PROPOSAL
KTI
Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan
Diploma III Keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa
Oleh:
Shalsabilla Malfa
NIM. 190102051
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
Shalsabilla Malfa
NIM. 190102051
Purwokerto,
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Siti Haniyah, S.Kep., Ns., M.Kep Ema Wahyu Ningrum., SST., S.Kep, Ns., M.Kes
NIK.10701100682 NIK.109494120181
iii
Disusun Oleh:
Shalsabilla Malfa
NIM. 190102051
Telah dipertahankan di Depan Dewan Penguji Proposal KTI pada Program Studi
Keperawatan D3 Fakultas Kesehatan Universitas Harapan Bangsa dan Telah
dinyatakan Layak untuk dilakukan Studi kasus
Pada hari: ...........................
Tanggal: .........................…
Dewan Penguji:
1. Penguji I : Nama Penguji I (Tanda Tangan Penguji I)
2. Penguji II : Nama Penguji II (Tanda Tangan Penguji II)
3. Penguji III : Nama Penguji III (Tanda Tangan Penguji III)
Mengesahkan
Ka. Prodi Keperawatan D3
Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa
KATA PENGANTAR
9 Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
berguna bagi pendidikan, namun penulis menyadari bahwa karya tulis
ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun bagi penulis sangat diharapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
Table of Contents
COVER.....................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL..............................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
BAB I.....................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................2
C. TUJUAN.....................................................................................................2
D. MANFAAT.................................................................................................3
BAB II....................................................................................................................4
A. KONSEP POST PARTUM.........................................................................4
1. Definisi Post Partum................................................................................4
2. Tahapan Pada Post Partum......................................................................4
3. Perubahan Fisiologis Post Partum...........................................................4
4. Adaptasi Psikologis Post Partum.............................................................8
5. Komplikasi Post Partum..........................................................................9
6. Penatalaksanaan Pada Post Partum.....................................................13
7. Konsep Menyusui................................................................................14
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN................................................23
1. Pengkajian...............................................................................................23
2. Diagnosa Keperawatan...........................................................................27
3. Intervensi Kepperawatan........................................................................28
4. Implementasi Keperawatan....................................................................29
5. Evaluasi Keperawatan............................................................................29
C. KONSEP MENYUSUI TIDAK EFEKTIF............................................31
1. Definisi................................................................................................31
2. Batasan Karakteristik..........................................................................31
3. Faktor Yang Berhubungan..................................................................31
4. Populasi Beresiko................................................................................32
5. Penatalaksanaan Menyusui Tidak Efektif (Kemenkes,2014).............32
BAB III..............................................................................................................33
A. RANCANGAN STUDI KASUS............................................................33
B. SUBJEK STUDI KASUS.......................................................................33
C. FOKUS STUDI.......................................................................................33
D. DEFINISI OPERASIONAL...................................................................33
E. TEMPAT DAN WAKTU STUDI KASUS............................................33
F. METODE PENGUMPULAN DATA.....................................................34
G. PENYAJIAN DATA...............................................................................34
H. ETIKA STUDI KASUS..........................................................................34
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa nifas atau post partum ialah waktu yang diperlukan untuk
memulihkan kembali organ reproduksinya seperti saat sebelum hamil
terhitung dari selesai persalinan sampai pada jangka waktu sekitar 6 Minggu
atau 42 hari (Maritalia, 2017). Selama masa nifas perlu mendapat perhatian
lebih karena angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka
kematian ibu (AKI) adalah penyebeb banyaknya wanita meningal dari suatu
penyebab adalah kurangya perhatian pada wanita postpartum (Maritalia,
2012). Salah satu adaptasi fisiologi yang dialami saat nifas adalah
pengeluaran ASI. Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama prolaktin
ini merupakan hormon laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan dan
mempertahankan skresi air susu ibu. Menyusui merupakan proses alamiah
yang besar artinya untuk kesejahteraan ibu, bayi dan keluarga. Namun ibu
sering tidak berhasil dalam menyusui dan menghentikan menyusui lebih dini.
