Kebangkitan Pandu HW
Kebangkitan Pandu HW
Kebangkitan HW sampai sekarang telah hampir sepuluh tahun, sebagai gerakan kepanduan
HW yang seharusnya “memimpin perubahan”, masih saja menghadapi persoalan-persoalan
internal sekaligus kendala eksternal yang sangat kuat. Bagi hampir semua organisasi, kendala
eksternal sesuatu fenomena sunnatullah, yang akan selalu terjadi, sesuatu yang tidak perlu
sangat dikawatirkan, sedangkan yang lebih berat/serius adalah segala sesuatu yang
menghambat berasal dari internal di tubuh gerakan kepanduan HW itu sendiri.
Hasil penelitian keberhasilan seseorang (65-95%) karena faktor internal pada diri seseorang
yang bersangkutan, faktor luar berpengaruh auh sedikit (5-35%). Ini berarti faktor internal
lebih dominan untuk mencapai keberhasilan-keberhasilan, hal ini menunjukkan kepada kita
untuk berhipotesis bahwa lembaga seperti gerakan kepanduan HW ini hanya akan berhasil
dengan baik oleh faktor internalnya sendiri.
Beberapa penyebab, mengapa keberhasilan gerakan HW selama ini kurang cepat dapat
dicapai. Ada kemungkinan disebabkan oleh 8 alasan sebagai berikut:
Kembali kepada kebermaknaan akan ungkapan dan tema fastabiqulkhairat, selalu berlomba-
lomba dalam berbuat kebaikan-kebaikan, maka beberapa usaha mengembalikan ruh
kehidupan kepanduan HW, perlu dilakukan dan diusahakan secara terus menerus secara
berkelanjutan:
1. Segenap unsur pimpinan dan pengurus HW baik di tingkat pusat, wilayah, daerah dan
qabilah, perlu mengembangkan kepemimpinan kolegialitasnya, kelemahan yang satu
perlu segera diisi oleh yang lain.
2. Membangun kerjasama yang lebih sinergis dengan semua lembaga, majelis dan ortom
di lingkungan Muhammadiyah.
3. Kerjasama HW dengan PTM sangatlah diperlukan. Kita sangat berharap agar PTM
berkenan dan serius bekerjasama dengan HW dalam keikut-sertaan membangun HW.
4. Gerakan kepanduan HW perlu menjalin kerjasama dengan gerakan-gerakan
kepanduan yang ada di luar negeri, untuk membuka cakrawala dan mening-katkan
mutu kepanduannya.
5. Seringnya beraudiensi dengan Pimpinan Muhammadiyah sangatlah diperlu-kan untuk
mendapatkan masukan dan mendapatkan segala bantuan yang sangat diperlukan.
6. Bismillahirrohmanirrohimi!
9. Lord Baden Powell mendirikan scouting dengan alasan yang sangat kuat, disebabkan
anak, remaja, dan pemuda (ARP) pada waktu itu tidak dalam ling-kungan sosial
masyarakat yang menguntungkan karena kebiasaan jelek dengan minuman keras,
kenakalan, dan kejahatan lainnya, disamping kurangnya pembinaan di luar sekolah
yang hanya menekankan dengan kegiatan-kegiatan akademik di sekolah. Keprihatinan
Baden Powell tersebut telah membawa kepada inovasi kepanduan, yaitu untuk
mengalihkan kebiasaan-kebiasaan ARP yang tidak baik tersebut diganti dengan
kegiatan positif dan menguntungkan melalui pendidikan karakter dengan
menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, melalui kegiatan kepanduan dengan pendekatan
3M yaitu; menarik menyenangkan dan menantang. Kegiatan 3M tersebut tidak lain
untuk memperbaiki karakter, perilaku, kebiasaan, budi pekerti dan atau akhlaq ARP.
10. Gerakan Kepanduan HW dibangkitkan oleh pertama kali oleh KH. Ahmad Dahlan
pendiri Persyarikatan Muhammadiyah pada tahun 1918, dengan mengambil nilai-nilai
positif dari scouting dunia tersebut, disesuaikan dengan misi dan tujuan-tujuan
Muhammadiyah, menutup kelemahan pendidikan formal yang dilakukan oleh
sekolah-sekolah dan ataupun lembaga pendidikan di lingkungan Muham-madiyah
yang tidak lain ditujukan agar kelak terbentuknya akhlaq luhur/mulia yang dapat
mengangkat harkat dan martabat manusia.
11. Akhlaq mulia hanya akan dapat ditunjukkan melalui karakter kemanusiaan dan hanya
dapat dimulai kalau dididikkan semenjak umur anak-anak menuju ketingkat remaja
dan pemuda, selanjutnya menjadi dewasa. Disamping itu akhlaq mulia juga hanya
akan dapat dicapai apabila menghayati dan melakukan ajaran agama Islam dengan
benar dan lurus, dengan keimanan yang benar dan dengan ketaqwaan yang tinggi
yaitu melakukan segala perintah serta menjauhi segala larangan Sang Maha Pencipta
yang tidak lain adalah Allah swt. Seseorang yang keluar dari dari keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah swt, dapat dipastikan akan tergelincir, bahkan dilecehkan
oleh orang lain dan bahkan dapat mengalami kerugiani selama-lamanya.
12. Untuk ketercapaian gerakan kepanduan HW tersebut, maka kurikulum untuk setiap
kegiatan pendidikan kepanduan HW tersebut, tidak dapat dilepaskan dari pembinaan
dan peningkatan mutu akidah Islam dengan ibadah kepada Allah swt, berhubungan
dengan sesama manusia dalam lingkungan yang lebih luas melalui kegiatan-kegiatan
kepanduan HW yang bersifat 3M (Menarik, Menyenangkan, Menantang) dengan
metoda 5Ber, yaitu bernyanyi, berceritera, bermain, berolah raga dan
berpetualang/kemah. Semuanya itu, sesungguhnya sebagai media untuk terbentuknya
akhlaq mulia pada setiap anggota pandu HW. Sebagai contoh: dalam bernyanyi:
13. Bukan karena topinya, bukan karena tandanya aku jadi pandu. Bercita-cita tinggi
mengabdi pada Ilahi/pertiwi dengan hati yang suci aku jadi pandu. HW.
14. Dengan nyanyian tersebut setiap anggota pandu HW, akan selalu ingat bahwa menjadi
pandu bukan karena topinya, bukan karena tandanya yang disandangnya, tetapi karena
ingin mengabdi kepada Allah swt (kepada Ilahi) dengan hati yang suci. Nyanyian
tersebut, semoga akan menjadi wataknya atau karakternya setiap pandu HW. Insya
Allah.