Anda di halaman 1dari 10

KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS MENGAKHIRI KEMISKINAN DALAM SEGALA BENTUK


DIMANAPUN

Disusun oleh:

TRI HARTATI ARIFAH 121420016

DWI NADILA 121460123

DAFFA ANANG RAMHATULLAH

KEVIN A. SITUMORANG

FITRI NAZYLA DEWI 121440019

PEMBIMBING I : AKEMI MAURA 119280069

PEMBIMBING II : RINGGAS JUNIALIS 12010099

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

LAMPUNG SELATAN

2021/2022
ANALISIS MENGAKHIRI KEMISKINAN DALAM SEGALA BENTUK
DIMANAPUN

BAB I

A. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah

Kemiskinan merupakan masalah besar yang sedang dihadapi oleh setiapnegara


berkembang. Faktor penyebab kemiskinan memang begitu beragam diberbagai negara.
Bahkan, masalah kemiskinan seperti ketersediaan kebutuhan pokok merupakan sebuah faktor
yang sangat krusial yang dapat menjatuhkan sebuah pemerintahan. Penyebab awal
kemiskinan terjadi karena tingkat pendidikan yang tergolong masih rendah, terbatasnya
lapangan pekerjaan, keterbatasan sumber daya alam maupun sumber daya manusia, serta
jalannya ekonomi pembangunan yang masih sangat lambat.

Hal ini juga biasanya ditentukan oleh pemerintah melalui penetapan garis kemiskinan
yang ditentukan oleh ekonomi. Karena tingkat kesejahteraan masyarakat ditentukan oleh
kebijakan ekonomi pemerintah. Jadi kemiskinan juga disebabkan oleh gagalnya
perkembangan ekonomi yang direncanakan oleh pemerintah. Selain itu, kesenjangan
ekonomi dan angka kemiskinan yang tinggi membuat pemerintah kesulitan untuk
mengatasinya karena dipengaruhi oleh luas wilayah dan jumlah kepadatan penduduk. Untuk
mengatasi masalah ini pemerintah dan pelaku ekonomi harus meningkatkan pendapatan GDP
( Gross Domestic Product ) dan GNP ( Gross National Product ) sepanjang tahun serta
mengontrol setiap perkembangan ekonomi agar terhindar dari inflasi yang berkepanjangan.

Untuk menekan laju angka kemiskinan pemerintah di Indonesia sudah


mengimplementasikan strategi ekonomi pembangunan nasional yaitu dengan meningkatkan
efektivitas penurunan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi inklusif, menjaga stabilitas
makro ekonomi, stabilitasi harga, menciptakan lapangan kerja produktif, menjaga iklim
investasi, menjaga regulasi perdagangan, meningkatkan produktifitas sektor pertanian, dan
mengembangkan infrastruktur wilayah tertinggal.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan sebuah penelitianmengenai analisis


mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk dimanapun. Penelitian ini dilakukan pada desa
tertinggal diwilayah kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya, Aceh Indonesia. Peneliti
memberi judul penelitian ini “ Analisis Mengakhiri Kemiskinan Dalam Segala Bentuk
Dimanapun. ”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang diangkat
pada penelitian ini adalah bagaimana mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk
dimanapun.

1.3 Tujuan Penelitian

Pada dasarnya setiap penelitian itu mempunyai tujuan tertentu yang memberikan arah
dan pelaksanaan penelitian. Tujuan yang ingin dicapai tersebut tentu saja sesuai dengan
masalah yang diangkat dalam sebuah penelitan. Hal ini dilakukan supaya tujuan dapat
tercapai dengan baik. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Secara umum,
penelitian ini bertujuan mendapatkan deskripsi mengatasi dan mengakhiri kemiskinan dalam
segala bentuk dimanapun.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara teoretis penelitian ini bermanfaat dalam memberikan sejumlah masukan dan
sebagai pengembangan teori tentang bagaimana mengatasi dan mengakhiri kemiskinan dalam
segala bentuk dimanapun.Selanjutnya, secara praktis penelitian ini dapatvbermanfaat bagi
mahasiswa, pengajar, pelaku ekonomi, dan peneliti. Secara rinci manfaat praktis ini disajikan
sebagai berikut.

a. Bagi mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman baru dalam hal mengatasi kemiskinan
dalam karya tulis ilmiah.
b. Bagi pengajar
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan ajar terbaru bagi pengajar dalam materi
ekonomi pembangunan dan kemiskinan dalam karya tulis ilmiah.
c. Bagi pelaku ekonomi
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan informasi bagi pelaku eonomi
tentang pentingnya memajukan ekonomi nasional.
d. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini akan memperkarya wawasan, pengetahuan, dan pengalaman
peneliti tentang pembangunan ekonomi nasional dan mengatasi serta mengakhiri
kemiskinan dalam segala bentuk di Indonesia. Hasil peneliti juga diharapkan
dapat memberikan manfaat praktis bagi peneliti lainnya dalam melakukan
penelitian selanjutnya.

