Anda di halaman 1dari 9

KAIDAH KUALIFIKASI INTELEKTUAL MUFASSIR

Abdul Basid, M.Th.I


Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir IAI Bani Fattah Jombang

Abstract

This article focuses on some intellectual requirements of Koran interpreters and their
urgency and effect to the Koran interpretation. the article argues that interpreting Koran
requires some disciplines of knowledge one must master them before interpreting the Koran. It
also gives us proves of the urgency of the some disciplines of knowledge effects the quality of
the interpretations. This article specially will presentation in the tafsir Hadith class.

Key words: Intelektual, Mufassir, Kaidah dijarkan dari masa ke masa dan terus
Kualifikasi
menerus menyesatkan orang yang
A. Pendahuluan mempelajarinya.
Hanya mufassir yang memenuhi

kriteria yang bisa dan pantas melakukan B. Pembahasan


penafsiran dalam al-Qur’an, jika tidak Seorang mufassir al-Quran perlu

maka sebuah penafsiran ayat tidak akan memiliki kualifikasi (syarat-syarat) dan

sempurna, begitulah yang dikatakan adz- berbagai bidang ilmu pengetahuan secara

Zahabi. Adanya persyaratan ini mendalam. Untuk menjadi mufassir yang

sebenarnya sudah menjadi otoritas dari diakui, maka harus memiliki kemampuan

sebuah ilmu, dalam bidang kedokteran dalam segala bidang. Para ahli telah

saja seseorang tidak dperbolehkan memformulasikan tentang syarat-syarat

menangani pasien jika tidak paham benar dasae yang diperlukan bagi seorang

ilmu tentang kedokteran. Bagaimana jika mufassir.1

sebuah penafsiran al-Qur’an dilakukan Untuk dapat menafsirkan al-Quran,

oleh orang yang sama sekali tidak maka diperlukan oleh seorang mufassir.

