Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 1730302046
MK : FILSAFAT YUNANI
Filsafat abad pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai awal
abad ke-17. Namun, ada yang mengatakan pada abad ke-2 sampai abad ke14.
kerajaan Romawi Barat yang berpusat di kota Roma, dan munculnya kerajaan
Romawi Timur yang kelak berpusat di Konstantinopel sebagai data awal zaman
Yunani yang semula terbentang dari Laut Tengah hingga Persia akhirnya tidak
ajaran agama.
tolak ukur kebanaran; kegiatan penalaran dan filsafat tidak boleh menghasilkan
penalaran tidak dilarang, namun usaha tersebut harus disesuaikan dan diabdikan
karya Yunani, Arab, dan Yahudi ke dalam bahasa Latin, sehingga terjangkau
khalayak pembaca yang semakin meluas, namun kegiatan filsafat ini banyak
Yunani dibubarkan atas perintah kaisar Justinianus pada tahun 529 M, banyak
sekali sumber belajar filsafat yang hilang, apalagi karena perintah penutupan
pusat-pusat belajar, selain itu juga karena adanya larangan atas beredarnya
naskah-naskah peninggalannya.
Pada saat itu, agama Kristen dijadikan sebagai agama negara dalam
kekaisaran Romawi Timur oleh Kaisar Theodosius I pada tahun 391 M. Dengan
demikian, agama Kristen mendapat dukungan yang sedemikian rupa dan gereja
Sehingga pada saat itu dalam usaha penalaran pun harus disesuaikan dan
filsafat abad pertengahan dengan ciri khas bahwa alam pikiran harus
Ciri yang mendasar pada filsafat abad pertengahan ialah filsafat lebih
bercorak “Theosentris”, artinya para filsuf dalam periode ini menjadikan filsafat
sebagai abdi agama atau filsafat diarahkan pada masalah ketuhanan. Suatu
karya filsafat dinilai benar jika tidak menyimpang dari ajaran agama. Dengan
kata lain, filsafat abad pertengahan ditandai dengan adanya hubungan yang erat
agama Kristen yang diajarkan oleh nabi Isa AS pada permulaan abad masehi
Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani kuno yang mengatakan bahwa
sebagai abad gelap. Berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat itu
dirnya.
Para ahli pikir saat itu juga tidak memiliki kebebasan berpikir. Apalagi
terhadap agama. Karena itu, kajian terhadap agama (teologi) yang tidak
Walaupun demikian, ada juga yang melanggar peraturan tersebut dan mereka
pimpinan Paus Innocentius III di akhir abad XII.Abad pertengahan ini juga
dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya menggiring
ini penuh dengan dominasi gereja yang tujuannya membimbing umat ke arah
hidup yang baik. Tetapi di sisi lain, dominasi gereja ini dilakukan tanpa
depannya sendiri. Adapun ciri pemikiran filsafat pada abad pertengahan ialah :
Patristik berasal dari kata latin patres yang berarti bapak-bapak gereja, ialah
ahli-ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen. Di dunia Barat,
agama Katolik mulai tersebar dengan ajarannya tentang Tuhan, manusia dan dunia,
Pada periode ini ahli-ahli agama Kristen itu berusaha untuk memperlihatkan
bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran yang dalam dari manusia. Mereka
kafir. Tulisan-tulisan bapak gereja merupakan suatu sumber yang kaya dan luas.
Filsuf yang terkenal pada periode Patristik ini ialah Tertualianus (160-222),
2. Periode Skolastik
Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti
sekolah. Atau dari kata schuler yang mempunyai arti kurang lebih sama, yaitu
ajaran atau sekolahan. Periode ini ditandai dengan diajarkannya filsafat pada
kurikulum yang tetap yang berisi tentang hubungan hakikat Tuhan, antropologi,
etika, dan politik. Secara garis besar, periode skolastik pada abad pertengahan
dibagi menjadi dua, yaitu periode skolastik Kristen dan periode skolastik Islam.
Tokoh gereja yang menonjol pada awal abad pertengahan ialah Aurelius
Artinya, Tuhan lah yang menciptakan alam semesta. Dengan tindakan mencipta,
Tuhan mencipta dari ketiadaan pada awal mulanya tidak terdapat dualisme
timbul oleh penciptaan dari Tuhan, maka segala sesuatu juga diambil dalam bagian
kebaikan Tuhan. Dengan kata lain, alam material mempunyai bentuk kebaikan
sendiri. Tuhan menciptakan alam semesta serta waktu dari keabadian, gagasan
tidak mampu membuktikan hal itu. Seperti halnya filsafat juga tidak bisa
terhadap para filsuf dari lingkungan gereja, tanpa adanya pertentangan dari
lingkungan lain.
Baru ketika pada awal abad ke-12 bermunculan lingkungan belajar yang
dalam lingkungannya.
yang secara harfiah artinya perguruan tinggi kesusastraan, namun dalam arti
luasnya juga meliputi filsafat. Dalam lingkungan ini diterapkan Studium Generale
memiliki kurikulum untuk berbagai bidang studi dan masa belajarnya diakhiri
dengan ujian dan pemberian gelar, kurikulum collegium terbatas pada satu bidang
studi khusus dan tidak menyelenggarakan ujian akhir maupun pemberian gelar.
Collegium juga melaksanakan studi generalia sesuai dengan bidang studi masing-
masing.
sejak abad ke-12 dan bertahan hingga masa kini ialah universitas Paris, Oxford,
dan Al-Azhar. Pada umumnya universitas itu semula memusatkan perhatian pada
bidang studi filsafat, teologi, hukum, dilanjutkan kemudian dengan bidang lainnya.
Dalam lingkungan perguruan tinggi ini ditempuh cara belajar dan mengajar
yang khas. Pada pagi hari disajikan lectiones (kuliah) oleh para pengajar, kemudian
dengan dalam masa sebelumnya, tatkala ajaran agama secara a priori harus
sebelumnya.
otonomi dengan kebebasan mimbarnya sendiri. Dalam suasana baru ini muncul
tokoh gereja yang namanya terkait erat dengan perkembangan filsafat dalam masa
masa skolastik’.
Jika karya Agustinus terkesan banyak mengacu pada filsafat Plato, maka
waktu itu karya Aristoteles telah hilang selama berabad-abad. Namun, setelah
tersedianya karya-karya Aristoteles dalam bahasa Latin yang didasarkan pada
penerjemahan oleh Ibn Sina (Avicenna) dan Ibnu Rusyd (Averos) karya Aristoteles