalam penelitian ini lakukan melalui 3 tahapan, yaitu pengujian
menggunakan Structural Equation Model univariat dengan mengelompokan karakterstik
(SEM) dengan Partial Least Square (PLS), responden, dan dilanjutkan pada tahapan
adapun langkah-langkahnya pertama mengujian bivariat hingga pada tahapan akhir
merangcang model structural atau yaitu pengujian hipotesis dengan dua
menggambarkan hubungan antar variabel laten pengukuran, yaitu pengukuran outer model dan
berdasarkan pada substansi teori, setelah itu pengukuran inner model.
merancang model pengukuran (outer model) Berdasarkan pada hasil karakteristik
atau model pengukuran yang mendifnisikan responden, di dapat angka 37 atau 58,7% pada
hubungan antara variabel. kelompokan usia, sedangkan pada kelompok
Metode pendugaan parameter (estimasi) SLTP yaitu sebesar 33 atau 52,4%. Pada tahap
di dalam PLS adalah metode kuadrat terkecil pengujian kedua, yaitu pengujian bivariat,
(last square methods), Proses perhitungan digunakan pengujian Chi Square dengan tingkat
dilakukan dengan cara iterasi, dimana iterasi signifikansi α = 5% dan hasil nya pada setiap
akan berhenti jika telah tercapai kondisi variabel menunjukan nilai Pvalue> 0,005. Hal
konveragen. Pendugaan parameter di dalam ini menunjukan bahwa variabel penelitian tidak
PLS meliputi 3 hal, yaitu : (1)Weight estimate berhubungan dengan karakteristik responden.
yang digunakan untuk menghitung data variable Setelah itu dilakukan tahap ketiga yaitu
laten, (2) Path estimate yang menghubungan pengujian hipotesis dengan dua pengukuran,
antar variabel laten dan estimasi loading pengukuran outer model dan pengukuran inner
antara variable laten dengan indikatornya, (3) model, dilakukan dengan bantuan software
Mean dan parameter lokasi (nilai konstanta smart PLS. Hasil pengukuran pada outer model
regresi, intersep) untuk indikator dan variabel dengan indikator reflektif yang dievaluasi
laten, (4) Evaluasi Goodness of Fit. Goodness dengan convergent dan discrimant validity dari
of Fit Model di ukur menggunakan R2 variabel indikatornya, dan composite reability untuk
laten dependen dengan interprestasi yang sama blok indikator. Sedangkan outer model dengan
dengan regresi. Q2 predictif relevance untuk formatif indikator dievaluasi berdasarkan
model structural mengukur seberapa baik nilai substantive contentnya, yaitu dengan
observasi dihasilkan oleh model dan juga membandingkan besarnya relativeweight dan
estimasi parameternya, (5) Pengujian Hipotesis melihat signifikansi dari ukuran weight tersebut
(β, ү, dan λ) dilakukan dengan metode hasil pengukuran outer model dari penelitian ini
resampling, (Bootstrap). Statistik uji yang adalah sebagai berikut:
digunakan adalah statistic t atau uji t. Penerapan

Gambar : 1
Gambar Outer Model Penelitian
5
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, terhadap konstruk yang tidak sesuai tersebut.
diketahui ada korelasi konstruk berada pada Pada gambar tampak kontruk HB O dan
posisi lebih kecil dari pada ukuran kontruk campak tidak mengukura dari kontruk latenya,
lainnya. Hal itu menunjukan bahwa konstruk dengan di tandai nilai di bawah 0,50, dan
laten memprediksi ukuran pada bloknya setelah dilakukan trimming pada kedua
kurang dari pada ukuran pada blok lainnya. kontruk tersebut, di dapat hasil sebagai
Sehingga harus dilakukan proses trimming berikut:

Gambar : 1
Gambar Model Penelitian

Hasil pengujian outer model pada tiap sedangkan pada variabel pengetahuan adalah
variabel dengan indikatornya menghasilkan dengan nilai 1. Pada pengujian composite
CFA dengan nilai alfa 0,54-0,94 dan nilai T reabiliti dan alpha cronbachs juga memiliki
6,5-109,78. GOF measurement model angka di atas r tabel sehingga seluruhnya di
memberikan hasil pada nilai AVE masing- nyatakan reabel dan menunjukkan nilai GOF
masing variabel di atas akarnya, yaitu dengan outer model memiliki lamda >0,5 untuk semua
nilai 0,459986 untuk variabel status imunisasi indikator pada masing-masing variabel (0,77-
dan 0,728330 untuk variabel dukungan 1,00) Nilai validitas dan realibilitas juga tinggi
keluarga, dan 0,741161 untuk variabel sikap, (lebih besar dari yang disyaratkan) sehingga
proses pembacaan dapat dilanjutkan untuk GOF inner modelnya, yaitu:

Gambar 3 :
Gambar Inner ModelAwal Penelitian padapengaruh langsung dan tidak langsung

6
Berdasarkan pada hasil di atas, ada bootstrappingsebanyak sampai nilai 200 kali.
dua jalur yang tidak memenuhi angka Estimasi koefisien regresi akan dilakukan
signifikan pada nilai α = 0,05 (1,96), yaitu terhadap regresi pada63 observasi dilakukan
jalur sikap terhadap status imunisasi dengan beberapa kali sehingga diperoleh koefisien
nilai 1,177<1,96, dan jalur dukungan keluarga regresi sebanyak 200 (jumlah sampel untuk
terhadap status imunisasi dengan angka 1,667 bootstrspping) sehingga mendapatkan
< 1,96 Sehingga dilakukan pengulangan nilaiseperti yang tertera dalam gambar model
bootstrapping ulang, dan peneliti melakukan penelitian berikut ini:

Gambar 4 :
Gambar Inner Model Akhir Penelitian padapengaruh langsung dan tidak langsung

Berdasarkan pada hasil di atas, seluruh berkorelasi, sedangkan pengetahuan terhadap


jalur telah memenuhi angka signifikan pada sikap mengalami signifikan dengan hasil
nilai α = 0,05 (1,96). Evaluasi dengan loadings perhitungan 5,002 sehingga nilai ini jauh lebih
Factor dilakukan untuk menilai signifikansi besar dari t hit (5,002 > 1,96) pada pengaruh
konstruk laten dengan konstruknya, yaitu sikap terhadap status imunisasi dengan angka
dengan membandingkan nilai r-statistik (2,190 > 1,96) sedangkan pengaruh antara
masing-masing konstruk laten dengan nilai α = pengetahuan terhadap status imunisasi adalah
0,05 (1,96). 13,308. Dari hasil perhitungan ini hipotesis
Berdasarkan pada hasil inner model yang yang diajukan oleh peneliti dalam
tersebut diatas, menunjukan bahwa dukungan penelitian pengaruh antara pengetahuan,
keluarga berpengaruh terhadap sikap dengan dukungan keluarga, dan sikap terhadap status
nilai t sebesar 134,728 dan signifikan pada 5% imunisasi balitanyadi terima.
(thit > 1,96), dukungan keluarga terhadap Adapun besaran pengaruh langsung dan
status imunisasi berpengaruh dikarenakan nilai tidak langsung masing-masing variabel dapat
t hit lebih besar dari nilai t tab (3,199 > 1,96) dijelaskan sebagai berikut:
sehingga hubungan antara dua variabel ini

Tabel: 1
Nilai pengaruh langsung dan tidak Langsung ke Variabel perilaku kunjungan dengan T Statistik pada
Hubungan Antara variabel pada Struktural Model
LV Direct Indirect Total
Direct Indirect
Variable Total
correlation rho rho % % %

