OLEH
A. Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Agama
Islam dengan judul “ Pemahaman Dari Sifat Shiddiq Nabi Muhammad Saw”.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dukungan dari banyak pihak,
sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya. Untuk itu saya pun tidak lupa
mengucapkan terima kasih sudah membantu saya dalam rangka menyelesaikan
makalah ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya.
Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan
makalah ini.
Penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa
bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat berbagai permasalahan lainnya yang masih berhubungan pada
makalah-makalah berikutnya.
B. Latar Belakang
Ayat ini digambarkan dimensi yang dicakupi oleh shiddiq yaitu meliputi
keimanan, menginfakkan harta yang dicintai, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, menepati janji, bersabar dalam kesulitan, dll. Karena itulah, dalam ayat
lain, Allah SWT memerintahkan kita untuk senantiasa bersama-sama para
shiddiqin: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (siddiq).” (QS At- Taubah:
119)
i
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menyebutkan tiga orang Rasul-Nya yang
memiliki sifat shiddiq ini. Yang pertama adalah Nabi Ibrahim AS. Allah
memujinya karena memiliki sifat ini: “Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah
Ibrahim di dalam Al-Kitab (Al-Qur’an) ini.Sesungguhnya dia adalah seorang
yang sangat membenarkan lagi seorang nabi. “(QS Maryam: 41)
Rasul yang kedua adalah Nabi Idris AS. Allah juga memujinya dalam Al-
Qur’an karena memiliki sifat shiddiq. Allah berfirman: “Dan ceritakanlah (hai
Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al-
Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang
nabi. “(QS Maryam: 56)
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penulisan
5. Mengetahui dan memahami balasan bagi orang yang memiliki sifat shiddiq
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kata Pengantar.........................................................................................i
B. Latar Belakang.........................................................................................i
C. Rumusan Masalah....................................................................................ii
D. Tujuan Penulisan......................................................................................ii
BAB II ISI
A. Pengertian Shiddiq...................................................................................1
A. Kesimpulan..............................................................................................8
iii
iv
BAB II ISI
A. Pengertian Shiddiq
Kata shiddiq berasal dari bahasa Arab shadaqa/shidqan/shadiqan berarti
benar, nyata, berkata benar. Shiddiq secara istilah adalah bagian dari akhlak
karimah. Dari segi bahasa, shiddiq berasal dari kata ‘shadaqa’ yang memiliki
beberapa arti yang satu sama lain saling melengkapi. Bertentangan dengan
shiddiq adalah kadzib (dusta). Di antara arti shiddiq adalah benar, jujur, ikhlas,
tulus, keutamaan, kebaikan, dan kesungguhan. Namun shiddiq di sini lebih
menjurus kepada sebuah sikap membenarkan sesuatu yang datang dari Allah
SWT dan Rasulullah SAW yang timbul dari rasa dan naluri keimanan yang
mendalam. Begitu juga Allah menjanjikan pahala bagi orang-orang yang benar
dan mengancam orang yang berdusta dengan siksaan. Seperti yang telah
difirmankan dalam ayat-ayat berikut :
1
Pendapat ini selaras dengan firman Allah :
Artinya: “Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu
karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau
menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”. (QS. Al-Ahzab:24)
Orang yang shiddiq memiliki beberapa ciri, diantara ciri-ciri mereka yang
Allah gambarkan dalam al-Qur‟an adalah:
1. Teguh pendiriannya terhadap apa yang dicita-citakan (diyakininya). Firman
Allah SWT: “Diantara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati
(membenarkan) apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara
mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-
nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya). “ (QS Al-Ahzab: 23)
2. Tidak ragu untuk berjihad dengan harta dan jiwa mereka. Allah SWT berfirman
dalam Al-Quran:
2
musafir dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan ,
penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. “(QS Al-Baqarah:
177)
“Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu:
Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang
saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”(QS An-Nisa ‘: 69)
C. Cara Mencapai Sifat Shiddiq
Setelah kita melihat urgensi sifat shiddiq ini, maka setidaknya muncul
dalam hati kita keinginan untuk melengkapi diri dengan sifat ini. Karena sifat ini
benar-benar merupakan intisari dari kebaikan. Dan sifat ini pulalah yang dimiliki
oleh sahabat yang paling dicintai Rasulullah SAW yaitu Abu Bakar Asidiq. Ada
beberapa cara yang dapat membantu menumbuhkan sifat ini:
2. Melatih diri untuk bersikap jujur diamana saja dan kapan saja serta kepada
siapa saja. Karena kejujuran merupakan karakter mendasar sifat sidiq.
