B. Etiologi
Penyebab Diabetes Melitus pada umumnya disebebkan oleh rusaknya
sebagian besar atau kecil sel betha pankreas yang berfungsi sebagai
penghasil insulin didalam tubuh, karena ada kerusakan sel betha maka
berakibat tubuh akan kekurangan insulin (Riyadi, 2012). Selain itu
terdapat juga faktor-faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya Diabetes
Melitus faktor tersebut ada yang bisa diubah dan tidak dapat diubah,
Faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu:
1. Faktor Genetik
Penyakit Diabetes Melitus dapat diturunkan oleh orangtua kepada
anak. Penyebabnya yaitu Gen orangtua akan dibawa oleh anak pada
saat anak masih didalam kandungan, pewarisan ini dapat berlanjut
sampai sampai kecucunya bahkan bisa sampai cicit walaupun
resikonya sangat kecil (Kekenusa, 2013).
2. Usia
Menurut Hardianah (2012), Diabetes Melitus mengalami peningkatan
pada usia muda dikarenakan meningkatnya kejadian obesitas pada
usia muda.
3. Gender
Meskipun sampai saat ini belum ditemukan prevalensi Diabetes
Melitus pada wanita dan pria, namun berbagai study menyatakan
bahwa ada perbedaan prevelensi antara jenis kelamin tersebut, study
yang dilakukan pencegahan dan pengendalian penyakit 2012,
menunjukan peningkatan kejadian Diabetes Melitus pada wanita
sebasar 4,8%, dan 3,2% pada pria (Hotma,2014).
4. Diabetes Melitus Gestasiaonal
Adalah suatu kondisi intoleransi terhadap glukosa yang ditemukan
pada ibu hamil dengan gangguan toleransi glukosa. Berkembangnya
GDM pada masa kehamilan menjadi faktor resiko penyebab Diabetes
Melitus (Damayanti, 2015).
Faktor resiko yang dapat diubah antara lain adalah obesitas dan gaya
hidup.
C. Klasifikasi
Diabetes Melitus dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
1. Diabetes Melitus tipe 1 (Diabetes tergantung pada insulin)
Diabetes Melitus tipe 1 terjadi akibat kerusakan dari sel beta pankreas
sehingga tubuh mengalami kekurangan insulin, sehingga penderita
Diabetes tipe 1 akan ketergantungan insuli seumur hidup, Diabetes
Melitus tipe 1 disebabkan oleh faktor genetik (keturunan) faktor
imunologik dan faktor lingkungan (Hardianah, 2013).
2. Diabetes Melitus tipe tipe 2 (Diabetes Melitus tidak tergantung pada
insulin)
Diabetes Melitus tipe 2 ini disebabkan insulin yang berada didalam
tubuh tidak bekerja dengan baik, bisa meningkat bahkan menurun ,
Diabetes tipe ini umum terjadi dikarenakan oleh faktor resikonya yaitu
malas olahraga dan obesitas, faktor yang mempengaruhi Diabetes
yaitu riwayat keluarga obesitas, gaya hidup dan usia yang lebih 65
tahun memiliki resiko tinggi (Muhlisin, 2015).
D. Patofisiologi
Kombinasi antara faktor genetic faktor lingkungan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin merupakan penyebab DM. faktor lingkungan
yang mempengaruhi seperti obesitas, kurangnya aktifitas fisik, stress dan
pertambahan umur (Kaku, 2013).
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari gula darah yang
tinggi. Jika kadar gula darah melebihi 160-180 mg/dl maka glukosa akan
dikeluarkan melalui air kemih dengan jumlah yang banyak (poliuri).
Sehingga penderita akan sering haus dan akan banyak minum (polidipsi).
Sejumlah kalori akan hilang ikut terbuang didalam air kemih sehingga
penderita akan mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasi hal ini seringkali penderita akan merasakan lapar yang
luar biasa sehingga penderita akan banyak makan dalam jumlah yang
banyak (polifagi). Gejala lainya adalah pandangan kabur, pusing, mual,
dan berkurangnya ketahanan tubuh selama beraktifitas atau olahraga.