kompeten menafsirinya, maka akan terjadi Orang yang dapat menafsirkan al-Quran

sebuah kesalahan yang terus menerus 1


Husain Bin aly> Bin al-Harby, Qawa>’id al-Tarjih
‘Inda al-Mufassirin, ( Riya>d, Da>r al-Qasim,
1996),17
25
hanya orang yang memiliki keahlian dan (mengharamkan) kamu mengada-adakan
terhadap Allah sesuatu yang tidak kamu
menguasai ilmu tafsir (Ilmu pengetahuan
ketahui.
tentang al-Quran), sedangkan orang yang
Penjelasan larangan menafsirkan al-
belum banyak mengerti tentang ayat dan tata
Quran tanpa ilmu pengetahuan adalah
cara menafsirkan al-Quran dan tidak
terletak pada lafadz ‫ َوأَ ْن ﺗَـ ُﻘﻮﻟُﻮا‬yang di athof kan
menguasai ilmu Tafsir tidak diperbolehkan
kepada hal-hal yang diharamkan sebelum
menfsirkan al-Quran, hal ini dimaksudkan
lafadz ini. Oleh sebab itu mengatakan sesuatu
agar jangan sampai kitab suci ditafsirkan
mengenai kitab Allah tanpa dasar
hanya sesuai dengan hawa nagsu keinginan
pengetahuan termasuk sesuatu yang
mufassir, sehingga tidak sesuai dengan
diharamkan.
maksud yang dikehendaki Allah dalam
Selain itu terdapat hadith Nabi yang
firman-Nya.2
juga melarang menafsirkan al-Quran tanpa
Larangan menafsirkan al-Quran tanpa
didasari ilmu pengetahuan (terkait dengan al-
dasar Ilmu Pengetahuan tentang al-Quran
Quran) dengan pemberian ancaman masuk
berdasarkan surat al-A’raf:333
neraka.
‫ﺶ َﻣﺎ ﻇَ َﻬَﺮ ِﻣْﻨـ َﻬﺎ َوَﻣﺎ ﺑَﻄَ َﻦ‬ ِ
َ ‫ﰊ اﻟْ َﻔ َﻮاﺣ‬ ِ
َ‫ﺮَم َر‬‫ﻗُ ْﻞ إﳕَﺎ َﺣ‬
َ َ‫ﻪُ َﻋْﻨـ ُﻬ َﻤﺎ ﻗ‬‫ﺎس َر ِﺿ َﻲ اﻟﻠ‬
‫ﺎل‬ ِ ِ‫ﻋﻦ ﺳﻌ‬
ٍ ‫ﻴﺪ ﺑْ ِﻦ ُﺟﺒَـ ٍْﲑ َﻋ ْﻦ اﺑْ ِﻦ َﻋﺒ‬ َ َْ
‫ﺰْل‬‫ ِﻪ َﻣﺎ َﱂْ ﻳـُﻨَـ‬‫ﻖ َوأَ ْن ﺗُ ْﺸ ِﺮُﻛﻮا ﺑِﺎﻟﻠ‬ َ‫اﳊ‬
ْ ‫اﻹ ْﰒَ َواﻟْﺒَـ ْﻐ َﻲ ﺑِﻐَ ِْﲑ‬
ِْ ‫َو‬
‫آن‬ْ َ َ‫ َﻢ َﻣ ْﻦ ﻗ‬‫ﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠ‬‫ﻰ اﻟﻠ‬‫ﺻﻠ‬
ِ ‫ﺎل ِﰲ اﻟْ ُﻘﺮ‬ ِ ُ ‫ﺎل رﺳ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻮل اﻟﻠ‬ ُ َ َ َ‫ﻗ‬
‫ ِﻪ َﻣﺎ َﻻ ﺗَـ ْﻌﻠَ ُﻤﻮ َن‬‫ﺑِ ِﻪ ُﺳ ْﻠﻄَﺎﻧًﺎ َوأَ ْن ﺗَـ ُﻘﻮﻟُﻮا َﻋﻠَﻰ اﻟﻠ‬
‫ﺎ ِر‬‫ﻮأْ َﻣ ْﻘ َﻌ َﺪﻩُ ِﻣ ْﻦ اﻟﻨ‬ ‫ﺑِﻐَ ِْﲑ ِﻋ ْﻠ ٍﻢ ﻓَـ ْﻠﻴَﺘَﺒَـ‬
Artinya:
‫ﻴﺢ‬ ِ ‫ﻳﺚ ﺣﺴﻦ‬ ِ ِ
Katakanlah, Tuhanku hanya mengharamkan ٌ ‫ﺻﺤ‬َ ٌ َ َ ٌ ‫ﻴﺴﻰ َﻫ َﺬا َﺣﺪ‬
َ ‫ﺎل أَﺑُﻮ ﻋ‬
َ َ‫ﻗ‬
perbuatan yang keji, baik yang Nampak atau
Artinya:
yang sembunyi, dan perbuatan dosa,
dari said bin jubair, dari Ibnu Abbas ia
melanggar hak manusia tanpa alas an yang
berkata: Rasulullah SAW bersabda:
benar dan (mengharamkan) karena
barangsiapa yang mengatakan tentang al-
mempersekutuan Allah dengan sesuatu yang
Quran tanpa dasar ilmu pengetahuan, maka
Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan

2
Manna>’ al-Qattan, Maba>hith fi Ulu>m al-Qur’an,
(ttp, Mansurat al-asri’ al-Hadith,1973),15
3
Al-Qur’an, 7:33
26
tempat yang paling layak baginya adalah Bayaan, Ilmu Badi’ Ilmu Qira’at, Ilmu Kalam,
4
neraka (HR.a-Tirmidzi)
Ilmu Ushul Fiqih, Ilmu Qashas, Ilmu Nasikh

