DI SUSUN OLEH:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “KEKUASAAN
DAN POLITIK ORGANISASI”.Dari makalah ini semoga dapat memberikan informasi kepada
kita semua tentang kekuasaan dan politik dalam sebuah organisasi.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada dosen mata kuliah yang bersangkutan,
dan semua pihak yang telah membantu sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini.Kami menyadari atas kekurangan kemampuan kami dalam pembuatan makalah ini,
sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila mendapatkan kritikan dan
saran yang membangun agar makalah ini selanjutnya akan lebih baik dan sempurna.
Demikian akhir kata dari kami, semoga makalah ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak dan
pembelajaran budaya khususnya dalam segi teoritis sehingga dapat membuka wawasan ilmu
budaya serta akan menghasilkan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Study tentang Kekuasaan dan Politik dalam organisasi cuma sedikit. Beberapa studi
justru menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Kekuasaan dan Politik merupakan
sesuatu yang ada dan dialami dalam kehidupan setiap organisasi tetapi agak sulit untuk
mengukurnya akan tetapi penting untuk dipelajari dalam perilaku keorganisasian, karena
keberadaannya dapat mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada dalam organisasi.
Pada saat individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu sama lain,
maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan. Kekuasaan
merupakan kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu.
Politik bukan hanya terjadi pada sistem pemerintahan, namun politik juga terjadi pada
organisasi formal, badan usaha, organisasi keagamaan, kelompok, bahkan pada unitkeluarga.
Politik merupakan suatu jaringan interaksi antarmanusia dengan kekuasaan diperoleh,
ditransfer, dan digunakan.
Politik yang dijalankan untuk menyeimbangkan kepentingan individu karyawan dan
kepentingan manajer serta kepentingan organisasi. Ketika keseimbangan tersebut
tercapai,maka kepentingan individu akan mendorong pencapaian kepentingan organisasi.
Tujuan Makalah
Adapun tujuan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui pengertian dan sumber-sumber kekuasaan
2. Dapat mengetahui taktik kekuasaan
3. Dapat mengetahui penyebab dari ketergantungan dan kekuasaan.
4. Dapat mengetahui politik dalam organisasi.
5. Dapat mengetahui etika berpolitik dalam organisasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kekuasaan
Kekuasaan (Power) biasanya mengacu pada kemampuan yang dimiliki A untuk
memengaruhi perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A. Definisi tersebut
mengimplikasikan sebuah potensi tidak perlu diaktualisasikan agar efektif dan sebuah
hubungan ketergantungan. Kemungkinan aspek terpenting dari kekuasaan adalah bahwa hal ini
merupakan fungsi ketergantungan (dependency). Apabila Semakin besar ketergantungan B
pada A, maka semakin besar pula kekuasaan A dalam hubungan tersebut.
2. Landasan Kekuasaan
a. Kekuasaan Formal
Kekuasaan formal biasanya didasarkan pada posisi seorang individu dalam sebuah
organisasi. Kekuasaan formal dapat berasal dari kemampuan diri sendiri untuk memaksa atau
memberi imabalan, atau dari wewenang formal.
b. Kekuasaan Pribadi
Merupakan kekuasaan yang berasal dari karakteristik individual mereka yang unik dan
berasal dari dalam diri. Terdapat dua basis kekuatan pribadi yaitu kekuasaan karena keahlian
dan juga kekuasaan rujukan.
2. Penyebab Ketergantungan
Ketergantungan akan meningkat apabila sumber-sumber daya yang Anda kendalikan itu
penting, langka, dan tak tergantikan.
·
Nilai Penting
Jika tak ada seorang pun menginginkan yang Anda miliki, ketergantungan pada Anda
tidak akan tercipta. Oleh Karena itu, untuk menciptakan ketergantungan, hal-hal yang Anda
kontrol haruslah hal-hal yang dipandang penting. Banyak organisasi, misalnya, secara aktif
berusaha menghindari ketidakpastian. Karenanya kita akan menemukan individu atau kelompok
yang dapat menghilangkan ketidakpastian suatu organisasi akan dipandang sebagai penguasa
sumber daya yang penting.
·
Kelangkaan
Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, jika sesuatu itu berjumlah sangat banyak,
kepemilikan atasnya tidak akan meningkatkan derajat kekuasaan Anda. Suatu sumber daya
harus bisa dilihat sebagai sesuatu yang langka guna menciptakan ketergantungan. Hal Ini
dapat membantu menjelaskan bagaimana para bawahan dalam sebuah organisasi yang
memiliki pengetahuan penting yang tidak dimiliki pemimpin mendapatkan kekuasaan atas
kelompok yang disebut terakhir ini. Kepemilikan sumber daya yang langka tersebut dalam hal
ini, pengetahuan yang penting menjadikan pemimpin bergantung pada bawahan. Hal ini juga
dapat membantu menjelaskan berbagai perilaku bawahan yang dalam cara pandang lain
tampak tidak logis , seperti menghancurkan manual prosedur yang menguraikan bagaimana
suatu pekerjaan ditunaikan, menolak untuk melatih orang lain dalam pekerjaan mereka atau
bahkan untk menunjukkan kepadanya cara yang benar dalam menjalankan pekerjaan tersebut,
menciptakan bahasa dan dan beragam istilah khusus yang menghambat orang lain untuk
memahami pekerjaan mereka, atau beroperasi secara rahasia sehingga suatu kegiatan akan
tampak lebih rumit dan sulit dibanding yang sebenarnya.
Hubungan antara kelangkaan – ketergantungan lebih jauh dapat dilihat dalam
kekuasaan yang termasuk kategori jabatan. Individu-individu yang telah memiliki jabatan di
mana persediaan personel relatif rendah dibandingkan dengan kebutuhnnya dapat
merundingkan paket-paket kompensasi dan tunjangan yang jauh lebih menarik dibanding bila
jumlah calonnya banyak. Pengelola perguruan tinggi saat ini tidak menemui masalah untuk
mencari dosen bahasa Inggris. Sebaliknya pasar untuk para guru teknik komputer sangat ketat :
permintaan memungkinkan mereka utnuk merundingkan gaji yang lebih tinggi, beban mengajar
yang lebih rendah, dan tunjangan lainnya.
·
Keadaan Tak Tergantikan
Semakin sedikitnya pengganti yang tersedia bagi suatu sumber daya, semakin besar
kekuasaan yang diberikan oleh kontrol atas sumber daya tersebut. Pendidikan yang lebih tinggi
sekali lagi menyediakan contoh yang sempurna. Di universitas-universitas di mana ada banyak
tekanan yang kuat bagi tenaga pengajar untuk menerbitkan karya mereka, kita dapat
mengatakan bahwa kekuasaan seorang kepala jurusan atas seorang tenaga pengajar
berkorelasi terbalik dengan banyaknya publikasi tenaga pengajar yang bersangkutan. Semakin
banyak pengakuan yang diterima oleh seorang tenaga pengajar tersebut melalui publikasi
karyanya, semakin leluasalah ia. Artinya, karena universitas-universitas yang lain menginginkan
tenaga pengajar yang banyak mempublikasikan karyanya dan terpandang, pemintaan akan
jasa tenaga pengajar tersebut pun meningkat. Meskipun masa kerja tenaga kerja juga turut
mengubah hubungan ini dengan cara membatasi alternatif yang dimiliki kepala jurusan, tenaga-
tenaga pengajar yang baru sedikit mempublikasikan karyanya atau tidak memiliki publikasi
sama sekali memiliki mobilitas paling kecil dan mendapat pengaruh terbesar dari atasan
mereka.
C. Taktik Kekuasaan
Taktik kekuasaan adalah suatu cara individu menerjemahkan landasan kekuasaan ke
dalam tindakan-tindakan tertentu. Di bagian ini kita akan meninjau kembali pilihan-pilihan taktik
yang populer untuk digunakan dan berbagai kondisi yang mungkin lebih efektif dibanding yang
lain. Penelitian telah mengidentifikasi sembilan macam taktik pengaruh, yaitu :
Legitimasi
Mengandalkan posisi kewenangan atau kekuasaan seseorang atau menekankan bahwa
sebuah permintaan selaras dengan kebijakan atau ketentuan dalam organisasi.
Persuasi rasional
Menyajikan argumen-argumen yang logis (masuk akal) dan berbagai bukti faktual untuk
memperlihatkan bahwa sebuah permintaan itu masuk akal.
Seruan inspirasional
Mengembangkan komitmen emosinal dengan cara-cara menyerukan nilai-nilai, kebutuhan,
harapan, dan aspirasi sebuah sasaran.
Konsultasi
Meningkatkan motivasi dan dukungan dari pihak yang menjadi sasaran dengan cara
melibatkannya dalam mengabil keputusan atau memutuskan bagaimana rencana atau
perubahan akan dijalankan.
Tukar pendapat
Memberikan imbalan atau hadiah kepada terget atau sasaran berupa uang atau penghargaan
lain sebagai ganti karena mau menaati suatu permintaan.
Seruan pribadi
Meminta kepatuhan berdasarkan persahabatan atau kesetiaan.
Tekanan
Yaitu dengan cara menggunakn peringatan, tuntutan tegas, dan ancaman.
Koalisi
Meminta bantuan orang lain untuk membujuk sasaran (target) atau menggunakan
dukungan orang lain sebagai alasan agar si sasaran tersebut setuju.
Beberapa taktik tersebut umumnya lebih efektif dari pada yang lain. Secara khusus
kebanyakan bukti menunjukan bahwa persuasi nasional, seruan inspirasional dan konsultasi
cenderung menjadi cara yang paling efektif. Sebaliknya tekanan yang lebih sering menjadi
bomerang dan paling tidak efektif diantara kesembilan taktik itu. Kita juga dapat meningkatkan
kemungkinan keberhasilan anda dengan cara menerapkan lebih dari satu jenis taktik pada saat
yang bersamaan atau secara berurutan, sepanjang pilihan-pilihan taktik anda itu selaras.
Sebagai contoh menggunakan taktik yang menyenangkan orang lain ataupun legitimasi dapat
meminimalisir reaksi negatif yang mungkin akan timbul akibat “didikte” oleh atasan.
Kesimpulannya yaitu bahwa para manager memiliki tanggung jawab untuk melindungi
karyawan merekan dari lingkungan kerja yang tak menyenangkan, tetapi mereka juga perlu
melindungi diri mereka sendiri. Para manager mungkin tidak akan menyadari bahwa salah
seorang karyawan mereka mengalami pelecehan seksual. Tetapi hal itu mungkin tidak akan
melindungi mereka atau organisasi mereka. Jika para penyelidik hukum meyakini bahwa
seorang manager sudah tahu tentang pelecehan seksual di lingkungan di bawah tanggung
jawabnya, baik si manager maupun perusahaan dapat dikenai tanggung jawab.
1. Otonomi Pekerjaan. Semakin independen karyawan dalam melakukan tugas, semakin mahir
kemampuannya dalam menerapkan pengaruh dengan tujuan mempromosikan keinginannya;
2. Masukan Keputusan. Keterlibatan dan kerjasama dalam proses pengambilan keputusan
membuat karyawan merasa terhubung dengan organisasi, suatu perasaan tanggung jawab
agar ia berfungsi lebih jauh, dan keinginan menanam andil (jasa) guna mempertahankan daya
saing organisasi. Lebih jauh lagi, terbuka kesempatan yang memungkinkan untuk
memunculkan perilaku politik yang berupaya memaksimalkan tujuan personal dan organisasi
dan meraih prestasi lewat pemberian pengaruh atas orang lain sehingga mereka akan
membantunya dalam merealisasikan tujuan individualnya maupun organisasi.
3. Kepuasan Kerja. Semakin puas seorang karyawan, maka semakin ia percaya pada
organisasi berikut seluruh proses di dalamnya sehingga keterasingannya dari pekerjaan jauh
berkurang. Kepuasan yang ia dapatkan di pekerjaan membentuk kepentingannya sendiri yaitu
memelihara status quo. Jika kepuasannya kurang maka itu akan membawa individu bertindak
dalam rangka mempengaruhi pihak lain untuk mengubah keputusan-keputusan di dalam
organisasi.
4. Status dan Prestise Pekerjaan. Status dan prestise pekerjaan berhubungan dengan opini
politik. Semakin besar keinginan untuk mengekspresikan opini, protes, dan secara aktif
mengutarakan ide-ide yang ia sukai. Tatkala pekerja punya status dan prestise profesional yang
tinggi, maka ia juga akan menuntut aset-aset yang butuh dukungan dan perlindungan. Ia tidak
hanya mengupayakan perubahan besar atas lingkungannya dan menggunakan keahlian
politiknya yang tinggi guna memelihara aset-aset pribadinya.
5. Hubungan Kerja. Hubungan yang dekat di antara satu individu dengan individu lainnya di
lokasi kerja akan membawa pada merembeskan pandangan satu sama lain di dalam
organisasi, di mana terjadi adaptasi persepsi, sikap dan perilaku politik mereka.
6. Unionisasi. Serikat pekerja akan memutar gagasan dan ide, perilaku dan kebiasaan politik
dari tingkat lingkungan kerja hingga sistem politik nasional dan vice versa (demikian
sebaliknya). Orang yang cenderung terlibat dan aktif dalam komite pekerja pada umumnya
mahir pula dalam berpolitik.
2. Praktik politik dalam organisasi
Setiap aktor termasuk manajer akan menggunakan taktik dan strategi untuk mempengaruhi
aktor lain dengan menggunakan sumber kekuasaan yang dimiliki. Secara deskriptif, beberapa
taktik yang dipakai oleh para aktor adalah sebagai berikut:
· Membentuk koalisi dengan pihak yang lain untuk meningkatkan dukungan dan sumber daya.
· Menciptakan suasana (seremoni dan simbol) untuk membentuk suatu persepsi dan perilaku
orang-orang sesuai dengan peran dan fungsinya
· Mentransformasikan kepentingan kita menjadi kepentingan pihak lain dengan mengubah
persepsi dan tindakan pihak lain
· Memperluas jumlah pemain yang terlibat dalam suatu isu yang menjadi kepentingan kita
untuk mendapatkan perhatian yang lebih luas
· Melakukan negosiasi dan tawar-menawar dengan pihak lain yang bersinggungan dengan
kepentingan kita untuk mendapatkan kompromi
Setidaknya ada terdapat tiga kriteria untuk menilai apakah cara kita bertindak etis atau
tidak etis yaitu prinsip utilitarianisme, hak dan keadilan. Prinsip utilitarianisme mengajarkan
bahwa keputusan yang telah kita ambil haruslah ’memberikan manfaat terbesar untuk jumlah
orang terbesar’. Pandangan demikian menekankan pada kinerja kelompok (kinerjaorganisasi).
Dengan kata lain, suatu pengambilan keputusan adalah dalam rangka efisiensi dan
produktivitas organisasi, bukan untuk mengambil keuntungan sepihak. Prinsip ’hak’
menekankan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan untuk mengemukakan pendapat
dan berbicara,
Sebagaimana diatur dalam Piagam Hak Asasi Manusia. Prinsip ’keadilan’
mengisyaratkan individu untuk memberlakukan dan menegakkan aturan-aturan secara adil dan
tidak berat sebelah atau pilih kasih sehingga terdapat distribusi manfaat dan biaya yang pantas.
Dalam melakukan tindakan politik, siapapun aktornya (bisa manajer atau staf) haruslah
mempunyai pedoman pada tiga kriteria etis tadi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekuasaan (Power) biasanya mengacu pada kemampuan yang dimiliki A untuk
memengaruhi perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A. Definisi tersebut
mengimplikasikan sebuah potensi tidak perlu diaktualisasikan agar efektif dan sebuah
hubungan ketergantungan. Kemungkinan aspek terpenting dari kekuasaan adalah bahwa hal ini
merupakan fungsi ketergantungan (dependency). apabila Semakin besar ketergantungan B
pada A, semakin besar pula kekuasaan A dalam hubungan tersebut.
Kekuasaan formal biasanya didasarkan pada posisis seorang individu dalam sebuah
organisasi. Kekuasaan formal dapat berasal dari kemampuan diri sendiri untuk memaksa atau
memberi imabalan, atau dari wewenang formal. Sedangkan kekuasaan pribadi merupakan
kekuasaan yang berasal dari karakteristik individual mereka yang unik terdapat dua basis
kekuatan Pribadi, yaitu kekuasaan karena keahlian dan juga kekuasaan rujukan.
Taktik Kekuasaan merupakan cara-cara individu menerjemahkan landasan kekuasaan
kedalam tindakan-tindakan tertentu. Ada Terdapat Sembilan taktik pengaruh diantaranya
legitimasi, persuasi rasional, seruan inspirasional, konsultasi, tukar pendapat, seruan pribadi,
menyenangkan orang lain, tekanan, dan koalisi.
Ketergantungan akan meningkat apabila sumber-sumber daya yang dikendalikan itu
penting, langka, dan tidak tergantikan. Koalisi merupakan sebuah kelompok informal yang diikat
bersama dengan sebuah isu yang diperjuangkan bersama. Koalisi yang berhasil terdiri dari
anggota-anggota yang sifatnya cair dan bisa berbentuk secara cepat, menjangkau isu yang
menjadi sasaran mereka, dan cepat pula bubarnya.
Perilaku Politik merupakan kegiatan yang tidak hanya dipandang sebagai bagian dari
peran formal seseorang didalam organisasi, tetapi yang memengaruhi, atau berusaha
memengaruhi, distribusi keuntungan dan kerugian di dalam organisasi. Serta terdapat faktor-
faktor yang berpengaruh atau berkontribusi terhadap perilaku politik yaitu faktor individu dan
faktor organisasi.
.