B. LANDASAN TEORI
Kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segalamacam
pilahan dan kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, seperti tidak dapat
memenuhi kesehatan, standar hidup layak, kebebasan, harga diri, dan rasa dihormati seperti
orang lain, serta suramnya masa depan bangsa dan negara. Hal ini dikarenakan kemiskinan
bersifat multidimensional, artinya karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka
kemiskinan pun banyak memiliki aspek primer yang berupa miskin akan aset, organisasi
sosial politik, pengetahuan, dan keterampilan serta aspek sekunder yang berupa miskin akan
jaringan sosial, sumber-sumber keuangan.

Menurut Kuncoro (2006), kemiskinan yang banyak terjadi sekarang ini mempunyai
penyebaran hampir setengah 15 dari seluruh masyarakat yang miskin hidup di asia selatan
yang mempunyai jumlah penduduk sebesar 30% dari total populasi dunia. Dalam hampir
setiap negara, kemiskinan selalu terpusat di tempat-tempat tertentu, biasanya di perdesaan
atau di daerah-daerah yang kekurangan sumber daya. Persoalan kemiskinan juga selalu
berkaitan dengan masalah-masalah lain seperti misalnya lingkungan, dll. Beban kemiskinan
paling besar terletak pada kelompok-kelompok tertentu.Kaum wanita pada umumnya
merupakan pihak yang dirugikan.Dalam rumah tangga miskin, mereka sering merupakan
pihak yang menanggung beban kerja yang lebih banyak dari pada kaum pria dan kualitas
masa depan hidup mereka terancam karena tidak tercukupinya gizi, pemerataan kesehatan
dan pendidikan.

1.Garis Kemiskinan
Garis kemiskinan yang didasarkan pada konsumsi (consumption-based poverty line)
terdiri dari dua elemen, yaitu:

a. Pengeluaran yang diperlukan untuk membeli standar gizi minimum dan kebutuhan
mendasar lainnya.
b. Jumlah kebutuhan lain yang bervariasi, yang mencerminkan biaya
partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Kriteria untuk membedakan penduduk miskin dengan yang tidak miskin


mencerminkan prioritas nasional tertentu dan konsep normatif mengenai kesejahteraan.
Namun umumnya pada saat Negara-negara menjadi lebih kaya, persepsi mengenai tingkat
konsumsi minimum yang bisa diterima, yang merupakan garis batas kemiskinan, akan
berubah.

2. Konsep dan Definisi Kemiskinan

Menurut Badrudin (2012) pemahaman mengenai kemiskinan mestilah beranjak dari


pendekatan berbasis hak (right based approach). Dalam pemahaman ini harus diakui bahwa
seluruh masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai hak-hak dasar yang sama.
Oleh karena itu, apabila ada kondisi dimana seseorang atau sekelompok laki-laki dan
perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan yang bermartabat maka hal itulah yang disebut kemiskinan. Kemiskinan juga
harus dipandang sebagai masalah multidimensional, tidak lagi dipahami hanya sebatas
ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan dalam memenuhi hak-hak dasar dan
perbedaan

3. Teori Kemiskinan
Kemiskinan terbagi menjadi tiga, yakni:
a. Kemiskinan relatif, merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan
pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat
sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar
minimum disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu
tertentu dan perhatian terfokus pada golongan penduduk termiskin, misalnya 20%
atau 40% lapisan terendah dari total penduduk yang telah diurutkan menurut
pendapatan/pengeluaran, kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. ukuran
kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi pendapatan/pengeluaran
penduduk. Uni Eropa umumnya mendefinisikan penduduk miskin adalah penduduk
yang mempunyai pendapatan per kapita di bawah 50% dari median/mean pendapatan.
Ketika median/mean pendapatan meningkat, garis kemiskinan relatif juga meningkat.
b. Kemiskinan absolut, ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk
mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan,
perumahan dan pendidikan yang diperlukan yang diperlukan untuk dapat hidup dan
bekerja. Kebutuhan pokok minimum diterjemahkan sebagai ukiran financial dalam
bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan
istilah garis kemiskinan. Penduduk yang
pendapatannya dibawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin.
Garis kemiskinan absolut tetap (tidak berubah) dalam hal standar
hidup dan mampu membandingkan kemiskinan secara umum. Garis kemiskinan
absolut sangat penting jika seseorang akan mencoba menilai efek dari kebijakan anti
kemiskinan antarwaktu, atau
memperkirakan dampak dari suatu proyek terhadap kemiskinan (misalnya:
pemberian kredit skala kecil).

4. Terminologi Kemiskinan
Menurut Badrudin (2012) terminology kemiskinan lain selain kemiskinan
relatif dan kemiskinan absolut, antara lain :
a. Kemiskinan struktural, adalah kemiskinan yang ditengarai disebabkan
kondisi struktur atau tatanan kehidupan yang tak menguntungkan kartena tatanan
itu tidak hanya menyebabkan kemiskinan tetapi juga
melanggengkan kemiskinan di dalam masyarakat. Ini menyebabkan banyak warga
masyarakat gagal memperoleh peluang dan/atau akses untuk mengembangkan
dirinya serta meningkatkan kualitas hidupnya.
b. Kemiskinan kultural, Kemiskinan kultural adalah suatu ketidakberdayaan.
Diakibatkan oleh faktor-faktor adat dan budaya
suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang tetap melekat dengan
indikator kemiskinan, Menurut Kuncoro dalam Badrudin (2012) penyebab
kemiskinan adalah 1) secara mikro, kemiskinan karena adanya ketidaksamaan
pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang
timpang. Penduduk miskin
hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah; (2)
Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia yang
rendah, berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah.
Rendahnya kualitas sumber daya ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang
kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena keturunan; (3) Kemiskinan
muncul akibat perbedaan akses dalam modal. Ketiga penyebab kemiskinan ini
bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle poverty).
Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal
mengakibatkan rendahnya produktivitas sehingga mengakibatkan rendahnya
pendapatan yang
diterima.
1. Pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan
Menurut sukirno dalam Saputra (2011) efek buruk dari pengangguran adalah
mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat
kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan
masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka
terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Apabila pangan di suatu
negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan
menimbulkan efek yang buruk bagi kesejahteraan masyarakat dan prospek
pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Arsyad dalam Saputra (2011) menyatakan
bahwa ada hubungan yang erat sekali antara tingginya tingkat pengangguran dan
kemiskinan. Bagi sebagian besar masyarakat, yang tidak mempunyai pekerjaan tetap atau
hanya part-time selalu
berada diantara kelompok masyarakat yang sangat miskin.

2. Pengaruh Pendidikan terhadap Kemiskinan


Menurut Tambunan (2001) bahwa salah satu penyebab kemiskinan adalah
tingkat pendidikan yang rendah. Sekarang ini, seseorang hanya tingkat SD akan sangat
sulit mendapatkan pekerjaan, terutama di sektor modern (formal) dengan pendapatan
yang baik. Akan tetapi, apabila banyak orang di Indonesia hanya berpendidikan SD
karena orang tua mereka tidak sanggup membiayai pendidikan lanjutan, maka jelas
penyebab sebenarnya adalah masalah biaya atau lebih tepatnya lagi disebabkan oleh
kemiskinan (orang tua mereka). Todaro (1994) menyatakan bahwa selama beberapa
tahun, sebagian besar
penelitian di bidang ilmu ekonomi, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara
sedang berkembang, menitik beratkan pada keterkaitan antara pendidikan, produktifitas
tenaga kerja, dan tingkat output.Selanjutnya Todaro (2000) menyatakan bahwa
pendidikan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar. Yang mana pendidikan
memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara dalam
menyerap teknologi
modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta
pembangunan yang berkelanjutan.

3. Pengaruh Kesehatan terhadap Kemiskinan


Menurut Kartasasmita (1996) kondisi kemiskinan dapat disebabkan oleh
rendahnya derajat kesehatan. Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan
rendahnya daya tahan fisik, daya pikir dan prakarsa. Besarnya investasi baik dalam
bentuk penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing memainkan
peranan penting dalam menetuka tingkat pertumbuhan ekonomi dan upaya pengentasan
kemiskinan di Indonesia. Kegiatan investasi yang dilakukan tidak saja investasi yang
bersifat fisik, juga investasi non fisik seperti investasi sumber daya manusia di bidang
kesehatan dan pendidikan. Dimana dengan melakukan investasi pendidikan akan mampu
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diperlihatkan oleh meningkatnya
pengetahuan dan keterampilan seseorang.
Peningkatan pengetahuan dan keahlian akan mendorong peningkatan produktivitas kerja
seseorang. Perusahaan akan memperoleh hasil yang lebih banyak dengan mempekerjakan
tenaga kerja dengan produktivitas yang lebih tinggi, sehingga perusahaan akan bersedia
memberikan upah/gaji yang lebih tinggi kepada yang bersangkutan. Selanjutnya, Arsyad,
L (1999) menjelaskan intervensi untuk memperbaiki kesehatan dari pemerintah juga
merupakan suatu alat kebijakan penting untuk mengurangi kemiskinan. Salah satu faktor
yang mendasari kebijakan ini adalah perbaikan kesehatan akan meningkatkan
produktivitas golongan miskin. Kesehatan yang lebih baik akan meningkatkan daya kerja,
mengurangi hari tidak bekerja dan menaikkan output ekonomi
C. METODE PENELITIAN
1. Waktu dan Lokasi Penelitian

2. Subjek Penelitian
Subyek penelitian atau disebut juga sebagai informan yaitu adalah orang yang ada dalam latar
penelitian dan berperan sebagai fokus yang diteliti. Subjek penelitian juga bisa dikatakan
sebagai orang yang dapat memberikan informasi mengenai data penelitian.
{Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010.}
{Meoleong, J. Lexy. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajawali Pers.}
Untuk ditulis di daftar pustaka
3. Jenis Data Beserta Sumbernya
a. Data Primer
Data utama penelitian yang didapatkan langsung dari sumbernya dengan cara pengamatan
langsung (observasi), wawancara dengan subjek penelitian, dan atau melalui kuesioner.
(Suaidi, 2009).
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang mendukung penelitian yang diperoleh dari sejumlah
literatur berupa website, buku, atau artikel ilmiah yang dijadikan sumber referensi sebagai
bahan penyusunan teori dalam suatu penelitian.
4. Metode Pengumpulan Data
Sumber data adalah subjek dimana data penelitian berasal. (Suharsimi & Arikunto, 2010).
{Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta,
2010} Untuk ditulis di daftar pustaka
a. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang memiliki karakteristik yang khusus
untuk mengamati tingkah laku manusia, alur kerja, fenomena alam, dan responden. (Sutrisno
Hadi dalam Sugiyono, 2017)
Pengamatan adalah pemilihan, modifikasi, perekaman, dan pengkodean berbagai perilaku dan
atmosfer yang terkait dengan suatu organisme untuk tujuan eksperimental.
b. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan lisan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
(Sugiyono, 2017)
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dibuat sebelumnya yang akan dijawab
oleh responden, dan biasanya dalam alterantif yang didefinisikan dengan jelas. (Sakaran,
2006)
c. Wawancara (Interview)
Wawancara dipakai menjadi teknik pengumpulan data ketika peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk merumuskan permasalahan yang akan diteliti, dan juga digunakan ketika
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden dengan lebih mendalam dri jumlah
responedn yang sedikit. (Sugiyono, 2017)
Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab secara verbal dimana dua orang atau lebih
saling berhadapan secara fisik, yang satu bisa melihat muka yang lain & mendengarkan
suaranya menggunakan pendengaran sendiri. Bahkan wawancara bisa dilakukan melalui
telepon.
d. Studi Literatur (Dokumentasi)
Studi literatur adalah teknik pengumpulan data secara tidak langsung, namun melalui
dokumen dengan cara membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan dari hasil penelitian
sebelumnya. Studi literatur bisa dilakukan menggunakan makalah, skripsi, atau jurnal yang
bisa dijadikan sumber data penelitian. Metode inilah yang kita ambil untuk mendapatkan data
dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.
5. Metode Analisis Data
Analisis data adalah rangkaian kegiatan pengolahan, pengelompokan, penafsiran dan
verifikasi data secara sistematis agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademik dan
ilmiah.
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pengodean, penyederhanaan berdasarkan data
yang didapatkan saat penelitian berlangsung di lapangan. Tahap ini adalah tahapan yang
dipakai penulis dalam menentukan & memilah data mana yang mungkin digunakan & data
mana yang perlu dibuang. Tahap ini adalah proses menyortir, mengkategorikan, dan
menyusun data untuk mempermudah dalam penarikan kesimpulan.
Mereduksi data adalah suatu kegiatan merangkum, memilih dan memfokuskan hal-hal yang
pokok dan penting, mencari tema dan juga beserta polanya. Dengan demikian data yang
sudah dilakukan reduksi akan memberikan suatu gambaran yang lebih jelas sehingga
mempermudah pengumpulan data berikutnya. (Sugiono, 2012).
b. Penyajian Data (Data Display)
Data dalam penelitian bisa disajikan melalui beberapa bentuk, diantaranya tabel, grafik,
diagram, skema, dan lain sebagainya.
c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)
Sebelum dilakukan penarikan kesimpulan, maka perlu dilakukan analisis dan verifikasi data
terlebih dahulu untuk mengetahui kebenaran dan kompatibilitas suatu data sehingga bisa
didapatkan kesimpulan yang kredibel.

{Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.}
Untuk ditulis di daftar pustaka

BAB II

A. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil
Tabel peningkatan kemiskinan perkotaan dan pedesaan berdasarkan data Badan Pusat
Statistik 15 Juli 2021.

Presentase Peningkatan Kemiskinan (%)


Bulan & Tahun
Kota Desa Kota + Desa Rata-rata Kota & Desa
Sep-18 13.10 6.890 19.99 9.995
Maret 2019 12.85 6.690 19.54 9.770
Sep-19 12.60 6.560 19.16 9.580
Maret 2020 12.82 7.380 20.20 10.100
Sep-20 13.20 7.880 21.08 10.540
Maret 2021 13.10 7.890 20.99 10.495
Rata-rata 12.95 7.215 20.16

Diolah dari data Badan Pusat Statistik yang diterbitkan 15 juli 2021.

2. Pembahasan
kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan
kesempatan dalam pemenuhan kebtuhan dasarnya ,seperti tidak dapat memenuhi
kesehatan,standar hidup layak,kebebasan,harga diri,pendidikan itu disebut dengan
kemiskinan.Kemiskinan juga merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan
memerluk an langkah langkah dan penananan yang sistematik,terpadu dan menyeluruh
dalam rangka mengurangi beban dan memenuhi hak hak dasar warga Negara secara layak
melalui pembangunan inklusif,berkeadilan dan berkelanjutan untuk mewujudkan kehidupan
yang bermartabat .

Persentase Peningkatan kemiskinan perkotaan dan pedesaan berdasarkan Data Badan


Statistik

15 juli 2021.

Pada Sep 18 persentase kemisinan di kota 13,10% di desa 6,890% dan persentasi
kota dan desa sebesar19,99% sehingga memiliki rata persentase peningkatan
kemiskinan sebesar 9.995%.

Pada maret 2019 persentase kemiskinan di kota 12,855 di desa 6,690% dan
persentase kota dan desa sebesar 19,54 sehingga rata rata persentasi peningkatan
kemiskinan sebesar 9,770%.

Pada sep 19 persentase kemiskinan di kota 12,60 di desa6,560% dan persentas


kota dan desa sebesar19,16% sehingga memiliki rata rata persentasi kemiskinan
sebesar 9,5805%

Pada maret 2020 persenrase kemiskinan di kota 12,82 di desa 7,380 dan
persentase kota dan desa sebesar 20,20% sehingga memiliki rata rata persentase
kemiskinan sebesar 10,100%

Pada sep 20 persentase kemiskinan di kota 13,20% didesa 7,880% dan persentase
kota dan desa
21,08% sehingga memiliki rata rata persentasi kemiskinan sebesar 10,540%

Pada maret 2021 persentase kemiskinan di kota 13,10% di desa 7,890% dan
persentase kota dan desa 20,99% sehingga memiliki rata rata persentase kemiskinan
sebesar10,495%

Dan rata rata dari seluruh persentasi bulan dan tahun di kota adalah 12,95% dan
rata rata dari seluruh persentase bulan dan tahun di desa adalah 7,215%

BAB 3

A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai