Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PEMAHAMAN DARI SIFAT SHIDDIQ NABI MUHAMMAD
SAW

OLEH

NAMA : ANNISA PRATAMA SYAISARAH


NO BP : 1810231002
KELOMPOK : VI ( ENAM )
DOSEN PEMBIMBING : Dra. PEVIYATMI, M.Ag.

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
BAB I PENDAHULUAN

A. Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Agama
Islam dengan judul “ Pemahaman Dari Sifat Shiddiq Nabi Muhammad Saw”.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dukungan dari banyak pihak,
sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya. Untuk itu saya pun tidak lupa
mengucapkan terima kasih sudah membantu saya dalam rangka menyelesaikan
makalah ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya.
Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan
makalah ini.
Penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa
bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat berbagai permasalahan lainnya yang masih berhubungan pada
makalah-makalah berikutnya.

B. Latar Belakang

Shiddiq merupakan hakikat kebaikan yang memiliki dimensi yang luas,


karena mencakup segenap aspek keislaman. Hal ini tergambar dalam firman Allah
SWT: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta;
dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat;
dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.Mereka itulah orang-
orang yang benar imannya (yakni bersifat siddiq); dan mereka itulah orang-orang
yang bertakwa. ” (QS Al-Baqarah: 177)

Ayat ini digambarkan dimensi yang dicakupi oleh shiddiq yaitu meliputi
keimanan, menginfakkan harta yang dicintai, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, menepati janji, bersabar dalam kesulitan, dll. Karena itulah, dalam ayat
lain, Allah SWT memerintahkan kita untuk senantiasa bersama-sama para
shiddiqin: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (siddiq).” (QS At- Taubah:
119)

i
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menyebutkan tiga orang Rasul-Nya yang
memiliki sifat shiddiq ini. Yang pertama adalah Nabi Ibrahim AS. Allah
memujinya karena memiliki sifat ini: “Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah
Ibrahim di dalam Al-Kitab (Al-Qur’an) ini.Sesungguhnya dia adalah seorang
yang sangat membenarkan lagi seorang nabi. “(QS Maryam: 41)

Rasul yang kedua adalah Nabi Idris AS. Allah juga memujinya dalam Al-
Qur’an karena memiliki sifat shiddiq. Allah berfirman: “Dan ceritakanlah (hai
Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al-
Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang
nabi. “(QS Maryam: 56)

Sedangkan yang ketiga adalah Nabi Yusuf AS. Ia membuktikan


keimanannya dengan menolak ajakan Zulaikha untuk berzina, meskipun disertai
dengan ancaman. FirmanNya: “Raja berkata (kepada wanita-wanita itu):”
Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan
dirinya (kepadamu)?” Mereka berkata: Maha Sempurna Allah, kami tidak
mengetahui sesuatu keburukan darinya. Berkata istri Al-Aziz: “Sekarang jelaslah
kebenaran itu, akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya
(kepadaku), dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar.” (QS
Yusuf: 51).

C. Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian shiddiq ?

2. Apa ciri-ciri dari orang yang memiliki sifat shiddiq ?

3. Apa saja cara untuk mencapai sifat shiddiq ?

4. Apa aplikasi dari sifat shiddiq ?


5. Apa balasan bagi orang-orang yang memiliki sifat shiddiq ?

D. Tujuan Penulisan

1. Memahami pengertian shiddiq

2. Memahami ciri-ciri orang yang memiliki sifat shiddiq

3. Memahami cara untuk mencapai sifat shiddiq

4. Mengetahui dan memahami aplikasi dari sifat shiddiq

5. Mengetahui dan memahami balasan bagi orang yang memiliki sifat shiddiq

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Kata Pengantar.........................................................................................i

B. Latar Belakang.........................................................................................i

C. Rumusan Masalah....................................................................................ii

D. Tujuan Penulisan......................................................................................ii

BAB II ISI

A. Pengertian Shiddiq...................................................................................1

B. Ciri-Ciri Orang Yang Memiliki Sifat Shiddiq.........................................2


C. Cara Mencapai Sifat Shiddiq...................................................................3
D. Aplikasi Sifat Shiddiq ...................................................................................4
E. Balasan Bagi Orang-Orang Yang Memiliki Sifat Shiddiq.......................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................8

iii
iv
BAB II ISI

A. Pengertian Shiddiq
Kata shiddiq berasal dari bahasa Arab shadaqa/shidqan/shadiqan berarti
benar, nyata, berkata benar. Shiddiq secara istilah adalah bagian dari akhlak
karimah. Dari segi bahasa, shiddiq berasal dari kata ‘shadaqa’ yang memiliki
beberapa arti yang satu sama lain saling melengkapi. Bertentangan dengan
shiddiq adalah kadzib (dusta). Di antara arti shiddiq adalah benar, jujur, ikhlas,
tulus, keutamaan, kebaikan, dan kesungguhan. Namun shiddiq di sini lebih
menjurus kepada sebuah sikap membenarkan sesuatu yang datang dari Allah
SWT dan Rasulullah SAW yang timbul dari rasa dan naluri keimanan yang
mendalam. Begitu juga Allah menjanjikan pahala bagi orang-orang yang benar
dan mengancam orang yang berdusta dengan siksaan. Seperti yang telah
difirmankan dalam ayat-ayat berikut :

Artinya : “Agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang benar tentang


kebenaran mereka dan Dia menyediakan bagi orang-orang kafir siksa yang
pedih.” (Q.S. Al-Ahzab : 8).

