Anda di halaman 1dari 5

PENERAPAN METODE BAHASA TUBUH UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN KOSAKATA BAHASA ARAB (MUFRODAT) PESERTA DIDIK


KELAS 7D DI SMPIT DARUL FIKRI SIDOARJO
Tathmainnul Qulub1, Farikh Marzuki Ammar2
1
Program Studi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo,
Indonesia
2
Program Studi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo,
Indonesia
Email : tathmainnuqolb15@gmail.com , farikhmarzuki24@gmail.com

Abstrak : Artikel ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman mufrodat peserta didik kelas 7D
SMPIT Darul Fikri dengan menggunakan metode bahasa tubuh. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas eksperimental yang bersifat kolaboratif dengan guru pengampu bahasa arab. Tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah untuk berinovasi terhadap metode pembelajaran bahasa arab sehingga mampu
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap kosa kata bahasa arab (mufrodat). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa metode bahasa tubuh mampu meningkatkan pemahaman kosa kata bahasa arab peserta
didik kelas 7D SMPIT Darul Fikri yang pernyataan tersebut disimpulkan dari hasil post-test pada 2 siklus yang
telas dilaksanakan selama penelitian.
Kata Kunci- Metode Bahasa Tubuh, Mufrodat

Abstract : This article aims to determine the increase in the understanding of student’s arabic vocabularies
grade 7D SMPIT Darul Fikri by using the body language method. This research is an experimental classroom
action researh that is collaborative with arabic english teacher. The purpose of this research is to innovate the
arabic language learning method so as to improve student’s understanding of arabic vocabularies. The results
of this study indicate that the body language method is able to improve the understanding of arabic
vocabularies of 7D grade students of SMPIT Darul Fikri whose statement is concluded from the results of the
post-test in 2 cycles that have been carried out during the study.
Keywords- Metode Bahasa Tubuh, Mufrodat

I. PENDAHULUAN
Perkembangan zaman menuntut manusia untuk mampu melakukan penyesuaiaan diri dengan masanya.
Jika tidak mampu beradaptasi, maka akan berakibat ketertinggalan bagi manusia tersebut. Salah satu aspek
perkembangan zaman yang perlu diikuti dan dikuasai adalah bahasa. Era globalisasi mengharuskan setiap orang
untuk dapat menguasai bahasa asing, yang salah satunya adalah bahasa arab. Belajar bahasa arab tidaklah
semudah mempelajari bahasa ibu kita sendiri. Banyak hal dasar dalam bahasa arab yang perlu dikuasai oleh
seorang pemula, seperti tata bunyi pengucapan, kosa kata, tata tulisan maupun yang menyangkut kultural dan
budaya.
Komponen-komponen yang membentuk kemampuan berbahasa ada 4 keterampilan utama, yaitu
keterampilan menyimak (listening skill), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan membaca
(reading skill), dan keterampilan menulis (writing skill). Keterampilan menyimak dan membaca berkaitan
dengan bahasa lisan, sedangkan keterampilan membaca dan menulis berkaitan dengan bahasa tulis. Jadi
keempat aspek tersebut sangat berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.[1]
Peserta didik harus menguasai keempat aspek ini agar terampil berbahasa. Dengan demikian,
pembelajaran keterampilan berbahasa tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi peserta didik dituntut pula
untuk mampu menggunakan bahasa secara aktif sebagaimana fungsinya, yaitu alat berkomunikasi.[2]
Komponen penting dalam bahasa arab adalah mufrodat. Mufrodat atau yang diartikan sebagai kosa kata
adalah salah satu aspek terpenting untuk menguasai bahasa, termasuk bahasa arab. Mufrodat adalah merupakan
kumpulan kata-kata yang membentuk bahasa yang diketahui seseorang, dan kumpulan kata tersebut akan
digunakan dalam menyusun kalimat atau berkomunikasi dengan masyarakat. Komunikasi seseorang yang
dibangun dengan penggunaan kosakata yang tepat dan memadai menunjukkan gambaran kecerdasan dan tingkat
pendidikan si pemakai bahasa.[3] Pemahaman terhadap suatu teks tulis ataupun lisan dan kelancaran berbicara
bahasa arab banyak bergantung pada penguasaan kosa kata.[4] Mufrodat memiliki banyak jenis, oleh karena itu
seorang pengajar harus pandai memilih metode atau teknik pembelajaran yang tepat untuk memudahkan peserta
didik dalam menghafal mufrodat. Dengan penguasaan mufrodat yang cukup, siswa dapat mengikuti
pembelajaran bahasa arab dengan lebih mudah.
Bahasa tubuh dalam ilmu psikologi disebut bahasa isyarat. Dalam kehidupan sosial , manusia tidak
hanya berkomunikasi dengan kata-kata saja atau komunikasi verbal saja, sejatinya di setiap tutur kata yang ia
ucapkan ada isyarat tubuh atau komunikasi nonverbal yang juga ia sampaikan seperti dari gerakan mata,
perubahan posisi badan, sikap tangan dan ekspresi wajah yang dapat ditangkap dan dimengerti oleh
pendengarnya atau tidak. Aspek bahasa tubuh ini dalam ilmu psikologi disebut Kinesics.[5] Dan ilmu inilah
yang dapat membantu seorang psikolog memahami kondisi kliennya yang tidak disampaikannya dengan ucapan.
Bahasa tubuh sangat terkait dengan kode-kode kultural. Setiap bangsa memiliki ikon atau kode isyarat tersendiri
untuk menyampaikan pesan. Jika penutur dan pendengar tidak saling memahami kode tersebut, maka pesan
akan sulit disampaikan.
Bahasa adalah alat utama untuk berkomunikasi. Berdasarkan sarananya, bahasa dipilah menjadi dua,
yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan. Baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan keduanya menggunakan kata
sebagai sarana pengungkapannya. Di samping itu, ada pula bahasa yang tidak menggunakan kata sebagai sarana
pengungkapannya disebut bahasa isyarat atau bahasa tubuh.[6]
Bahasa tubuh sangat terkait dengan kode-kode kultural.[7] Setiap bangsa memiliki ikon atau kode
isyarat tersendiri untuk menyampaikan pesan. Jika penutur dan pendengar tidak saling memahami kode tersebut,
maka pesan akan sulit disampaikan. Namun sebaliknya, jika kedua pihak telah saling paham, maka pesan yang
ingin disampaikan akan lebih cepat dimengerti daripada jika disampaikan dengan kata-kata.
Berdasarkan apa yang sudah dibahas di atas, bahasa tubuh memiliki kelebihan-kelebihan yang bisa
digunakan dan dimanfaatkan dalam pembelajaran di dalam kelas, seperti mampu menyampaikan pesan dengan
gerakan tubuh saja dan hanya membutuhkan waktu singkat untuk penutur dan pendengar saling memahami
pesan jika memiliki kesamaan budaya. Hal ini dapat menguntungkan siswa karena dengan usia mereka yang
masih aktif bergerak, metode bahasa tubuh menjadi metode menyenangkan yang mampu membangkitkan
semangat belajar mereka, apalagi dengan pengetahuan dan adat budaya yang sama, maka keadaan ini akan
menjadikan materi dapat tersampaikan dengan lebih cepat namun berkesan. Dalam penelitian ini, metode bahasa
tubuh akan difokuskan pada peningkatan pemahaman siswa terhadap mufrodat (kosa kata bahasa arab)

