Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MAKNA IMAN KEPADA ALLAH DAN PARA NABI


Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Tauhid

Dosen Pengampu : Drs. Tamami, M.Ag

Disusun oleh :

Kelompok 3

 Muhammad Fajar Nurohman (1211040079)


 Mutiara Demi Putri Asari (1211040085)
 Nur Syarifatun Nadhifah (1211040095)
 Resa Teguh Pratama (1211040106)

Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi

Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung


2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan Rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan makalah Iman kepada Allah dan Nabi (Rasul) dengan tepat
waktu, Shalawat serta salam juga senantiasa kita sanjukan kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya, sahabatnya serta umatnya hingga saat ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari Bapak Drs. Tamami, M.Ag
selagu dosen matakuliah Ilmu Tauhid, dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang membantu pembuatan makalah ini, harapan kami
semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada pembaca, serta menambah wawasan.

Kami sadar dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bayaknya kekurangan,
oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
meningkatkan kualitas dikemudian hari

Bandung, Oktober 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................1
BAB II IMAN KEPADA ALLAH SWT......................................................................................2
A. Pengertian Iman..................................................................................................................2
B. Tingkatan Ahli Iman..........................................................................................................3
C. Iman adalah Pokoknya Agama.........................................................................................5
D. Tanda-tanda Bertambah dan Berkurangnya Iman........................................................6
BAB III IMAN KEPADA NABI (RASUL).................................................................................7
A. Iman Kepada Nabi (Rasul)................................................................................................7
B. Perbedaan dan Persamaan Nabi dan Rasul.....................................................................8
C. Sifat – sifat Nabi dan Rasul................................................................................................9
D. Nama Nama Nabi dan Rasul yang wajib diketahui........................................................9
E. Cara Beriman Kepada Nabi dan Rasul..........................................................................11
F. Hikmah Beriman Kepada Nabi dan Rasul.....................................................................12
BAB IV PENUTUP......................................................................................................................13
A. Kesimpulan........................................................................................................................13
B. Saran..................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Iman kepada Allah adalah rukun iman yang pertama sedangkan Iman kepada
Rasul adalah rukun iman yang ke empat, Iman kepada Allah artinya kita meyakini
bahwa adanya Allah serta sifat sifat kesempurnaan-Nya, menjauhi larangan-Nya dan
mengamalkan apa yang diperintahkan-Nya, sedangkan Iman kepada rasul artinya
mempercayai dengan sepenuh hati atas kedatangan rasul, mulai dari rasul yang
pertama yaitu Nabi Adam AS. hingga rasul terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW
Oleh karena itu kita sebagai umat muslim, wajib beriman kepada Allah dan
mempercayai adanya Rasul utusan Allah sehingga kita bisa mengamalkan semua
ajaran yang diperintahkan oleh Allah dan diberitakan oleh Rasul utusan Allah,
dengan berpegang kepada semua ajaran Allah dan Rasul maka hidup kita akan
bahagia di dunia maupun di akhirat, Namun dalam kehidupan sehari hari terkadang
kita hanya mengetahui Iman kepada Allah dan Rasul dengan pengetahuan yang
terbatas, tanpa adanya penerapan di dalam kehidupan yang kita jalani sehari – hari,
maka dari itu semoga dengan makalah ini bisa membuat kita lebih mengetahui apa
Iman kepada Allah dan Rasul (Nabi) dan dapat diterapkan dikehidupan sehari – hari

B. Rumusan Masalah
1. Apa makna iman kepada Allah?
2. Apa makna iman kepada Nabi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui iman kepada Allah SWT
2. Untuk mengetahui iman kepada Rasul

1
BAB II
IMAN KEPADA ALLAH SWT

A. Pengertian Iman

Kata iman berasal dari kata aamana, yu’minu, imaanan, fahuwa Mukminun yang
diambil dari kata masdar al-amnu yang artinya percaya, aman. Sedangkan menurut
istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan
membuktikan dengan perbuatan. Rasulullah SAW bersabda:

Artinya : “Iman adalah membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan
mengamalkan dalam perbuatan” (HR. Ibnu Majah)

