Anda di halaman 1dari 16

Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Euthanasia...

153

EUTHANASIA DIKAJI DARI PERSPEKTIF HUKUM KESEHATAN


DAN HAK ASASI MANUSIA

Oleh :
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum.
Dosen Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar

Asbtract

The purpose of this study was to determine and analyze how


regulation ofeuthanasia in the legal system of health in Indonesia and how
the view of humanrights against the practice of euthanasia. Research results
and discussion are results obtained from the research is in Indonesia there
are no special arrangements eutah anasia in positive law in Indonesia, both
active and passive euthanasia well. And the view of Human Rights against
thepractice of euthanasia is contrary to human rights in Indonesia, which
sh ould beprotected under the ActConclusion The preparation of this paper is
that there are no specialarrangements in the legal system in Indonesia, it can
be used Laws approaching casesof euthanasia practices. And human rights
in Indonesia, which must be protected, namely the right to life. The
suggestion is for the medical personnel who may need toknow where and where
not to do so as not to conflict with the code of conduct.

Keywords : Euthanasia Law and Human Rights Perspective.

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisisbagaimana pengaturan euthanasia dalam tatanan hukum
kesehatan di Indonesia danbagaimana pandangan HAM terhadap praktek
euthanasia. Hasil yang diperoleh dari pe elitian adalah di Indonesia belum
ada pengaturan eutahanasia secara khusus dalam hukumpositif di Indonesia,
baik euthanasia aktif maupun pasif baik. Dan pandangan Hak Asasi
Manusia terhadap praktek euthanasia sangat bertentangan dengan Hak
Asasi Manusia di Indonesia yang harus dilindungi dalam Undang-undang.
Kesimpulan dari tulisan ini adalah karena belum ada pengaturan
secarakhusus dalam tatanan hukum di Indonesia maka dapat digunakan
Undang-undang yang mendekati kasus praktek euthanasia. Dan HAk Asasi
Manusia di Indonesia yangharus dilindungi yaitu Hak untuk hidup. Sarannya
adalah para tenaga medis haru smengetahui mana yang boleh dan mana
yang tidak boleh dilakukan agar tidak bertentangan dengan kode etik.

Kata Kunci : Euthanasia Perspektif Hukum dan HAM.


Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Euthanasia... 154

A. PENDAHULUAN kesehatan selalu berkaitan dengan


1. Latar Belakang Masalah beberapa aspek, yakni dari aspek
Dewasa ini sistem pelayanan medis, hukum, agama, etika dan hak
medis yang dilakukan oleh tenaga asasi manusia. Ada dua masalah
kesehatan sebagai penyembuh dalam bidang kedokteran atau
banyak diperbincangkan masyarakat kesehatan yang berkaitan dengan
dan penilaian serba positif hal berbagai aspek yang selalu aktual
tersebut tidak lepas dari kemajuan dibicarakan dari waktu ke waktu,
ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat digolongkan ke
dibidang kesehatan, terutama yang dalam masalah klasik di bidang
berhubungan dengan pengobatan kedokteran yaitu Abortus
dan diagnosis yang tidak bisa Provokatus dan Euthanasia. Dalam
luput dari alat-alat modern yang lafal sumpah dokter yang disusun
sebelumnya tidak dikenal. Namun, oleh Hippokrates (460-377 SM),
kenyataanya profesi kesehatan kedua masalah ini sudah ditulis dan
mulai luntur di karenakan dalam telah diingatkan. Sampai kini tetap
upaya penyembuhan yang saja persoalan yang timbul
dilakukan tenaga kesehatan tidak berkaitan dengan masalah ini tidak
semuanya sesuai yang diingkankan dapat diatasi dan diselesaikan
oleh pasien, yaitu kesembuhan. dengan baik atau dicapainya
Masalah yang serius akibat tindakan kesepakat yang dapat diterima
kesehatan hal ini disebabkan oleh semua pihak. Di satu pihak
karena kesadaran hukum tindakan Abortus Provokatus dan
masyarakat yang semakin meningkat Euthanasia pada beberapa kasus
dan adanya tuntutan dari aspek dankeadaan memang diperlukan
profesi kesehatan yangsemakin sementara di lain pihak tindakan
professional. ini tidak dapat diterima,
Berbagai permasalahan yang bertentangan dengan hukum, moral
serius tersebut diantaranya tentang dan agama. Hal ini bukan hanya
permasalahan-permasalahan tindakan bertentangan dengan hukum
medik karena mencakup masalah kesehatan dan bertentangan dengan
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Euthanasia... 155