Penderita Diabetes Melitus dengan kadar gula kurang terkontrol lebih peka
terhadap infeksi (Muttaqin, 2010).
Pada penderita Diabetes Melitus tipe 1 akan menimbulkan keadaan yang
disebut ketoasidosis diabetikum, Meskipun kadar glukosa tinggi tetapi
sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, sehingga
kebutuhan energi sel diambil dari sumber lain, sumber lain biasanya
diambi dari lemak tubuh. Sel lemak dipecah dan akan menghasilkan keton,
yang merupakan senyawa kimia beracun yang mengakibatkan darah
menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoadosis diabetikum
adalah rasa haus dan berkemih dengan jumlah yang banyak, mual, muntah,
lelah dan nyeri perut. nafas menjadi dalam dan cepat karena tubuh
berusaha memperbaiki keasaman darah, bau nafas penderita akan berbau
seperti aseton, jika tanpa pengobatan ketoadosis diabetikum bisa
berkembang menjadi koma, biasanya hanya dalam waktu beberapa jam.
Bahkan setelah rutin terapi insulin, penderita Diabetes Melitus tipe I bisa
mengalami ketoasidosis jika penderita lupa atau melewatkan penyuntikan
insulin atau penderita mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan atau
penyakit yang serius (Soegondo, 2010).
Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan
dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada
normalnya insulin akan terikat reseptor kusus pada permukaan sel. Akibat
terikatnya reseptor dengan insulin maka terjadi suatu rangkaian reaksi
dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada Diabetes
Melitus tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian
insulin tidak efektif untuk menstimulus dalam pengambilan glukosa oleh
jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang lambat maka Diabetes Melitus
tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika pasien mengalami gejala
tersebut bersifat ringan dan mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuri,
polidipsia, luka yang lama proses penyembuhanya, infeksi vagina atau
pandangan kabur (jika kadar glukosa sangat tinggi) (Andra Saferi, 2013).
Diabetes Melitus dapat membuat gangguan/komplikasi melalui kerusakan
pada pembuluh darah diseluruh tubuh yang disebut juga dengan angiopati
diabetik. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan dibagi menjadi gangguan
pembuluh darah besar (makrovaskuler) disebut dengan makroangiopati.
dan pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) disebut dengan
mikroangiopati. yang berefek terhadap saraf perifer dan suplay faskuler
gangguan pada pembuluh darah kecil dapat mengakibatkan neuropati,
dan terhambatnya suplai oksigen dan sari-sari makanan kejaringan,
sehingga bisa mengakibatkan timbulnya ulkus diabetikum, neuropati
sensori perifer memungkinkan terjadinya trauma sehingga mengakibatkan
terjadinya Gangguan integritas jaringan dibawah area kalus. (Subekti,
2012).
E. Pathway Diabetes Melitus
DM Tipe I DM Tipe
sekresi insulin
Resistensi
gangguan
pankreas
insulin,
Defisiensi insulin
Penurunan
II pemakaian glukosa
oleh sel
GANGGUAN Terjadi ulkus
INTEGRITAS
KULIT
Hiperglikemia
Luka sukar
sembuh
Trauma Glycosuria
infeksi
Jaringan Mikrovaskuler
terjauh tubuh
Penyempitan
pembuluh darah
Suplay darah &
oksigen ke jaringan
perifer menurun Gangguan
sirkulasi
Bagan 2.1: Diabetes Melitus
(Sumber: Fady, 2015)
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis utama DM berupa:
1. Kadar gula darah meningkat
Dikarenakan kerusakan sel betha pankreas yang mengakibatkan
insulin tidak dapat diproduksi dengan demikian gula darah tidak dapat
masuk dalam sel sehingga terjadi penumpukan gula darah atau disebut
juga dengan Hiperglikemia (Semiardji, 2012).