Jadi iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah benar-benar ada
dengan segala sifat kesempurnaan-Nya, mengikrarkan dengan lisan bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah (kalimat syahadat). serta mengamalkan apa yang diperintahkan-Nya
dan menjauhi larangan-Nya. Berdasarkan pengertian tersebut. seseorang dikatakan
beriman kepada Allah SWT apabila telah memenuhi tiga aspek (unsur), yaitu:

1. keyakinan di dalam hati

2. pernyataan dengan lisan

3. pembuktian dengan perbuatan

Seseorang tidak beriman kepada Allah SWT jika hanya diucapkan lewat mulut saja.
Keimanan harus dibuktikan pula lewat hati dan perbuatan. Orang yang beriman disebut
mukmin. Orang yang ingkar atau orang tidak beriman disebut kafir. Orang yang
mengaku beriman akan tetapi hatinya tidak percaya dinamakan munafik.

2
Pengertian iman menurut Al-Juwaini, iman mempunyai 2 pengertian:

1. Iman ialah ‫( تص??ديق ب??القلب واقرارباالس??ان‬tasdiiqu bi al-qalbi wa iqraar bi al-lisaan),


pembenaran dalam hati dan pengucapan dengan lisan. Inilah hakikat dari iman.
2. Iman ialah pengakuan di dalam hati, pengakuan dengan lisan dan perbuatan amal
saleh dengan anggota badan. Dan yang disebut terakhir ini, hanyalah merupakan
sebuah nama dari iman. Konse kedua ini merupakan konsep iman kaum Mu’tazilah.

B. Tingkatan Ahli Iman

Iman mempunyai tingkatan yang diterapkan oelh Rasullah SAW dengan sabdanya:

‫االايمان بضع و سبعون او بضع و ستّون شعبة فاء فضلها قول ال اله هللا و اذنها اما طة االذى عن الطريق و الحياء‬
‫شعبة من االءيمان‬

‘’Iman itu ada tujuh puluh sekian atau enam puluh tujuh sekian cabang; yang paling
utama adalah mengucapkan kalimat la ila ha illallah, dan yang paling rendah adalah
menyingkirkan gangguan di jalan; malu adalah salah satu cabang dari iman’’.

Ada tiga cara untuk mewujudkan iman pada jati diri manusia:

1. Meyakini
2. Mengucapkan
3. Mengamalkan

Setiap manusia berbeda-beda tingkatannya dalam perwujudan cabang-cabang iman


pada dirinya. Dengan demikian, tingkatan-tingkatan mereka antara lain:

1. Tingkatan Nabi dan Rasul


Tingkatan para Nabi dan Rasul adalah tingkatan paling tinggi, paling sempurna, dan
paling paripurna. Sebab, mereka adalah mukmin yang paling sempurna keimanannya
pada Allah SWT, rasa harap dan cemasnya, serta ketaatan dan keistiqamahannya di jalan
Allah, untuk mewujudkan penghambaan (ubudiyah) meraka dan menunaikan hak-hak
rububiyah dan uluhiyah Allah SWT. Mereka menggabungkan antara kesucian fitrah dan
keselamatan dari dosa, baik sebellllum masa kenabian dan kerasulan meraka maupun
setelah merekan dipilih untuk mengemban risalah tersebut. Ditambah mereka memiliki
pengetahuan melalui pengamatan dan istidlal dari akal burhani.
Para nabi adalah mukmin yang paling sempurna keyakinannya, karena mukjizat dan
ayat yang menunjukan kenabian mereka dan kebenaran risalah mereka langsung terjadi

3
melalui tangan mereka dan di depan mata kepala mereka sendiri. Mereka dalah manusia
yang paling kuat hujjah-nya dan sangat menjaga risalah. Mereka adalah orang yang
paling kuat dan tegar menghadapi kebatilan dan ketidakbenaran.