II. METODE
Peneliti menentukan bahwa jenis dari penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research) yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktis dengan penelitian tindakan
yang sistematis. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang lingkup masalahnya bersumber dari
problamatika yang ada di dalam kelas.[8]
Karakteristik penelitian tindakan kelas ini adalah karakteristik kolaboratif yaitu hadirnya suatu
kerjasama dengan pihak-pihak lain, seperti : atasan, sejawat atau kolega.[9] Dalam hal ini, atasan dan sejawat
yang dimaksud adalah kepala sekolah dan guru mata pelajaran.
Berdasarkan rumusan masalah dari penelitian ini, peneliti menentukan jenis penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas yang pelaksanaannya bertujuan untuk perbaikan atau peningkatan kualitas
pembelajaran dengan metode yang sistematis.[10]

III.HASIL DAN PEMBAHASAN


Peneliti melakukan penelitian dengan metode bahasa tubuh untuk meningkatkan pemahaman peserta
didik terhadap kosa kata bahasa arab di kelas 7D SMPIT Darul Fikri. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, setiap
siklus dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran yang setiap jam pelajarannya adalah 35 menit. Di setiap siklus
terdapat 4 tahapan : perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebelum memulai siklus, penelitian di
awali dengan pre-test yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik sebelum
dilaksanakannya penelitian.

Proses penerapan metode bahasa tubuh untuk meningkatkan pemahaman mufrodat peserta didik kelas
7D SMPIT Darul Fikri Sidoarjo

1. Pre test
Sebelum merencanakan pembelajaran, peneliti mempelajari kondisi dan situasi kelas 7D SMPIT
Darul Fikri mulai dari karakter, kebiasaan, kesukaan dan ketidaksukaan dalam belajar serta pemahaman
peserta didik tentang kosa kata bahasa arab. Untuk mengukur tingkat pemahaman mereka terhadap materi
kosa kata bahasa arab, peneliti melaksanakan pre-test yang berbentuk ujian tulis. Peserta didik diminta
untuk menuliskan arti bahasa arab dari 10 gambar yang ada di soal. Setelah seluruh peserta didik kelas 7D
menyelesaikan soal, peneliti mendapatkan hasil nilai setiap peserta didik dari soal tersebut bahwa
pemahaman peserta didik dalam mengartikan kosa kata ke dalam bahasa arab masih sangat rendah, dengan
jumlah nilai 1170 dari 20 peserta didik yang artinya rata-rata nilai seluruh siswa adalah 58,5. Terbukti pula
hanya 3 orang yang mampu mencapai nilai ketuntasan belajar. Ini menunjukkan bahwa hanya 15% dari
seluruh peserta didik kelas 7D yang dapat memahami dan mengartikan kosa kata dengan baik. Berdasarkan
pernyataan ini maka dibuatlah perencanaan pembelajaran siklus I.
2. Siklus I
Setelah melihat hasil pre-test, peneliti merencanakan pembelajaran siklus I yang juga melalui 4
tahap : perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Setelah terlaksananya pembelajaran dengan
menerapkan metode bahasa tubuh, peneliti melakukan post-test untuk dijadikan bahan observasi.
Hasil post-test siklus I menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan pemahaman kosa kata bahasa
arab kelas 7D setelah melaksanakan pembelajaran dengan penerapan metode belajar bahasa tubuh. Hal ini
ditunjukkan dari nilai rata-rata kelas yang awalnya ada pada nilai 58,5 menjadi 70,5. Selain itu juga
ditunjukkan dari presentase peserta didik tuntas belajar yang awalnya hanya 15% menjadi 60%. Namun,
hasil ini belum dapat dinyatakan berhasil, karena sesuai ketentuan sekolah bahwa presentase ketuntasan
klasikal adalah ≥80%, sehingga meski terjadi peningkatan yang signifikan, penelitian ini masih belum
mencapai keberhasilan, untuk itulah perlu kembali dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Dari hasil observasi tersebut, peneliti menemukan beberapa poin kekurangan yang harus diperbaiki di
siklus II, yaitu :
a. Peneliti kurang mampu mengolah kelas dengan baik
b. Peneliti kurang memaksimalkan seluruh peserta didik untuk aktif berpartisipasi dalam
pembelajaran
c. Peneliti kurang kreatif dalam menentukan teknis penerapan metode bahasa tubuh
d. Peneliti belum mencapai ketuntasan klasikal yaitu ≥80%
Selain kekurangan di atas, peneliti juga mendapati beberapa kelebihan yang harus dipertahankan di siklus
II, yaitu :
a. Peneliti melakukan tanya jawab di tengah-tengah pembelajaran, yang mana hal ini berguna untuk
memastikan semua peserta didik menerima materi dengan baik
b. Peneliti mampu menciptakan nuansa menyenangkan sehingga menghadirkan semangat baru
dalam pembelajaran bahasa arab
c. Peneliti menggunakan metode bahasa tubuh yang mudah di laksanakan dalam pemberian materi
kosa kata bahasa arab
d. Meningkatnya nilai rata-rata kelas saat pre-test yaitu 58,5 dengan presentase ketuntasan klasikal
15% menjadi 70,5 dengan persentase ketuntasan klasikan 60% saat post-test

3. Siklus II
Pada siklus II ini, peneliti lebih fokus pada upaya peningkatan keberhasilan penelitian dengan
perbaikan-perbaikan dari kesalahan dan kekurangan pada siklus I. Tidak berbeda dengan metode
pembelajaran siklus I, peneliti tetap menerapkan metode bahasa tubuh pada siklus II dengan memodifikasi
teknis untuk memperbaiki kekurangan di siklus I.
Tidak berbeda dari penelitian siklus I, peneliti juga melaksanakan post-test untuk mengetahui
peningkatan pemahaman mufrodat peserta didik kelas 7D. Adapun hasil post-test tersebut menunjukkan
bahwa pada post-test siklus II peserta didik kelas 7D SMPIT Darul Fikri mampu menjawab soal dengan
baik. Terbukti dari jumlah nilai yang mencapai angka 1690, dan rata-rata kelas 84,5. Selain itu, dari 20
peserta didik hanya 3 orang yang belum mencapai nilai, sehingga menghasilkan angka persentase peserta
didik tuntas belajar 85%.
Kesimpulan hasil penerapan metode bahasa tubuh untuk meningkatkan pemahaman mufrodat
peserta didik kelas 7D di SMPIT Darul Fikri Sidoarjo berdasarkan hasil penelitian

