265 910 1 PB
265 910 1 PB
Syprianus Aristeus
Peneliti Hukum pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum
Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia
Jalan HR. Rasuna Said Kavling 4-5, Kuningan, Jakarta Selatan 12940
Telepon (021) 2525015 Faksimili (021) 2526438
Email: syprianusaristeus@gmail.com
Tulisan Diterima: 16-05-2017, Direvisi: 30-05-2017, Disetujui Diterbitkan: 02-06-2017
ABSTRACTS
In order to make national economic development growing fast and to face global economy
changes, on 27 April 2007, the government stipulated the Law Number 25/2007 on Capital
Investment replaced the Law of Foreign Investment and domestic investment to attract and
invest their capital in Indonesia. Both, it gives an incentive in customs and excises, and also
provide facility for procedures of capital investment permits. This article discusses the
implementation of one door integrated services in capital investment that in fact, it gives
easiness for investors to invest their capital in Indonesia that its implementation evidently,
uses distinct name or term by institutions that handle it. As for, its practice of capital
investment permit, in the future should provide simplicity to investors in around Indonesia
with one door integrated services by amendment or replace the Presidential Decree No.
27/2009.
Keywords: capital investment, one door integrated services
ABSTRAK
Dalam rangka mempercepat pembangunan ekonomi nasional serta menghadapi perubahan
perekonomian global, pada tanggal 27 April 2007 diterbitkan Undang-undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menggantikan Undang-undang Penanaman Modal
Asing dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri untuk menarik investasi dan
menanamkan modalnya di Indonesia. Selain memberikan insentif di bidang perpajakan dan
pabean juga memberi kemudahan dalam tata cara pemberian izin penanaman modal. Adapun
makalah ini membahas mengenai penerapan pelayanan terpadu satu pintu yang telah
memberikan kemudahan bagi investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia yang
pelaksanaannya ternyata mempergunakan nama atau istilah yang berbeda-beda oleh badan
yang menanganinya. Adapun penerapan perizinan penanaman modal di masa yang akan
datang harus dapat memberikan kemudahan kepada para penanam modal di wilayah negara
Kesatuan Republik Indonesia secara pelayanan terpadu satu pintu dengan mengubah atau
mengganti Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009.
Kata Kunci: Penanaman Modal, Pelayanan Satu Pintu
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 209
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561
PENDAHULUAN
economicially interdependent on one
Pada abad ke-21 Internasionalisasi dari another that We so live in global village".
kegiatan masyarakat dunia dalam hampir (Sunandar, 1998, 12) Riuh rendah
semua bidang akan semakin meningkat aktivitas tersebut pada akhirnya juga
dan membawa kita pada perkembangan merambah bidang hukum yang notabene
dalam gejala saling berkaitan di antara diharapkan senantiasa adaptif dan reaktif
negara-negara di dunia. Perkembangan dalam merespon segala bentuk perubahan
dalam teknologi dan pola kegiatan dan tantangan perkembangan zaman.
ekonomi membuat masyarakat di dunia Globalisasi ekonomi berarti
semakin saling bersentuhan, saling terintegrasinya ekonomi berbagai negara
membutuhkan, saling menentukan nasib menjadi satu seolah-olah tanpa dibatasi
satu sama lain, tetapi juga saling bersaing. oleh kedaulatan negara. Salah satu ciri
Hal ini terutama terlihat dalam kegiatan bisnis yang paling dominan pada
perdagangan dunia sebagai salah satu globalisasi ekonomi adalah sifatnya
bidang utama dalam kegiatan eknomi bergerak cepat, baik dalam transaksi
masyarakat di dunia, baik dalam bidang maupun pergerakan arus barang dan
perdagangan barang (trade in goods) modal. Hal ini mempengaruhi pula
maupun dalam bidang perdagangan jasa terhadap berbagai peraturan di bidang
(trade in services). Karena dalam bisnis yang dengan cepat pula mengalami
berinteraksi secara internasional satu lama perubahan.