2. Tingkatan Sahabat dan Tabi’in


Bagi para nabi, Allah telah mempersiapkan para penolong setia dan sahabt. Mereka
ini mengikuti petunjuk Rasul dan mengerjakan sunnah-sunnah Rasul. Rasullah SAW
bersabda: ‘’Setiap nabi yang Allah utus pada suatu umat sebelumku pastilah mempunyai
penolong setia dan sahabt dari umatnya. Mereka menerima sunnah-sunnahnya dan
mengerjakan perintahnya. Kemudian tibalah generasi berikutnya yang berbeda dari
mereka, yang mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan dan mengerjakan apa ang
tidak diperintahkan. Maka, barangsiapa memerangi mereka dengan kekuasaannya,
berarti ia beriman; barangsiapa memerangi mereka dengan lisannya, berarti dia
beriman; barangsiapa memerangi hatinya dengan, berarti ia beriman; dan tidak ada
iman setelah itu walaupun hanya seberat biji wijen’’ (H.R Muslim).
Allah juga telah mengadakan sahabat-sahabat bagi Rasullah SAW. Mereka
mengimani sang Rasul dan memercayai apa yang dibawa olehnya. Mereka didik oleh
Rasullah SAW. Meraka menegakkan agama Allah, mengajari generasi tabiin yang datang
setelah mereka, dan menghiasi mereka dengan sifat-sifat orang mukmin. Mereka adalah
orang-orang pertama yang memercayai apa yang dibawa oleh sang Rasul. Mereka telah
mewarisi iman dengan penuh keyakinan, baik perkataan maupun perbuatan. Mereka
mengamalkan apa yang mereka ketahui. Mereka mengajak manusia kepada apa yang
mereka yakini, maka Allah mengangkat derajat meraka.

3. Tingkatan Ulama yang Mengamalkan Ilmunya


Para ulama adalah ahli waris para nabi, sebagaimana disebutkan dalam hadist
Rasullah SAW dari Abu Darda RA, ia berkata, ‘’Rasullah SAW bersabda: ‘’Brangsiapa
meniti suatu jalan dengan tujuan menuntut ilmu, niscaya Allah memudahkan langkahnya
menuju surga. Dan, sungguh malaikat meletakkan sayapnya karena senag pada orang
yang menuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang alim (berilmu) itu, para makhluk langit
dan bumi memohonkan ampun baginya, sampai-sampai paus di lautan ikut memohonkan

4
ampun baginya. Keuutamaan seorang yang alim atas orang yang bodoh seperti
keutamaan bulan atas bintang-bintang. Sesungguhnya ulama adalah ahli waris para
nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, melainkan ilmu.
Barangsipa menerimanya, maka ia mendapatkan keuntungan yang besar’’ (H.R At-
Tirmidzi).

Mereka telah mewarisi iman dengan penuh keyakinan, baik perkataan maupun
perbuatan. Mereka mengamalkan apa yang mereka ketahui. Mereka mengajak manusia
kepada apa yang merak yakini, maka Allah mengangkat derajat mereka. Allah SWT
mengadakan rasa takut dalam diri para ulama yang mengamalkan ilmunya serta
bertaqwa.

4. Tingkatan Kebanyakan Kaum Mukmin


Orang mukmin belajar tentang iman dari para ulama. Mereka meyakini kebenaran.
Mereka mengatakan yamg benar dan mengajak manusia ke jalan yang benar. Meraka
juga mengamalkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Maka, tingkatan iman masing-
masing mereka terbagi dalam beberapa tingkatan, tergantung keyakinan, ucapan, dan
perbuatan meraka. Allah SWT berfirman:
‘’Dan masing-masing orang ada tingkatannya (sesuai) dengan apa yang mereka
kerjakan dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.’’ (Q.S Al-
An’am: 132)

C. Iman adalah Pokoknya Agama

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa masalah iman adalah pokoknya
agama. Iman adalah masalah yang paling penting dari semua masalah. Di antara
alasannya adalah:

1. Iman merupakan sebesar-besar kewajiban yang diwajibakan oleh Allah dalam hidup ini.

2. Iman merupakan hak Allah yang wajib atas hambaNya. Seorang hamba wajib mengimani
Allah dan wajib melaksanakan dari iman itu, yaitu mentauhidkan Allah Subhanahu wa
Ta’ala, menjauhkan segala macam perbuatan syirik.

5
3. Lafadz iman berulang kali disebutkan dalam Al-Qur’an dan dalam hadits-hadits Nabi
yang shahih. Lebih banyak dari penyebutan semua lafadz.

4. Imam merupakan pokok atau prinsipnya agama.

5. Orang yang mewujudkan iman (dengan keyakinan, perkataan, dan perbuatan) maka dia
akan mendapatkan kesuksesan, kemenangan, dan kedudukan di muka bumi ini.
Barangsiapa yang merusak atau menyia-nyiakannya, maka dia akan mendapatkan
kerugian yang nyata.

6. Dengan iman ini dikeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya.

7. Dengan iman ini akan dipisahkan antara orang-orang yang bahagia dengan orang-orang
yang celaka. Dan juga dipisahkan siapa orang-orang yang harus kita mencintai/loyal
kepada dia dan juga orang-orang yang kita harus memusuhinya.

D. Tanda-tanda Bertambah dan Berkurangnya Iman

Iman akan bertambah dengan amal-amal shalih, dan akan berkurang dengan amal-
amal jelek. Setiap kali seorang muslim menambah ketaatannya, maka bertambahlah
keimanannya, dan akan semakin besar (iman tersebut) di dalam hatinya. Sebaliknya,
setiap kali dia kurang dalam ketaatan, atau terjatuh dalam kemaksiatan, maka
berkuranglah imannya.

Iman bisa terus berkurang hingga tidak tersisa darinya dalam hati kecuali lebih
kecil dari seberat biji sawi keimanan. Jadi, bertambahnya iman itu dengan ketaatan,
meninggalkan kemaksiatan dan menjauhinya. Bertambahnya iman dengan melaksanakan
ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Berkurangnya iman karena kurang dalam ketaatan,
dan terjatuh dalam kemaksiatan.

Maka amalan memiliki kedudukan dalam timbangan syari’at. Memperbanyak amal


shalih akan menambah iman seorang hamba. Meninggalkan kemaksiatan akan
menambah iman seorang hamba. Jika sebaliknya, maka hasilnya juga sebaliknya. Kurang
dalam ketaatan dan terjatuh pada hal-hal yang haram menyebabkan berkurangnya iman,

6
sesuai dengan kadar kurangnya ketaatan tersebut, dan kadar kemaksiatan yang ia
lakukan.

BAB III
IMAN KEPADA NABI (RASUL)

A. Iman Kepada Nabi (Rasul)


Secara etimologi, kata 'Nabi' berasal dari kata 'naba' yang berarti 'dari tempat yang
tinggi'. Sementara itu, pengertian Nabi secara umum ialah Hamba Allah SWT yang
mendapat kepercayaan berupa wahyu dari Allah SWT untuk dirinya sendiri.
Sementara kata 'rasul' berasal dari kata 'risala' yang berarti 'penyampaian'. Rasul
adalah seseorang yang diberikan wahyu dan kepercayaan oleh Allah SWT, yang
kemudian diamalkan dan berkewajiban menyampaikan wahyu tersebut kepada umat-
Nya.
Iman kepada nabi dan rasul merupakan rukun iman yang ke-6. iman kepada Nabi dan
Rasul adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Nabi dan Rasul itu benar-benar
utusan Allah yang ditugaskan untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar agar
selamat di dunia dan di akhirat.
Seorang muslim dintuntut harus beriman kepada Nabi dan Rosul, sebagaimana
dijelaskan dalam Q.S An-Nisa ayat 136:

ْ‫ى أَنزَ َل ِمن قَ ْب ُل ۚ َو َمن يَ ْكفُر‬ ِ َ‫ب ٱلَّ ِذى نَ َّز َل َعلَ ٰى َرسُولِ ِهۦ َو ْٱل ِك ٰت‬
ٓ ‫ب ٱلَّ ِذ‬ ۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامنُ ٓو ۟ا َءا ِمن‬
ِ َ‫وا بِٱهَّلل ِ َو َرسُولِ ِهۦ َو ْٱل ِك ٰت‬ َ
ٓ
‫ضلَٰاًۢل بَ ِعيدًا‬ َ ‫بِٱهَّلل ِ َو َم ٰلَئِ َكتِ ِهۦ َو ُكتُبِ ِهۦ َو ُر ُسلِِۦه َو ْٱليَوْ ِ?م ٱلْ َءا ِخ ِر فَقَ ْد‬
َ ‫ض َّل‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yabg Allah turunkan

7
sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-jauhnya".
Jika seorang muslim tidak beriman kepada Nabi dan Rasul, maka Allah SWT akan
memberi azab yang pedih. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S An-nur ayat 63:

۞ ‫ار ِذى ْٱلقُرْ بَ ٰى‬ ?۟ ‫ُوا ٱهَّلل َ َواَل تُ ْش ِر ُك‬


ِ ‫وا بِِۦه َش ْئـًًٔ?ا ۖ َوبِ ْٱل ٰ َولِ َدي ِْن إِحْ ٰ َسنًا َوبِ ِذى? ْٱلقُرْ بَ ٰى َو ْٱليَ ٰتَ َم ٰ?ى َو ْٱل َم ٰ َس ِك‬
?ِ ‫ين َو ْٱل َج‬ ۟ ‫َوٱ ْعبُد‬
‫ت أَ ْي ٰ َمنُ ُك ْم ۗ إِ َّن ٱهَّلل َ اَل ي ُِحبُّ َمن َك??انَ ُم ْختَ ?ااًل‬ ْ ‫يل َو َم??ا َملَ َك‬
ِ ِ‫ٱلس ?ب‬َّ ‫ب َوٱ ْب ِن‬ ْ ?ِ‫ب ب‬
ِ ‫?ٱل َج ۢن‬ ِ ‫اح‬ ِ ? ‫ٱلص‬َّ ‫ب َو‬ ِ ُ‫?ار ْٱل ُجن‬ ?ِ ?‫َو ْٱل َج‬
‫فَ ُخ?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????ورًا‬
"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan
atau ditimpa azab yang pedih”.

B. Perbedaan dan Persamaan Nabi dan Rasul


a. Persamaan Nabi dan Rasul:
1. Nabi dan Rasul adalah utusan Allah kepada siapa wahyu diberikan. Yang didasarkan
pada firman Allah SWT di QS. Al-Haji : 52
2. Setiap Nabi dan Rasul yang dikirim oleh Allah adalah laki-laki karena Al-Qur'an juga
menjelaskan bahwa tidak ada Nabi dan Rasul wanita.
3. Ketika Nabi dan Rasul dilahirkan ke dunia sampai kematiannya, dia tidak memiliki
sifat tercela karena nabi dan rasul memiliki sifat yang diselamatkan dari dosa.

b. Perbedaan Nabi dan Rasul:


1. Nabi menerima wahyu dari Allah SWT untuk dirinya sendiri, sedangkan Rasul
menerima wahyu dari Allah SWT untuk disampaikan kepada umat-Nya.
2. Nabi diutus kepada kaum yang sudah beriman, sedangkan Rasul diutus kepada
kaum yang belum beriman (kafir).
3. Jumlah Nabi sangat banyak yaitu kurang lebih 124.000 sedangkan jumlah Rasul
adalah 312.
4. Semua Nabi tidak berarti Rasul, namun Rasul sudah pasti Nabi.
5. Perbedaan Nabi dan Rasul berdasarkan cara turunnya wahyu. Nabi hanya
mendapatkan wahyu melalui mimpi, sedangkan Rasul dapat menerima wahyu

8
melalui mimpi maupun melalui malaikat serta dapat melihat dan berkomunikasi
secara langsung dengan malaikat.
6. Ada nabi yang dibunuh oleh kaumnya, namun seluruh rasul yang diutus Allah
SWT selamatkan dari percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh kaumnya.

C. Sifat – sifat Nabi dan Rasul


Nabi dan Rasul memiliki 4 sifat wajib, 4 sifat mustahil, dan 1 sifat jaiz. Berikut
penjelasannya.
a. Sifat Wajib:
1. Shiddiq atau benar, yang berarti bahwa semua kegiatan atau hal yang dilakukan
oleh Nabi dan Rasul adalah benar.
2. Amanah atau dapat dipercaya untuk memberikan wahyu yang diterima Nabi dan
Rasul dapat dipercaya.
3. Fatonah atau cerdas yang berarti bahwa Nabi dan Rasul adalah makhluk pintar
dan cerdas dalam menyampaikan hukum Islam.
4. Tabligh atau menyampaikan yang berarti bahwa Nabi dan Rasul diutus oleh Allah
SWT untuk memberikan wahyu kepada umat-Nya.
b. Sifat Mustahil:
1. Kizzib, yang artinya bohong merupakan kebalikan dari sifat sidiq. Artinya tidak
mungkin para Nabi dan Rasul berbohong.
2. Khianat, yang artinya berkhianat merupakan kebalikan dari sifat amanah. Artinya
tidak mungkin para Nabi dan Rasul berkhianat kepada Allah SWT.
3. Kitman, yang artinya menyembunyikan merupakan kebalikan dari sifat tabligh.
Maksudnya tidak mungkin para Nabi dan Rasul menyembunyikan wahyu kepada
umatnya

9
4. Baladah, yang artinya bodoh merupakan kebalikan dari sifat fatonah. Maksudnya
tidak mungkin para Nabi dan Rasul bodoh.
c. Sifat Jaiz:
Hanya ada satu sifat jaiz rasul yakni al-aradhul basyariyah yakni sifat yang sama dengan
manusia. Sifat tersebut meliputi makan, minum, haus, lapar, sakit, sedih, senang,
menikah dan beristri, serta lain sebagainya.

D. Nama Nama Nabi dan Rasul yang wajib diketahui


Sudah dijelaskan dalam poin sebelumnya, bahwa jumlah Nabi yang diutus oleh Allah
SWT itu kurang lebih 124.000. Sedangkan jumlah Rasul yang diutus oleh Allah SWT
kurang lebih 312. Tetapi, yang wajib kita ketahui ada 25. Diantara-Nya:
 Nabi Adam AS;
 Nabi Idris AS;
 Nabi Nuh AS;
 Nabi Hud AS;
 Nabi Saleh AS;
 Nabi Ibrahim AS;
 Nabi Luth AS;
 Nabi Ismail AS;
 Nabi Ishak (Ishaq) AS;
 Nabi Yaqub AS;
 Nabi Yusuf AS;
 Nabi Syu'aib AS;
 Nabi Ayyub AS;
 Nabi Dzulkifli AS;
 Nabi Musa AS;
 Nabi Harun AS;
 Nabi Daud AS;
 Nabi Sulaiman AS;
 Nabi Ilyas AS;

10
 Nabi Ilyasa' AS;
 Nabi Yunus AS;
 Nabi Zakaria AS;
 Nabi Yahya AS;
 Nabi Isa AS; dan,
 Nabi Muhammad SAW.

Dari 25 nama-nama Nabi, terdapat lima nabi yang mempunyai sifat Ulul 'Azmi, yaitu
para nabi yang mempunyai keteguhan hati sangat mengagumkan, tabah luar biasa,
kesabarannya tidak terbatas, meski mereka mendapatkan berbagai macam ujian dari
Allah SWT.

Saat mendapat cobaan, para Nabi tersebut tetap teguh, sabar, dan senantiasa
bertawakal dalam menyampaikan ajarannya kepada umat-Nya. Kelima Nabi tersebut
ialah:

 Nabi Nuh AS;


 Nabi Ibrahim AS;
 Nabi Musa AS;
 Nabi Isa AS; dan,
 Nabi Muhammad SAW

E. Cara Beriman Kepada Nabi dan Rasul


1. Mempercayai bahwa Nabi dan Rasul merupakan ciptaan Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
“Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan
Rasul-rasul-Nya (mereka mengatakan):’ Kita tidak membeda-bedakan antara
seseorang pun (dengan yang  lain) dan rasul-rasul-Nya’, dan mereka mengatakan
“Kami dengar dan kami taat…” (QS. Al Baqarah: 285)
2. Percaya pada ajaran yang dibawanya
Allah SWT berfirman:

11
"Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah
kamu berpecah belah tentangnya…. ”(QS. Asy Syuuraa:13)
3. Berdoa seperti para Nabi dan Rasul
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu (dia berkata), “Sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Setiap Nabi memiliki doa yang
mustajab yang dia berdoa dengan doa yang mustajab itu, maka aku ingin
menyimpan doaku sebagai syafaat untuk umatku di akhirat.” [HSR. Bukhari (6304 –
dan ini lafaznya- dan 7474) dan Muslim (198 & 199)].
4. Selalu bershalawat untuk Nabi dan Rasul
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.” [Al-Ahzaab: 56].
5. Meneladani Akhlak para Nabi dan Rasul
”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh”. (HR:
Bukhari dalam Shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi dalam kitab syu’bil Iman dan
Hakim).
6. Memperbanyak amalan
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melaksanakan puasa yang
lebih banyak dalam sebulan melebihi puasa beliau di bulan Sya’ban. Beliau
melaksanakan puasa bulan Sya’ban seluruhnya. Beliau bersabda, “Lakukanlah amal-
amal yang kalian sanggup melaksanakannya, karena Allah tidak akan bosan (dalam
memberikan pahala) sampai kalian yang lebih dahulu bosan (dari mengerjakan
amal).” Dan salat yang paling Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam cintai adalah salat
yang dijaga kesinambungannya sekalipun sedikit. Dan bila beliau sudah terbiasa
melaksanakan salat (sunah), Beliau menjaga kesinambungannya.” (HR. Bukhari no.
1970 dan Muslim no. 741).

F. Hikmah Beriman Kepada Nabi dan Rasul

12
1. Memiliki akidah yang benar, orang yang beriman dengan sungguh-sungguh kepada
rasul Allah SWT sudah pasti memiliki akidah yang benar karena menyakini rukun
iman.
2. Rajin beribadah karena seseorang yang telah beriman kepada rasul Allah dengan
benar, pasti akan gemar menjalankan ibadah.
3. Menjadi pemimpin yang berani dalam membela kebenaran seperti sikap para Rasul.
4. Terhindar dari perbuatan yang sesat
5. Menumbuhkan sifat sabar dan kasih sayang sesama makhluk hidup.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

iman kepada Allah artinya membenarkan dengan hati bahwa Allah benar-benar ada
dengan segala sifat kesempurnaan-Nya, mengikrarkan dengan lisan bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah (kalimat syahadat). serta mengamalkan apa yang diperintahkan-Nya
dan menjauhi larangan-Nya, . Orang yang beriman disebut mukmin sedangkan orang
yang tidak beriman disebut kafir. Orang yang mengaku beriman akan tetapi hatinya
tidak percaya dinamakan munafik.

Beriman kepada rasul Allah merupakan hal yang wajib dan patut diketahui oleh setiap
umat muslim di seluruh dunia. Pengertian beriman kepada rasul Allah berarti meyakini
dengan sepenuh hati bahwa Nabi dan Rasul itu benar-benar utusan Allah yang
ditugaskan untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia dan
di akhirat. Pengertian rasul adalah rasul adalah lelaki pilihan dan yang diutus oleh Allah
dengan risalah kepada manusia. Rasul merupakan yang terbaik di antara manusia
lainnya sehingga apa yang dibawa, dikatakan dan dilakukan adalah sesuatu yang terpilih
dan mulia dibandingkan dengan manusia lain.

B. Saran
Sebagai Umat muslim yang taat kita harus menerapkan Iman kepada Allah dan
Rasul-Nya dalam kehidupan sehari – hari, dengan menerapkan ajaran – ajaran yang
diberikan Allah dan Rasul-Nya

14
DAFTAR PUSTAKA

Hafizh Muhammad Amin, Ali Nurdin. 2016. Ensiklopedia Iman. Jakarta: Penerbit PUSTAKA
AL-KAUTSAR

Dr. Tsuroya Kiswati. Al – Juwaini Peletak Dasar Teologi Rasional Dalam Islam. Penerbit
ERLANGGA

https://www.radiorodja.com/50760-bertambah-dan-berkurangnya-iman/

https://www.manhajul-anbiya.net/tanda-tanda-bertambah-dan-berkurangnya-iman/

Faozan Tri Nugroho. 2021. Pengertian Nabi Dan Rasul, Persamaan Serta Perbedaannya yang
Perlu Dipahami. Diakses dari Internet, November 2021,
https://www.bola.com/ragam/read/4467179/pengertian-nabi-dan-rasul-persamaan-serta-
perbedaannya-yang-perlu-dipahami

Berita Update. 2021. Hikmah Beriman kepada Rasul untuk diajarkan kepada Anak. Diakses
dari Internet, November 2021, https://kumparan.com/berita-update/hikmah-beriman-kepada-
rasul-untuk-diajarkan-kepada-anak-1w29eJPJw9s/full

Lolita. 2021. Jadi Teladan untuk Bagi Umat Muslim, Simak 4 Sifat Mustahil Bagi Rasul.
Diakses dari Internet, November 2021, https://www.orami.co.id/magazine/sifat-mustahil-bagi-
rasul/

https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/cara-beriman-kepada-rasul

15

Anda mungkin juga menyukai