mansukh, Ilmu Hadith dan Ilmu Mauhibah


Asbabul wurud dari hadith ini terjadi
(Ilmu karunia dari Allah)
ketika pada zaman nabi banyak para sahabat
2. Syekh Manna’ al-Qaththan:6
yang melakukan penafsiran tanpa ada dasar-
Syarat seorang mufassir dan tata cara
dasar ilmu pengetahuan. Maksud dari hadith
menafsirkan adalah bebas dari hawa nafsu,
ini adalah bahwa bagi yang menafsirkan al-
memulai menafsirkan al-Quran dengan al-
Quran tanpa didasari ilmu pengetahuan akan
Quran, mencari tafsir dari al-Sunnah,
memberikan peluang bagi orang bodoh dan
prndapat dari tabi’in, mengetahui bahasa
orang-orang yang mempunyai niat tidak baik
Arab dengan semua cabangnya, mengetahui
untuk melakukan penyelewengan terhadap al-
pokok-pokok ilmu yang berhubungan dengan
Quran. Hal ini disebabkan mereka akan
ilmu Al-Quran, dan memiliki ketajaman
menafsirkan al-Quran dengan dasar nafsu
berpikir.
yang pada gilirannya bertujuan membela
3. Khalid al-Sabt7
pendapatnya atau bahkan sekedar membela
Syarat bagi seorang mufassir (yang
kelompok atau madzhabnya.
hampir semuanya mengenai bahasa Arab)
Adapun persyaratan bagi seorang
yaitu harus mengetahui Fiqh al-Lughah,
mufassir adalah sebagaimana dijelaskan oleh
Hukum Kalimah, Ilmu Bayan, Ma’ani dan
beberapa ulama berikut:
Badi’ Mubham dan Mufasshal, ‘Am dan Khas,
1. Syekh Muhammad Hussein Adz-
Ilmu Kalam, dan Ilmu Qiraat
Dazhabi:5
4. Imam as-Suyuti8
Syarat bagi seorang mufassir adalah

menguasai ilmu Nahwu, Ilmu sharaf, Ilmu


6
Lughah, Ilmu Isytiqaq, Ilmu ma’ani, Ilmu Manna’ al-Qatta>n, Mabahith fi Ulu>m al-Qur’an,
(Cairo: Maktabah al-Wahbah, 2000), 30
7
Khalid al-Sabt, Qawa>id al-Tafsir, (Cairo: Da>r Ibnu
Affan, tt), 37
8
Jala>ludddin as-Suyu>ti, al-Itqa>n fi Ulu>m al-
5
Muhammad Hussein Adz-Dzahabi, at-Tafsir wa al- Qur’an, ( Saudi Arabia: Majma’ Ma>lik Fahd, tt),
Mufassiru>n, (Beirut, Maktabah al-wahbah, 2000), 21 211
27
Dalam kitabnya “al-Itqan” kalimat. Imam Hasan (Hasan bin Abi thalib)

menyebutkan beberapa jenis ilmu yang pernah ditanya tentang pentingnya

diperlukan dalam menafsirkan al-Quran, mempelajari bahasa Arab, agar seseorang

yaitu: mengucapkan kata-kata dengan tepat serta

a. Ilmu bahasa: membacanya dengan baik. Lalu Hasan

Ilmu Lughat sangat penting dalam menjawab: baguslah hendaklah kamu pelajari

menafsirkan al-Quran, guna untuk ilmu Nahwu karena sesorang yang membaca

menegetahui kosakata penjelasan mufradat- al-Quran.

mufradat (perbendaharaan kata). Jadi tidak c. Ilmu Sharaf:

cukup dalam menafsirkan al-Quran kalau Seorang mufassir yang diketahui

hanya sekedar mengetahui ilmu bahasa secara tentang ilmu sharaf, berarti ia dapat mengerti

mudah. Ada kalanya suatu lafadz mengandung tentang pembentukan kalimat, timbangan

makna musytarak (makna ganda) sekiranya kata, sighat kata dan sifat kata-kata. Bila

hanya mengetahui salah satu dari pengertian diketahui kata-kata yang sulit, lalau segera

kata sedangkan yang lain tidak diketahui, dikembalikan pada akar katanya serta

padahal makna yang lain itu dimaksud. pengertiannya. Seorang yang tidak

b. Ilmu Nahwu: mengetahui Ilmu Sharaf dalam menafsirkan

Ilmu ini sangat penting sekali, karena al-Quran niscaya akan terdapat kekalahan,

ilmu ini menyingkap tentang perubahan kekeliruan dalam menafsirkan al-Quran.

makna dan mempunyai pengertian yang lain d. Ilmu Etimologi:

karena perubahan I’rab nya. Semua bentuk dalam bahasa Arab etimologi disebut

I’rab benar-benar dikuasai agar dapat dengan “isytiqaq” yaitu ilmu tentang asal usul

ditentukan makna yang dimaksud dalam kata. Ilmu ini digunakan untuk mengetahui

susunan kalimat yang berbentuk berdasarkan dasar pembentukan akar kata yang

I’rab nya. Ilmu Nahwu sangat penting karena melahirkan akar kata yang serumpun denga

susunan kata-katanya dapat diketahui dengan pengertian yang berlainan. Umpaamnya

jala pembentukan kata dab I’rab suatu setiap kata benda yang berasal dari kata yang
28
berbeda tentu mengandung makna yang h. Ilmu Ushul Fiqh,

berbeda juga. dengan mengetahui ilmu ini seorang

e. Ilmu Balaghah (retorika, metafora). mufassir dapat mengetahui dan menganalisa

Ilmu balaghah terdiri dari tiga macam teantang istidhlal (pembuktian) hukum-

yaitu Ilmu ma’ani, ilmu bayan, dan ilmu badi’. hukum yang terkandung dalam al-Quran.