lain dalam perdagangan dunia akan Menurut William Irwin Thomson
mengalami konflik dan perselisihan- ((Sunandar, 1998, 12), bahwa, dengan
perselisihan, maka negara-negara di dunia dukungan teknologi dan informasi
memerlukan suatu kesepakatan terhadap kecepatan perubahan tidak lagi
aturan main tertentu dalam suatu sistem menghitung abad, tahun, atau bulan, tetapi
perdagangan global. bisa terjadi setiap hari. Di berbagai
Globalisasi yang terjadi saat ini di pelosok, berlangsung transaksi bisnis
mana mengarah kepada suatu dunia seolah tanpa mengenal penghentian, mulai dari
menjadi tidak terbatas (bordeless world) penyiapan pertanahan Real Setate dan
telah menempatkan semua penduduk dunia Industrial Estate seperti halnya investasi di
dalam suatu perkampungan global, dimana bidang penanaman modal, pembentukan
menurut Kinichi Ohmae dunia terintegrasi alat produksi, penyediaan bahan baku,
tanpa batasbatas fisik. Perkembangan perlengkapan dan perangkat kerja,
dunia di era millenium III ditanda dengan pendistribusian produk dan transportasi
semakin pesatnya loncatan kemajuan darat, laut dan udara yang dibarengi
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan persetujuan asuransi, perdagangan,
(IPTEK). Perkembangan ini terasa komunikasi, pembiayaaan dan sebagainya.
semakin multi dimensi ketika dihadapkan Dalam dekade terakhir ini atau sering
pada tuntutan dan kebutuhan manusia juga disebut sebagai era globalisasi, batas
yang beragam. nonfisik antarnegara semakin sulit untuk
Kompleksitas ini semakin bertambah membedakannya dan bahkan cenderung
manakala dihubungkan dengan pola batas (borderless state). Dampak yang
interaksi bisnis yang terjalin di masyarakat sangat terasa dengan terjadinya globalisasi
modern. Implikasi ini telah mengubah yakni arus informasi begitu cepat sampai
wajah perdagangan dan perekonomian ke masyarakat.
dunia menjadi bentuk bisnis dalam Demikian juga halnya arus transportasi
perkampungan global (business in globall dari satu negara ke negara lain dapat
village). Kondisi ini dengan tepat begitu cepat dan mudah diakses oleh
digambarkan Daniel Davidson: "We are so masyarakat. Hal ini semua tentu berkat
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 211
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 213
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 215
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561
Berdasarkan hal tersebut maka suatu sistem hukum akan berjalan dengan
dalam mengupayakan kehadiran baik atau tidak.( Friedman, 1984: 5)
investor asing untuk melakukan Adapun yang ,mnejadi permasalahan
investasi di Indonesia khususnya dalam penelitian ini adalah mengapa
di daerah, Pemerintah Daerah pelayanan satu pintu dalam perizinan
seharusnya dalam menerbitkan penanaman modal di Indonesia belum
peraturan daerah menyangkut direalisasikan oleh Pemerintah
bidang investasi harus dapat sebagaimana yang diamanatkan dalam
mengacu pada ketentuan Peraturan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007
Perundang-Undangan yang ada di tentang Penanaman Modal ?
mana Peraturan Daerah tersebut Adapun tujuan penelitian dalam
tidak boleh bertentangan dengan penulisan makalah ini adalah sebagai
undang-undang di atasnya. berikut: Untuk menganalisis pelayanan
Dalam rangka pelayanan penanaman satu pintu dalam perizinan penanaman
modal, Undang-undang Nomor 25 Tahun modal di Indonesia yang belum terealisasi
2007 telah memilih cara “pelayanan oleh Pemerintah seperti yang diamanatkan
Terpadu Satu Pintu” sebagai suatu sistem dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun
pelayanan penanaman modal yang berlaku 2007 tentang Penanaman Modal
untuk seluruh wilayah Republik Indonesia
(di pusat yaitu di BKPM, di 33 provinsi KERANGKA KONSEPTUAL
dan 497 kabupaten/kota), dilayani dengan Pasal 1 butir 4 Peraturan Presiden
pelayanan prima oleh karenanya dapat Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan
memenuhi batas waktu minimal Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman
penyelesaian perizinan/SOP (Standard Modal . Pelayanan terpadu satu pintu
Operating Procedures), sehingga dapat (PTSP) merupakan kegiatan suatu
menciptakan kegiatan-kegiatan baru atau perizinan dan nonperizinan yang mendapat
melahirkan proyek-proyek yang dapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang
mengubah potensi menjadi kekuatan dari lembaga atau instansi yang memiliki
ekonomi riil yang akhirnya menciptakan kewenangan perizinan dan nonperizinan
kesejahteraan umum masyarakat yang proses pengelolaannya dimulai dari
Indonesia. tahap permohonan sampai dengan tahap
Apabila pada kenyataannya terbitnya dokumen yang dilakukan dalam
penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu satu tempat.
