Anda di halaman 1dari 3

KEBANGKITAN PANDU HW: LEADING CHANGE

Oleh: Muhammad Taufan Khawasi

Kebangkitan Gerakan Kepanduan HW oleh Muhammadiyah pada 18 No-pember 1999,


bukan hanya sekedar disebabkan oleh timbulnya era reformasi yang menginginkan ruang
demokrasi yang lebih luas dan lebih baik, tetapi juga dise-babkan oleh beberapa alasan lain,
seperti untuk; (1) menutup kelemahan pendidikan formal yang dilakukan oleh
sekolah/lembaga pendidikan; (2) mensukseskan pendidikan non-formal (PNF) sebagai bagian
dari pendidikan nasional; (3) membangun anak, remaja dan pemuda (generasi muda) agar
terhindarkan dari perbuatan-perbuatan negatif, dan (4) mengakui kebhinekaan dan perbedaan
sebagai bentuk kenikmatan untuk saling berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan-kebaikan.
Disamping itu alasan ke 5 (lima) kebangkitan HW sangat diharapkan agar menjadi agen
perubahan, menjadi gerakan tajdid dan bahkan dapat “memimpin perubahan” khususnya
perubahan-perubahan di bidang pendidikan ARP (Anak, Remaja, Pemuda) melalui kegiatan
kepanduan agar hasil pendidikan akan lebih baik, lebih demokratis, didalamnya  saling
menghargai yang di dalam ruang lingkup  kebhinekaan. sesungguhnya sangat diharapkan.

Kebangkitan HW sampai sekarang telah hampir sepuluh tahun, sebagai gerakan kepanduan
HW yang seharusnya “memimpin perubahan”, masih saja menghadapi persoalan-persoalan
internal sekaligus kendala eksternal yang sangat kuat. Bagi hampir semua organisasi, kendala
eksternal sesuatu fenomena sunnatullah, yang akan selalu terjadi, sesuatu yang tidak perlu
sangat dikawatirkan, sedangkan yang lebih berat/serius adalah segala sesuatu yang
menghambat berasal dari internal di tubuh gerakan kepanduan HW itu sendiri.

Hasil penelitian keberhasilan seseorang (65-95%) karena faktor internal pada diri seseorang
yang bersangkutan, faktor luar berpengaruh auh sedikit (5-35%). Ini berarti faktor internal
lebih dominan untuk mencapai keberhasilan-keberhasilan, hal ini menunjukkan kepada kita
untuk berhipotesis bahwa lembaga seperti gerakan kepanduan HW ini hanya akan berhasil
dengan baik oleh faktor internalnya sendiri.

Beberapa penyebab, mengapa keberhasilan gerakan HW selama ini kurang cepat dapat
dicapai. Ada kemungkinan disebabkan oleh 8 alasan sebagai berikut:

1. Kurang dapat membangun kesadaran tentang urgensinya gerakan kepanduan HW


dibangkitkan.
2. Kurang berhasil membangun kerjasama sebagai kekuatan yang kokoh dan   optimal
melakukan kegiatan yang seharusnya sangat diperlukan.
3. Kerjasama selama ini kalau telah ada belum memberikan kebermaknaan yang tinggi
dan penuh makna.
4. Masih kurangnya usaha-usaha membangun VISI kepanduan HW padahal  ini sangat
diperlukan.
5. Tidak atau belum tampak usaha-usaha yang serius mengurangi hambatan atau
mengatasi adanya hambatan-hambatan (internal dan eksternal).
6. Perencanaan yang dianggap baik dan sistematik, tetapi tidak dan kurang dapat
berjalan dengan waktu yang telah ditentukan.
7. Kurang ada kemauan dalam membangun corporate culture, mengusahakan budaya
saling menghargai atas dasar kebersamaan dan keyakinan.
8. Kurangnya membangun corporate culture dapat dilihat dari lemahnya dalam
membangun team work/kerjasama tim di lingkungan oganisasi.
Delapan alasan penyebab kurang cepat jalannya organisasi HW sebagai gerakan kepanduan,
mungkin dapat memunculkan ide-ide yang bagus tetapi tidak dapat berjalan dengan baik,
jelas hal ini sangat merugikan gerakan kepanduan HW secara menyeluruh. Hal itu lebih
lanjut akan memberikan dampak kepada HW, kurang dapat melakukan akselerasi
(percepatan) dalam melakukan kegiatan-kegiatannya, bahkan sebaliknya mengalami
deselerasi (perlambatan), hal ini sangat merugikan HW sebagai gerakan kepanduan. Apabila
hal itu terjadi, maka pasti tidak dikehendaki oleh PP Persyarikatan Muhammadiyah, karena
telah mengusahakan dan berkenan untuk mendeklarasikannya. HW sesungguhnya diharapkan
mem-berikan nuansa-nuansa yang baru, dengan “memimpin dalam melakukan peru-bahan-
perubahan” kearah yang lebih baik dan menunjukkan keunikan tersendiri akan manfaatnya.

Kembali kepada kebermaknaan akan ungkapan dan tema fastabiqulkhairat, selalu berlomba-
lomba dalam berbuat kebaikan-kebaikan, maka beberapa usaha mengembalikan ruh
kehidupan kepanduan HW, perlu dilakukan dan diusahakan secara terus menerus secara
berkelanjutan:

1. Segenap unsur pimpinan dan pengurus HW baik di tingkat pusat, wilayah,  daerah dan
qabilah, perlu mengembangkan kepemimpinan kolegialitasnya, kelemahan yang satu
perlu segera diisi oleh yang lain.
2. Membangun kerjasama yang lebih sinergis dengan semua lembaga, majelis dan ortom
di lingkungan Muhammadiyah.
3. Kerjasama HW dengan PTM sangatlah diperlukan. Kita sangat berharap agar PTM
berkenan dan serius bekerjasama dengan HW dalam keikut-sertaan membangun HW.
4. Gerakan kepanduan HW perlu menjalin kerjasama dengan gerakan-gerakan
kepanduan yang ada di luar negeri, untuk membuka cakrawala dan mening-katkan
mutu kepanduannya.
5. Seringnya beraudiensi dengan Pimpinan Muhammadiyah sangatlah diperlu-kan untuk
mendapatkan masukan dan mendapatkan segala bantuan yang sangat diperlukan.

6. Bismillahirrohmanirrohimi!

7. GERAKAN KEPANDUAN: PENDIDIKAN KARAKTER

8. Oleh: Muhammad Bagus Khatami.

9. Lord Baden Powell mendirikan scouting dengan alasan yang sangat kuat,  disebabkan
anak, remaja, dan pemuda (ARP) pada waktu itu tidak dalam ling-kungan sosial
masyarakat yang menguntungkan karena kebiasaan jelek dengan minuman keras,
kenakalan, dan kejahatan lainnya, disamping kurangnya pembinaan di luar sekolah
yang hanya menekankan dengan kegiatan-kegiatan akademik di sekolah. Keprihatinan
Baden Powell tersebut telah membawa kepada inovasi kepanduan, yaitu untuk
mengalihkan kebiasaan-kebiasaan ARP yang tidak baik tersebut diganti dengan
kegiatan positif dan menguntungkan melalui pendidikan karakter dengan
menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, melalui kegiatan kepanduan dengan pendekatan
3M yaitu; menarik menyenangkan dan menantang. Kegiatan 3M tersebut tidak lain
untuk memperbaiki karakter, perilaku, kebiasaan, budi pekerti dan atau akhlaq ARP.

10. Gerakan Kepanduan HW dibangkitkan oleh pertama kali oleh KH. Ahmad Dahlan
pendiri Persyarikatan Muhammadiyah pada tahun 1918, dengan mengambil nilai-nilai
positif dari scouting dunia tersebut, disesuaikan dengan misi dan tujuan-tujuan
Muhammadiyah, menutup kelemahan pendidikan formal yang dilakukan oleh
sekolah-sekolah dan ataupun lembaga pendidikan di lingkungan Muham-madiyah
yang tidak lain ditujukan agar kelak terbentuknya akhlaq luhur/mulia yang  dapat
mengangkat harkat dan martabat manusia.

11. Akhlaq mulia hanya akan dapat ditunjukkan melalui karakter kemanusiaan dan hanya
dapat dimulai kalau dididikkan semenjak umur anak-anak menuju ketingkat remaja
dan pemuda, selanjutnya menjadi dewasa. Disamping itu akhlaq mulia juga hanya
akan dapat dicapai apabila menghayati dan melakukan ajaran agama Islam dengan
benar dan lurus, dengan keimanan yang benar dan dengan ketaqwaan yang tinggi
yaitu melakukan segala perintah serta menjauhi segala larangan Sang Maha Pencipta
yang tidak lain adalah Allah swt. Seseorang yang keluar dari dari keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah swt, dapat dipastikan  akan tergelincir, bahkan dilecehkan
oleh orang lain dan bahkan dapat mengalami kerugiani selama-lamanya.

12. Untuk ketercapaian gerakan kepanduan HW tersebut, maka kurikulum untuk setiap
kegiatan pendidikan kepanduan HW tersebut, tidak dapat dilepaskan dari pembinaan
dan peningkatan mutu akidah Islam dengan ibadah kepada Allah swt,  berhubungan
dengan sesama manusia dalam lingkungan yang lebih luas melalui kegiatan-kegiatan
kepanduan HW yang bersifat 3M (Menarik, Menyenangkan, Menantang) dengan
metoda 5Ber, yaitu bernyanyi, berceritera, bermain, berolah raga dan
berpetualang/kemah. Semuanya itu, sesungguhnya sebagai media untuk terbentuknya
akhlaq mulia pada setiap anggota pandu HW. Sebagai contoh: dalam bernyanyi:

13. Bukan karena topinya, bukan karena tandanya aku jadi pandu. Bercita-cita tinggi
mengabdi pada Ilahi/pertiwi dengan hati yang suci aku jadi pandu. HW.

14. Dengan nyanyian tersebut setiap anggota pandu HW, akan selalu ingat bahwa menjadi
pandu bukan karena topinya, bukan karena tandanya yang disandangnya, tetapi karena
ingin mengabdi kepada Allah swt (kepada Ilahi) dengan hati yang suci. Nyanyian
tersebut, semoga akan menjadi wataknya atau karakternya setiap pandu HW. Insya
Allah.

Anda mungkin juga menyukai