Dengan mempergunakan ilmu ma’ani seorang i. Ilmu Asbabu an-Nuzul,

mufassir dapat mengetahui keistimewaan dengan ilmu ini seorang mufassir

susunan kalimat, sehingga dapat mengambil dapat mengetahui sebab dan latar belakang

faedah dari satu segi makna yang tepa. Dan turunnya masing-masing ayat al-Quran.

dengan ilmu bayan dapat mengetahui susunan j. Ilmu Nasikh dan Mansukh,

kalimat yang khusus terutama dari segi dengan ilmu ini mufassir dapat

perbedaan susunan kalimat yang menjelaskan mengetahui ayat-ayat dari al-Quran yang di

tentang maksud suatu kalimat baik kalimat nasikh kan dan di mansukh kan.

itu jelas maupun tidak jelas. Dengan k. Ilmu Hadith,

menggunakan ilmu badi’dapat diketahui Seorang mufassir yang mengetahui

tentang segi-segi keindahan dari suatu ilmu hadith maka akan dibantu untuk

kalimat. mengidentifikasikan ayat-ayat yang mujmal

f. Ilmu Qira’at (cara-cara membaca dan mubham.

al-Quran), l. Ilmu Mubhamah,

dengan ilmu Qira’at dapat diketahui Imam asy-syuyuti mengatakan ilmu

pembacaan yang benar dari beberapa mubhamah sangat penting bagi seorang

kandungan penafsiran dalam al-Quran. mufaasir karena ilmu ini merupakan aplikasi

g. Ilmu Ushuluddin, dari ilmu yang telah dikaji oleh mufassir

dengan Ilmu ini dapat diketahui untuk mengamalkannya.

kaidah-kaidah yang berhungan dengan sifat m. Ilmu sains dan teknologi,

Allah dan pembahasan tentang iman.

29
Ilmu sains dan teknologi sangat 2. Mengetahui pokok-pokok ulum al-

diperlukan untuk menafsirkan al-Quran, Quran, seperti ilmu Qira’at, Ilmu

terutama dalam upaya menemukan teori-teori asbabun Nuzl, Ilmu nasikh mansukh,

dibidang kedokteran, ilmu fisika, matematika. Ilmu Muhkam Mutasyabih, Ilmu

Karena di dalam al-Quran banyak ayat makkai madani, Ushul Tafsir, ilmu

menyebutkan tentang alam semesta. Qashash al-Quran, ilmu Ijaz al-Quran,

ilmu amtsa al-Quran. Tanpa

Dari beberapa pendapat di atas dapat mengetahui kesemuanya itu seorang

disimpulkan bahwa syarat bagi seorang mufassir tidak akan dapat

mufassir adalah: menjelaskan arti dan maksud ayat

1. Mengetahui bahasa Arab dan kaidah- dengan baik dan benar.

kaidah bahasa (ilmu tata bahasa, 3. Mengetahui Ilmu sains dan teknologi

sintaksis, etimologi, dan morfologi), untuk bisa bersaing dan menemukan

ilmu retorika (ilmu ma’ani, ilmu bayan, teori-teori baru yang terkandung

dan ilmu Badi’), ilmu ushul fiqh (Khas, dalam al-Quran.

‘Am, Mujmal, dan mufasshal). Tanpa 4. Mengetahui hadith-hadith Nabi dan

memahami secara mendalam tentang segala macam aspeknya. Karena

bahasa al-Quran, maka besar hadith-hadith itulah yang berperan

kemungkinan bagi seorang mufassir sebagai penjelas terhadap al-Quran,

akan melakukan penyimpangan sebagaimana keterangan surat al-

(distorsi) dan kesalahan interpretasi. Nahl:44.