Oleh karena itu dibutuhkannya bantuan untuk ibu-ibu agar berhasil dalam
menyusui. Banyak alasan yang ditemui pada ibu-ibu yang tidak menyusui
bayinya yaitu produksi ASI yang tidak cukup dan bayi yang tidak mau
menghisap. Disamping itu cara menyusui yang baik dan benar juga dapat
menimbulkan gangguan dalam menyusui (Marmi, 2012).
Fenomena yang ada di masyarakat saat ini ada beberapa kendala dalam
pemberian ASI eksklusif yaitu ibu tidak peracaya diri bahwa dirinya mampu
menyusui dengan baik sehingga mencukupi seluruh kebutuhan gizi bayi
(Mahfudin, 2012). Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dapat mencegah penyakit
seperti diare, ISPA dan demam (Saeed, Haile, & Chertok, 2020), dimana
infeksi pada bayi merupakan penyebab kematian utama di Indonesia. Penyakit
infeksi menjadi penyumbang kematian pada kelompok anak usia 29 hari - 11 bulan.
Sama seperti tahun sebelumnya, pada tahun 2020, pneumonia dan diare masih
menjadi masalah utama yang meyebabkan 73,9% kematian (pneumonia) dan 14,5%
kematian (diare) (Profil Kesehatan Indonesia,2020).
Angka Kematian Bayi (AKB) Berdasarkan data yang dilaporkan kepada
Direktorat Kesehatan Keluarga Indonesia, pada tahun 2020, dari 28.158
kematian balita, 72,0% (20.266 kematian) diantaranya terjadi pada masa
neonatus. Dari seluruh kematian neonatus yang dilaporkan, 72,0% (20.266
kematian) terjadi pada usia 0-28 hari. Sementara, 19,1% (5.386 kematian)
2
terjadi pada usia 29 hari – 11 bulan dan 9,9% (2.506 kematian) terjadi pada
usia 12 – 59 bulan (Profil Kesehatan Indonesia,2020),
Untuk itu Angka kematian Bayi (AKB) dapat ditekan dengan menyusui
secara eksklusif, Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan,
tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain
(kecuali obat, vitamin, dan mineral). ASI mengandung kolostrum yang kaya
akan antibodi karena mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan
bermanfaat untuk mematikan kuman dalam jumlah tinggi sehingga pemberian
ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi.
Di dunia angka kematian bayi akibat tidak mendapatkan ASI ekslusif
mencapai 820.000 di bawah usia 5 tahun dan 7,6 juta bayi tidak mendapatkan
ASI ekslusif (United Nations Childrens Fund [UNICEF], 2018). Secara
nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun 2020 yaitu sebesar
66,06%. Angka tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2020 yaitu
40%. Sedangkan di Jawa Tengah yaitu 81,4% sudah mencapai target cakupan
ASI di Indonesia yaitu 80% (Profil Kesehatan Indonesia,2020).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan asuhan keperawatan
pada klien post prtum normal melalui penyusunan karya tulis ilmiah (KTI)
dengan judul “Asuhan Keperawatan Post Partum Normal pada Ny.X dengan
Menyusui Tidak Efektif ”
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum:
Mampu menggambarkan Asuhan Keperawatan Post Partum Normal
Pada Ny.X dengan Menyusui Tidak Efektif Di Ruang X RS X
2. Tujuan Khusus:
a. Mampu menggambarkan hasil pengkajian Asuhan Keperawatan Post
Partum Normal Pada Ny.X dengan Menyusui Tidak Efektif Di
Ruang X RS X
3
D. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada klien
Post Partum Normal dengan Menyusui Tidak Efektif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Responden
Memberi informasi dan pengetahuan tentang Menyusui pada
saat Post Partum
b. Bagi Perkembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang
keperawatan dalam pemberian Asuhan Keperawatan Post Partum
Normal dengan Menyusui Tidak Efektif
c. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman keperawatan, khususnya study kasus
mengenai Asuhan Keperawatan Post Partum Normal dengan
Menyusui Tidak Efektif
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
d) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah
yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
Proses ini menbantu untuk mengurangi perdarahan
( Marliandiani dan Nyna,2015).
2) Lokia
Lokia keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan 3
atau 4 minggu setelah post partum, perubahan lokia terjadi
dalam 3 tahap: lokia rubra, serosa dan alba.