Pintu sebagai suatu sistem tidak/belum Dalam berbagai kepustakaan hukum
terlaksana dengan baik di seluruh wilayah ekonomi atau hukum bisnis, terminologi
Republik Indonesia berdasar ketentuan penanaman modal dapat berarti
peraturan perundang-undangan maka perlu penanaman modal yang dilakukan secara
dilihat juga dalam penelitian hal apa yang langsung oleh investor lokal (Domestic
menjadi penyebab, apakah disebabkan investor), investor asing (Foreign Direct
oleh faktor ketidaksinkronan antara Investment, FDI) dan penanaman modal
undang-undang pemerintahan daerah yang dilakukan secara tidak langsung oleh
dengan undang-undang yang mengatur pihak asing (Foreign indirect Investment,
tentang penanaman modal (koordinasi),( FII). Untuk yang terakhir ini dikenal
Menjadi pendapat umum, koordinasi dengan istilah penanaman modal dalam
mudah diucapkan, sulit dilaksanakan) atau bentuk portofolio yakni pembelian efek
karena faktor lain berupa ketidaktaatan lewat Lembaga Pasar Modal (Capital
hukum yang selama ini diisukan sebagai Market).
unsur budaya. Mencermati peran penanam modal
Dalam kaitan dengan unsur budaya cukup signifikan dalam membangun
Lawrence M. Friedman menyatakan perekonomian, tidaklah mengherankan
bahwa budaya hukum merupakan suatu jika di berbagai negara di dunia dalam
unsur yang sangat menentukan apakah dekade terakhir ini, baik negara-negara
maju maupun negara-negara berkembang
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 217
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561
berusaha secara optimal agar negaranya sangat leluasa dalam menentukan tempat
dapat menjadi tujuan investasi asing. Di berinvestasi yang tidak terlalu dibatasi
lain pihak, dari sudut pandang investor ruang geraknya. Untuk itu dalam
adanya keterbukaan pasar di era menyikapi arus globalisasi yang tentu
globalisasi membuka peluang untuk merambah ke berbagai bidang tersebut
berinvestasi di berbagai negara. Tujuannya maka, peraturan perundang-undangan
sudah jelas yakni bagaimana mencari investasi asing langsung (FDI) di berbagai
untung, sedangkan negara penerima modal negara pun terus diperbarui sesuai dengan
berharap ada partisipasi penanam modal perkembangan dunia bisnis yang semakin
atau investor dalam pembangunan mengglobal. (Berbagai bentuk peraturan
nasionalnya. Mengingat ada perbedaan perundang-undangan investasi di
sudut pandang antara investor dengan berbagai negara dapat dilihat dalam
penerima modal, dirasakan perlu untuk 'Investment Laws Of The World, Volume
mengakomodasikan kedua kepentingan I -X", yang dihimpun oleh International
tersebut dalam suatu norma yang jelas. Centre For Settlement Of Investment
Sebagaimana dikemukakan oleh Disputes (ICSID) Diterbitkan oleh
Sumantoro: Oceana Publications, inc/Dobbs Ferry,
"Motif dari investor dalam New York, Maret 2004. Ketentuan
menanamkan modal adalah mencari tentang hukum .nvestasi Indonesia,
untung. Untuk itu, perlu dicari dijabarkan dalam volume iv, yang
hubungan antara motif investor memuat antara ain UU No.1 Tahun
mencari untung dengan tujuan negara 1967 sebagaimana telah diubah dengan
penerima modal yakni usaha untuk UU No. 11 Tahun 1970; PP. No. 20
mencapai tujuan pembangunan Tahun 1994)
nasionalnya. Agar investor mau Dengan kata lain dalam perspektif,
menanamkan modalnya maka dunia bisnis tidak lagi mengenal sekat-
pemerintah harus menyediakan sarana sekat atau batas negara. Tidak kalah
dan prasarana serta fasilitas lainnya. pentingnya, ikut andil dalam perubahan
Sebagai konsekuensi, maka pemerintah kebijakan investasi asing adalah pesatnya
perlu menyelenggarakan perencanaan perkembangan teknologi di berbagai
dengan mantap, termasuk menetapkan sektor, khususnya di sektor informasi. Hal
kebijakan pelaksanaan dan pengawasan ini telah menimbulkan ekspansi
yang efektif sehingga tercapai tujuan perusahaan-perusahaan multinasional
pembangunan nasional. Dengan terutama di bidang jasa keuangan.
pendekatan ini, maka peran investor Menyikapi hal ini, maka sejumlah negara
dapat diarahkan ke prioritas pun melakukan kebijakan liberalisasi di
pembangunan. Dengan pendekatan bidang investasi, antara lain membuka
semacam ini, maka teori pembangunan seluas-luasnya bidang usaha yang dapat
merupakan satu proses kerjasama dan dimasuki oleh investor asing yang
bukan masalah ketergantungan dan sebelumnya tertutup. Selain itu prosedur
bukan pula masalah pertentangan untuk berinvestasi pun disederhanakan.
kepentingan."(Sumantoro, 1990:59.) (BPHN, 1996:7)
Untuk menyatukan antara kepentingan Era globalisasi dan liberalisasi
investor dengan negara penerima- perdagangan mewarnai milenium baru
penerima modal harus disadari tidak (abad 21). Dunia usaha terasa ibarat
mudah. Artinya apa bila negara penerima sebuah dusun global (global village).
modal terlalu ketat dalam menentukan Adanya kemajuan dalam bidang ilmu
syarat penanaman modal investor, pengetahuan, telekomunikasi, teknologi
mungkin saja para investor tidak akan informasi, jaringan transportasi, dan
datang lagi bahkan bagi investor yang sektor-sektor kehidupan lainnya
sudah ada pun bisa jadi akan merelokasi menyebabkan arus informasi semakin
perusahaannya. Disebut demikian, karena mudah dan lancar mengalir antarindividu
di era globalisasi ini, para pemilik modal atau kelompok. Batas-batas geografis
maupun negara sudah tidak signifikan lagi. penelitian yuridis normatif, maka
Akibatnya konsumen semakin terdidik dan penelitian ini berbasis pada analisis
banyak menuntut. Tuntutan konsumen ini terhadap norma hukum, baik hukum dalam
antara lain: arti law as it is written in the books and
1. Produk berkualitas tinggi ( high statutes (dalam literatur dan peraturan-
quality); 2. Harga yang wajar (fair perundang-undangan). (Dworkin, 1973
price) disertai dengan cara pembayaran :250)
yang lunak dan alternatif pembayaran Penelitian hukum normatif terhadap
yang mudah; 3. Penyerahan produk sisi normatif hukum sebagai ilmu praktis
yang cepat (fast delivery); 4. Layanan normologis (dalam hal ini pembahasan
khusus (special service); 5. Produk mengenai adanya tumpang tindih
yang memiliki tingkat fleksibilitas yang Peraturan Daerah di bidang investasi, serta
tinggi (high flexibility): 6.Akrab terdapat pula diskriminasi terhadap
dengan pemakai (user friendly). investor asing, menggambarkan
(Chandra. : 1.) bagaimana proses terjadinya suatu
Jadi di sini terlihat adanya kemajuan keputusan hukum, bagaimana pihak-pihak
dalam bidang teknologi yang dapat terkait mengisi suatu kekosongan hukum,
membawa dampak cukup luas dalam dunia menjelaskan norma-norma yang kabur,
bisnis. Artinya, semakin mengglobalnya mempersempit pengertian suatu aturan
dunia bisnis, maka aliran modal pun akan hukum agar dapat diterapkan pada suatu
ccpat berpindah dari satu tempat ke tempat peristiwa konkrit yang memerlukan
lain. Modal akan berhenti atau tepatnya penyelesaian hukum, bahkan menemukan
investor akan menanamkan modalnya di aturan hukum. (Ibrahim, 2007:237)
tempat yang peluang investasinya cukup Metode yang dipergunakan dalam
kondusif. Salah satu faktor yang dijadikan penelitian ini adalah metode deskriptif
parameter untuk menilai apakah tempat analitis dengan pendekatan utamanya
berinvestasi kondusif atau tidak, yakni yuridis normatif. Deskriptif analitis berarti
adanya kepastian hukum. Artinya, apakah menggambarkan dan melukiskan sesuatu
pelaku usaha dalam menjalankan usahanya yang menjadi obyek penelitian secara
dijamin oleh peraturan perundang- kritis melalui analisis yang bersifat
undangan yang jelas. Oleh karena itu, kualitatif. Oleh karena yang ingin dikaji
tantangan yang dihadapi oleh Indonesia berada dalam ruang lingkup ilmu hukum,
yang sudah ada di depan mata yakni maka pendekatan normatif tersebut,
bagaimana menciptakan iklim investasi meliputi: asas-asas hukum, sinkronisasi
yang kompetitif dengan negara-negara lain peraturan perundang-undangan, baik
yang juga tengah berupaya untuk menarik secara vertikal maupun horizontal,
investor masuk ke negaranya. sistematika hukum, inventarisasi hukum
Adapun bentuk atau model investasi positif, termasuk usaha penemuan hukum
ada beberapa versi, sebagaimana yang inconcreto. (Soekanto & Sri Mamudji,
dikemukakan oleh Michael J. Trebilcock 1985: 4-15.)
dan Robert Howse, (Trebilcock dan
Robert Howse. 1995.,130) investasi Analisis Data, adapun bahan hukum
langsung asing biasanya menggunakan yang diperoleh dari penelitian kepustakaan
satu dari tiga bentuk berikut: pemberian tersebut kemudian dianalisis dengan cara:
dana modal misalnya dalam joint venture a. Bahan hukum primer, sekunder dan
atau pabrik baru; investasi baru untuk tersier yang diperoleh, disusun
pendapatan perusahaan, dan peminjaman secara sistematis untuk memperoleh
jaringan melalui perusahaan induk atau gambaran yang jelas dan
partnernya. komprehensif.
b. Kemudian ketiga bahan hukum
METODE PENELTIAN tersebut dianalisis secara yuridis dan
Penelitian ini merupakan suatu historis. Secara yuridis meliputi
penelitian yuridis normatif. Sebagai suatu kajian hukum bisnis.
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 219
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561
c. Setelah analisis terhadap ketiga yang lain dalam suatu sistem hukum.
bahan hukum tersebut selesai Kedua, substance. Berkaitan dengan
dilakukan, maka hasil analisis yang substance, Friedman menyatakan:
diperoleh berdasarkan penelitian "The second type of component can be
kepustakaan, dicocokkan dengan called substantive. These are the actual
data primer atau bahan yang bersifat products of the legal system-what the
non hukum, yaitu: berupa hasil judges, for example, actually say and
wawancara dari para narasumber, do. Substance includes, naturally,
sehin.gga dari keduanya dapat enough, those propositions referred to
ditarik suatu kesimpulan mengenai as legal rules; realistically, it also
permasalahan yang diteliti, includes rules which are not written
khususnya berdasarkan pokok down, those regulaties of behavior that
permasalahan yang diajukan dalam could he reduced to general statement.
penelitian ini.(Marzuki, :172-202) Every decision, too, is a substantive
product of the legal system, as is every
PEMBAHASAN doctrine announced in court, or
A. Pengertian enacted by legislature, or adopted by
Mengacu kepada sistem hukum agency of government.”( Friedman,
sebagaimana dikemukakan oleh Lawrence 1969: 27)
M. Friedman, setiap sistem hukum selalu Uraian Friedman di atas menunjukkan
mengandung tiga unsur, yaitu structure, bahwa substansi hukum meliputi hasil
substance dan legal culture.( Friedman, dari structure yang diantaranya meliputi
1984:7) peraturan perundang-undangan,
Pertama, structure. keputusan-keputusan dan doktrin.
"First many features of a working legal Substansi hukum sebagai suatu aspek dari
system can be called structural the sistem hukum merupakan refleksi dari
moving parts, so speak of-the machine aturan-aturan yang berlaku, norma dan
Courts are simple and obvious perilaku masyarakat dalam sistem
example; their structures can be tersebut.
described; a panel of such and such Ketiga, budaya hukum (legal culture).
size, sitting at such and such a time, "Legal culture can be defined as
which this or that limitation on those attitudes and values that
jurisdiction. The shape size, and power related to law and the legal system,
of legislature is another element together with those attitudes and
structure. A written constitution is still values affecting behavior related to
another important feature in structural law and its institution, either
landschape of law It is, or attempts to positevely or negatively. Love of
be, the expression or blueprint of basic litigation, or a hatred of it, is part
features of the country's' legal prosess, of the legal culture, as would be
the organization and framework attitudes toward child rearing in so
of government. ".( Friedman, 1984:29) far as these attitudes affect
Uraian Friedman di atas menunjukkan behavior which is at least
bahwa structure sebagai bagian dari sistem nominally governed by Law. The
hukum meliputi institusi-institusi yang legal culture, then is general
diciptakan oleh sistem hukum mencakup expression for the way the legal
judikatif (pengadilan), legislatif dan system fits into the culture of the
eksekutif. Komponen struktur hukum general society. "
merupakan representasi dari aspek Uraian Friedman di atas menunjukkan
institusional yang memerankan bahwa legal culture meliputi pandangan,
pelaksanaan hukum dan pembuatan sikap atau nilai yang menentukan
undang-undang. Struktur dalam bekerjanya sistem hukum. Pandangan dan
implementasinya merupakan sebuah sikap masyarakat terhadap budaya hukum
keseragaman yang berkaitan satu dengan sangat bervariasi, karena dipengaruhi sub
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 221
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561
berorientasi pada pembangunan lebih hak milik, insentif tidak akan cukup untuk
berhasii dalam membangun infrastluklur, mendorong adanya pertumbuhan.
mobilisasi kapital, mengakumulasi dana
yang diperlukan untuk B. Pengaturan Dalam Peraturan
industrialisasi.(Schlosser, Siegel and Perundang-undangan
Samuel Huntington, 1965: 386-430.) 1. Ketentuan yang mengatur.
Selain itu, untuk menganalisa data yang Indonesia sebagai Negara hukum
akan digunakan dalam menjawab berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945
permasalahan-permasalahan tersebut di mengandung ide Negara Kesejahteraan
atas, penelitian ini juga menggunakan (welfare state). Dalam pembukaan
pendapat Douglass Nort yang menyatakan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila
bahwa hukum harus jelas, dapat menyebutkan bahwa Negara
diprediksi, transparan, dan menjamin menyelenggarakan kesejahteraan umum
adanya kepastian dalam penegakan hukum dan keadilan bagi seluruh rakyatnya.
(predictability of enforcement). Undang-Undang Nomor 25 Tahun
(Schlosser, Siegel and Samuel 2007 tentang Penanaman Modal bertujuan
Huntington, 1965:386-430.) untuk mengundang para penanam modal
Teori-teori hukum di atas menunjukkan agar melakukan investasi di Indonesia
adanya fenomena yang saling dalam rangka mencapai kemakmuran dan
mempengaruhi antara hukum, ekonomi kesejahteraan masyarakat yang sebesar-
dan politik. Fenomena semakin menguat besarnya serta tujuan dari Negara hukum,
di negara-negara maju ketika kapitalisme maka investasi diarahkan untuk mencakup
berkembang dengan konsep pertumbuhan keadilan sebagai asas Kepastian Hukum
yang mengajukan suatu ide bahwa ada baik mengenai kaidahnya, lembaganya
hubungan yang erat antara kebebasan maupun proses dalam pemberian
ekonomi dan politik. Ada asumsi bahwa perizinan. Untuk itu Undang-Undang
rezim yang represif dapat lebih menarik Nomor 25 Tahun 2007 mengamanatkan
daripada rezim demokrasi yang baru tetapi bahwa semua kegiatan wajib memiliki
labil. (Tom Ginsburg, 2000:59) izin yang diperoleh secara pelayanan
Para ekonom bertambah banyak terpadu satu pintu, kecuali ditetapkan lain
mempelajari pentingnya hukum bagi oleh undangundang. Amanat ini ditindak
pertumbuhan ekonomi karena beberapa lanjuti dengan peraturan pelaksanaan
alasan. Faktor investasi dan produktivitas melalui Peraturan Pemerintah Nomor 38
kerja jelas kritikal untuk pertumbuhan Tahun 2007 tentang Pembagian
ekonomi dan bagaimana faktor ini dapat Kewenangan antara Pemerintah (Pusat),
didorong untuk menyumbang kepada Provinsi dan Kabupaten/Kota dan
pertumbuhan ekonomi. Ada yang Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009
berpendapat bahwa peraturan sukarela tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di
dapat menggantikan peran struktur hukum Bidang Penanaman Modal.
atau budaya lokal yang berbeda dan lebih 2. Pembagian Kewenangan Urusan
penting secara ekonomi daripada institusi Penanaman Modal dan
hukum yang baru. Teori ekonomi Penyelenggaraan PTSP di Bidang
mengatakan dengan asumsi bahwa Penanaman Modal.
individu akan melakukan investasi untuk Undang-Undang Nomor 25 Tahun
pertumbuhan ekonomi apabila ia 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 38
mendapatkan imbalan dan investasi Tahun 2007 telah membagi kewenangan
tersebut. Kemampuan untuk mendapatkan antara Pemerintah (Pusat), Provinsi dan
imbalan ekonomi tersebut dari suatu Kabupaten/Kota. Untuk menjamin
investasi tidaklah berjalan secara otomatis. kepastian hukum dan kepastian berusaha,
Untuk mencapai hasil yang optimal ketentuan peraturan perundang-undangan
adanya pengakuan terhadap hak milik tersebut membagi kewenangan
yang spesifik dan penegakan hak milik penyelenggaraan urusan penanaman modal
yang tidak mahal. Tiadanya pengakuan sebagai berikut :
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 223
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 225
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561
Surat Edaran Bersama ini ada sebanyak 533 buah. Berdasarkan hasil
memegang peranan penting dalam penelitian tersebut maka penerapan
pelayanan penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu di bidang
dijadikan pedoman bersama dalam penanaman modal belum terlaksana di
penyelenggaraan pelayanan di bidang seluruh provinsi, kabupaten/kota. Selain
penanaman modal di daerah. Hal ini itu instansi pelaksana perizinan
menjadi salah satu pembahasan yang penanaman modal secara pelayanan
mengakibatkan/mendukung bahwa terpadu satu pintu tidak sama di seluruh
peraturan pelaksanaan dari Undang- provinsi, kabupaten dan kota. Demikian
Undang Penanaman Modal Nomor 25 Penerapan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Tahun 2007 yaitu Peraturan Presiden berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 27
Nomor 27 Tahun 2009 kelihatannya Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu
semakin tidak menjamin kepastian Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal.
dalam pembentukan/penetapan instansi a. Pembagian kewenangan dan sistem.
Penye-lenggara Pelayanan Terpadu Pembagian Kewenangan telah
Satu Pintu (PPTSP) di Bidang dilakukan melalui Peraturan
Penanaman Modal. Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007,
5. Jumlah/hitungan Provinsi, Undang-Undang Nomor 25 Tahun
Kabupaten/ Kota. 2007 juga telah menetapkan " sistem"
Sampai dengan Tahun 2012, perizinan yang digunakan adalah
berdasarkan data dari Badan Pusat Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
Statistik (BPS), terdapat 33 provinsi,497 serta ditetapkannya bidang usaha yang
Kabupaten/kota dan 3 Kawasan Berikat tertutup dan terbuka yang menjamin
(KPBPB) (data terlampir, lampiran 3). kepastian hukum (certainty).
Badan Koordinasi Penanaman Modal, Kewenangan dan sistem sudah berjalan
Provinsi dan Kabupaten/Kota (yang sudah dengan baik oleh instansi-instansi (di
menyelenggarakan pelayanan terpadu satu provinsi dan kabupaten/kota) yang
pintu) apabila menerbitkan perizinan sudah menyelenggarakan pelayanan
sesuai kewenangan (berdasar Peraturan terpadu satu pintu, akan tetapi
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang penyelenggara PTSP belum sama di
Pembagian Kewenangan), maka setiap daerah..
pemberian kode wilayah dalam penomoran b. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun
perizinan tersebut adalah berdasarkan data 2009.
Badan Pusat Statistik. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun
Badan Koordinasi Penanaman Modal 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu
di Jakarta memiliki data penyelenggaraan Pintu di Bidang Penanaman Modal
pelayanan terpadu satu pintu di bidang yang merupakan peraturan
penanaman modal sampai dengan pelaksanaan dari Undang-Undang
Desember 2012 tentang provinsi, Nomor 25 Tahun 2007 tentang
kabupaten/kota yang oleh Undang-Undang Penanaman Modal menetapkan bahwa
Nomor 25 Tahun 2007 dan peraturan penyelenggara pelayanan terpadu satu
pelaksanaannya berupa Peraturan Presiden pintu di Provinsi adalah Perangkat
Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Daerah Provinsi
Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Bidang Penanaman Modal (PDPPM),
Modal mengamanatkan agar dan di Kabupaten/Kota adalah
menyelenggarakan pelayanan terpadu satu Perangkat Daerah Kabupaten/Kota
pintu di bidang penanaman modal. Adapun Bidang Penanaman Modal (PDKPM).
jumlah provinsi berdasarkan data pada saat Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun
itu ada sebanyak 33 buah, kabupaten ada 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu
sebanyak 399 buah, kelompok kawasan Pintu di Bidang Penanaman Modal
sebanyak 3 buah, kota ada sebanyak 98 sesungguhnya juga telah mengikuti
buah. Dengan demikian jumlah seluruhnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun
(provinsi, kabupaten, kawasan, dan kota) 2007 serta Peraturan Pemerintah
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 227
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561
Nomor 38 Tahun 2007 itu, akan tetapi Perizinan Terpadu (BPPT). Di Provinsi
menetapkan bahwa penyelenggara Sumatera Utara Badan Pelayanan
perizinan penanaman modal itu adalah Perizinan Terpadu (BPPT) menangani
Perangkat Daerah Provinsi Bidang pelayanan terpadu satu pintu versi
Penanaman Modal (PDPPM) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Perangkat Daerah Kabupaten/Kota Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Bidang Penanaman Modal (PDKPM) Perizinan Daerah (seperti IMB, HO,
(apapun namanya), bukan merupakan Izin Pesta, Izin Dokter, Pembuatan
organisasi, mengakibatkan instansi KTP, dll). Di Provinsi Jawa Barat
yang menangani perizinan penanaman Badan Koordinasi Promosi dan
modal di Provinsi/Kabupaten dan Kota Penanaman Modal Daerah (BKPPMD)
ditangani oleh instansi yang tidak menangani kegiatan promosi,
sama. Oleh karenanya penanganan pengawasan pengendalian penanaman
perizinan penanaman modal masa yang modal, sedang hal tersebut di Provinsi
akan datang (perspektif) dalam rangka Sumatera Utara ditangani di Badan
pembangunan perekonomian Indonesia Penanaman Modal dan Promosi
dilakukan oleh Badan Penanaman (BPMP). (Sondang Simbolon,
Modal (sistem tetap sama yaitu secara 2014:151)
pelayanan terpadu satu pintu), dan
tidak hanya menangani perizinan, tetapi KESIMPULAN
sekaligus menangani kegiatan Belum semua Provinsi,
penanaman modal lainnya seperti Kabupaten/Kota telah menyelenggarakan
Promosi Penanaman Modal, pelayaan terpadu satu pintu di bidang
Perencanaan Penanaman Modal, penanaman modal.
Kerjasama Penanaman Modal dan Dari 33 provinsi 5 (lima) provinsi
Pengendalian Pelaksanaan Penanaman belum menyelenggrakan PTSP, dari 399
Modal. kabupaten baru 30 (tiga puluh) kabupaten
c. Berdasarkan pada data yang terdapat di yang menyelenggarakannya dan dari 98
BKPM Jakarta. kota baru merealisasikan PTSP sebanyak
Dari hasil penelitian/survey di Badan 11 kota. Bagi yang sudah
Koordinasi Penanaman Modal, menyelenggarakan PTSP sistemnya sudah
Jakarta, diperoleh data bahwa instansi baik, akan tetapi dalam pelaksanaannya di
penyelenggara pelayanan terpadu satu Provinsi, Kabupaten dan Kota tidak
pintu berbeda-beda, nomenklatur pun menetapkan Badan (nomenklatur pun
tidak sama, tugas dan fungsinya pun berbeda) yang akan menyelenggarakan
tidak sama. Penulis berpendapat, Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Undang-
penetapan nama yang tidak beraturan Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
serta tugas dan fungsi yang tidak Penanaman Modal dan Peraturan
sama sangat tidak menciptakan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
suasana kondusif yang justru sangat tentang Pembagian Kewenangan sudah
diperlukan di bidang investasi. baik, namun badan yang melaksanakan
d. Penelitian/Survey di beberapa Provinsi. penyelenggaraan PTSP tidak sama
Dari hasil penelitian/survey yang mengakibatkan pelayananpun tidak sama,
dilakukan secara langsung di beberapa berpengaruh pula terhadap pencapaian
provinsi diantaranya di Provinsi target investasi/kesejahteraan masyarakat.
Sumatera Utara dan Provinsi Jawa Penanganan perizinan penanaman
Barat diperoleh data bahwa urusan modal di seluruh daerah di Indonesia di
penanaman modal berdasar Undang- masa yang akan datang akan lebih baik
Undang Nomor 25 Tahun 2007 di apabila dilakukan oleh Badan Penanaman
Provinsi Sumatera Utara ditangani oleh Modal, Provinsi dan Kabupaten/Kota
Badan Penanaman Modal dan Promosi yang merupakan perpanjangan tangan
(BPMP), sedang di Provinsi Jawa Barat Pemerintah Pusat, bukan dilakukan oleh
hal itu ditangani oleh Badan Pelayanan Perangkat Daerah Bidang Penanaman
SARAN
Agar Peraturan Presiden Nomor 27
Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu
Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal
yang merupakan peraturan pelaksanaan
dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 diubah/direvisi. Penyelenggara
Pelayanan Terpadu Satu Pintu agar
seragam di seluruh wilayah Republik
Indonesia, yaitu dilakukan oleh Badan
Penanaman Modal Provinsi,
Kabupaten/Kota.
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 229
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561