Berdasarkan hasil observasi dan data hasil belajar peserta didik pada siklus II dapat diambil
kesimpulan bahwa hal-hal yang menyebabkah kurang tercapainya ketuntasan belajar peserta didik pada
siklus I telah mampu diperbaiki pada siklus II sehingga rata-rata nilai yang dihasilkan adalah 84,5 yang
mana nilai ini telah mencapai lebih dari nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu 75. Selain itu, persentase
peserta didik tuntas belajar juga cukup memuaskan yaitu 85%.
Hal diatas menunjukkan bahwa penerapan metode bahasa tubuh mampu mengatasi kesulitan belajar
peserta didik dan meningkatkan pemahaman kosakata bahasa arab peserta didik kelas 7C SMPIT Darul
Fikri.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II ini, dapat diputuskan bahwa peneliti tidak perlu melakukan
atau melanjutkan penelitian pada siklus berikutnya. Hal ini disebabkan oleh rata-rata nilai dan persentase
ketuntasan klasikal peserta didik yang telah mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal yang telah
ditentukan.

IV. KESIMPULAN

Pelaksanaan pra siklus, siklus I dan siklus II menghasilkan catatan dan kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah di teliti dari pra siklus hingga siklus II, dapat dinyatakan bahwa telah terjadi peningkatan hasil
belajar peserta didik kelas 7C SMPIT Darul Fikri. Pada pra siklus, peserta didik yang mencapai nilai
kriteria ketuntasan minimal hanya 3 anak yang berarti hanya 15% dari seluruh peserta didik yang
dinyatakan tuntas. Pada siklus I, peserta didik yang mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal
meningkat menjadi 12 anak, namun itu berarti masih 60% dari seluruh peserta yang tuntas belajar.
Berdasarkan ketentuan sekolah, angka ini belum mencapai ketuntasan klasikal. Pada siklus II, peneliti
akhirnya mencatat bahwa 17 peserta didik telah mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal, yang
mana itu berarti persentase peserta didik tuntas belajar mencapai 85%. Hal ini menunjukkan bahwa
peserta didik kelas 7C telah berhasil mencapai kriteria ketuntasan belajar klasikal, sehingga penelitian
dinyatakan cukup sampai pada siklus II dan tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya.
2. Penerapan metode tubuh yang diterapkan dalam pembelajaran bahasa arab mampu meningkatkan
pemahaman kosakata bahasa arab peserta didik. Selain itu, metode ini mampu mengubah suasana
pembelajaran bahasa arab yang awalnya terkesan formal dan serius menjadi menarik dan
menyenangkan. Hal ini menjadikan peserta didik merasa nayaman dan menikmati pembelajaran,
sehingga memudahkan peserta didik dalam menerima dan menyerap materi dengan baik.

UCAPAN TERIMAKASIH

Banyak syukur saya panjatkan kepada Allah Subahanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan
kesehatan, kesempatan dan hidayahNya sehingga saya bisa menyelesaikan penulisan artikel ini. Tidak
ketinggalan ucapan terimakasih kepada orang tua dan teman-teman saya yang tak ada hentinya mendoakan dan
mendukung saya.

REFERENCES

[1] ‫ مجلة الفنون و األدب و‬،‫ تحليل موضوعات كتب اللغة العربية للمرحلة المتوسطة في ضوء مهارات اللغة العربية‬.‫أسماء عزيز عبد الكريم‬
2020 q،‫علوم اإلنسانيات و اإلجتماع‬.
[2] Yohana Dini Trisnani Susanto. Hubungan Penguasaan Kosakata dengan Keterampilam Berbicara dan
Menulis Siswa Kelas IV SDN Gugus Pangeran Diponegoro Kecamatan Ngaliyan, (Skripsi S1 Fakultas
Ilmu Pendidikan UNNES), 2017.
[3] Mu’at. Strategi Pembelajaran Kosakata (Mufrodat) Bahasa Arab, Jurnal Al Ta’dib, 2013.
[4] Imam Asrori. Strategi Belajar Bahasa Arab Teori dan Praktek, Malang: Misykat, 2014.
[5] Mintaraga Eman Surya. Bahasa Tubuh dalam Al-Qur’an Juz ke 30 (Analisis Semantis), ISLAMADINA :
Jurnal Pemikiran Islam, 2020
[6] I Nengah Mileh. Makna Bahasa Tubuh : Suatu Kajian Lintas Budaya, KULTURISTIK : Jurnal Bahasa
dan Budaya, 2020.
[7] Arif Hidayat. Bahasa Tubuh : Tanda dalam Sistem Komunikasi, KOMUNIKA : Jurnal Dakwah dan
Komunikasi, 2010.
[8] M. Musfiqon. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Prestasi Pustakarya, 2012.
[9] Muallimin dan Rahmat Arofah Hari Cahyadi. Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktek, Yogyakarta:
Ganding Pustaka, 2014.
[10] Candra Wijaya dan Syahrum. Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2013.

Anda mungkin juga menyukai