3) Ovarium dan tuba falopi
Setelah kelahiran plasenta produksi ekstrogen dan
progestern menurun sehingga menimbulkan mekanisme timbal
balik dari sirkulasi menstruasi. Pada saat inilah dimulai kembali
proses ovulasi sehingga wanita dapat hamil kembali.
b. Perubahan sistem pencernaan
Setelah kelahiran plasenta produksi ekstrogen dan progestern
menurun sehingga menyebabkan nyeri ulu hati (Beartburn) dan
konstipasi, terutama dalam beberapa hari pertama. Hal ini terjadi
karena inaktivitas motilitas usus akibat kurangnya keseimbangan
cairan selama persalinan dan adanya reflex hambatan defekasi karena
adanya nyeri pada perineum akibat luka episiotomy.
c. Perubahan sistem perkemihan Saluran kencing kembali normal
dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada :
1) Keadaan/status sebelum persalinan
2) Lamanya partus kala II dilalui
3) Besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan
Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik segera setelah
persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan hyperemia
dinding kandung kemih, akan tetapi sering terjadi exstravasasi.
extravasation, artinya keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh
darah di dalam badan) ke mukosa (Province of Manitoba, 2019).
d. Perubahan sistem endoktrin
1) Hormon Plasenta
Hormon plasenta HCG ( Human Choironic Gonadotropin)
menurun dengan cepat setelah persalinan dan menetap sampai
10% dalam tiga jam hingga hari ketujuh post partum dan sebagai
onset pemenuhan mamae pada hari ketiga postpartum
(Marliandiani dan Nyna, 2015).
7
2) Hormon Pituitari
Menurunnya kadar estrogen merangsang kelenjar pituitari
bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini
berperan dalam pembesaran payudara dan merangsang produksi
ASI (Marliandiani dan Nyna , 2015).
3) Hormon Hipofisis Dan Fungsi Ovarium
Kadar prolaktin meningkat secara progresif semasa hamil.
Pada wanita menyusui kadar prolaktin tetap meningkat sampai
minggu keenam setelah melahirkan. Kadar prolaktin serum
dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama menyusui, dan
banyak makanan tambahan yang diberikan (Marliandiani dan
Nyna :2015).
4) Hormon Estrogen Dan Progesteron
Setelah persalinan, kadar estrogen menurun 10% dalam
kurun waktu sekitar tiga jam. Progesteron turun pada hari ketiga
post partum kemudian digantikan dengan peningkatan hormon
prolaktin dan prostaglandin yang berfungsi sebai pembentukan
ASI dan peningkatan kontraksi uterus sehingga mencegah
terjadinya perdarahan (Marliandiani dan Nyna, 2015).
e. Perubahan sistem kardiovaskuler
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung
sampai kala 3 ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan
terjadi pada beberapa hari pertama post partum dan akan kembali
normal pada akhir minggu ke-3 post partum.
f. Perubahan tanda-tanda vital
1) Suhu tubuh
24 jam pertama ibu mengalami sedikit peningkatan suhu
tubuh (38˚C) sebagai respon tubuh terhadap proses persalinan.
Peningkatan suhu yang menetap bisa menandakan adanya
infeksi (Marliandiani dan Nyna, 2015).
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Pada
saat proses persalinan denyut nadi akan mengalami peningkatan.
Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, dapat menjadi pertanda
kemungkinan infeksi dan perdarahan post partum (Marliandiani
dan Nyna, 2015).
3) Tekanan darah
Setelah persalinan, tekanan darah dapat menjadi lebih
rendah dibanding saat hamil karena terjadinya perdarahan pada
proses persalinan. Bila tekanan darah mengalami peningkatan
8
lebih dari 30 mmHg pada sistole atau lebih dari 15mmHg pada
diastole perlu dicurigai timbulnya hipertensi atau preeklamsia
post partum (Marliandiani dan Nyna, 2015).
4) Pernafasan
Pada ibu post partum pada umumnya pernapasan menjadi
lambat atau kembali normal seperti saat sebelum hamil pada
bulan keenam setelah persalinan.
mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal ini
adalah peristiwa fisiologis apabila tidak diserta tanda-tanda infeksi
yang lain. Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 38C berturut-
turut selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah
keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam
masa nifas (Wahyuningsih, 2018).
h. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh payudara yang tidak disusu
secara adekuat, puting susu yang lecet, BH yang terlalu ketat, ibu
dengan diet yang kurang baik, kurang istirahat, serta anemia.
Keadaan ini juga dapat merupakan tanda dan gejala adanya
komplikasi dan penyulit pada proses laktasi, misalnya
pembengkakan payudara, bendungan ASI, mastitis dan abses
payudara (Wahyuningsih, 2018).
i. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat
mempengaruhi nafsu makan,sehingga terkadang ibu tidak ingin
makan sampai kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah bersalin
berikan ibu minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula untuk
mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah makanan yang
sifatnya ringan, karena alat pencernaan perlu proses guna
memulihkan keadaanya kembali pada masa postpartum
(Wahyuningsih, 2018).
j. Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan di wajah maupun
ekstremitas.
Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada
vena-vena di pelvis maupun tungkai yang mengalami dilatasi.
Keadaan ini secara klinis dapat menyebabkan peradangan pada vena-
vena pelvis maupun tungkai yang disebut tromboplebitis pelvica
(pada panggul) dan tromboplebitis femoralis (pada tungkai).
Pembengkakan ini juga dapat terjadi karena keadaan udema yang
merupakan tanda klinis adanya preeklampsi/eklampsi
(Wahyuningsih, 2018).
k. Demam, muntah, dan rasa sakit waktu berkemih.
Pada masa nifas awal sensitifitas kandung kemih terhadap
tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma
persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan
kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman,
yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi, hematom
dinding vagina (Wahyuningsih, 2018).
13
7. Konsep Menyusui
a. Definisi Menyusui
Menyusui merupakan suatu proses alamiah manusia dalam
mempertahankan dan melanjutkan kelangsungan hidup
keturunannya. Organ tubuh yang ada pada seorang wanita menjadi
sumber utama kehidupan untuk menghasilkan ASI yang merupakan
sumber makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-
bulan pertama kehidupan. Perkembangan zaman membawa
perubahan bagi kehidupan manusia, dengan bertambahnya ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat membuat
pengetahuan manusia mengetahui pentingnya ASI bagi kehidupan
bayi. Menyusui merupakan suatu pengetahuan yang sudah ada sejak
lama yang mempunyai peranan penting dalam mempertahankan
kehidupan manusia (Astuti, 2015).
b. Manfaat Menyusui
Manfaat menyusui ternyata tidak hanya untuk bayi, tetapi juga
bermanfaat bagi ibu. Adapun manfaat yang diperoleh dengan
menyusui untuk ibu menurut Astuti (2015) adalah :
1) Menyusui membantu mempercepat pengembalian rahim ke
bentuk semula dan mengurangi perdarahan setelah kelahiran. Ini
karena isapan bayi pada payudara dilanjutkan melalui saraf ke
kelenjar hipofise di otak yang mengeluarkan hormon oksitosin.
Oksitosin selain bekerja untuk mengkontraksikan saluran ASI
pada kelenjar air susu juga merangsang uterus untuk
berkontraksi sehingga mempercepat proses involusio uteri.
2) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara
bertahap karena pengeluaran energi untuk ASI dan proses
pembentukannya akan mempercepat seorang ibu kehilangan
lemak yang ditimbun selama kehamilan.
3) Bagi ibu, pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan
segar dengan suhu selalu siap jika diperlukan pada malam hari.
4) Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli.
5) Menyusui dapat meningkatkan kedekatan antara ibu dan bayi.
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui
akan merasakan kasih sayang ibunya. Bayi juga akan merasa
aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar
detak jantung ibunya yang telah dikenal selama dalam
kandungan. Perasaan terlindung ini akan menjadi dasar
perkembangan emosi dan membentuk kepribadian yang percaya
diri dan dasar spiritual yang baik.