Pengetahuan 0,517577 0,416 0,012 0,428 21,531 0,267 21,798


sikap 0,522545 0,183 - 0,183 9,562 - 9,562
dukungan
keluarga
0,508469 0,251 0,165 0,416 12,762 1,58 14,342
Total 1,027 43,855 1,847 45,702
Sumber: pengolahan data penelitian 2013
7
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh
di tarik kesimpulan bahwa total pengaruh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
langsung antara pengetahuan, sikap, dan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan
dukungan keluarga terhadap status imunisasi terhadap penyakit yang sedang mewabah atau
dasar di Puskesmas seKecamatan Padarincang berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal
berjumlah 43,855%, dengan nilai R Squere dari kata imun yang berarti kebal atau
sebesar 43,91%. Sedangkan besaran pengaruh resisten.Imunisasi terhadap suatu penyakit
masing-masing berdasarkan pengaruh hanya akan memberikan kekebalan atau
langsung dan tidak langsung adalah angka resistensi pada penyakit itu saja, sehingga
43,91% untuk pengaruh langsung, dan angka untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
1,847% untuk pengaruh tidak langsung. imunisasi lainnya11.
Secara matematis, bentuk persamaan Bayi tanpa imunisasi lengkap atau tidak
struktural maka dapat dibuat persamaan model di khawatirkan akan sulit dalam menolak
matematiknya sebagai berikut: penyakit yang menyerangnya, mengingat
a. Pengetahuan, dukungan keluarga,terhadap kurangnya kekebalan tubuh yang dimiliki.
sikap Walaupun seringkali ada klaim, bahwa dengan
ήI = ξ1* γ2+ ξ2* γ4+ ζ1 ASI(air susu ibu) bayi dapat memiliki
1= ξ1*0,068* ξ2 * 0,903+ ξ1 kekebalan tubuh yang baik jauh dengan
b. Pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga imunisasi. Hal ini tidak dapat di salahkan,
terhadap status imunisasi namun imunisasi yang di buat sebagai vaksin
ή2 = ξ1* γ1 + ή1.β + ξ2* γ3 + ξ2 produk biologis yang terbuat dari kuman,
η2= ξ1*0,416 + ή1.0,183β + ξ2* 0,251 + ξ2 komponen kuman (bakteri, virus, atau riketsia)
atau racun kuman (toxoid) yang telah
Selanjutnya dihitung nilai (Q²) adalah dilemahkan atau dimatikan dan akan
sebagai berikut : menimbulkan kekebalan spesifik sacara aktif
Q² = 1 - (1-R1²) (1 - R2²) terhadap penyakit tertentu akan lebih dapat
= 1 – (1-( 0,439158)²) (1-(0,846392)²) bekerja dan sangat membantu bayi dalam
= 1 – (1-(0,19286) (1-(0, 716379) menolak penyerangan penyakit.
= 1- (0,80714* 0,283621) Ada beberapa jenis penyakit yang
= 1- (0,228922) dianggap berbahaya bagi anak, yang
= 0,771078 = 77,10% pencegahannya dapat dilakukan dengan
Galat Model = 100% - 77,10 % pemberian imunisasi. Diantara penyakit yang
= 22,9 %. berbahaya tersebut adalah penyakit Cacar,
TBC, Difteria, Tetanus, batuk rejan,
Hal tersebut menunjukan model hasil Poliomyelitis, Campak, Hepatitis B. Karena
analisis dapat menjelaskan 77,10% keragaman penyakit tersebut diatas berbahaya, pemberian
data dan mampu mengkaji fenomena yang imunisasi dengan cara penyuntikan
dipakai dalam penelitian, sedangkan 22,9% kuman/antigen murni menyebabkan akan
dijelaskan komponen lain yang tidak ada menjadi sakit. Maka untuk itu diperlukan
dalam penelitian ini. pembuatan suatu jenis vaksin dari kuman yang
telah dilemahkan atau dimatikan terlebih
Diskusi dahulu sehingga tidak membahayakan dan
Kondisi bayi yang tampak sehat tidak akan menimbulkan penyakit1.
seringkali belum tentu memiliki kekebalan Walaupun imunisasi bisa diberikan
yang baik terhadap serangan penyakit yang kepada orang dewasa sekalipun, namun pada
berbahaya, sehingga butuh penanganan extra umumnya bayi usia 0 bulan hingga usia 23
ketika penyakit menghampirinya. Hal ini tahun atau 2 tahun adalah yang menjadi target
menjadi alasan kenapa imunisasi bagi bayi dari Dinas Kesehatan. Mengingat pemberian
sangat penting, imunisasi yang di artikan oleh vaksin kekebalan dipandang lebih efektif bila
Depkes RI sebagai suatu tindakan untuk di berikan pada bayi, dengan alasan bayi
memberikan kekebalan dengan cara sangat rentan terhadap penyakit dibanding
memasukan vaksin kedalam tubuh manusia. orang dewasa. Depkes RI sendiri mentarget
Tidak menyimpang dari pernyataan kan bayi dengan imunisasi dasar, yaitu seperti
Depkes RI, Umar pun memberikan pengertian Hepatitis B sebanyak 4 kali, BCG sebanyak 1

8
kali, Polio sebanyak 4 kali, DPT sebanyak 3 sebesar nilai CI 95% sehingga hasil penelitian
kali, Campak sebanyak 1 kali, sehingga signifikan antara pengetahuan dengan
berdasarkan pada peraturan Depkes ini, pemerian imunisasi. Dalam penelitian ini pun
indikator status imunisasi adalah terpenuhinya peneliti menganilisa sebanyak 63 orang
macam imunisasi, yaitu: Hepatitis, BCG, sampel di dapat hanyak sebanyak 60% yang
Polio, DPT, dan Campak dan Untuk mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap,
mendapatkan imunisasi ini ibu dapat dan berdasarkan pada pengetahuan ternyata
membawa bayi ke posyandu ataupun lemah, apalagi didukung oleh tingkat
puskesmas. Bayi akan di anggap memiliki pendidikan yang tinggi pada level SLTP
status imunisasi yang lengkap bila bayi sebanyak 33 orang atau 52,4%. Sehingga
mendapatkan seluruh imunisasi dasar yang dalam penelitian ini dapat disimpulkan ada
telah di tetapkan oleh Depkes. pengaruh antara pengetahuan terhadap status
Pengetahuan bila di hubungkan dengan imunisasi dasar.
status imunisasi bayi, dapat diartikan sebagai Pengetahuan merupakan modal dasar
hasil tahu yang di dapat melalui proses, dalam bagi ibu dalam berperilaku. Adanya reaksi
kondisi yang sadar dikarenakan melakukan samping imunisasi (RSI) yang sering
pengindraan terhadap obyek, sehingga menyertai imunisasi. Membuat ibu kadang
mempengaruhi pada perilaku atau tindakan. takut untuk membawa anaknya diimunisasi
Melalui pemikiran dan tindakan ini pada lengkap. Padahal sebagian besar vaksin dalam
akhirnya akan berakibat pada keinginan ibu imunisasi mempunyai patofisiologi yang jelas
untuk melakukan imunisasi pada bayi nya atau dapat diterangkan, berkaitan dengan
dengan membawa bayi ke tempat pusat susunan vaksin, karakteristik responden, atau
kesehatan. senada dengan Green, pengetahuan merupakan bagian dari proses pembentukan
akan berdampak pada timbulnya respon yang antibodi. Reaksi lokal maupun sistemik yang
bersifat tindakan, karena pengetahuan tidak diinginkan dapat terjadi pasca imunisasi.
merupakan sebuah stimulus4. Sebagian besar reaksi samping imunisasi
Di jelaskan, dengan pengetahuan, hanya ringan seperti demam dan bisa hilang
seseorang akan membenarkan suatu objek, hal dengan sendirinya. Demam yang tinggi sering
ini dikarenakan pengetahuan memiliki justified membuat ibu khawatir. Apalagi pada bayi bila
true believe. Ibu dengan pengetahuan yang kenaikan suhu tubuh terjadi secara tiba – tiba
baik tentang pentingnya imunisasi bayi, akan bisa menimbulkan komplikasi berupa kejang.
menimbulkan reaksi untuk memberikan Reaksi yang berat bisa terjadi meskipun
imunisasi pada bayinya sehingga ibu akan jarang7.
semaksimal mungkin memberikan Hasil penelitian ini didukung oleh
kelengkapan imunisasi tersebut2. pendapat Lawrence Green dalam
Mendasari pada beberapa paparan bukupendidikan dan perilaku
tentang pengetahuan, maka tindakan seseorang kesehatanperilaku seseorang dipengaruhioleh
dalam memelihara kesehatan bayi nya dengan 3 faktor antara lain, factorpredisposisi, faktor
memberikan vaksin kekebalan, akan timbul pendukung, factorpendorong. Pengetahuan
setelah adanya pengetahuan, seorang ibu akan adalah salahsatu faktor predisposisi
memberikan vaksin /imunisasi secara lengkap yangmempengaruhi perilaku
atau tidak sama sekali sangat erat kaitannya manusiadisamping faktor lain seperti
dengan pengetahuan ibu tentang iminusasi itu sikapmasyarakat terhadap apa yang
sendiri, dari apa itu imunisasi, kenapa bayi akandilakukan, kepercayaan, tradisi,
harus di berikan imunisasi, bahan apa yang di sistem,nilai dari masyarakat sebagai
gunakan dalam proses imunisasi itu dan lain pemudahorang dalam berperilaku. Perilaku
sebagainya. walaupun banyak juga ibu yang jugadipengaruhi oleh faktor pendukungdalam
hanya sekedar ikut-ikutan dalam memberikan hal ini adalah tersedianya fasilitaskesehatan
imunisasi kepada bayinya. dan faktor pendorong (perankader atau
Sejalan dengan hasil penelitian Purnama petugas kesehatan dalammenggerakkan
et. all dalam penelitiannya tentang pengaruh imunisasi)4.
pengetahuan terhadap sikap dalam pemberian Di samping pada hasil penelitian
imunisasi tetanus pada 266 orang ibu, dengan tersebut, asumsi peneliti, bahwa pengetahuan
rata-rata usia 35 tahun di dapat hasil nilai merupakan modal dalam melakukan aktivitas

9
tertentu, adapun bila seseorang melakukan Banyaknya informasi yang masuk
sesuatu tanpa ada pengetahuan di dalamnya, berkaitan tentang imunisasi dasar pada bayi,
biasanya akan setengah-setengah, sehingga dan banyak nya pro dan kontra, hal ini wajar
bila ibu tidak memahami benar apa itu karena kurangnya pengetahuan tentang hal
imunisasi, walaupun ibu memberikan tersebut. Namun sering kali tidak hanya hanya
imunisasi tersebut, namun tidak akan berdasarkan pada pengetahuan, dukungan
mencapai kelengkapan yang atur oleh Depkes. keluarga, baik dalam bentuk informasi,
Sehingga mendasari hal tersebut akan instruksi, bahkan yang amat berpengaruh
mempengaruhi kekuatan atau power adalah yang berbentuk emosional karena
penggerak ibu dalam diri maupun dari luar dan berbentuk dukungan yang timbul berdasarkan
sangat berperan mencapai status imunisasi pada psikologis seseorang. Oleh karenanya ibu
dasar tersebut dan secara ilmiah di buktikan yang mendapatkan dukungan baik berbentuk
melalui hasil perhitungan statistik sebesar informasi, emosional, maupun instrument akan
13,308, angka ini terbukti lebih besar dari dapat menetralisir gangguan psikologisnya.
angka t tabel dalam konstanta (5%) yaitu Hal ini disebabkan karena stimulus akan
sebesar 1,96. sampai pada organisme menghasilkan sebuah
Sikap merupakan reaksi atau respon respon reflexive, Operant respon atau
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu instrumental respons. Respon reflexive ini
stimulus atau objek, sehingga sikap juga di dapat berupa kenyamanan kondisi psikologis
artikan sebagai keadaan mental dan saraf dari individu. Hal ini didasari padapendapat bahwa
kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang fungsi dukungan yaitu sebagai dukungan
memberikan pengaruh dinamik atau terarah informasional, sebagai dukungan instrumental,
terhadap respon individu pada semua objek dan sebagai dukungan emosional, sedangkan
dan situasi yang berkaitan dengannya. kecemasan merupakan sebuah perilaku hasil
Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari respon atau reaksi seseorang terhadap
dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman stimulus (rangsangan dari luar)12.
yang memberikan pengaruh dinamik atau Menurut Departemen Kesehatan RI
terarah terhadap respon individu pada semua keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
objek dan situasi yang berkaitan dengannya8. yang terdiri kepala keluarga dan beberapa
Senada yang dipaparkan pendapat orang yang terkumpul dan tinggal disuatu
diatasdi artikan pula bahwa sikap sebagai tempat dibawah suatu atap dalam keadaan
suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan saling ketergantungan7.
antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan Dukungan keluarga mempengaruhi
diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, status imunisasi dasar ini dibuktikan dengan
sikap adalah respon terhadap stimuli sosial hasil penelitian angka t-statistik sebesar 3,199
yang telah terkondisikan. Dalam penelitian ini, >1,96, dan nilai korelasi yang di hasilkan
sikap diukur oleh empat indicator, yaitu adalah 0,251. Sehingga dukungan keluaga ini
keyakinan, mempertimbangkan, dan tanggung berpengaruh terhadap status imunisasi dasar
jawab13. pada bayi.
Dalam hasil analisa penelitian ini pula Mendasari hal tersebut, asumsi peneliti,
di buktikan dengan hasil penelitian dengan dukungan keluarga sebagai lingkungan sosial
angka t-statistik sebesar 2,190 > 1,96 sehingga ibu, tempat berdiskusi dalam tukar pikiran,
hipotesa ini terbukti ada pengaruh antara sikap terutama dalam hal yang berkaitan dengan
dengan status imunisasi dasar dengan nilai permasalahan tentang anak. Dukungan
korelasi sebesar 0,183. keluarga dapat berbentuk binaan komunikasi
Berdasarkan pada asumsi peneliti, saat kunjungan di Puskemas ataupun pada saat
bahwa sikap yang baik akan merespon pertemuan, melakukan sharing pengalaman
informasi yang sampai kepada individu,baik dalam memberikan imunisasi kepada bayi,
berupa instruksi maupun berbentuk karena adanya keseimbangan emosi ataupun
pemberitahuan, sehingga akan merespon dan kondisi spikis dipengaruhi adanya dukungan
akan berbentuk pada tindakan. Mengingat keluarga seringkali menjadi sebuah kekuatan
imunisasi masih banyak yang pro dan kontra pendorong atau pendukung pada diri
sehingga perlu ada penyikapan yang baik agar seseorang dalam bertindak.
tidak salah memahaminya. Dengan memberikan imunisasi kepada

10
bayi/anak lebih banyak manfaatnya dari pada maupun negatif, yang berhubungan dengan
kerugiannya. Imunisasi dapat mencegah objek psikologis. Objek psikologis disini
penyakit dimasa depan sebagai contoh meliputi: simbol, kata-kata, slogan, orang,
hepatitis B, dengan diberikannya imunisasi ini lembaga, ide dan sebagainya.
pada bayi dapat mencegah kejadian penyakit Mendasari hal tersebut, maka dukungan
hepatitis pada umur produktif. Pemberian keluarga akan mempengaruhi pada sikap ibu
vaksin tetanus, minimal harus diberikan lima dalam memberikan imunisasi, secara ilmiah
kali seumur hidup, untuk mencegah hampir telah di buktikan dalam penelitian dengan di
100% tetanus neonatorum. Dengan pemberian dapat hasil hasil perhitungan ini di dapat
imunisasi dasar di berikan pada usia 0-11 angka t-statistik sebesar 134,728 > 1,96
bulan sesuai jadwal yaitu 0-7 hari hepatitis B dengan nilai korelasi sebesar 0,903.
(HB 0), usia 1 bulan BCG dan polio 1, usia 2 Disamping asumsi peneliti bahwa
blan DPT HB 1 dan polio 2, usia 3 bulan DPT manusia sebagai mahluk sosial yang sangat
HB 2 polio 3, usia 4 bulan DPT HB 4 dan bergantung pada oranglain dan tidak bisa
polio 4, serta usia 9 bulan diberikan campak. hidup sendiri maka adanya dukungan keluarga
Mendasari pentingnya pemberian akan berperan dalam memberikan sebuah
imunisasi dari pada kerugiannya, maka bantuan yang positif terhadap sebuah stimulus
penting memberikan imunisasi dasar secara kepada seseorang tentang adanya sebua
lengkap kepada bayi nya. Hal ini karena status perilaku. Namun perilaku akan timbulk
imusasi dasar akan di capai bila ibu memiliki berawal dari penerimaan sikap terlebih dahulu.
sikap yang baik terhadap imunisasi tersebut, Sehingga adanya pengetahuan akan
dan sikap akan timbul bila ada pengetahuan berpengaruh terhadap sikap ibu dalam
yang cukup tentang tersebut. Sehingga memberikan imunisasi.
pengetahuan sangat berpengaruh terhadap Berdasarkan pada hasil temuan tersebut,
sikap ibu dalam memberikan imunisasi dasar maka penelitian ini dapat disimpulkan status
kepada bayinya, dalam hasil pengujian imunisasi lengkap dasar akan di capai bila ibu
pengetahun terhadap sikap di dapat hasil memiliki pengetahuan, sikap, dan dukungan
angka t-statistik sebesar 5,002 > 1,96, dan keluarga, dan hal tersebut menunjukan model
nilai korelasi nya adalah 0,068. Sehingga hasil analisis dapat menjelaskan 74,82%
penelitian ini terbukti dengan parameter 10% keragaman data dan mampu mengkaji
pada konstanta 1,96. fenomena yang dipakai dalam penelitian,
Berdasarkan pada asumsi peneliti, sedangkan 25,18% dijelaskan komponen lain
bahwa adanya pengetahuan seseorang akan yang tidak ada dalam penelitian ini.
mendukung seseorang melakukan sesuatu 1.Tenaga kesehatan senantiasan memberikan
tindakan baik tindakan nyata maupun tindakan dukungan baik bersifat moril, spirit kepada
dalam pikirannya. Pengetahuan didapat bidan pelaksana, dengan cara membina
berdasarkan pengindraan seseorang melalui hubungan dan komunikasi yang baik antara
panca indranya sehingga terjadi proses bidan dan keluarga pasien, baik melalui
pengenalan, penalaran, yang menghasilkan posyandu ataupun di puskesmas secara
sebuah kesimpulan ataupun hasil tahu, hal ini khususnya. 2. Memotivasi ibu untuk
dapat di gunakan seseorang dalam mengambil memberikan imunisasi dengan baik dan lengkap
tindakan ataupun bersikap. Hal ini artinya, ibu dengan penjelasan yang mudah di mengerti
yang memiliki pengetahuan yang baik tentang mengingat latar pendidikan mereka yang masih
imunisasi akan bersikap menerima, atau rendah.
menolak tentang imunisasi tersebut, sehingga
akan di capai dua option, lengkap atau tidak Daftar Pustaka
lengkap pemberian imuniasasi pada bayinya. 1. Departemen Kesehatan RI, Manajemen
Sikap masih berupa alam pikiran, belum terpadu Balita Sakit, Departemen Kesehatn
dalam bentuk perilaku ataupun tindakan, RI, 2008.
sehingga akan mudah di pengaruhi oleh 2. WHO. Pedoman Hidup Sehat. UNICEF.
informasi yang timbul di dalam maupun diluar 2002
pikiran seseorang.Ada batasasn sikap sebagai
tingkatan kecenderungan yang bersifat positif

11
3. Friedman, M.Bowden, V.r.Jones,E.G. (Disposable) di Kabupaten Bantul. Tesis.
Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktik, Universitas Indonesia. Jakarta, 2001.
Edisi 3 EGC, Jakarta, 1998. 16. Departemen Kesehatan RI, Buku Acuan
4. Departemen Kesehatan RI, Buku Acuan Pelatihan Imunisasi Dasar Bagi
Pelatihan Imunisasi Dasar Bagi pelaksanaan Imunisasi, Departemen
pelaksanaan Imunisasi, Departemen Kesehatan RI, 2009.
Kesehatan RI, 2009. 17. Depkes RI, Profil Kesehatan Provinsi
5. Departemen Kesehatan RI, Manajemen Banten 2013, Kementrian Kesehatan
terpadu Balita Sakit, Departemen Kesehatn Jakarta. 2013.
RI, 2008. 18. Elly Istriyati, Faktor-Faktor Yang
6. Azwar, S. Sikap Manusia, Teori dan Berhubungan Dengan Kelengkapan
Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa
Pelajar,2007. Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Kota
7. Ali, Zaidin, Dasar Dasar Pendidikan Keseh SalatigaJurusan Ilmu Kesehatan
atan Masyarakat dan promosiKesehatan, Ja Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
karta: CV. Trans Info Media, 2010. Universitas Negeri
8. Notoatmodjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat. SemarangHttp://Lib.Unnes.Ac.Id,
Penerbit Rineka Cipta. Jakarta, 2003. 19. Ghozali I. Structural Equation Modeling
9. Saifuddin, dkk Buku Acuan Nasional, Metode Aternatif dengan
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Partial Least Square (PLS). Semarang:
neonatal. Jakarta: EGC 2001. Badan Penerbit UNDIP 2006.
10. Effendi, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi 20. Hasan, Imunisasi dan Buah Hati
Teori dan Praktek. Cetakan kesembilan Anda.http://www.sahabatnestle.co.id
belas. Bandung. PT Remaja Rosdakarya, Jakarta, 2008.
2003. 21. Hidayat, A.Aziz Alimul Pengantar ilmu
11. Friedman,M.Bowden,V.r.Jones,E.G.Kepera Kesehatan anak untuk pendidikan
watan Keluarga, Teori dan Praktik, Edisi 3 kebidanan. Jakarta : Salemba Medika,
EGC, Jakarta, 1998. 2008.
22. Hidayat, 2007. Metode Penelitian
12. Profil Puskesmas Padarincang Kab.
Kebidanan dan Teknik Analisis. Edisi
Serang. Tahun 2012.
ke-1, Jakarta: Salemba Medi
13. Lathan H dan Iman Gozali, Partial Least
23. Maryani,I, Faktor – faktor Yang
Square Konsep, metode 2012. Dan Aplikasi
Mempengaruhi Ketidak patuhan Ibu
Menggunakan Program Warp PLS 2.0.
Terhadap Pelaksanaan Imunisasi Pada
Semarang: Badan Penerbit Universitas
Balita di Desa Blumbungan Kecamatan
Diponegoro.
Tawangmanggu Kabupaten Karanganyar,
14. Azwar, S. Sikap Manusia, Teori dan
Surabaya: Skripsi Fakultas Kesehatan
Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka
Masyarakat UMS. 2009.
Pelajar,2007.
24. Umar, Imunisasi Mengapa Perlu?.Jakarta :
15. Anwar, C. Pelaksanaan Imunisasi
PT. Kompas Media Nusantara, 2006.
Hepatitis B dengan Menggunakan Alat
25. Suparyanto Konsep Pengetahuan. Blog.
Suntik Uniject dan Alat Suntik Sekali Pakai
Diakses tanggal 04 Januari 2013.

12

Anda mungkin juga menyukai