Jika seseorang tidak dapat memahami 5. Mengetahui hal ihwal manusia dan

makna ayat, kosa kata dan idiom tabia’t nya, terutama dari orang-orang

secara literal maka ia akan terjerumus Arab pada masa turunnya al-Quran,

kepada kesalahan dan menyebabkan agar mengerti keselerasan hukum-

terjadinya penafsiran yang hukum al-Quran yang diturunkan

kontroversial.
30
untuk mengatur perbuatan-perbuatan ia termasuk penafsir dengan pendapat yang

mereka. dilarang dan jika ia menafsirkan dengan ilmu-

ilmu tersebut, maka ia tidak termasuk

Menurut Imam al-Zarqani, bahwa penafsir dengan pendapat yang dilarang.”11

keharusan memenuhi semua, syarat-syarat Sebenarnya syarat-syarat di atas

tersebut adalah untuk dapat mencapai kurang memadai, tetapi minimal sudah

tingkatan tafsir yang tertinggi, untuk sepantasnya ada pada diri penafsir mengingat

mengetahui dan menjelaskan arti dan maksud kandungan al-Quran mencakup banyak hal,

ayat-ayat al-Quran dan mengistimbatkan baik berupa akidah, syari’ah, akhlak,

kandungan hukum-hukumnya.9 Tetapi kalau informasi tentang umat terdahulu, dan

hanya sekedar untuk mencapai tingkatan informasi tentang masa depan.12 Penafsir

tafsir yang terendah, hanya sekedar ibarat seorang pejalan kaki pada malam hari

mengetahui arti ayat yang umum secara yang membutuhkan alat penerang agar

singkat, agar dapat merenungkan kebesaran sampai di tempat tujuan, dan ilmu-ilmu

Allah. al-Zarqani menambahkan karena tersebut adalah alat penuntun mereka dalam

apabila semua orang yang akan memahami, berusaha memperoleh penafsiran sebagaimana

mengetahui dan merenungi arti dan maksud yang dikehendaki Allah. Oleh karena itu,

ayat harus lebih dahulu memenuhi segala tidak semua orang bisa menafsirkan al-Quran

syarat-syarat tersebut.10 selain karena tidak memiliki ilmu yang

Menurut Ibn Mandah, “Seseorang memadai, ada juga yang takut kepada Allah

tidak bisa menjadi penafsir kecuali telah bila menafsirkan tanpa ilmu seperti tokoh

menguasai ilmu-ilmu ini (yang merupakan sekaliber Abū Bakr al-Ṣiddīq.13

perangkat bagi penafsir). Barang siapa Pada generasi sahabat dan tabi’in

menafsirkan tanpa ilmu-ilmu tersebut, maka hanya beberapa orang yang bisa menafsirkan

9 11
Muhammad abdul Adzim al-Zarqa>ni, Mana>hi al- Khalid al-Sabt, Qawa>id…..217
12
‘Irfan fi al-Ulu>m al-Qur’an, (ttp, Da>r al-Kitab al- Muhammad abdul Adzim al-Zarqa>ni, Mana>hi al-
‘Arabi, tt), 79 ‘Irfan….81
10 13
Ibid, 90 Muhammad Hussein Adz-Dzahabi, at-Tafsir….57
31
al-Quran padahal jarak waktu zaman mereka 1. Seorang mufassir akan cenderung

dekat dengan zaman Nabi, dan problem hidup fanatik dengan pemikirannya.

yang mereka hadapi tidak begitu kompleks 2. Seorang mufassir akan terpengaruh

seperti yang dihadapi oleh generasi-generasi oleh situasi lingkungannya.