Menurut pandangan Imam Al-Ghazali shiddiq merupakan jalan yang


paling lurus dan juga sifat ini dapat membedakan antara orang yang munafik dan
orang yang beriman, perumpamaan bagai pedang Allah yang mana diletakkan
diatas kebathilan maka ia akan memotongnya hingga tidak tersisa (M. Abdul
Mujieb, 2009: 416). Dalam hal ini shiddiq ada 5 macam yaitu:

1. Benar Perkataan ( Shidq al haditz )


2. Benar Pergaulan ( Shidq al-muamalah )
3. Benar Kemauan ( Shidq al-azam )
4. Benar Janji ( Shidq al-wa’ad )
5. Benar Kenyataan ( Shidq al-hal )

1
Pendapat ini selaras dengan firman Allah :

Artinya: “Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu
karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau
menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”. (QS. Al-Ahzab:24)

B. Ciri-Ciri Orang Yang Bersifat Shiddiq

Orang yang shiddiq memiliki beberapa ciri, diantara ciri-ciri mereka yang
Allah gambarkan dalam al-Qur‟an adalah:
1. Teguh pendiriannya terhadap apa yang dicita-citakan (diyakininya). Firman
Allah SWT: “Diantara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati
(membenarkan) apa yang telah mereka janjikan kepada Allah,  maka di antara
mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-
nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya). “ (QS Al-Ahzab: 23) 

2. Tidak ragu untuk berjihad dengan harta dan jiwa mereka. Allah SWT berfirman
dalam Al-Quran: 

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang


beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah
orang-orang yang benar. “(QS Al-Hujurat: 15)

3. Memiliki keimanan kepada Allah SWT, Rasulullah SAW, bersedekah,


mendirikan shalat, menunaikan zakat, menepati janji dan
sabar. FirmanNya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan
harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,

2
musafir dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan ,
penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.  “(QS Al-Baqarah:
177)

4. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap Islam. Firman Allah SWT: “…


barang siapa yang berpegang teguh dengan agama Allah, maka sungguh ia telah
mendapatkan hidayah menuju jalan yang lurus …” (QS Ali Imran: 101).
Kedudukan orang yang memiliki sifat shiddiq, selain mendapat ampunan
dan pahala yang besar, para shiddiqin juga akan mendapat tempat yang tinggi di
sisi Allah SWT. Mereka akan disatukan bersama para nabi dan orang-orang yang
mati syahid, dan orang-orang saleh. Allah berfirman: 

“Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu:
Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang
saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”(QS An-Nisa ‘: 69)
C. Cara Mencapai Sifat Shiddiq
           Setelah kita melihat urgensi sifat shiddiq ini, maka setidaknya muncul
dalam hati kita keinginan untuk melengkapi diri dengan sifat ini. Karena sifat ini
benar-benar merupakan intisari dari kebaikan. Dan sifat ini pulalah yang dimiliki
oleh sahabat yang paling dicintai Rasulullah SAW yaitu Abu Bakar Asidiq. Ada
beberapa cara yang dapat membantu menumbuhkan sifat ini:

1. Senantiasa memperbaharui keimanan dan keyakinan kita (baca; ketsiqahan)


kepada Allah SWT. Karena pondasi dari sifat sidiq ini adalah kuatnya keyakinan
kepada Allah.

2. Melatih diri untuk bersikap jujur diamana saja dan kapan saja serta kepada
siapa saja. Karena kejujuran merupakan karakter mendasar sifat sidiq.

3. Melatih diri untuk senantiasa membenarkan sesuatu yang datang dari Allah
(Al-Qur’an dan sunnah) , meskipun hal tersebut terkesan bertentangan dengan

3
rasio. Karena kebenaran mutlak hanyalah milik Allah. Sementara ijtihad manusia
masih sangat memungkinkan adanya kesalahan.

4. Senantiasa melatih diri untuk komitmen dengan Islam dalam segala aspeknya;
aqidah, ibadah, akhlaq dan syari’ah. Karena salah satu ciri siddiqin adalah
memiliki komitmen yang tinggi terhadap Islam:
“…barang siapa yang berpegang teguh dengan agama Allah, maka sungguh dia
telah mendapatkan hidayah menuju jalan yang lurus…”

5. Sering mentadaburi ayat-ayat Allah, hadits-hadits Rasulullah SAW mengenai


sifat sidiq. Karena mentadaburi ayat dan hadits juga merupakan cara tersendiri
yang sangat membekas dalam jiwa manusia.

6. Senantiasa membuka-buka lembaran-lembaran sejarah kehidupan salafu shaleh,


terutama pada sikap-sikap mereka yang menunjukkan kesiddiqannya.

7. Memperbanyak dzikir dan amalan-amalan sunnah. Karena dengan hal-hal


tersebut akan menjadikan hati tenang dan tentram. Hati yang seperti ini akan
mudah dihiasi sifat sidiq.

D. Aplikasi Sifat Shiddiq


Hilangnya nilai-nilai kejujuran menyebabkan banyaknya perilaku para
pemuda yang rusak. Misal, kebisaan mencontek yang dilakukan seorang pelajar
pada saat ujian. Mencontek merupakan perbuatan tidak jujur dan tidak percaya
diri terhadap kemampuan dirinya. Perbuatan mencontek akan berdampak pada
buruk pada generasi bangsa ini karena hanya mengandalkan kemampuan orang
lain, sementara dirinya tidak mau berusaha untuk meningkatkan kemampuannya
sendiri. Apabila kebiasaan mencontek ini tidak diatasi dari sekarang, maka
kedepannya generasi bangsa ini akan bodoh dan terbelakang.
Begitu juga dengan korupsi. Korupsi adalah tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatannya guna meraih keuntungan pribadi dan
merugikan kepentingan umum, di negara Indonesia korupsi merupakan
permasalahan besar yang sampai saat ini belum bisa di tuntaskan, karena sudah
membudaya dan mendarah daging. Korupsi itu merupakan perbutan tidak jujur
karena di dalamnya banyak terdapat bebohongan-kebohongan publik dan
merugikan negara.
Kejujuran adalah dasar agama, dan kejujuran juga kehidupan bangsa-
bangsa dan suku-suku, serta sebab terjadinya perkembangan, kasih sayang dan
tolong menolong. Agama Islam yang lurus mengarahkan masyarakat supaya
berpegang teguh pada tali kejujuran dalam setiap urusan, dalam setiap persoalan
dan hukum, agar pondasinya menjadi kokoh dan generasinya selamat dari
kebinasaan akhlak manusia yang tidak bertanggung jawab.
Salah satu sikap mulia yang lekat dan yang paling menonjol dengan
kepribadian Nabi Muhammad saw. adalah “shiddiq” (kejujuran, integritas),
dengan sifat ini diganjar dengan julukan al- Amin oleh masyarakat setempat, baik

4
pengikutnya maupun yang memusuhinya. Jujur dan berani menanggung risiko,
itulah warisan mulia kepemimpinan nabi yang mestinya ditauladani para
pemimpin dan elite di negeri ini umumnya dan khususnya para pimpinan.
Orang yang menjunjung tinggi kejujuran sama halnya dengan menjunjung
tinggi keadilan. Orang jujur ada kemungkinan akan teguh dalam memegang
amanah. Dibalik kejujuran ada kesuksesan, ada sepenggal cerita tentang tiga
orang yang tidak turut serta dalam jihad dapat dijadikan contoh yang sangat tepat
mengenai masalah kejujuran para sahabat Rasulullah saw yang terjadi pada
perang Tabuk ((Sulaiman bin Muhammad As-Sughayyir, 2004: 74).
Kadangkala masyarakat masih saja dipertunjukkan bahwa kejujuran masih
terus dikalahkan oleh kepentingan sempit yang bersifat jangka pendek, kebenaran
hukum telah dikalahkan oleh kepentingan politik sesaat, hukum telah
dijungkarbalikan oleh kemauan elit politik sehingga hukum tidak lagi menjadi
panglima.
Kejujuran akan mengantarkan manusia pada kepuasan batin, jauh dari
perasaan bersalah. Sebagai contoh bagi transaksi jual beli sering terjadi praktek
yang tidak jujur yakni mengurangi timbangan, lihat QS. Muthaffifi ayat 1-3:
Artinya:

“Celakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang


yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan
apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi.”
Kejujuran amat penting dalam kehidupan manusia, dan telah dicontohkan
oleh Nabi Muhammad saw sepanjang hidupnya. Kita juga harus selalu
memelihara sifat jujur dalam keseharian kita. Jujur merupakan sifat yang sangat
mulia, tetapi memang sulit untuk diwujudkan. Terkadang orang dengan sengaja
untuk tidak berbuat jujur dengan alasan bahwa jujur akan mengakibatkan hancur.
Karena itu, dewasa ini kejujuran sulit ditemukan di tengah-tengah peradaban
manusia yang semakin maju.
Orang berusaha untuk mengesahkan perilaku tidak jujur. Seandainya
kejujuran ini terpelihara dengan baik, maka para penuntut dan pembela hukum di
negeri ini tidak akan terlalu sulit untuk menerapkan dan mewujudkan keadilan di
tengah-tengah masyarakat. Kenyataannya, sebagian besar orang tidak mau berbuat
jujur, sehingga seringkali orang yang jujur malah menjadi hancur (akibat
disalahkan).
Rasulullah selalu berbuat jujur tidak hanya kepada para sahabatnya, tetapi
juga kepada lawan-lawannya. Inilah yang merupakan kunci keberhasilan
Rasulullah dalam misi risalah dan kenabiannya. Itulah bagaimana pentingnya

5
berperilaku jujur dalam kehidupan bermasyarakat dan negara, karena maju dan
mundurnya suatu negara tergantung pada generasi-generasi penerusnya.

E. Balasan bagi Orang-orang yang memiliki sifat Shiddiq


Seorang muslim adalah seorang yang jujur dan mencintai kejujuran, dalam
ayat-ayat suci sebelumnya disebutkan hak-hak istimewa orang yang taat kepada
perintah Allah swt. Berikut adalah buah kejujuran yang dirasakan oleh orang-
orang yang melakukannya (Abu Bakar Jabir El-azairi, 1991: 389-390):
1. Perasaan gembira dan niwa yang tenang.
2. Membawa berkah dalam mencari rezeki dan menambah kebaikan.
3. Akan mencapai derajat para syuhadaa‟, mendapat derajat kebenaran disisi
Allah swt.
4. Selamat dari kebencian.

Sikap jujur merupakan sikap terpuji yang tentunya banyak sekali


manfaatnya. Berikut ini beberapa manfaat, apabila kita bisa bersikap jujur:
1 Menjalani kehidupan sehari-hari tak merasa dibebani.
2. Timbul rasa percaya diri pada diri sendiri.
3. Kejujuran membawa pelakunya bersikap berani
4. Kejujuran akan membawa kepada kebaikan (QS. Muhammad ayat 21)

“Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka).
Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jikalau
mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik
bagi mereka”.
5. Kejujuran akan menyelamatkan dari hari kiamat (QS. Al-Maidah: 119)
6. Kejujuran akan mengangkat derajat (QS. Yunus ayat 2)
7. Kejujuran akan mendatangkan ketentraman jiwa

6
8. Bersikap jujur dalam kehidupan masyarakat tentunya akan banyak membawa
dampak positif.
9. Dampak sikap jujur dalam keluarga tentunya membuat anggota keluarga
tersebut menjadi
nyaman, karena antar keluarga dapat berinteraksi tanpa beban dan saling
membantu apabila ada masalah dalam satu pihak keluarga. Bagi seorang pelajar
tentunya mempunyai angan-angan untuk mendapatkan sebuah pekerjaan yang
enak tetepi dapat menghasilkan uang banyak. Pada diri pribadi akan timbul sikap
yang tidak selalu bergantung pada orang lain. Akan hidup mandiri.

7
8
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Arti shiddiq adalah benar, jujur, ikhlas, tulus, keutamaan, kebaikan, dan
kesungguhan. Namun shiddiq di sini lebih menjurus kepada sebuah sikap
membenarkan sesuatu yang datang dari Allah SWT dan Rasulullah SAW yang
timbul dari rasa dan naluri keimanan yang mendalam. Begitu juga Allah
menjanjikan pahala bagi orang-orang yang benar dan mengancam orang yang
berdusta dengan siksaan. Dalam hal ini shiddiq ada 5 macam yaitu: (1) Benar
Perkataan ( Shidq al haditz ); (2) Benar Pergaulan ( Shidq al-muamalah ); (3)
Benar Kemauan ( Shidq al-azam ); (4) Benar Janji ( Shidq al-wa’ad ); (5) Benar
Kenyataan ( Shidq al-hal ).

Ciri-ciri orang yang memiliki sifat shiddiq adalah : (1) Teguh


pendiriannya terhadap apa yang dicita-citakan; (2) Tidak ragu untuk berjihad
dengan harta dan jiwa mereka; (3) Memiliki keimanan kepada Allah SWT,
Rasulullah SAW, bersedekah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menepati
janji dan sabar; (4) Memiliki komitmen yang tinggi terhadap Islam.

Balasan bagi orang-orang yang memiliki sifat shiddiq: (1) Perasaan


gembira dan niwa yang tenang; (2) Membawa berkah dalam mencari rezeki dan
menambah kebaikan; (3) Akan mencapai derajat para syuhadaa‟, mendapat
derajat kebenaran disisi Allah swt; (4) Selamat dari kebencian.

Anda mungkin juga menyukai