15
gagal menyusui dan rasa sakit. Jika hal ini terjadi secara terus-
menerus dengan tidak mengosongkan ASI sebagai
penatalaksanaan penyembuhan, maka akan terjadi keparahan dan
menyebabkan ibu mengalami penyakit kanker payudara.
2) Biaya kesehatan untuk pengobatan Pemberian ASI dapat
mengurangi kejadian diare dan pneumonia sehingga biaya
kesehatan dapat dikurangi 256,4 juta USD atau 3 triliun tiap
tahunnya (Fadhila et al., 2016).
3) Kerugian kognitif seperti hilangnya pendapatan bagi individual
Pemberian ASI eksklusif dapat meningkatkan IQ anak, potensi
untuk mendapatkan pekerjaan kedepannya lebih baik, karena anak
tersebut memiliki fungsi kecerdasan tinggi. Tentunya hal ini akan
meningkatkan potensi mendapatkan penghasilan yang lebih
optimal (Fadhila et al., 2016).
4) Biaya susu formula Penghasilan seseorang hampir 14% habis
digunakan untuk membeli susu formula bayi berusia kurang dari
6 bulan. Jika dari mereka mampu memberikan ASI eksklusif
selama bayi baru lahir hingga berusia dua tahun, penghasilan
orangtua dapat dihemat sebesar 14% (Fadhila et al., 2016).
h. Masalah Dalam Menyusui
Proses pemberian ASI tidak selalu berjalan lancar, sering kali
masalah muncul baik dari factorbayi maupun ibu. Berikut ini adalah
masalah-masalah dalam pemberian ASI menurut Dewi dan Tri (2014)
:
1) Masalah pada bayi
a) Bayi enggan menyusu
Kemungkinan bayi enggan menyusu disebabkan hidung
tertutup lendir atau inggus, karena salesma (pilek), sehingga
sulit bernafas, terlambat mulainya menyusu ketika berada di
rumah sakit, karena tidak dirawat gabung, karena ibu sakit
atau bekerja, bayi menyusu bergantian dengan dot, dan
teknik menyusui yang salah.
b) Bayi dengan reflek isap lemah
Bayi yang lahir kurang bulan atau dengan gangguan
menghisap akan mengalami kesulitan saat menyusui. Untuk
bayi dalam kondisi demikian sebaiknya ASI diperah dan
diberikan dengan pipet atau sonde lambung.
c) Bayi kuning
Adakalanya kasus bayi kuning terjadi karena kurangnya
pemberian ASI pada awal kelahiran, dengan menyusui
21
secara dini hal ini akan sangat penting karena bayi akan
mendapatkan kolostrum. Kolostrum berfungsi untuk
mengeluarkan bilirubin pada bayi melalui mekonium.
d) Bayi kembar
e) Bayi terpisah dengan ibu karena sakit
f) Bayi bingung puting
Niple confusion atau istilah bayi bingung puting dimana
bayi tidak mau menysui lagi pada ibunya dikarenakan telah
mencoba minum susu dari botol atau dot. (Dewi dan Tri,
2014)
2) Masalah pada Ibu
a) Kurang informasi
b) Puting susu yang pendek atau terbenam
c) Payudara bengkak /penuh
d) Puting susu nyeri / lecet
e) Radang payudara
Apabila puting lecet, saluran payudara tersumbat, atau
terjadi pembengkakan yang tidak diatasi dengan baik, maka
hal ini akan menjadi peradangan pada payudara. Payudara
akan terasa bengkak, sangat sakit, kulit berwarna merah dan
disertai demam.
f) Abses payudara
Payudara berwarna lebih merah mengkilap, berisi nanah,
dan ibu merasa lebih sakit. Penanganan hampir sama dengan
peradangan namun nanah yang terjadi harus dikeluarkan dengan
cara insisi. Selama luka bekas insisi belum sembuh maka bayi
hanya dapat menyusu dari payudara yang sehat.
g) Ibu Post Sectio Caesaria
Selama 12 jam ibu belum mampu menyusui karena proses
pembiusan, ASI dapat diperah dan diberikan dengan
menggunakan sendok.Apabila ibu sudah sadar, kondisi ibu dan
bayi dalam keadaan baik, maka ibu dapat segera menysui, ibu
dapat memilih posisi menyusui dengan menghindari tekanan
pada luka dengan posisi berbaring miring atau posisi memegang
bola (football position).
h) Ibu dengan penyakit
Pada umumnya, ibu yang sakit masih dapat menyusui
bayinya kecuali ibu sakit sangat berat, seperti gagal ginjal,
jantung, atau kanker.Dalam kasus ibu yang mengalami penangan
khusus, misalkan ibu mengalami hepatitis B, HIV serta penyakit
22
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas ibu dan penanggungjawab
Nama, nama panggilan, alamat, bahasa yang digunakan.
Usia ibu dalam kategori usia subur (15-49 tahun). Bila
didapatkan terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua
(lebih dari 35 tahun) merupakan kelompok resiko tinggi.
Pendidikan dan pekerjaan klien. (Taufan,2014).
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Umumnya ibu post partum persalinan normal akan
mengeluhkan nyeri pada bagian abdomen, vagina, perineum
(Doenges, 2012).
2) Riwayat penyakit yang lalu
Pada tinjauan kasus riwayat kesehatan yang lalu diikaji
untuk mengetahui apakah ibu mempunyai riwayat penyakit
seperti diabetes militus,dan lain-lain.
3) Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit menular seperti TBC dan hepatitis, menurun
seperti jantung dan DM
c. Riwayat Ginekologi dan Obstetri
1) Riwayat ginekologi
a) Riwayat menstruasi
Anamnesis haid memberikan kesan tentang faal alat
reproduksi / kandiungan mengikuti menarche, frekuensi
siklus normal, lamanya, jumlah darah keluar, karakteristi
darah, HPHT, disminhorea, perdarahan uterus disfungsional
dan syndrome premenstrual. Pada wanita indonesia usia
pertama kali menstruasi umumnya 12-16 tahun. Selain itu,
jarak antara menstruasi atau siklus menstruasi yang biasanya
sekitar 23-32 hari dengan lama menstruasi sekitar 7-14 hari.
24
b) Riwayat perkawinan
Usia pwerkawinan, usia klien dan suami saat menikah,
pernikahan yang keberapa, jumlah anak.
c) Riwayat KB
Untuk mengetahui jenis alat kontrasepsi yang
digunakan, waktu penggunaan dan adanya keluhan selama
penggunaan. Pada ibu post partum persalinan normal tidak
ada hubungannya dengan jenis KB yang digunakan
(Nursalam, 2012).
2) Riwayat obstetri
a) Riwayat kehamilan dahulu
Meliputi berapa jumlah kehamilan, masalah atau
keluhan pada kehamilan sebelumnya.
b) Riwayat kehamilan sekarang
Usia kehamilan, keluhan selama hamil, imunisasi,
imunisasi TT, perubahan berat badan selama hamil, tempat
pemeriksaan kehamilan dan keterangan klien dalam
memeriksa kehamilan.
c) Riwayat persalinan dahulu
Meliputi umur kehamilan, tanggal partus, jenis partus,
tempat persalinan, berat badan anak waktu lahir, masalah
yang terjadi pada ibu dan anak.
d) Riwayat persalinan sekarang
Meliputi tanggal terminasi, usia gestasi, tempat
melahirkan, bentuk persalinan (spontan, SC, forcep atau
vakumekstraksi), masalah obstetric, dalam kehamilan
(preeklamsi dan lain-lain), dalam persalinan (malpresentasi,
drip oksitosin), dalam nifas (perdarahan, infeksi kandungan,
bagaimana laktasi), berat bayi lahir, jenis kelamin bayi,
kelainan kongenital bayi, status kehidupan bayi, jika
meninggal apa penyebabnya (Chapman & Cathy, 2013).dan
APGAR score.
e) Riwayat nifas dahulu
Meliputi masalah atau keluhan pada nifas sebelumnya.
f) Riwayat nifas sekarang
Meliputi tentang adanya perdarahan, jumlah darah
biasanyabanyak, kontraksi uterus, konsistensi uterus
biasanya keras seperti papan, tinggi fundus uteri setinggi
pusat (Maryunani, 2015).
25
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (DPP PPNI,
2016).
a. SDKI, 2016
Nyeri akut b.d agen pencedera fisik, luka episiotomi post partum
spontan
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
Kode : D.0077
b. SDKI, 2016
Resiko infeksi b.d luka episiotomi post partum spontan
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan proteksi
Kode : D.0141
c. SDKI, 2016
Gangguan pola tidur b.d tanggung jawab memberi asuhan pada bayi
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas dan istirahat
Kode : D.0055
d. SDKI, 2016
Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi tentang kesehatan
masa post partum
Kategori : Perilaku
Subkategori : Penyuluhan dan pembelajaran
Kode : D.0110
e. SDKI, 2016
Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan suplai ASI
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan cairan
Kode : D.0029
28
3. Intervensi Kepperawatan
Menurut Bullechek, dkk (2015), rencana keperawatan atau intervensi
keperawatan adalah suatu perawatan yang dilakukan perawat berdasarkan
penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan outcome
klien.
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik, luka episiotomi post partum
spontan
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
2) Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
3) Edukasi
a) Jelaskan strategi meredakan nyeri
b) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu (SIKI, 2018)
b. Resiko infeksi b.d luka episiotomi post partum spontan
1) Observasi
a) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2) Terapeutik
a) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
3) Edukasi
a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
c) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu (SDKI, 2018)
c. Gangguan pola tidur b.d tanggung jawab memberi asuhan pada bayi
1) Observasi
a) Identifikasi pola aktifitas dan tidur
b) Identifiksi faktor pengganggu tidur
2) Terapeutik
a) Tetapkan jadwal tidur rutin
b) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
3) Edukasi
29
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan salah satu bagian dalam proses
keperawatan dengan melakukan tindakan keperawatan yang dilakukan
dan disesuaikan dengan intervensi atau perencanaan dan perwujudan dari
tahap perencanaan yang telah dibuat tujuannya untuk mencapai tujuan
ataupun kriteria hasil yang telah ditentukan (Sri Wahyuni, 2016).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap yang paling akhir dalam
proses keperawatan, dimana perawat melakukan penilaian apakah tujuan
30
ataupun kriteria hasil yang telah ditentukan tercapai atau tidak. Pengisian
format yang dipakai adalah SOAP (Sri Wahyuni, 2016).
31
1. Definisi
Menyusui Tidak Efektif adalah Kesulitan memberikan susu pada bayi
atau anak secara langsung dari payudara, yang mempengaruhi status
nutrisi pada anak (Keliat dan Henny, 2018).
2. Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik pada konsep menyusui tidak efektif menurut
(Keliat dan Henny, 2018) adalah :
a. Ketidakefektifan defekasi bayi.
b. Bayi mendekat ke payudara.
c. Bayi menangis dalam jam pertama setelah menyusu.
d. Bayi tidak mampu lach on pada payudara secara tepat.
e. Bayi menolak lacthing on.
f. Bayi tidak responsif terhadap tindakan kenyamanan lain.
g. Ketidakcukupan pengosongan payudara setelah menyusui.
h. Kurangnya penambahan berat badan bayi.
i. Tidak tampak pelepasan oksitosin.
j. Tampak ketidakadekuatan asupan susu.
k. Luka puting yang menetap setelah seminggu, pertama menyusui.
l. Penurunan berat badan bayi terus menerus.
m. Tidak menghisap payudara terus menerus. (Keliat dan Henny, 2018)
l. Nyeri ibu.
m. Reflek isap bayi buruk.
4. Populasi Beresiko
Populasi beresiko dengan menyusui tidak efektif menurut (Keliat dan
Henny, 2018) adalah :
a. Bayi premature.
b. Pembedahan payudara sebelumnya.
c. Riwayat kegagalan menysui sebelumnya.
d. Masa cuti melahirkan yang pendek.
BAB III
METODE STUDI KASUS
H. FOKUS STUDI
Fokus studi kasus pada penelitian ini adalah Asuhan Keperawatan Post
Partum Normal dengan Menyusui Tidak Efektif Di Ruang X RS X
I. DEFINISI OPERASIONAL
L. PENYAJIAN DATA