2. Poliuria
Disebut juga dengan kencing yang berlebihan disebabkan karena
kadar gula darah tidat dapat masuk dalam sel dan terjadi penumpukan
gula dalam darah (Hiperglikemia) maka ginjal akan bekerja untuk
menskresi glukosa kedalam urin yang mengakibatkan dieresis osmotik
yang memicu gangguan sering berkemih (Laniwati, 2012).
3. Polifagia (Makan yang berlebihan)
Pada Saat berkemih kalori yang berada dipembuluh darah akan ikut
hilang terbawa air kemih, penderita mengalami penurunan berat
badan, untuk mengkompensasi hal ini penderita sering merasa lapar
yang luar biasa (Perkeni, 2015).
4. Polidipsia (peningkatan rasa haus)
Disebabkan jumlah urin yang sangat besar dan keluarnya air yang
menyebabkan dehidrasi extrasel. intrasel mengikuti dehidrasi extrasel
karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan
gradient konsentrasi keplasma yang hipertonik (sangat pekat).
Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic
hormon) dan menimbulkan rasa haus (Hotma, 2014).
Menurut Hasdianah (2012) Manifestasi lain yang berlangsung berlahan dari
beberapa hari hingga beberapa minggu yaitu:
1. Rasa tebal dikulit
2. Kesemutan
3. Gatal
4. Mata kabur
5. Mudah mengantuk
6. Kulit terasa panas atau seperti di tusuk-tusuk jarum
G. Komplikasi
1. Komplikasi akut :
a) Hipoglikemia
Adalah penurunan kadar gula darah lebih rendah dari 60 mg/dl dan
akan menimbukan gejala yaitu takhicardi, mual, muntah, lapar, dan
bisa mengakibatkan penurunan kesadaran (Tjokroprawiro, 2012).
b) Diabetes Ketoasidosis
Merupakan gejala yang paling buruk dari Diabetes yang timbul
secara tiba-tiba karena adanya stres fisik seperti kehamilan atau
mengalami penyakit akut dan trauma (Lemone, 2016).
c) Hiperglikemia
Adalah sebuah perburukan dari Diabetes Melitus dapat
memperburuk suatu penyakit tetapi tidak rentan mengalami ketosis,
tetapi akan mengalami hiperglikemia berat dengan kadar glukosa
darah lebih dari 300mg/100 ml bagi penderita yang mengalaminya
(Boedisantoso, 2011).
2. Komplikasi kronik
a) Komplikasi makrovaskuler
Sebuah komplikasi yang menyerang pembuluh darah besar akibat
aterosklerotik (Hotma, 2014).
b) Komplikasi mikrovaskuler
1) Retinopati Diabetikum
Penyebabnya adalah perubahan dalam pembuluh darah kecil
yang berda diretina mata yang banyak mengandung pembuluh
darah kecil sehingga dapat memicu kebutaan jika tidak segera di
tangani.
2) Nefropati diabetikum
Adalah penyakit ginjal yang ditandai adanya albumin didalam
urine, hipertensi, edema, dan insufiensi ginjal progresif.
(Tjokroprawiro, 2012).
3) Neuropati Diabetikum
Disebabkan karena hiperglikemia yang mengakibatkan darah
menjadi kental sehingga aliran darah kepembuluh darah perifer
tidak lancar. Terdapat 2 tipe neuropati diabetikum yang sering
dijumpai yaitu polineuropati sensori dan neuropati otonom
(Hotma, 2014).
H. Penatalaksanaan
Terapi Diabetes Melitus merupakan terapi yang bertujuan untuk
menormalkan aktivitas insulin dan kadar gula darah dalam upaya
mengurangi komplikasi vaskuler dan neuropatik, Dengan tujuan kadar
gula dalam darah menjadi normal tanpa adanya gangguan yang serius pada
pola aktivitas klien (Perkeni, 2015).