kode etik seorang dokter atau b. Bagaimana pandangan HAM


tenaga kesehatan. Berbicara masalah terhadap Euthanasia ?
euthanasia akan sangat erat 2. Metode Penelitian
hubungannya dengan Hak Asasi Metode penelitian ini adalah
Manusia (HAM). penelitian normatif yaitu,
Euthanasia dalam pandangan penelitian dengan mengkaji
HAM merupakan pelanggaran berbagai bahan hukum yang
karena menyangkut hak hidup dari berkaitan dengan obyek penelitian,
pasien yang harus dilindungi. Hak dan berfokus pada berbagai peraturan
hidup setiap orang harus dilindungi perundang-undangan dan refrensi
oleh negara dan hukum di Indonesia hukum lain. Metode yang
karena manusia merupakan salah digunakan dalam penelitian ini
satu sila dalam Pancasila, bahkan adalah penelitian hukum normatif,
ada di urutan kedua setelah dengan menggunakan pendekatan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Hak yaitu :1) Pendekatan Konseptual
hidup merupakan hak yang (conceptual approach), dalam
mendasar pada setiap manusia. pendekatan konseptual ini beranjak
Dalam Undang-undang Nomor 39 dari pandangan-pandangan dan
Tahun 1999LN No.165 Tahun doktrin-doktrin yang berkembang
1999, TLN No.3886 tentang Hak dalam ilmu hukum dan 2)
Asasi Manusia Pasal 9 ayat 1 Pendekatan perundang-undangan
menyebutkan bahwa : “Setiap orang (statute approach), dalam
berhak untuk hidup, pendekatan perundang-undangan ini
mempertahankan hidup dan dilakukan dengan menelaah semua
meningkatkan taraf kehidupannya”. peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan uraian diatas
euthanasia dapat dirumuskan B. PEMBAHASAN
masalah sebagaiberikut: 1. Kajian Pustaka
a. Bagaimana pengaturan Istilah euthanasia berasal dari
euthanasia dalam tatanan hukum bahasa Yunani, yaitu eu dan
kesehatan di Indonesia? thanatos. Kata eu berarti baik, tanpa
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Euthanasia... 156

penderitaan dan thanatos berarti euthanasia dapat diterangkan sebagai


mati. Dengan demikian euthanasia pembunuhan yang sistematis karena
dapat diartikan mati dengan baik kehidupannya merupakan suatu
tanpa penderitaan. Ada yang kesengsaraan dan penderitaan. Inilah
menerjemahkan mati cepat tanpa konsep dasar dari euthanasia yang
derita. kini maknanya berkembang menjadi
Secara etimologis euthanasia kematian atas dasar pilihan rasional
berarti kematian dengan baik tanpa seseorang, sehingga banyak masalah
penderitaan, maka dari itu dalam yang ditimbulkan dari euthanasia ini.
mengadakan euthanasia arti Masalah tersebut semakin kompleks
sebenarnya bukan untuk karena definisi dari kematian itu
menyebabkan kematian, namun sendiri telah menjadi kabur.
untuk mengurangi atau meringankan Beberapa pengertian tentang
penderitaan orang yang sedang terminologi euthanasia:
menghadapi kematiannya. Dalam arti a. Menurut hasil seminar aborsi
yang demikian itu euthanasia dan euthanasia ditinjau dari segi
tidaklah bertentangan dengan medis, hukum dan psikologi,
panggilan manusia untuk euthanasia diartikan:
mempertahankan dan  Dengan sengaja melakukan
memperkembangkan hidupnya, sesuatu untuk mengakhiri
sehingga tidak menjadi persoalan hidup seorang pasien.
dari segi kesusilaan. Artinya dari segi  Dengan sengaja tidak
kesusilaan dapat melakukan sesuatu (palaten)
dipertanggungjawabkan bila orang untuk memperpanjang hidup
yang bersangkutan menghendakinya. pasien.
Akan tetapi dalam  Dilakukan khusus untuk
perkembangan istilah selanjutnya, kepentingan pasien itu sendiri
euthanasia lebih menunjukkan atas permintaan atau tanpa
perbuatan yang membunuh karena permintaan pasien.
belas kasihan, maka menurut
pengertian umum sekarang ini,
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Euthanasia... 157

b. Menurut kode etik kedokteran e. Demi kepentingan pasien dan


indonesia, kata euthanasia keluarganya.
dipergunakan dalam tiga arti: Profesi tenaga medis sudah
 Berpindahnya ke alam baka sejak lama menentang euthanasia
dengan tenang dan aman sebab profesi kedokteran adalah
tanpa penderitaan, untuk untuk menyembuhkan dan bukan
yangberiman dengan nama untuk mematikan. Profesi medis
Allah dibibir. adalah untuk merawat kehidupan dan
 Ketika hidup berakhir, bukan untuk merusak kehidupan.
diringankan penderitaan Sumpah Hipokrates jelas-jelas
sisakit dengan memberinya menolaknya, “Saya tidak akan
obat penenang. memberikan racun yang mematikan
 Mengakhiri penderitaan dan ataupun memberikan saran
hidup seorang sakit dengan mengenai hal ini kepada mereka
sengaja atas permintaan yang memintanya.” Sumpah ini
pasien sendiri dan kemudian menjadi dasar sumpah
keluarganya. seluruh dokter di dunia, termasuk di
Dari beberapa kategori Indonesia. Mungkin saja sumpah ini
tersebut, dapat disimpulkan bahwa bukan Hipokrates sendiri yang
unsur-unsur euthanasia adalah membuatnya.
sebagai berikut : Dalam pasal 9, bab II Kode
a. Berbuat sesuatu atau tidak berbuat Etik Kedokteran Indonesia tentang
sesuatu. kewajiban dokter kepada pasien,
b. Mengakhiri hidup, mempercepat disebutkan bahwa seorang dokter
kematian, atau tidak harus senantiasa mengingat akan
memperpanjang hidup pasien. kewajiban melindungi hidup
c. Pasien menderita suatu penyakit makhluk insani. Ini berarti bahwa
yang sulit untuk disembuhkan menurut kode etik kedokteran, dokter
kembali. tidak diperbolehkan mengakhiri
d. Atas atau tanpa permintaan pasien hidup seorang yang sakit meskipun
atau keluarganya. menurut pengetahuan dan
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Euthanasia... 158

pengalaman tidak akan sembuh lagi. menyembuhkan dan meringankan


Tetapi apabila pasien sudah penderitaan. Euthanasia justru
dipastikan mengalami kematian bertentangan radikal dengan hakikat
batang otak atau kehilangan fungsi itu.
otaknya sama sekali, maka pasien Namun, beberapa ahli hukum
tersebut secara keseluruhan telah juga berpendapat bahwa tindakan
mati walaupun jantungnya masih melakukan perawatan medis yang
berdenyut. Penghentian tindakan tidak ada gunanya secara yuridis
terapeutik harus diputuskan oleh dapat dianggap sebagai
dokter yang berpengalaman yang penganiayaan. Ini berkaitan dengan
mengalami kasus-kasus secara batas ilmu kedokteran yang dikuasai
keseluruhan dan sebaiknya hal itu oleh seorang dokter. Tindakan di luar
dilakukan setelah diadakan batas ilmu kedokteran tersebut dapat
konsultasi dengan dokter yang dikatakan di luar kompetensi dokter
berpengalaman, selain harus pula tersebut untuk melakukan perawatan
dipertimbangkan keinginan pasien, medis. Apabila suatu tindakan dapat
kelurga pasien, dan kualitas hidup dinilai tidak ada gunanya lagi, dokter
terbaik yang diharapkan. Dengan tidak lagi berkompeten melakukan
demikian, dasar etik moral untuk perawatan medis.
melakukan euthanasia adalah Pengaturan Euthanasia Dalam
memperpendek atau mengakhiri Tatanan Hukum Kesehatan di
penderitaan pasien dan bukan Indonesia Istilah Euthanasia berasal
mengakhiri hidup pasien. Sampai dari bahasa Yunani yaitu
saat ini, belum ada aturan hukum di “Euthanatos”. Dari akar kata “Eu”
Indonesia yang mengatur tentang yang artinya baik, tanpa penderitaan
euthanasia. Pasal-pasal KUHP justru sedangkan “Tanathos” yang artinya
menegaskan bahwa euthanasia aktif mati. Definisi euthanasia yang
maupun pasif tanpa permintaan sesungguhnya sangat bervariasi
dilarang. Demikian pula dengan karena masing-masing ahli berupaya
euthanasia aktif dengan permintaan. membuat definisi sendiri. Akan
Hakikat profesi kedokteran adalah tetapi, secara umum eutahanasia
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Euthanasia... 159

didefinisikan sebagai tindakan b. Euthanasia Aktif


mengakhiri hidup seseorang atas Euthanasia aktif adalah
dasar kasihan karena menderita perbuatan yang dilakukan
penyakit, cedera atau dengansengaja secara medis
ketidakberdayaan dan tidak melalui intervensi atau tindakan
mempunyai harapan untuk sembuh. aktifdari seorang petugas medis
Ditinjau dari pelaksanaanya, (dokter), bertujuan
euthanasia ada beberapa macam untukmengakhiri hidup pasien.
yaitu euthanasia pasif dan Dengan kata lain, euthanasia
euthanasia aktif sebagai berikut : aktifsengaja dilakukan untuk
a. Euthanasia Pasif membuat pasien yang
Euthanasia pasif adalah bersangkutanmeninggal dunia. Baik
menghentikan atau mencabut segala dengan cara memberikan
tindakan pengobatan yang sedang obatbertakaran tinggi (over dosis)
berlangsung untuk mempertahankan atau menyuntikan obat dengan
hidupnya. Menurut kamus hukum, dosis atau cara lain yang dapat
euthanasia pasif adalah pihak mengakibatkan kematian.
dokter menghentikan segala obat Euthanasia aktif dibagi lagi
yang diberikan kepada pasien, menjadi euthanasia aktif langsung
kecuali obat untuk mengurangi (direct) dan euthanasia aktif tidak
atau menghilangkan rasa sakit atas langsung (indirect). Euthanasia
permintaan pasien. Berdasarkan aktif langsung adalah dilakukannya
pengertian diatas maka tindakanmedik secara terarah yang
dapatdisimpulkan bahwa euthanasia diperhitungkan untuk mengakhiri
pasif ad alah tindakan hidup pasien atau memperpendek
mempercepatkematian pasien hidup pasien. Jenis euthanasia ini
dengan cara menolak memberikan biasa disebut mercy killing.
pertolonganseperti menghentikan Contohnya, seorang dokter
atau mencabut segala pengobatan memberikan suntikan zat yang
yangmenunjang hidup si pasien. dapat segera mematikan pasien.
Euthanasia aktif tidak langsung
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Euthanasia... 160

adalah keadaan dimana dokter atau atau kelalaian.Baik euthanasia


tenaga medis melakukan tindakan aktif dan euthanasia pasif
medik tidak secara langsung untuk dapatdiatur dalam Kitab Undang-
mengakhiri hiduppasien, namun Undang Hukum Pidana, sebagai
mengetahui adanya resiko yang berikut :
dapat memperpendek atau - Pasal 338 KUHP atau bahkan
mengakhiri hidup pasien. direncanakan terlebih dahuluseperti
Contohnya, mencabut oksigen atau yang tercantum dalam pasal 340
alat bantu kehidupan lainnya. KUHP. Pasal 338 KUHP yang
Berdasarkan hukum positif berbunyi :“Barangsiapa dengan
Indonesia, dalam hal masalah sengaja merampas nyawa orang
euthanasia belum mengaturnya lain,diancam karena pembunuhan
secara khusus maka dapat digunakan dengan pidan a penjara paling
peraturan-peraturan yang mendekati lamalima belas tahun.”
yang dapat digunakan sebagai - Pasal 340 KUHP yang
acuan pertanggungjawabanatau berbunyi:“Barang siapa dengan
penyelesaian masalah apabila sengaja dan dengan rencana
terbukti melakukan pelanggaran terlebihdahulu merampasnyawa
hukum. Dilihat dari sudut hukum, orang lain, diancam
perbuatan melawan hukum yang karenapembunuhan dengan
diperbuatoleh seorang dokter rencana, dengan pidana mati
meliputi aspek hukum, yaitu aspek atau pidanapenjara seumur
hukum pidana, hukum perdata dan hidup atau selama waktu
hukum administrasi negara. Berikut tertentu, paling lamadua puluh
adalah penjelasannya : tahun.”Dalam hal euthanasia
a. Pengaturan Tanggung Jawab lansung aktif langsung
Dalam Hukum Pidana Menurut dimanapermintaannya oleh
Kitab Undang-undang Hukum karena suatu hal misalnya
Pidana seseorang dapat dipidana karena pasien sudahtidak sadar
atau dihukum jika menghilangkan dalam jangka waktu lama,
nyawa orang lain dengansengaja dilakukan oleh keluarga pasien
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Euthanasia... 161

maka pasal 338 atau bahkan dirugikan (pasien ) maka pihak


pasal 340 dapat diancamkan korban dapat memperoleh sejumlah
kepadadokter yang ganti kerugian yang sepantasnya
melakukannya. guna pembiayaankerugian yang
- Pasal 344 KUHP yang berbunyi : dideritanya. Hal tersebut terjadi
“Barang siapa merampas nyawa hubungan dengan adanyaresiko
orang lain atas permintaan orang yang harus diterima dan tidak
itu sendiri yang jelas di dapat dibalikan kepada orang lain,
nyatakan dengan kesungguhan karena dengan terjadinya kesalahan
hati, diancam dengan pidana yang menimbulkan korban,
penjara paling lama dua tidakterlepas dari kerugian yang
belastahun.” ditimbulkan sehingga pada pihak
Ketentuan ini harus diingat yangmenimbulkan kerugian wajib
oleh kalangan dokter sebab memberikan ganti ru gi kepada
walaupunterdapat banyak alasan korbannya.
yang kuat untuk membantu pasien, Dalam perjanjian antara
namunancaman pidana ini tetap dokter dengan pasien, timbulnya
harus dihadapinya.Pasal dibawah hubunganhukum menurut J.
inimengingatkan kepada dokter, Guwandi yan g dikutip oleh Y.A
jangankan melakukan euthanasia Triana Ohoiwutunadalah sebagai
aktifyang menurut pendapat berikut:
kebanyakan orang merupakan 1. Berdasarkan perjanjian (ius
pembunuhan,menolong atau contractu)
melakuk an daya upaya kearah Hubungan hukum antara
perbuatan itu saja sudahdapat dokter dengan pasien
ancaman pidana. disiniterbentukdalam suatu perjanjian
b. Pengaturan Tanggung Jawab yaitu, perjanjian atau kontak
Dalam Hukum Perdata terapeutik secara sukarela
Untuk memutuskan berdasarkan kehendak bebas.
pertanggungjawaban suatu tindakan Gugatan dapat dilakukan apabila
yang manasalah satu pihaknya diduga terjadi wanprestasi, yaitu
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Euthanasia... 162

pengingkaranatas apa yang sebagaimana diatur dalam Pasal


diperjanjikan.Dasar gugatan adalah 1239 KUHPerdata dan yang kedua
melakukankesalahan atau berdasarkan perbuatanmelanggar
salahmelakukan terhadap apa yang hukum (onrechmatigedaad) sesuai
telahdiperjanjikan. dengan ketentuan Pasal1365
2. Berdasarkan hukum (ius delicto) KUHPerdata.
Timbulnya hubun gan hukum c. Pengaturan Tanggung Jawab
antara dokter dengan pasien Dalam Hukum Administrasi
karenaadanya kewajiban yang Aspek hukum administrasi
dibebankan pada dokter yang menyatakan bahwa tenaga
ditentukan dalam Undang-Undang kesehatan yang akan melakukan
atau adanya ketentuan praktik baik di institusi kesehatan
peraturanperundang-undangan yang maupun mandiri wajib memiliki
mengatur hubungan hukum antara izin yang dikeluarkan oleh
subyek hukum. Dalam hal ini pemerintah. Hal ini sesuaidengan
gugatan dapat dilakukan atau Undang-undang Nomor 36 Tahun
dasarperbuatan melawan hukum, 2009 tentang Kesehatan Pasal23
dimana terhadap suatu tindakan ayat 3 yang berbunyi “Dalam
yangdilakukan oleh dokter yang menyelenggarakan pelayan an
mengandung kesalahan dan kesehatan, tenaga kesehatan wajib
merugikan pasien dapat dimintakan memiliki izin dari pemerintah.”
sejumlah ganti rugi sesuai dengan Pada dasarnya untuk menjalankan
Pasal 1365 KUHPerdata. Pada pekerjaan sebagai dokter dikenal
hakikatnya, ada dua bentuk ada beberapa jenis surat izin.
pertanggungjawaban dokter Berdasarkan Undang-undang
dibidang hukum perdata, yaitu Nomor 29 tahun 2004 tentang
pertama hubungan hukum yang Praktik Kedokteran, syarat
disebabkanoleh suatu kesepakatan administrasi agar dokter berwenang
dan apabila kesepakatan ini menjalankan praktiknya antara lain :
dilanggar akanmenyebabkan 1. Memliki Surat Tanda Registrasi
wanprestasi (contractual liability) (STR) dokter atau dokter
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Euthanasia... 163

gigiyang diterbitkan oleh Konsil 2. Jenis hukuman disiplin ringan


Kedokteran Indonesia (Pasal 29). seb agaimana dimaksud pada
2. Lulus evaluasi dan harus ayat (1) huruf a terdiri dari:
memiliki izin kerja di Indonesia a. Teguran lisan.
untukdokter lulusan luar negeri b. Teguran tertulis.
(Pasal 30). c. Pernyataan tidak puas secara
3. Surat Izin Praktik (SIP), yaitu tertulis.
izin yan g dikeluarkan oleh 3. Jenis hukuman disiplin sedang
pejabatkesehatan yang sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
berwenang di kabupaten atau huruf b terdiri dari:
kota tempatpraktikn ya (Pasal 36 a. Penundaan kenaikan gaji berkala
sampai 38). selama 1 (satu) tahun.
Apabila terjadi kesalahan b. Penundaan kenaikan pangkat
yang dilakukan oleh seorang selama 1 (satu) tahun.
dokterdalam perawatan yang c. Penurun pangkat setingkat
menimbulkan kerugian bagi pasien lebih rendah selama 1
dankeluarganya, dapat dilihat (satu)tahun.
sebagaiamana dinyatakan dalam 4. Jenis hukuman disiplin berat
PeraturanPemerintah, sebagaimana dimaksud pada
yakni:Peraturan Pemerintah No. 53 ayat(1) huruf c terdiri dari:
Tahun 2010 tentangDisiplin a. Penurunan pangkat setingkat
Pegawai Negeri Sipil LN. Tahun lebih rendah selama 3 (tiga)
2010 No. 74 dan TLN No. 5135Bab tahun.
III (Hukuman Disiplin) Pasal 7 b. Pemindahan dalam rangka
menyebutkan bahwa: penurunan jabatan
1. Tingkat hukuman disiplin terdiri setingkatlebih rendah.
dari: c. Pembebasan dari jabatan.
a. Hukuman disiplin ringan. d. Pemberhentian dengan hormat
b. Hukuman disiplin sedang. tidak atas permintaansendiri
c. Hukuaman disiplin berat. sebagai PNS.
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Euthanasia... 164

e. Pemberhentian tidak dengan - Pasal 4 menyebutkan bahwa:


hormat sebagai PNS. “Hak untuk hidup, hak untuk
2. Pandangan Hak Asasi tidak disiksa, hak kebebasan
Manusia Terhadap Praktek
pribadi, pikiran dan hati nurani,
Euthanasia
hak beragama, hak untuk tidak
Dalam Undang-undang
diperbudak, hak untuk diakui
Nomer 39 tahun 1999 Tentang
sebagai pribadi dan persamaan di
Hak Asasi Manusia LN No.165
hadapan hukum, dan hak untuk
Tahun 1999, TLN No.3886 pada
tidak dituntut atas dasar hukum
Pasal 1 angka1 Bab 1tentang
yang berlaku surut adalah hak
Ketentuan umum menjelaskan
asasi manusia yang tidak dapat
bahwayang dimaksud dengan Hak
dikurangi dalam keadaanapapun
Asasi Manusia adalah seperangkat
dan oleh siapapun.”
hak yang melekat pada hakikat dan
- Pasal 9 menyebutkan bahwa:
keberadaan manusia sebagai
1. Setiap orang berhak untuk
mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha
hidup, mempertahankan hidup
Esa dan merupakan anugerah-Nya
danmeningkatkan taraf
yang wajib dihormati, dijunjung
kehidupannya.
tinggi dan lindungi oleh negara,
- Pasal 33 ayat (2) menyebutkan
hukum, pemerintah dan setiap
bahwa:
orang demi kehormatan dan
“Setiap orang berhak untuk bebas
pelindungan harkat dan martabat
dari penghilangan paksa dan
manusia. Hak asasi manusia
penghilangan nyawa.”
merupakan hak yang dimiliki oleh
Pada dasarnya, pasal diatas justru
setiap manusia sejak lahir. Hak
menghargai dan mengedepankan
asasi manusia selaindilindungi oleh
hakasasi manusia untuk hidup,
negara, juga dilindungi dalam
bukan sebaliknya.Selain itu, hak
Undang-undang No. 39 Tahun1999
asasi manusiatentang hak untuk
LN No.165 Tahun 1999, TLN No.
hidup juga dilindungi dalam
3886 tentang Hak Asasi
Undang-undang Nomor 12Tahun
Manusia,sebagai berikut:
2005 LN. No. 119 Tahun
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Euthanasia... 165

2005,TLN. No.4558 tentang Undang-undang No. 39 Tahun


KonvenanInternasional Tentang 1999 dan Undang-undang
Hak-hak Sipil dan Politik dalam No.12Tahun 2005 juga dilindungi
Pasal 6 ayat 1menyebutkan dalam Undang-Undang Dasar
bahwa:“Setiap manusia berhak atas Negara RepublikIndonesia Tahun
hak untuk hidup yang melekat 1945, yakni:
padadirinya.Hak ini wajib - Pasal 28A menyebutkan bahwa:
dilindungi oleh hukum.Tidak “Setiap orang berhak untuk hidup
seorangpundapatdirampas hak serta berhak mempertahankan
hidupn ya secara sewenang-wenang.” hidup
- Pasal 9 ayat 1 menyebutkan bahwa: dan kehidupann ya.”
“Setiaporang berhak atas kebebasan - Pasal 28I ayat 1 menyebutkan
dan keamanan bahwa:
pribadi.Tidakseorangpun dapat “Hak untuk hidup, hak untuk
ditangkap atau ditahan secara tidak disiksa, hak kemerdek aan
sewenang-wenang. Tidak pikirandan hati nurani, hak
seorangpun dapat dirampas beragama, hak untuk tidak
kebebasannya kecuali berdasarkan diperbudak, hak untukdiakui
alasan-alasan yang sah dan sesuai sebagai pribadi dihadapan hukum,
dengan prosedur yang ditetapkan dan hak untuk dituntut atasdasar
oleh hukum.” hukum yang berlaku surut ad alah
Berdasarkan pasal diatas hak hak asasi manusia yang tidakdapat
asasi manusia, yaitu hak untuk dikurangi dalam keadaan
hidupmerupakan salah satu hak asasi apapun.”Namun, apabila masalah
manusia yang paling mendasar dan yang kemudian muncul dan
melekat padasetiap diri manusia berkembang ketikamenyentuh hak
secara kodrati, berlaku universal dasar pasien, yaitu hak untuk
dan bersifat abadi sebagaianugerh menentukan diri sendiri adalah
Tuhan Yang Maha Esa.Di hakyang melekat dalam diri
Indonesia, hak asasi manusia, dalam arti seseorang
manusiaselaindilindungi oleh berhak menentukan apa yang
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Euthanasia... 166

akan/perlu/harus dilakukan atas C. PENUTUP


dirinya(tubuhnya). Pasaldibawah 1. Simpulan
iniberkaitan langsung dengan hak Belum ada pengaturan
untuk menentukan sendiri, diatur tentang praktek euthanasia secara
dalam : khusus, baik euthanasia aktifmaupun
1. Undang-undang Nomor 39 euthanasia pasif secara khusus
Tahun 1999 LN No.165 Tahun dalam hukum positif di Indonesia
1999, TLNNo. 3886 tentang tentang mana yang boleh, mana
Hak Asasi Manusia dalam Bab yang dilarang, yang diharuskan
V Hak AtasKebebasan Pribadi dan sanksinya. Oleh karena itu
dalam Pasal 21 menyebutkan apabila terjadi kasus euthanasia maka
bahwa:“Setiap orang berhak hukum yang diberlakukan masih
atas keutuhan pribadi, baik sangat umum. Penggunaan pasal-
rohani maupunjasmani, dan pasal dalam KUHPidana untuk
karena itu itu tidak boleh kasus euthanasia tentu dapat
menjadi obyek penelitian digunakan dan paling tidak
tanpapersetujuan darinya” mendekati apabila ada
Pasal diatas pada prinsipnya kasuseuthanasia.Praktek euthanasia
mengemukakan hak-hak dasar dari sangat bertentangan dengan Hak
manusiayang tidak boleh dilanggar Asasi Manusiakarena melanggar
termasuk hak-hak pribadinya yang hak hidup seorang pasien yang
tidak boleh dilanggar oleh siapapun. ingin mendapatkankesembuhan d ari
Pasal tersebut sesungguhnya penyakitn ya walaupun penyakit
menjelaskan mengenai konsep yang dideritanya secara medistidak
dasar hak asasi manusia dimana dapat disembuhkan. Hak hidup
terfokus pada hak kebebasan seseorang dilindungi dalam Undang-
pribadi yang merupakan salah satu undangNomor 39 Tahun 1999
hak yang paling mendasar bagi tentang Hak Asasi Manusia,
setiap orang karena menyangkut Undang-undang Nomor 12Tahun
juga hak untuk menentukan nasibnya 2005 tentang konvenan hak-hak
sendiri. sipil dan politik dan dalam UUD
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Euthanasia... 167

1945Namun, ada hak dasar yang sedangkan hak untuk menentukan


menjadi alasan mengapa praktek hidupnya sendiri tidak diatur dalam
euthanasia dapat dilakukan, yaitu Undang-undang Nomor 39 Tahun
hak menentukan diri sendiri dan hak 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
kebebasan pribadi. Apabila Pemerintah (legislatif) harus
seseorang menggunakan hak secepatnya membuat peraturan
menentukan diri sendiri dan perundang-undangan tentang
kebebasan pribadi untuk melakukan euthanasia yang berbasiskan Hak
euthanasia maka akan sangat Asasi Manusia atau memasukan
bertentangan dengan Hak Asasi rumusan euthanasia dalam Undang-
Manusia di Indonesia. undang Nomor 36 Tahun 2009
2. Saran tentang Kesehatan.
Sudah saatnya hukum positif
Indonesia mengatur praktek DAFTAR PUSTAKA
euthanasia secara khusus karena Buku
hukum akan ketinggalanjauh dengan
Hendrik, 2013, Etika dan Hukum
kondisi masyarakat jika tidak Kesehatan, EGC, Jakarta.
segera ada pengaturan tentang
J. Guwandi, 2004, Hukum Medik
praktek euthanasia, karena ilmu dan (Medical Law), Jakarta,
Balai Penerbit Fakultas
teknologi kedokteran berkembang
Kedokteran Universitas
terus-menerus dengan pesatnya. Indonesia.
Dan pemberian hak euthanasia
Sutarno, 2014, Hukum Kesehatan
pada dasarnya bertumpu pada hak Euthanasia, Keadilan dan
Hukum Positif di Indonesia,
untuk menentukan diri sendiri dan
Setara Press, Malang.
hak kebebasan pribadi. Akan
Internet
tetapi permasalahannya sampai
sejauh mana batasan-batasan hak http://satriabara.blogspot.com/2012/0
6/makalah-euthanasia.html.
menentukan hidup sendiri hak
kebebasan pribadi tersebut karena
dapat bertentangan dan berbenturan
dengan hak hidup seseorang,
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Euthanasia... 168

Sumber Hukum

Undang-undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun
1945.

Undang-undang Republik Indonesia


Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia,
Lembaran Negara Nomor 165
Tahun 1999,dan Tambahan
Lembaran Negara Nomor
3886.

Undang-undang Republik Indonesia


Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, Lembaran
Negara Nomor 144 Tahun
1999 dan Tambahan
Lembaran Negara Nomor
5063.

Undang-undang Republik Indonesia


Nomor 12 Tahun 2005
Lembaran Negara Nomor 119
Tahun 2005, Tambahan
Lembaran Negara Nomor
4558 tentang Konvenan
Internasional Tentang Hak-
hak Sipil dan Politik

Undang-undang Republik Indonesia


Nomor 29 Tahun 2004
Lembaran Negara Nomor 116
Tahun 2004 dan Tambahan
Lembaran Negara Nomor
4431 tentang Praktik
Kedokteran.

Peraturan Pemerintah Nomor 53


Tahun 2010 Lembaran
Negara Nomor 74 Tahun
2010 dan Tambahan
Lembaran Negara Nomor
5135 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil.

Anda mungkin juga menyukai