sesudahnya hingga sekarang yang menuntut


Penulis lebih cendrung dengan
mereka untuk menguasai beragam disiplin
pendapat adz-Zahabi, karena seorang
ilmu yang lebih banyak guna menghasilkan
mufassir harus mempunyai ilmu yang
penafsiran yang sesuai dengan kebutuhan
berkaitan dengan tafsir, ilmu tentang tafsir
zamannya. bahkan ada sebagian sahabat yang
adalah alat yang dipakai untuk mengupas
enggan menafsirkan al-Quran seperti Abū
tuntas apa dan bagaimana al-Qur’an dikaji,
Bakr al-Siddiq dan Ibn ‘Abbās, dan sebagian
seorang petani tidak akan bisa membajak
tabi’in seperti Sālim ibn ‘Abdullāh, al-Qāsim
sawahnya apabila tidak mempunyai alat
ibn Muḥammad, Sa’īd ibn al-Musayyab,
untuk membajak dan mencangkul sawahnya,
Jundub ibn ‘Abdullāh, dan al-Sha’bī. Padahal
sama halnya bagi seorang mufassir al-Quran
mereka lebih layak dan mumpuni dalam
harus memenuhi syarat-syarat mufassir.
menafsirkan al-Quran, karena beragam
Hazim Sa’id al-Haidar menambahkan, untuk
disiplin ilmu di atas sudah tentu ada pada diri
mendapatkan penafsiran yang berkualitas,
14
mereka.
selain menguasai ilmu-ilmu tersebut mufassir
Adz-Zahabi berpendapat, bahwa jika
juga harus memahami cabang-cabang ilmu
seorang mufassir tidak terpenuhi pada diri
pengetahuan yang mendalam dan
penafsir, tentu saja bisa berdampak sangat
menyeluruh, sebagaimana berikut ini:16
fatal sehingga menurunkan kualitas
1. Memaham watak dan rasa
tafsirnya.Dampak bilamana seorang mufassir
terminology yang benar, yang sering
15
tidak memahami Ilmu tersebut adalah:
digunakan dalam al-Quran

14 16
Muhammad Hussein Adz-Dzahabi, at-Tafsir ….. 65 Hazim Sa’id al-Haidar, Baina al-Itqan wa al
15
Muhammad Hussein Adz-Dzahabi, at-Tafsir….70 Burha>n, (Madinah, Da>r az-Zaman, 2000), 19.
32
berdasarkan atas pemakaian para ahli C. Kesimpulan

bahasa.
Kaedah keilmuan yang disyaratkan
2. Ilmu tentang prosedur yang indah
bagi seorang mufassir adalah ilmu Nahwu,
(pendekatan sastra yang dipakai dalam
Ilmu sharaf, Ilmu Lughah, Ilmu Isytiqaq, Ilmu
praktik al-kalam (kefasihan berbicara
ma’ani, Ilmu Bayaan, Ilmu Badi’ Ilmu Qira’at,
dan penerapannya).
Ilmu Kalam, Ilmu Ushul Fiqih, Ilmu Qashas,
3. Pengetahuan tentang ilmu-ilmu
Ilmu Nasikh mansukh, Ilmu Hadith dan Ilmu
humaniora, filsafat ketuhanan, dan
Mauhibah, ilmu Science dan Teknologi, ilmu-
prosedur dalam evolusi bangsa-bangsa
ilmu humaniora
bersama perbedaan-perbedaannya,

baik dalam kekuatan, kelemahan,


D. Daftar Pustaka
iman, kufur, maupun kekerasan dan

kelembutan. Aly Bin al-Harby, Husain, Qawa’id al-Tarjih


‘Inda al-Mufassirin, ( Riyad, Dar al-
4. Pengetahuan tentang hidayah al-
Qasim, 1996)
Quran untuk manusia. berkaitan Dzahabi, Muhammad Hussein, at-Tafsir wa al-
dengan hal ini sahabat umar bin Mufassirun, (Beirut, Maktabah al-
wahbah, 2000)
Khatab berkata: “kebaikan Islam tidak
Haidar, Hazim Sa’id, Baina al-Itqan wa al Burhan,
akan jelas jika seseorang tidak paham
(Madinah, Dar az-Zaman, 2000)
tentang kehidupan jahiliyyah.” Qattan Manna’, Mabahith fi Ulum al-Qur’an,
5. Pengetahuan tentang biografi Nabi (Cairo: Maktabah al-Wahbah, 2000)
Sabt, Khalid, Qawaid al-Tafsir, (Cairo: Dar Ibnu
Muhammad SAW dan para
Affan, tt)
sahabatnya terkait dengan
Suyuti, Jalaludddin, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, (
pengetahuan dan amaliah dalam Saudi Arabia: Majma’ Malik Fahd, tt)

urusan agama maupun keduniaan. Zarqani, Muhammad abdul Adzim, Manahi al-
‘Irfan fi al-Ulum al-Qur’an, (ttp, Dar al-
Kitab al-‘Arabi, tt)

.1989 ،1 ‫ ﺟﺰء‬،‫اﻟﻌﻠﻤﻴﺔ‬
33

Anda mungkin juga menyukai