Terdapat lima komponen penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu:
1. Penyuluhan atau edukasi
Edukasi kepada penderita Diabetes Melitus dengan tujuan untuk
memberikan penjelasan tentang cara memperbaiki gaya hidup yang
lebih sehat kususnya dalam pola makan dan olahraga. Penyuluhan bisa
mengguanakan media lain seperti leaflet, poster, video dan diskusi
kelompok agar lebih jelas dan mudah difahami (Suyono, 2010).
2. Latihan Fisik
Manfaat latihan fisik bagi penderita Diabetes Melitus
a) Dapat meningkatkan kepekaan insulin, apabila dilakukan 1 jam
setelah makan.
b) Memperbaiki pembuluh darah perifer dan memperlancar suplai
oksigen.
c) Dapat merangsang glikogen baru, karena kadar glukosa otot dan
hati berkurang.
d) Pembakaran asam lemak lebih baik karena kolestrol dan trigliserida
menurun (Suyono, 2010).
3. Terapi gizi
Menurut Brunner& Suddarth tahun 2012, Prinsip pengaturan gizi pada
Diabetes Melitus adalah pada gizi seimbang serta pengaturan jumlah
kalori, jenis makanan yang dianjurkan seperti :
a) Karbohidrat
Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat
kompleks (khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum
utuh, nasi beras tumbuk, sereal dan pasta/mie yang berasal dari
gandum yang masih mengandung bekatul. Karbohidrat sederhana
tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan dan
lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran atau makanan lain
daripada dikonsumsi secara terpisah.
b) Lemak
Asupan lemak yang dianjurkan sekitar 20-25% dari total kebutuhan
Kalori. Lemak jenuh<7% dari kebutuhan Kalori.
c) Protein
Makanan sumber protein nabati misal : kacang-kacangan dan biji-
bijian yang utuh dapat membantu mengurangi asupan kolesterol
serta lemak jenuh.
d) Serat
Dianjurkan makan makanan dengan serat yang tinggi dalam
1000kkl/hari serat mencapai 25g.
4. Farmakoterapi
Digunakan jika dalam upaya-upaya lain tidak dapat menyeimbangkan
kadar gula darah penderita dapat mengguanakan obat-obatan golongan
hipoglikemik dalam mengatur keseimbangan glukosa.
5. Mengontrol gula darah
Dilakukan secara rutin untuk memantau kondisi kesehatan saat
menjalankan diit dan tidak menjalanjan diit. (Tjokroprawiro, 2012).
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan didapatkan adanya glukosa urine/pemeriksaan
dilakukan dengan cara benedict (reduksi).
a) Kadar glukosa darah
Pemeriksaan darah meliputi : pemeriksaan gula darah sewaktu
(GDS) nilai normal 100-126 mg/dl, gula darah puasa 70-<100
mg/dl. Dan gula darah 2 jam post pradial <180 mg/dl (Subekti,
2012).
b) Pemeriksaan fungsi tiroid
Pemeriksaan aktifitas hormon tiroid meningkatkan glukosa darah
dan kebutuhan insulin (Srihartini, 2014).
L. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
hiperglikemia / hipoglikemia.