3. Melatih diri untuk senantiasa membenarkan sesuatu yang datang dari Allah
(Al-Qur’an dan sunnah) , meskipun hal tersebut terkesan bertentangan dengan
3
rasio. Karena kebenaran mutlak hanyalah milik Allah. Sementara ijtihad manusia
masih sangat memungkinkan adanya kesalahan.
4. Senantiasa melatih diri untuk komitmen dengan Islam dalam segala aspeknya;
aqidah, ibadah, akhlaq dan syari’ah. Karena salah satu ciri siddiqin adalah
memiliki komitmen yang tinggi terhadap Islam:
“…barang siapa yang berpegang teguh dengan agama Allah, maka sungguh dia
telah mendapatkan hidayah menuju jalan yang lurus…”
4
pengikutnya maupun yang memusuhinya. Jujur dan berani menanggung risiko,
itulah warisan mulia kepemimpinan nabi yang mestinya ditauladani para
pemimpin dan elite di negeri ini umumnya dan khususnya para pimpinan.
Orang yang menjunjung tinggi kejujuran sama halnya dengan menjunjung
tinggi keadilan. Orang jujur ada kemungkinan akan teguh dalam memegang
amanah. Dibalik kejujuran ada kesuksesan, ada sepenggal cerita tentang tiga
orang yang tidak turut serta dalam jihad dapat dijadikan contoh yang sangat tepat
mengenai masalah kejujuran para sahabat Rasulullah saw yang terjadi pada
perang Tabuk ((Sulaiman bin Muhammad As-Sughayyir, 2004: 74).
Kadangkala masyarakat masih saja dipertunjukkan bahwa kejujuran masih
terus dikalahkan oleh kepentingan sempit yang bersifat jangka pendek, kebenaran
hukum telah dikalahkan oleh kepentingan politik sesaat, hukum telah
dijungkarbalikan oleh kemauan elit politik sehingga hukum tidak lagi menjadi
panglima.
Kejujuran akan mengantarkan manusia pada kepuasan batin, jauh dari
perasaan bersalah. Sebagai contoh bagi transaksi jual beli sering terjadi praktek
yang tidak jujur yakni mengurangi timbangan, lihat QS. Muthaffifi ayat 1-3:
Artinya:
5
berperilaku jujur dalam kehidupan bermasyarakat dan negara, karena maju dan
mundurnya suatu negara tergantung pada generasi-generasi penerusnya.
“Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka).
Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jikalau
mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik
bagi mereka”.
5. Kejujuran akan menyelamatkan dari hari kiamat (QS. Al-Maidah: 119)
6. Kejujuran akan mengangkat derajat (QS. Yunus ayat 2)
7. Kejujuran akan mendatangkan ketentraman jiwa
6
8. Bersikap jujur dalam kehidupan masyarakat tentunya akan banyak membawa
dampak positif.
9. Dampak sikap jujur dalam keluarga tentunya membuat anggota keluarga
tersebut menjadi
nyaman, karena antar keluarga dapat berinteraksi tanpa beban dan saling
membantu apabila ada masalah dalam satu pihak keluarga. Bagi seorang pelajar
tentunya mempunyai angan-angan untuk mendapatkan sebuah pekerjaan yang
enak tetepi dapat menghasilkan uang banyak. Pada diri pribadi akan timbul sikap
yang tidak selalu bergantung pada orang lain. Akan hidup mandiri.
7
8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Arti shiddiq adalah benar, jujur, ikhlas, tulus, keutamaan, kebaikan, dan
kesungguhan. Namun shiddiq di sini lebih menjurus kepada sebuah sikap
membenarkan sesuatu yang datang dari Allah SWT dan Rasulullah SAW yang
timbul dari rasa dan naluri keimanan yang mendalam. Begitu juga Allah
menjanjikan pahala bagi orang-orang yang benar dan mengancam orang yang
berdusta dengan siksaan. Dalam hal ini shiddiq ada 5 macam yaitu: (1) Benar
Perkataan ( Shidq al haditz ); (2) Benar Pergaulan ( Shidq al-muamalah ); (3)
Benar Kemauan ( Shidq al-azam ); (4) Benar Janji ( Shidq al-wa’ad ); (5) Benar
Kenyataan ( Shidq al-hal ).