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
3. Berat badan lebih (Obesitas) berhubungan dengan kelebihan konsumsi
gula, sering ngemil dan sering makan makanan berminyak / berlemak
4. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan
nutrisi (kelebihan/kekurangan)
Colaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
dekstrose
2. Kolaborasi
pemberian
glukagon
Manajemen
Hiperglikemia
Observasi :
1. Identifikasi
kemungkinan
penyebab
hiperglikemia
2. Identifikasi
situasi yang
menyebabkan
kebutuhan
insulin
meningkat
3. Monitor kadar
glukosa darah
4. Monitor tanda
dan gejala
hiperglikemi
5. Monitor intake
dan output
cairan
6. Monitor keton
urine, kadar
analisa gas
darah,
elektrolit,
tekanan darah
osmotik dn
frekuensi nadi
Nursing Care :
1. Berikan asupan
cairan oral
2. Konsultasi
dengan medis
jika tanda dan
gejala
hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk
3. Fasilitasi
ambulasi jika
ada hipotensi
ortostatik
Edukasi :
1. Anjurkan
menghindari
olah raga saat
kadar glukosa
darah > 250
mg/dl
2. Anjurkan
monitor kadar
glukosa darah
secara mandiri
3. Anjurkan
kepatuhan
terhadap diet
dan olah raga
4. Ajarkan
indikasi dan
pentingnya
pengujian
keton urine
5. Ajarkan
pengelolaandia
betes
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
insulin
2. Kolaborasi
pemberian
insulin
3. Kolaborasi
pemberian
kalium
2. Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan Referensi :
tidak efektif tindakkan Sirkulasi 1. Perawatab
berhubungan keperawatan 1 x Sirkulasi
dengan 24 jam perfusi Observasi : (SIKI,
hiperglikemia perifer meningkat 1. Periksa 345)
ditandai dengan kriteria: sirkulasi perifer Mengidentifik
dengan : 1. Denyut nadi 2. Identifikasi asi dan
Gejala dan perifer faktor resiko merawat area
tanda mayor : meningkat (5) gangguan lokal dengan
DO : 2. Penyembuhan sirkulasi keterbatasan
1. Pengisian luka 3. Monitor panas, sirkulasi
kapiler > 3 meningkat (5) kemerahan, perifer.
detik 3. Sensasi nyeri atau
2. Nadi meningkat (5) bengkak pada
perifer 4. Warna kulit ekstremitas
menurun pucat
atau tidak menurun (5) Nursing Care :
teraba 5. Edema 1. Hindari
3. Akral perifer pemasangan
teraba menurun (5) infus atau
dingin 6. Nyeri pengambilan
4. Warna kulit ekstremitas darah di area
pucat menurun (5) keterbatasan
5. Turgor 7. Parastesia perfusi
kulit menurun (5) 2. Hindari
menurun 8. Kelemahan pengukuran
otot menurun tekanan darah
Gejala dan (5) pada
tanda minor : 9. Kram otot ekstremitas
DS : menurun (5) dengan
1. Parastesia 10. Bruit keterbatasan
2. Nyeri femoralis perfusi
ekstremitas menurun (5) 3. Hindari
( klaudikasi 11. Nekrosis penekanan dan
intermiten) menurun (5) pemasangan
12. Pengisian tourniquet pada
DO : kafiler area yang
1. Edema membaik (5) cedera
2. Penyembuh 13. Akral 4. Lakukan
an luka membaik (5) pencegahaninfe
lambat 14. Turgor kulit ksi
3. Indeks membaik (5) 5. Lakukan
ankle- 15. Tekanan perawatan kaki
brachial < darah sistolik dan kuku
0,90 membaik (5) 6. Lakukan
4. Bruit 16. Tekanan hidrasi
femoral darah
diastolik Edukasi :
membaik (5) 1. Anjurkan
17. Tekanan berhenti
arteri rata- merokok
rata membaik 2. Anjurkan
(5) berolah raga
18. Indeks ankle- rutin
brachial 3. Anjurkan
membaik (5) mengecek air
mandi untuk
menghindari
kulit terbakar
4. Anjurkan
menggunakan
obat penurun
tekanan darah,
antikoagulan
dan penurun
kolesterol
5. Anjurkan
minum obat
pengontrol
tekanan darah
secara teratur
6. Anjurkan
menghindari
penggunaan
obat penyekat
beta
7. Anjurkan
melakukanpera
watan kulit
yang tepat
8. Anjurkan
program
rehabilitasi
vaskular
9. Anjurkan
program diet
untuk
memperbaiki
sirkulasi
10. Informasikn
tanda dan
gejala darurat
yng harus
dilaporkan
Damayanti, S., & Kurniawan, T. (2014). Dukungan Keluarga pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 dalam Menjalankan Self- Management Diabetes Family
Support of Patients Type 2 Diabetes Mellitus in Performing Diabetes Self-
management. Jurnal Keperawatan Padjajaran, 2(1).
PPNI Tim. 2018 Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat