Anda di halaman 1dari 22

p-ISSN 1410-5632

Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

GLOBALISASI, PERDAGANGAN BEBAS, PENANAMAN MODAL DAN


PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
(Globalization, Free Trade, Capital Investment, And One Door Integrated Services)

Syprianus Aristeus
Peneliti Hukum pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum
Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia
Jalan HR. Rasuna Said Kavling 4-5, Kuningan, Jakarta Selatan 12940
Telepon (021) 2525015 Faksimili (021) 2526438
Email: syprianusaristeus@gmail.com
Tulisan Diterima: 16-05-2017, Direvisi: 30-05-2017, Disetujui Diterbitkan: 02-06-2017

ABSTRACTS
In order to make national economic development growing fast and to face global economy
changes, on 27 April 2007, the government stipulated the Law Number 25/2007 on Capital
Investment replaced the Law of Foreign Investment and domestic investment to attract and
invest their capital in Indonesia. Both, it gives an incentive in customs and excises, and also
provide facility for procedures of capital investment permits. This article discusses the
implementation of one door integrated services in capital investment that in fact, it gives
easiness for investors to invest their capital in Indonesia that its implementation evidently,
uses distinct name or term by institutions that handle it. As for, its practice of capital
investment permit, in the future should provide simplicity to investors in around Indonesia
with one door integrated services by amendment or replace the Presidential Decree No.
27/2009.
Keywords: capital investment, one door integrated services

ABSTRAK
Dalam rangka mempercepat pembangunan ekonomi nasional serta menghadapi perubahan
perekonomian global, pada tanggal 27 April 2007 diterbitkan Undang-undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menggantikan Undang-undang Penanaman Modal
Asing dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri untuk menarik investasi dan
menanamkan modalnya di Indonesia. Selain memberikan insentif di bidang perpajakan dan
pabean juga memberi kemudahan dalam tata cara pemberian izin penanaman modal. Adapun
makalah ini membahas mengenai penerapan pelayanan terpadu satu pintu yang telah
memberikan kemudahan bagi investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia yang
pelaksanaannya ternyata mempergunakan nama atau istilah yang berbeda-beda oleh badan
yang menanganinya. Adapun penerapan perizinan penanaman modal di masa yang akan
datang harus dapat memberikan kemudahan kepada para penanam modal di wilayah negara
Kesatuan Republik Indonesia secara pelayanan terpadu satu pintu dengan mengubah atau
mengganti Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009.
Kata Kunci: Penanaman Modal, Pelayanan Satu Pintu

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 209
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

PENDAHULUAN
economicially interdependent on one
Pada abad ke-21 Internasionalisasi dari another that We so live in global village".
kegiatan masyarakat dunia dalam hampir (Sunandar, 1998, 12) Riuh rendah
semua bidang akan semakin meningkat aktivitas tersebut pada akhirnya juga
dan membawa kita pada perkembangan merambah bidang hukum yang notabene
dalam gejala saling berkaitan di antara diharapkan senantiasa adaptif dan reaktif
negara-negara di dunia. Perkembangan dalam merespon segala bentuk perubahan
dalam teknologi dan pola kegiatan dan tantangan perkembangan zaman.
ekonomi membuat masyarakat di dunia Globalisasi ekonomi berarti
semakin saling bersentuhan, saling terintegrasinya ekonomi berbagai negara
membutuhkan, saling menentukan nasib menjadi satu seolah-olah tanpa dibatasi
satu sama lain, tetapi juga saling bersaing. oleh kedaulatan negara. Salah satu ciri
Hal ini terutama terlihat dalam kegiatan bisnis yang paling dominan pada
perdagangan dunia sebagai salah satu globalisasi ekonomi adalah sifatnya
bidang utama dalam kegiatan eknomi bergerak cepat, baik dalam transaksi
masyarakat di dunia, baik dalam bidang maupun pergerakan arus barang dan
perdagangan barang (trade in goods) modal. Hal ini mempengaruhi pula
maupun dalam bidang perdagangan jasa terhadap berbagai peraturan di bidang
(trade in services). Karena dalam bisnis yang dengan cepat pula mengalami
berinteraksi secara internasional satu lama perubahan.
lain dalam perdagangan dunia akan Menurut William Irwin Thomson
mengalami konflik dan perselisihan- ((Sunandar, 1998, 12), bahwa, dengan
perselisihan, maka negara-negara di dunia dukungan teknologi dan informasi
memerlukan suatu kesepakatan terhadap kecepatan perubahan tidak lagi
aturan main tertentu dalam suatu sistem menghitung abad, tahun, atau bulan, tetapi
perdagangan global. bisa terjadi setiap hari. Di berbagai
Globalisasi yang terjadi saat ini di pelosok, berlangsung transaksi bisnis
mana mengarah kepada suatu dunia seolah tanpa mengenal penghentian, mulai dari
menjadi tidak terbatas (bordeless world) penyiapan pertanahan Real Setate dan
telah menempatkan semua penduduk dunia Industrial Estate seperti halnya investasi di
dalam suatu perkampungan global, dimana bidang penanaman modal, pembentukan
menurut Kinichi Ohmae dunia terintegrasi alat produksi, penyediaan bahan baku,
tanpa batasbatas fisik. Perkembangan perlengkapan dan perangkat kerja,
dunia di era millenium III ditanda dengan pendistribusian produk dan transportasi
semakin pesatnya loncatan kemajuan darat, laut dan udara yang dibarengi
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan persetujuan asuransi, perdagangan,
(IPTEK). Perkembangan ini terasa komunikasi, pembiayaaan dan sebagainya.
semakin multi dimensi ketika dihadapkan Dalam dekade terakhir ini atau sering
pada tuntutan dan kebutuhan manusia juga disebut sebagai era globalisasi, batas
yang beragam. nonfisik antarnegara semakin sulit untuk
Kompleksitas ini semakin bertambah membedakannya dan bahkan cenderung
manakala dihubungkan dengan pola batas (borderless state). Dampak yang
interaksi bisnis yang terjalin di masyarakat sangat terasa dengan terjadinya globalisasi
modern. Implikasi ini telah mengubah yakni arus informasi begitu cepat sampai
wajah perdagangan dan perekonomian ke masyarakat.
dunia menjadi bentuk bisnis dalam Demikian juga halnya arus transportasi
perkampungan global (business in globall dari satu negara ke negara lain dapat
village). Kondisi ini dengan tepat begitu cepat dan mudah diakses oleh
digambarkan Daniel Davidson: "We are so masyarakat. Hal ini semua tentu berkat

210 Globalisasi, Perdagangan Bebas, Penanaman Modal... (Sypriamus Aristeus)


p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

dukungan teknologi yang terus digunakan Pendapat senada diungkapkan oleh


dan dikembangkan oleh para ahlinya. Rusdin:
Dengan semakin dekatnya batas antara "Salah satu kritik terhadap globalisasi
satu negara dengan negara lain peluang adalah meningkat nya ketergantungan
untuk berinvestasi, terlebih lagi hampir antara ekonomi global, kekuatan
semua negara dewasa ini sudah membuka ekonomi yang menggantikan dominasi
diri bagi investor asing sangat terbuka pemerintah dan memfokuskan kearah
luas. Oleh karena itu tidaklah berlebihan, organisasi perdagangan bebas (WTO).
jika pakar ekonomi Dorodjatun Kuntjoro- Ketika dunia ini menjadi satu pasar
Jakti mengemukakan: berakibat pada semakin kuatnya
"Meningkatnya perekonomian di interpedensi atau saling ketergantungan
banyak negara ini, sebagai akibatnya antara satu negara dengan negara
adalah "interdepedensi" pada akhirnya lainnya yang sama-sama mempunyai
menciptakan derajat keterbukaan kedaulatan nasional. Jadi yang
ekonomi yang semakin tinggi di dunia, sebenarnya terjadi bukanlah satu
yang terlihat bukan hanya pada arus negara tergantung pada negara lainnya,
peningkatan barang tapi juga pada arus melainkan suatu situasi dan kondisi di
jasa serta arus uang dan modal. Pada mana semuanya saling memerlukan
gilirannya arus investasi di dunia untuk mempertahankan keseimbangan
semakin mengikuti perkembangan politis, ekonomis dan tentu pula dalam
keterbukaan ini, sehingga dewasa ini rangka pemenuhan kepentingan
peningkatan arus investasi itulah yang masing-masing negara” (Rusdin, 2002:
memacu arus perdagangan di dunia” 34.).
(Bashri , 2003:12-13.). Oleh karena itu, terbukanya hubungan
Untuk itu, cukup beralasan jika setiap antara satu negara dengan negara lainnya,
negara saling bcrsaing untuk menarik terlebih lagi bagi negara-negara yang
calon investor khususnya investor asing selama ini menutup diri dengan dunia luar,
(Foreign Direct Investment, FDI) untuk mulai membuka diri. Hal ini berarti
menanamkan modal di negaranya. Dalam peluang untuk berinvestasi cukup luasr
suasana seperti ini peluang yang begitu Negara penerima modal pun menyadari
terbuka di era globalisasi agaknya perlu bahwa implikasi yang akan muncul
disikapi secara positif. dengan kehadiran investor asing di
Kehadiran investor asing dalam suatu negaranya suatu hal yang sulit untuk
negara yang berdaulat memang dapat dihindari. Dalam hal inilah dibutuhkan
menimbulkan berbagai pendapat dengan leadership yang kuat dari penyelenggara
argumentasi masing-masing. Pendapat negara, sebab negara membutuhkan modal
tersebut antara lain ada yang dalam membangun berbagai sektor. Modal
mengekemukakan, kehadiran investor yang dimaksud di sini, tidak semata-mata
asing dapat mengancam industri dalam berupa dana segar (fresh money), akan
negeri sendiri dan bahkan mungkin tetapi meliputi teknologi (technology),
mengancam kedaulatan negara. keterampilan (skill) serta sumber daya
Permasalahan semacam ini, bukannya manusia (human resource). Hal ini dengan
tidak disadari oleh negara penerima modal cermat dikemukakan oleh Usha Dar dan
(host country). Perhatikan misalnya apa Pratap K Dar:
yang dikemukakan oleh B. Napitupulu: "Most developing countries today
"kebijakan Pemerintah RI dalam believe that it is not possible for them
menghadapi modal asing menunjukkan to achieve their development aspiration
suatu keinginan untuk memberikan entirely on their own and therefore,
proporsi yang wajar sebagai potensi need the cooperation of other relatively
ekonomi negara-negara asing melalui more developed countries. This
sistem seleksi dan pengarahan yang cooperation may take the form direct
adequate dengan kedaulatan tunggal investment or sharing of technical
yang dimiliki" (Napitupulu, 1975:30). know-how, skilled personal and

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 211
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

management expertise”(Dar dan 8.).


Pratap K Dar, 1970: 1). Berkaitan dengan kehadiran investor
Pendapat di atas menguatkan dalil, asing di suatu negara, menarik menyimak
bahwa modal dibutuhkan untuk mengelola pendapat yang dikemukakan oleh Robert
sumber daya alam (natural resource) dan Gilpin dan Jean Milles Gilpin:
potensi ekonomi (economic potential) "Para penerima investasi langsung
yang berada di bawah otoritas negara. (Foreign Direct Investment, FDI)
Adanya pengelolaan secara optimal bersikap mendua menyangkut kegiatan
terhadap sumber daya alam dan potensi MNC. Di satu sisi, mereka menyadari
ekonomi yang ada, diharapkan ada nilai bahwa FDI membawa modal dan
tambah tidak saja bagi negara akan tetapi teknologi berharga ke dalam negara. Di
juga bagi masyarakat pada umumnya. sisi lain, mereka takut didominasi dan
Adapun wujud pengelolaan sumber daya dieksploitasi perusahaan-perusahaan
alam dan potensi ekonomi yang ada yang kuat ini”(Gilpin dan Jean Mules
tersebut antara lain dapat dilakukan oleh Gilpin, 2002:173.).
investor baik lokal maupun asing. Untuk Barangkali disinilah letak
investor asing pada umumnya merupakan problematikanya, yakni di satu sisi
Perusahaan Multi Nasional, PMN (Multi kehadiran FDI sangat dibutuhkan, terlebih
National Corporation, MNC). Jenis lagi bagi negara-negara yang sedang
perusahaan ini hampir dapat dipastikan berkembang. Di sisi lain, ada
telah mempunyai jaringan bisnis yang kekhawatiran berbagai pihak investor
cukup kuat di berbagai negara. hanya berpikiran bisnis. Oleh karena itu
Sebagaimana yang diungkapkan oleh J. tidaklah.berlebihan jika Bob Sugeng
Panglaykim: Hadiwinata mengemukakan:
"Beberapa alasan terjadinya investasi "Ada sejumlah pakar ekonomi yang
langsung luar negeri yang dilakukan lewat mengaitkan ekspansi PMN ke negara
MNC yakni: berkembang dengan dampak positif
1. MNC memiliki keunggulan yang ditimbulkan oleh aktivitas PMN
komparatif (comparative sehingga mendorong pemerintah
advantage) dan keunggulan khas negara berkembang untuk lebih
yang dimiliki oleh suatu perusahaan membuka diri bagi investasi asing.
(firm's specific advantage); Mereka pada umumnya bersepakat
2. Keunggulan lokasi (location bahwa negara berkembang mengingin-
advantage); kan investasi asing karena manfaat
3. Internalisasi, termasuk pemilikan langsung yang dapat dirasakan dari
modal yang tidak terlihat dengan kehadiran PMN. Selanjutnya
kasat mata (intangible assets) dikemukakan: Dampak positif dari
seperti keahlian di bidang kehadiran PMN yakni pertama
pemasaran, manajemen dan memberikan kontribusi pertumbuhan
teknologi. Selain keunggulan yang ekonomi suatu negara; kedua
telah dikemukakan di atas, pada menciptakan lapangan kerja baru dan
umumnya perusahaan yang ketiga modal yang dibawa oleh PMN
berstatus MNC juga mempunyai: a. dapat memperbaiki neraca pembayaran
Jaringan kantor cabang dan negara berkembang (Hadiwinata,
informasi di tingkat internasional; b. 2002: 146)
Dukungan pemerintah; c. Terlepas dari pendapat pro dan kontra
Konglomerat yang terintergrasi terhadap kehadiran investasi asing, namun
secara vertikal dan horizontal dalam secara teoritis kiranya dapat dikemukakan,
bisnis dan kelompok-kelompok bahwa kehadiran investor asing di suatu
industri. Berkat keunggulan inilah, negara mempunyai manfaat yang cukup
pada umumnya MNC siap luas (multiplier effect). Manfaat yang
melakukan investasi langsung ke dimaksud yakni kehadiran investor asing
luar negeri” (Panglaykim, 1985: dapat menyerap tenaga kerja di negara

212 Globalisasi, Perdagangan Bebas, Penanaman Modal... (Sypriamus Aristeus)


p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

penerima modal; dapat menciptakan Penanaman Modal dengan Undang-


demand bagi produk dalam negeri sebagai Undang Nomor 25 Tahun 1997 LN RI
bahan baku; menambah devisa apalagi in- Nomor 67 Tahun 2007, TLN RI Nomor
vestor asing yang berorientasi ekspor; 4724 Tahun 2007 sehingga tidak terjadi
dapat menambah penghasilan negara dari tumpang tindih dalam hal ini izin
sektor pajak; adanya alih teknologi investasi.
(transfer of technology) maupun alih Dengan diberlakukan otonomi daerah
pengetahuan (transfer of know how). yang ditetapkan dengan Undang-Undang
Dilihat dari sudut pandang ini, kehadiran Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
investor cukup berperan dalam Daerah LN RI Nomor 244 Tahun 2014,
pembangunan ekonomi suatu negara, TLN RI Nomor 5587 Tahun 2014
khususnya pembangunan ekonomi di memberikan peluang kepada Pemerintah
daerah di mana FDI menjalankan Daerah setempat untuk memajukan
aktivitasnya. Arti pentingnya kehadiran daerahnya dengan cara mendatangkan
investor asing dikemukakan oleh Gunarto investor untuk melakukan investasi di
Suhardi: wilayahnya sebagaimana diatur dalam
"Investasi langsung lebih baik jika ketentuan Pasal 1 ayat (1).
dibandingkan dengan investasi Keberadaan dari Undang-Undang
portofolio, karena investasi langsung tersebut berdampak pada kebijakan yang
lebih permanen. Selain itu investasi dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
langsung: berupa Peraturan Daerah untuk memberi
a. Memberikan kesempatan kerja bagi peluang investasi bagi daerahnya namun
penduduk. tidak memperhatikan ketentuan dari
b. Mempunyai kekuatan penggandaan pembuatan Perda tersebut setelah
dalam ekonomi lokal. Pemerintah Indonesia melakukan ratifikasi
c. Memberikan risidu baik berupa persetujuan pembentukan organisasi
peralatan maupun alih teknologi perdagangan dunia dengan Undang-
d. Bila produksi diekspor memberikan Undang Nomor 7 Tahun 1994 LN RI
jalan atau jalur pemasaran yang Nomor 57 Tahun 1994 TLN RI Nomor
dapat dirunut oleh pengusaha lokal 3564 Tahun 1994. Dampak dari Peraturan
di samping seketika memberikan Daerah yang bertentangan dengan
tambahan devisa dan pajak bagi Undang-Undang di atasnya akan
negara. menyulitkan bagi investor dalam
e. Lebih tahan terhadap fluktuasi melaksanakan investasinya yang terkadang
bunga dan valuta asing. sangat diskriminatif dengan adanya
f. Memberikan perlindungan politik pembatasan terhadap operasional
dan keamanan wilayah karena bila perusahaannya.
investor berasal dari negara kuat Mencermati berbagai pendapat tentang
niscaya bantuan keamanan juga kehadiran investor, lalu timbul satu
akan diberikan" (Suhardi, 2004: pertanyaan yakni apakah setiap
45). permohonan investasi yang diajukan oleh
Sekalipun kehadiran investor investor asing harus diterima begitu saja
membawa manfaat bagi negara penerima oleh negara penerima modal ataukah
modal, di sisi lain investor yang hendak investor asing harus mengikuti peraturan
menanamkan modalnya juga tidak lepas tentang penanaman modal yang ditentukan
dari orientasi bisnis (business oriented), oleh negara penerima modal (Pemerintah
apakah modal yang diinvestasikan aman dalam hal ini, Badan Koordinasi
dan bisa menghasilkan keuntungan. Penanaman Modal (BKPM) sudah
Untuk dapat mengatasi hal ini, maka membuat model aplikasi bagi investor
Pemerintah telah melakukan perubahan asing yang ingin menanamkan modalnya
Undang-Undang Penanaman Modal di Indonesia. Model yang dimaksud
Dalam Negeri dan Penanaman Modal dikenal dengan Model 1/PMA yang
Asing menjadi Undang-Undang mengacu kepada ex. UU PMA 1967 dan

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 213
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

UU PMDN 1968.) ? tepatnya dalam Undang-Undang


Dalam hal ini menarik disimak apa Dasarnya, Indonesia adalah negara hukum
yang dikemukakan oleh Detlev F. Vagts: . (Pasal 1 ayat 3, Konstitusi atau Undang-
"Suatu pemerintah yang Undang Dasar yang dimaksud di sini
mempertimbangkan sungguh-sungguh adalah UUD 1945 sebagaimana telah
setiap usulan penanaman modal asing diamandemen beberapa kali. Dalam
dihadapkan pada dilema antara hasrat amandemen ketiga dengan tegas
untuk menggunakan penanaman modal disebutkan Negara Indonesia adalah
tersebut sebagai sarana mencapai negara hukumHal ini berarti seluruh
sasaran nasional tertentu dan adanya aktivitas harus berdasarkan norma-norma
ketakutan kalau bermacam-macam nilai hukum yang ada tidak terkecuali dalam
nasional akan terancam oleh menjalankan kegiatan dunia usaha dalam
penanaman modal tersebut. Yang hal ini melakukan investasi.
mendukung dan yang melawan sulit Yang menjadi masalah adalah, apakah
untuk ditimbang atau dihitung dengan perangkat hukum yang terkait dengan
cara yang memuaskan. Godaan-godaan investasi saat ini sudah memadai untuk
mengizinkan teori lasses faire berlaku menarik investor? Untuk menjawab
cukup besar, namun karena pcmerintah pertanyaan ini, berbagai pendapat
semakin jeli ketidaksamaan antara ke- dikemukakan oleh para pakar, antara lain
pentingan nasional dan bisnis yang Juwono Sudarsono mengemukakan:
lebih berminat untuk menetapkan ". .. ada tiga hal mendasar yang harus
pembangunan ekonomi dalam diperbaiki pejabat dan pengusaha
pengawasan saksama yang Indonesia bila Indonesia benar-benar
terkoordinasi, mereka merasa lebih ingin berdaya saing terhadap negara-
sulit membiarkan hal-hal tersebut negara sedang berkembang lainnya.
berjalan sesuai dengan kemauan arah Ketiga hal itu adalah legal, labour,
bisnis swasta” (Vagts, 1986: 68.). local. Pertama, Indonesia harus
Dalam bahasa lain, dikemukakan oleh membenahi sistem hukum dan
Robert Gilpin dan Jean Milks Gilpin: menerapkan penegakan yang ramah
"Tak seorang pun yang menyangkal bagi investasi dan perdagangan; Kedua,
bahwa MNC telah menjadi ciri esensi Indonesia harus membenahi masalah
ekonomi global dan semuanya perburuhan, termasuk berbagai
mengakui bahwa upaya-upaya untuk pengaturan yang menyangkut
mengembalikan izin ini "kembali ke hubungan kerja yang akrab bagi
dalam botol" tidak akan behasil. investor dan yang Ketiga, Indonesia
Dengan demikian dibutuhkan suatu harus membenahi masalah hubungan
regulasi internasional untuk antara pemerintah pusat dan
meyakinkan bahwa perusahaan- pemerintah daerah” (Sudarsono,
perusahaan maupun pemerintah- Kompas, edisi 9 Juni 2004).
pemerintah bersikap dalam cara-cara Selain itu, ketentuan tersebut harus
yang menguntungkan ekonomi global”( mencerminkan nilai-nilai keadilan
Gilpin dan Jean Milles Gilpin, :74..). (fairness) dan dapat diprediksi
Jika dicermati secara saksama (predictable). Sebagaimana yang
pandangan penulis di atas, tampak bahwa dikemukakan oleh Erman Rajagukguk:
suatu negara yang berdaulat mempunyai “Faktor utama bagi hukum untuk dapat
otoritas untuk mengatur negaranya berperan dalam pembangunan ekonomi
termasuk masalah FDI. Artinya, setiap adalah apakah hukum mampu
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat menciptakan stability, predictability,
atau penduduk di negara tersebut harus dan fairness. Dua hal yang pertama
mengikuti aturan yang ditentukan oleh adalah prasyarat bagi sistem ekonomi
negara. Demikian juga halnya dengan apa saja untuk berfungsi. Termasuk
Indonesia yang secara tegas telah dalam fungsi stabilitas (stability)
mencantumkan dalam konstitusi atau adalah potensi hukum untuk

214 Globalisasi, Perdagangan Bebas, Penanaman Modal... (Sypriamus Aristeus)


p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

menyeimbangkan dan mengakomodasi tidak dapat dilepaskan dari tujuan


kepentingankepentingan yang saling pembentukan hukum itu sendiri. Hal ini
bersaing. Kebutuhan hukum untuk memang tidak dapat dilepaskan dari latar
meramalkan (predictability) akibat dari belakang pemikiran yang mendasari
suatu langkah-langkah yang diambil lahirnya suatu norma hukum. Selain itu,
khususnya penting bagi negeri yang waktu dan tempat berlakunya hukum juga
sebagian besar rakyatnya untuk cukup berpengaruh. Seperti yang
pertamakali memasuki hubungan- diungkapkan oleh Steven Vago:
hubungan ekonomi melampaui "Why do we need law, and what does it
lingkungan sosial yang tradisional. do for society? More specifically, what
Aspek keadilan (fairness), seperti, fitnctions does law perform? A variety
perlakuan yang sama dan standar pola of functions are highlighted in the
tingkahlaku Pemerintah adalah perlu literature depending on the conditions
untuk menjaga mekanisme pasar dan under which law operates at a
mencegah birokrasi yang berlebihan” particular time and place (Vago,
(Erman Rajagukguk, 2004) 1981: 54).
Dapat dimaklumi mengapa investor Pemikiran yang senada dikemukakan
membutuhkan adanya kepastian hukum oleh Lawrence M. Friedman:
sebab, dalam melakukan investasi selain "... hukum ditentukan secara tegas
tunduk kepada ketentuan hukum investasi, berdasarkan kebangsaan: hukum
juga ada ketentuan lain yang terkait dan berhenti sampai diperbatasan negara.
tidak bisa dilepaskan begitu saja. Di luar negaranya, hukum tidak sah
Ketentuan tersebut, antara lain berkaitan sama sekali. Jadi tidak ada dua sistem
dengan perpajakan, ketenagakerjaan, dan hukum betul-betul serupa. Masing-
masalah pertanahan. Semua ketentuan ini masing sistem hukum bersifat khusus
akan menjadi pertimbangan bagi investor, bagi negaranya atau yurisdiksinya. Hal
dalam melakukan investasi. Sebagaimana ini tidak berarti bahwa sistem hukum
dikemukakan oleh Charles Himawan: sepenuhnya berbeda dengan sistem
"Peraturan-peraturan itu kadang- hukum lainnya”(Friedman, 2001: 19.).
kadang demikian banyaknya sehingga Apa yang disampaikan oleh penulis di
menimbulkan kekaburan akan hukum atas terlihat, bahwa tujuan dibentuknya
yang berlaku. Untuk memanfaatkan hukum dapat dirumuskan dalam berbagai
modal multinasional secara maksimal sudut pandang. Dalam kaitan itu, patut
diperlukan kejernihan hukum." disimak pendapat yang dikemukakan oleh
Selanjutnya dikemukakan: "Apabila D. Notohamidjojo tentang tujuan hukum
hukum yang berwibawa berarti hukum yakni:
yang ditaati orang, baik orang yang "Melindungi hak dan kewajiban
membuat hukum itu maupun orang manusia dalam masyarakat, melindungi
terhadap siapa hukum itu ditujukan, lembaga-lembaga sosial dalam
akan terlihat di sini kaitan antara masyarakat (dalam arti luas, yang
manusia dan hukum. Dirasakan pula mencakup lembaga-lembaga sosial di
perlunya hukum yang berwibawa untuk bidang politik, sosial, ekonomi dan
menunjang pembangunan. Dalam kebudayaan), atas dasar keadilan, untuk
konteks yang berlainan diamati mencapai keseimbangan serta damai
perlunya kepastian hukum untuk dan kesejahteraan umum (bonum
menjamin arus modal (capital flow) ke commune)". Selanjutnya dikemukakan:
Indonesia” (Himawan, 2003 :113-155) "Hukum yang berwibawa itu ditaati,
Ada satu hal yang menarik dari baik oleh pejabat-pejabat hukum
pandangan yang dikemukakan oleh ilmuan maupun oleh justitiabelen yaitu orang-
hukum di atas, yakni perlunya hukum orang yang harus menaati hukum itu.
yang berwibawa. Dengan kata lain Hukum akan bertambah
berwibawanya hukum menjadi indikator kewibawaannya, jika:
hukum akan dipatuhi. Tampaknya hal ini

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 215
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

1. Memperoleh dukungan dari value sekarang. Oleh karena itu, terdapat


system yang berlaku dalam lembaga-lembaga hukum, seperti
masyarakat. Hukum ialah salah satu misalnya:..., kontrak yang harus
jenis norma dalam value system ditepati oleh pihak-pihak yang
yang berlakunya akan lebih mudah mengadakannya”.
apabila ditopang oleh norma sosial Dari apa yang dikemukakan oleh para
lain yang berlaku; pemikir hukum di atas, menjadi jelas
2. Hukum dalam pembentukannya bahwa keberadaan hukum di tengah--
ordeningssubject atau pejabat- tengah masyarakat sebagai pegangan
pejabat hukum, tidak diisolasikan dalam menjalankan relasi satu dengan
dari norma-norma sosial lain, yang lain terlebih lagi dalam lalu lintas
bahkan disambungkan dengan bisnis sangat dibutuhkan. Adapun arti
norma-norma sosial yang berlaku; pentingnya hukum bagi masyarakat
3. Kesadaran hukum dari para dikemukakan oleh W.F.de Gaay Fortman:
justitiabelen. Wibawa hukum akan "Hukum dapat berbuat dalam lima hal
bertambah kuat apabila kesadaran yakni:
hukum rakyat menguat. Untuk itu 1. Mengatur dan menciptakan tata;
rakyat harus dididik kearah 2. Menimbang kepentingan yang
kesadaran hukum yang baru; satu dengan yang lain;
4. Kesadaran hukum pejabat dari 3. Memberikan kebebasan;
pejabat hukum yang dipanggil untuk 4. Menciptakan tanggungjawab;
memelihara hukum (Rechtszorg) 5. Memidana” (Fortman, 1973: 6.).
dan untuk menjadi penggembala Jika arti pentingnya hukum dikaitkan
hukum (Rechtshoeder). Pejabat dengan investasi, investor membutuhkan
hukum harus insaf, dan mengerti adanya kepastian hukum dalam men-
bahwa wibawa hukum itu jalankan usahanya. Artinya, bagi para
bertambah apabila tindakannya itu investor butuh ada satu ukuran yang
tertib menurut wewenangnya dan menjadi pegangan dalam melakukan
apabila ia menghormati dan kegiatan investasinya. Ukuran inilah yang
melindungi tata ikatannya disebut aturan yang dibuat oleh yang
(verbandsorde)”. mempunyai otoritas untuk itu. Aturan
Pendapat senada juga dikemukakan tersebut berlaku untuk semua pihak.
oleh Mochtar Kusumaatmadja: Sebagaimana dikemukakan oleh Budiono
"...tujuan pokok dari hukum apabila Kusumohamidjojo:
hendak direduksi pada satu hal saja, "Dalam keadaan tanpa patokan sukar
adalah ketertiban (order). Ketertiban bagi kita untuk lnembayangkan bahwa
adalah tujuan pokok dan pertama dari kehidupan masyarakat bisa berlangsung
segala hukum. Kebutuhan terhadap tertib, damai, dan adil. Fungsi dari
ketertiban ini, syarat pokok kepastian hukum adalah tidak lain
(fundamental) bagi adanya suatu untuk memberikan patokan bagi
masyarakat manusia teratur. Di perilaku seperti itu. Konsekuensinya
samping ketertiban, tujuan lain dari adalah hukum itu sendiri harus
hukum adalah tercapainya keadilan memiliki suatu kredibilitas, dan
yang berbeda-beda isi dan ukurannya, kredibilitas itu hanya bisa dimilikinya,
menurut masyarakat dan zamannya. bila penyelenggaraan hukum mampu
Untuk mencapai ketertiban dalam memperlihatkan suatu alur konsistensi.
masyarakat ini, diperlukan adanya Penyelenggaraan hukum yang tidak
kepastian dalam pergaulan konsisten tidak akan membuat
antarmanusia dalam masyarakat. Yang masyarakat mau mengandalkannya
penting sekali bukan saja bagi sebagai perangkat kaedah yang
masyarakat teratur, tetapi merupakan mengatur kehidupan bersama”
syarat mutlak bagi suatu organisasi (Kusumohamidjojo, 1999 : 150-151)
hidup yang melampaui batas-batas saat

216 Globalisasi, Perdagangan Bebas, Penanaman Modal... (Sypriamus Aristeus)


p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

Berdasarkan hal tersebut maka suatu sistem hukum akan berjalan dengan
dalam mengupayakan kehadiran baik atau tidak.( Friedman, 1984: 5)
investor asing untuk melakukan Adapun yang ,mnejadi permasalahan
investasi di Indonesia khususnya dalam penelitian ini adalah mengapa
di daerah, Pemerintah Daerah pelayanan satu pintu dalam perizinan
seharusnya dalam menerbitkan penanaman modal di Indonesia belum
peraturan daerah menyangkut direalisasikan oleh Pemerintah
bidang investasi harus dapat sebagaimana yang diamanatkan dalam
mengacu pada ketentuan Peraturan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007
Perundang-Undangan yang ada di tentang Penanaman Modal ?
mana Peraturan Daerah tersebut Adapun tujuan penelitian dalam
tidak boleh bertentangan dengan penulisan makalah ini adalah sebagai
undang-undang di atasnya. berikut: Untuk menganalisis pelayanan
Dalam rangka pelayanan penanaman satu pintu dalam perizinan penanaman
modal, Undang-undang Nomor 25 Tahun modal di Indonesia yang belum terealisasi
2007 telah memilih cara “pelayanan oleh Pemerintah seperti yang diamanatkan
Terpadu Satu Pintu” sebagai suatu sistem dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun
pelayanan penanaman modal yang berlaku 2007 tentang Penanaman Modal
untuk seluruh wilayah Republik Indonesia
(di pusat yaitu di BKPM, di 33 provinsi KERANGKA KONSEPTUAL
dan 497 kabupaten/kota), dilayani dengan Pasal 1 butir 4 Peraturan Presiden
pelayanan prima oleh karenanya dapat Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan
memenuhi batas waktu minimal Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman
penyelesaian perizinan/SOP (Standard Modal . Pelayanan terpadu satu pintu
Operating Procedures), sehingga dapat (PTSP) merupakan kegiatan suatu
menciptakan kegiatan-kegiatan baru atau perizinan dan nonperizinan yang mendapat
melahirkan proyek-proyek yang dapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang
mengubah potensi menjadi kekuatan dari lembaga atau instansi yang memiliki
ekonomi riil yang akhirnya menciptakan kewenangan perizinan dan nonperizinan
kesejahteraan umum masyarakat yang proses pengelolaannya dimulai dari
Indonesia. tahap permohonan sampai dengan tahap
Apabila pada kenyataannya terbitnya dokumen yang dilakukan dalam
penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu satu tempat.
Pintu sebagai suatu sistem tidak/belum Dalam berbagai kepustakaan hukum
terlaksana dengan baik di seluruh wilayah ekonomi atau hukum bisnis, terminologi
Republik Indonesia berdasar ketentuan penanaman modal dapat berarti
peraturan perundang-undangan maka perlu penanaman modal yang dilakukan secara
dilihat juga dalam penelitian hal apa yang langsung oleh investor lokal (Domestic
menjadi penyebab, apakah disebabkan investor), investor asing (Foreign Direct
oleh faktor ketidaksinkronan antara Investment, FDI) dan penanaman modal
undang-undang pemerintahan daerah yang dilakukan secara tidak langsung oleh
dengan undang-undang yang mengatur pihak asing (Foreign indirect Investment,
tentang penanaman modal (koordinasi),( FII). Untuk yang terakhir ini dikenal
Menjadi pendapat umum, koordinasi dengan istilah penanaman modal dalam
mudah diucapkan, sulit dilaksanakan) atau bentuk portofolio yakni pembelian efek
karena faktor lain berupa ketidaktaatan lewat Lembaga Pasar Modal (Capital
hukum yang selama ini diisukan sebagai Market).
unsur budaya. Mencermati peran penanam modal
Dalam kaitan dengan unsur budaya cukup signifikan dalam membangun
Lawrence M. Friedman menyatakan perekonomian, tidaklah mengherankan
bahwa budaya hukum merupakan suatu jika di berbagai negara di dunia dalam
unsur yang sangat menentukan apakah dekade terakhir ini, baik negara-negara
maju maupun negara-negara berkembang

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 217
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

berusaha secara optimal agar negaranya sangat leluasa dalam menentukan tempat
dapat menjadi tujuan investasi asing. Di berinvestasi yang tidak terlalu dibatasi
lain pihak, dari sudut pandang investor ruang geraknya. Untuk itu dalam
adanya keterbukaan pasar di era menyikapi arus globalisasi yang tentu
globalisasi membuka peluang untuk merambah ke berbagai bidang tersebut
berinvestasi di berbagai negara. Tujuannya maka, peraturan perundang-undangan
sudah jelas yakni bagaimana mencari investasi asing langsung (FDI) di berbagai
untung, sedangkan negara penerima modal negara pun terus diperbarui sesuai dengan
berharap ada partisipasi penanam modal perkembangan dunia bisnis yang semakin
atau investor dalam pembangunan mengglobal. (Berbagai bentuk peraturan
nasionalnya. Mengingat ada perbedaan perundang-undangan investasi di
sudut pandang antara investor dengan berbagai negara dapat dilihat dalam
penerima modal, dirasakan perlu untuk 'Investment Laws Of The World, Volume
mengakomodasikan kedua kepentingan I -X", yang dihimpun oleh International
tersebut dalam suatu norma yang jelas. Centre For Settlement Of Investment
Sebagaimana dikemukakan oleh Disputes (ICSID) Diterbitkan oleh
Sumantoro: Oceana Publications, inc/Dobbs Ferry,
"Motif dari investor dalam New York, Maret 2004. Ketentuan
menanamkan modal adalah mencari tentang hukum .nvestasi Indonesia,
untung. Untuk itu, perlu dicari dijabarkan dalam volume iv, yang
hubungan antara motif investor memuat antara ain UU No.1 Tahun
mencari untung dengan tujuan negara 1967 sebagaimana telah diubah dengan
penerima modal yakni usaha untuk UU No. 11 Tahun 1970; PP. No. 20
mencapai tujuan pembangunan Tahun 1994)
nasionalnya. Agar investor mau Dengan kata lain dalam perspektif,
menanamkan modalnya maka dunia bisnis tidak lagi mengenal sekat-
pemerintah harus menyediakan sarana sekat atau batas negara. Tidak kalah
dan prasarana serta fasilitas lainnya. pentingnya, ikut andil dalam perubahan
Sebagai konsekuensi, maka pemerintah kebijakan investasi asing adalah pesatnya
perlu menyelenggarakan perencanaan perkembangan teknologi di berbagai
dengan mantap, termasuk menetapkan sektor, khususnya di sektor informasi. Hal
kebijakan pelaksanaan dan pengawasan ini telah menimbulkan ekspansi
yang efektif sehingga tercapai tujuan perusahaan-perusahaan multinasional
pembangunan nasional. Dengan terutama di bidang jasa keuangan.
pendekatan ini, maka peran investor Menyikapi hal ini, maka sejumlah negara
dapat diarahkan ke prioritas pun melakukan kebijakan liberalisasi di
pembangunan. Dengan pendekatan bidang investasi, antara lain membuka
semacam ini, maka teori pembangunan seluas-luasnya bidang usaha yang dapat
merupakan satu proses kerjasama dan dimasuki oleh investor asing yang
bukan masalah ketergantungan dan sebelumnya tertutup. Selain itu prosedur
bukan pula masalah pertentangan untuk berinvestasi pun disederhanakan.
kepentingan."(Sumantoro, 1990:59.) (BPHN, 1996:7)
Untuk menyatukan antara kepentingan Era globalisasi dan liberalisasi
investor dengan negara penerima- perdagangan mewarnai milenium baru
penerima modal harus disadari tidak (abad 21). Dunia usaha terasa ibarat
mudah. Artinya apa bila negara penerima sebuah dusun global (global village).
modal terlalu ketat dalam menentukan Adanya kemajuan dalam bidang ilmu
syarat penanaman modal investor, pengetahuan, telekomunikasi, teknologi
mungkin saja para investor tidak akan informasi, jaringan transportasi, dan
datang lagi bahkan bagi investor yang sektor-sektor kehidupan lainnya
sudah ada pun bisa jadi akan merelokasi menyebabkan arus informasi semakin
perusahaannya. Disebut demikian, karena mudah dan lancar mengalir antarindividu
di era globalisasi ini, para pemilik modal atau kelompok. Batas-batas geografis

218 Globalisasi, Perdagangan Bebas, Penanaman Modal... (Sypriamus Aristeus)


p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

maupun negara sudah tidak signifikan lagi. penelitian yuridis normatif, maka
Akibatnya konsumen semakin terdidik dan penelitian ini berbasis pada analisis
banyak menuntut. Tuntutan konsumen ini terhadap norma hukum, baik hukum dalam
antara lain: arti law as it is written in the books and
1. Produk berkualitas tinggi ( high statutes (dalam literatur dan peraturan-
quality); 2. Harga yang wajar (fair perundang-undangan). (Dworkin, 1973
price) disertai dengan cara pembayaran :250)
yang lunak dan alternatif pembayaran Penelitian hukum normatif terhadap
yang mudah; 3. Penyerahan produk sisi normatif hukum sebagai ilmu praktis
yang cepat (fast delivery); 4. Layanan normologis (dalam hal ini pembahasan
khusus (special service); 5. Produk mengenai adanya tumpang tindih
yang memiliki tingkat fleksibilitas yang Peraturan Daerah di bidang investasi, serta
tinggi (high flexibility): 6.Akrab terdapat pula diskriminasi terhadap
dengan pemakai (user friendly). investor asing, menggambarkan
(Chandra. : 1.) bagaimana proses terjadinya suatu
Jadi di sini terlihat adanya kemajuan keputusan hukum, bagaimana pihak-pihak
dalam bidang teknologi yang dapat terkait mengisi suatu kekosongan hukum,
membawa dampak cukup luas dalam dunia menjelaskan norma-norma yang kabur,
bisnis. Artinya, semakin mengglobalnya mempersempit pengertian suatu aturan
dunia bisnis, maka aliran modal pun akan hukum agar dapat diterapkan pada suatu
ccpat berpindah dari satu tempat ke tempat peristiwa konkrit yang memerlukan
lain. Modal akan berhenti atau tepatnya penyelesaian hukum, bahkan menemukan
investor akan menanamkan modalnya di aturan hukum. (Ibrahim, 2007:237)
tempat yang peluang investasinya cukup Metode yang dipergunakan dalam
kondusif. Salah satu faktor yang dijadikan penelitian ini adalah metode deskriptif
parameter untuk menilai apakah tempat analitis dengan pendekatan utamanya
berinvestasi kondusif atau tidak, yakni yuridis normatif. Deskriptif analitis berarti
adanya kepastian hukum. Artinya, apakah menggambarkan dan melukiskan sesuatu
pelaku usaha dalam menjalankan usahanya yang menjadi obyek penelitian secara
dijamin oleh peraturan perundang- kritis melalui analisis yang bersifat
undangan yang jelas. Oleh karena itu, kualitatif. Oleh karena yang ingin dikaji
tantangan yang dihadapi oleh Indonesia berada dalam ruang lingkup ilmu hukum,
yang sudah ada di depan mata yakni maka pendekatan normatif tersebut,
bagaimana menciptakan iklim investasi meliputi: asas-asas hukum, sinkronisasi
yang kompetitif dengan negara-negara lain peraturan perundang-undangan, baik
yang juga tengah berupaya untuk menarik secara vertikal maupun horizontal,
investor masuk ke negaranya. sistematika hukum, inventarisasi hukum
Adapun bentuk atau model investasi positif, termasuk usaha penemuan hukum
ada beberapa versi, sebagaimana yang inconcreto. (Soekanto & Sri Mamudji,
dikemukakan oleh Michael J. Trebilcock 1985: 4-15.)
dan Robert Howse, (Trebilcock dan
Robert Howse. 1995.,130) investasi Analisis Data, adapun bahan hukum
langsung asing biasanya menggunakan yang diperoleh dari penelitian kepustakaan
satu dari tiga bentuk berikut: pemberian tersebut kemudian dianalisis dengan cara:
dana modal misalnya dalam joint venture a. Bahan hukum primer, sekunder dan
atau pabrik baru; investasi baru untuk tersier yang diperoleh, disusun
pendapatan perusahaan, dan peminjaman secara sistematis untuk memperoleh
jaringan melalui perusahaan induk atau gambaran yang jelas dan
partnernya. komprehensif.
b. Kemudian ketiga bahan hukum
METODE PENELTIAN tersebut dianalisis secara yuridis dan
Penelitian ini merupakan suatu historis. Secara yuridis meliputi
penelitian yuridis normatif. Sebagai suatu kajian hukum bisnis.

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 219
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

c. Setelah analisis terhadap ketiga yang lain dalam suatu sistem hukum.
bahan hukum tersebut selesai Kedua, substance. Berkaitan dengan
dilakukan, maka hasil analisis yang substance, Friedman menyatakan:
diperoleh berdasarkan penelitian "The second type of component can be
kepustakaan, dicocokkan dengan called substantive. These are the actual
data primer atau bahan yang bersifat products of the legal system-what the
non hukum, yaitu: berupa hasil judges, for example, actually say and
wawancara dari para narasumber, do. Substance includes, naturally,
sehin.gga dari keduanya dapat enough, those propositions referred to
ditarik suatu kesimpulan mengenai as legal rules; realistically, it also
permasalahan yang diteliti, includes rules which are not written
khususnya berdasarkan pokok down, those regulaties of behavior that
permasalahan yang diajukan dalam could he reduced to general statement.
penelitian ini.(Marzuki, :172-202) Every decision, too, is a substantive
product of the legal system, as is every
PEMBAHASAN doctrine announced in court, or
A. Pengertian enacted by legislature, or adopted by
Mengacu kepada sistem hukum agency of government.”( Friedman,
sebagaimana dikemukakan oleh Lawrence 1969: 27)
M. Friedman, setiap sistem hukum selalu Uraian Friedman di atas menunjukkan
mengandung tiga unsur, yaitu structure, bahwa substansi hukum meliputi hasil
substance dan legal culture.( Friedman, dari structure yang diantaranya meliputi
1984:7) peraturan perundang-undangan,
Pertama, structure. keputusan-keputusan dan doktrin.
"First many features of a working legal Substansi hukum sebagai suatu aspek dari
system can be called structural the sistem hukum merupakan refleksi dari
moving parts, so speak of-the machine aturan-aturan yang berlaku, norma dan
Courts are simple and obvious perilaku masyarakat dalam sistem
example; their structures can be tersebut.
described; a panel of such and such Ketiga, budaya hukum (legal culture).
size, sitting at such and such a time, "Legal culture can be defined as
which this or that limitation on those attitudes and values that
jurisdiction. The shape size, and power related to law and the legal system,
of legislature is another element together with those attitudes and
structure. A written constitution is still values affecting behavior related to
another important feature in structural law and its institution, either
landschape of law It is, or attempts to positevely or negatively. Love of
be, the expression or blueprint of basic litigation, or a hatred of it, is part
features of the country's' legal prosess, of the legal culture, as would be
the organization and framework attitudes toward child rearing in so
of government. ".( Friedman, 1984:29) far as these attitudes affect
Uraian Friedman di atas menunjukkan behavior which is at least
bahwa structure sebagai bagian dari sistem nominally governed by Law. The
hukum meliputi institusi-institusi yang legal culture, then is general
diciptakan oleh sistem hukum mencakup expression for the way the legal
judikatif (pengadilan), legislatif dan system fits into the culture of the
eksekutif. Komponen struktur hukum general society. "
merupakan representasi dari aspek Uraian Friedman di atas menunjukkan
institusional yang memerankan bahwa legal culture meliputi pandangan,
pelaksanaan hukum dan pembuatan sikap atau nilai yang menentukan
undang-undang. Struktur dalam bekerjanya sistem hukum. Pandangan dan
implementasinya merupakan sebuah sikap masyarakat terhadap budaya hukum
keseragaman yang berkaitan satu dengan sangat bervariasi, karena dipengaruhi sub

220 Globalisasi, Perdagangan Bebas, Penanaman Modal... (Sypriamus Aristeus)


p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

culture seperti etnik, jenis kelamin, Undang ini diharapkan akan


pendidikan, keturunan, keyakinan mengakomodasi kepentingan buruh dan
(agama) dan lingkungan. Pandangan dan majikan, kepentingan pertumbuhan
sikap masyarakat ini sangat ekonomi dan lingkungan hidup yang
mempengaruhi tegaknya hukum. bersih, kepentingan antara perusahaan
Penggunaan teori Friedman berkaitan besar dan usaha kecil-menengah. Dalam
dengan sistem hukum, setidak-tidaknya hal ini apakah hukum dapat
karena tiga alasan; pertama, dalam kaitan mengakomodasi atau menyeimbangkan
dengan penanaman modal asing, kepentingan-kepentingan yang saling
pelaksanaan peraturan perundang- bersaing di masyarakat.
undangan di bidang penanaman modal Ketiga, fairness yaitu hukum harus
asing tidak hanya tergantung pada dapat menciptakan keadilan bagi
substansi, tetapi juga dipengaruhi cara masyarakat dan mencegah terjadinya
kerja aparatur hukum. Dalam praktek-praktek yang tidak adil dan
menjalankan hukum, aparatur hukum bersifat diskriminatif. Aspek fairness
sangat dipengaruhi dengan budaya (keadilan) seperti due process, persamaan
hukum, misalnya perijinan yang perlakuan dan standar tingkah laku
berkepanjangan, birokrasi yang lamban pemerintah adalah suatu kebutuhan untuk
dan perilaku-perilaku korupsi, kolusi dan menjaga mekanisme pasar dan mencegah
nepotisme. Kedua, munculnya, dampak negatif tindakan birokrasi yang
perkembangan dan formulasi kebijakan berlebih-lebihan. Tidak adanya standar
peraturan penanaman modal berlangsung keadilan, dikatakan sebagai masalah
dalam tatanan sosial yang dipengaruhi paling besar yang dihadapi oleh negara-
dengan nilai, harapan-harapan dan negara berkembang. Dalam jangka
orientasi yang berkembang dalam panjang tidak adanya standar tersebut
masyarakat. Ketiga, pelaksanaan dapat mengakibatkan hilangnya legitimasi
peraturan penanaman modal, seperti Pemerintah. (Theberge, :. 232)
perijinan dipengaruhi oleh perbedaan Pandangan lain menyatakan, bahwa
kepentingan, nilai, orientasi dan yang dimaksud oleh rule of law untuk
kedudukan dari para pelaksana perijinan. menarik modal asing yaitu adanya empat
Menurut J.D. Ny. Hart terdapat tiga unsur, yaitu:
unsur yang harus dikembangkan dalam fidelity to sufficiently clear and
sistem hukum agar hukum berperan dalam instructive rules; rules of ‘principled
pembangunan ekonomi, yaitu predictability" or fair certainty'; rules
prediktibilitas (predictability), stabilitas from valid, or legitimate, sources of
(stabilitiy), keadilan (fairness) (Theberge, governmental authority; rules from
1980: 232) authority external to the individual (or
Pertama, predictability (prediksi), governmental body) exercising legal
yakni agar hukum dapat menciptakan power".( Coss, 2001:28.)
kepastian. Dengan adanya kepastian, Fenomena hubungan yang saling
investor dapat memperkirakan akibat mempengaruhi antara hukum, ekonomi
tindakan-tindakan yang akan dan politik semakin menguat dari negara-
dilakukannya dan memiliki kepastian negara maju ketika kapitalisme
bagaimana pihak lain akan bertindak. berkembang dengan konsep pertumbuhan
Kedua, stability. Peranan negara yang ekonomi dengan mengajukan suatu ide
dikuasakan melalui hukum pada dasarnya bahwa ada hubungan yang erat antara
dalam rangka menjaga keseimbangan kebebasan ekonomi dan politik. (Maorris
untuk mencapai suatu tujuan. and Irma Adelman, 1988:6-13.) Ada
Keseimbangan ini meliputi kepentingan asumsi bahwa rezim yang represif dapat
individu, kelompok dan kepentingan lebih menarik investor daparipada rezim
umum yang dikaitkan dengan tantangan demokrasi yang sangat labil dengan
yang sedang dihadapi baik dalam negeri perubahan dalam kepemimpinan dan
maupun luar negeri. Melalui Undang- hukum. Pemerintahan diktator yang

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 221
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

berorientasi pada pembangunan lebih hak milik, insentif tidak akan cukup untuk
berhasii dalam membangun infrastluklur, mendorong adanya pertumbuhan.
mobilisasi kapital, mengakumulasi dana
yang diperlukan untuk B. Pengaturan Dalam Peraturan
industrialisasi.(Schlosser, Siegel and Perundang-undangan
Samuel Huntington, 1965: 386-430.) 1. Ketentuan yang mengatur.
Selain itu, untuk menganalisa data yang Indonesia sebagai Negara hukum
akan digunakan dalam menjawab berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945
permasalahan-permasalahan tersebut di mengandung ide Negara Kesejahteraan
atas, penelitian ini juga menggunakan (welfare state). Dalam pembukaan
pendapat Douglass Nort yang menyatakan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila
bahwa hukum harus jelas, dapat menyebutkan bahwa Negara
diprediksi, transparan, dan menjamin menyelenggarakan kesejahteraan umum
adanya kepastian dalam penegakan hukum dan keadilan bagi seluruh rakyatnya.
(predictability of enforcement). Undang-Undang Nomor 25 Tahun
(Schlosser, Siegel and Samuel 2007 tentang Penanaman Modal bertujuan
Huntington, 1965:386-430.) untuk mengundang para penanam modal
Teori-teori hukum di atas menunjukkan agar melakukan investasi di Indonesia
adanya fenomena yang saling dalam rangka mencapai kemakmuran dan
mempengaruhi antara hukum, ekonomi kesejahteraan masyarakat yang sebesar-
dan politik. Fenomena semakin menguat besarnya serta tujuan dari Negara hukum,
di negara-negara maju ketika kapitalisme maka investasi diarahkan untuk mencakup
berkembang dengan konsep pertumbuhan keadilan sebagai asas Kepastian Hukum
yang mengajukan suatu ide bahwa ada baik mengenai kaidahnya, lembaganya
hubungan yang erat antara kebebasan maupun proses dalam pemberian
ekonomi dan politik. Ada asumsi bahwa perizinan. Untuk itu Undang-Undang
rezim yang represif dapat lebih menarik Nomor 25 Tahun 2007 mengamanatkan
daripada rezim demokrasi yang baru tetapi bahwa semua kegiatan wajib memiliki
labil. (Tom Ginsburg, 2000:59) izin yang diperoleh secara pelayanan
Para ekonom bertambah banyak terpadu satu pintu, kecuali ditetapkan lain
mempelajari pentingnya hukum bagi oleh undangundang. Amanat ini ditindak
pertumbuhan ekonomi karena beberapa lanjuti dengan peraturan pelaksanaan
alasan. Faktor investasi dan produktivitas melalui Peraturan Pemerintah Nomor 38
kerja jelas kritikal untuk pertumbuhan Tahun 2007 tentang Pembagian
ekonomi dan bagaimana faktor ini dapat Kewenangan antara Pemerintah (Pusat),
didorong untuk menyumbang kepada Provinsi dan Kabupaten/Kota dan
pertumbuhan ekonomi. Ada yang Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009
berpendapat bahwa peraturan sukarela tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di
dapat menggantikan peran struktur hukum Bidang Penanaman Modal.
atau budaya lokal yang berbeda dan lebih 2. Pembagian Kewenangan Urusan
penting secara ekonomi daripada institusi Penanaman Modal dan
hukum yang baru. Teori ekonomi Penyelenggaraan PTSP di Bidang
mengatakan dengan asumsi bahwa Penanaman Modal.
individu akan melakukan investasi untuk Undang-Undang Nomor 25 Tahun
pertumbuhan ekonomi apabila ia 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 38
mendapatkan imbalan dan investasi Tahun 2007 telah membagi kewenangan
tersebut. Kemampuan untuk mendapatkan antara Pemerintah (Pusat), Provinsi dan
imbalan ekonomi tersebut dari suatu Kabupaten/Kota. Untuk menjamin
investasi tidaklah berjalan secara otomatis. kepastian hukum dan kepastian berusaha,
Untuk mencapai hasil yang optimal ketentuan peraturan perundang-undangan
adanya pengakuan terhadap hak milik tersebut membagi kewenangan
yang spesifik dan penegakan hak milik penyelenggaraan urusan penanaman modal
yang tidak mahal. Tiadanya pengakuan sebagai berikut :

222 Globalisasi, Perdagangan Bebas, Penanaman Modal... (Sypriamus Aristeus)


p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

a. Penyelenggaraan oleh Pemerintah Berdasarkan ketentuan peraturan


(Pusat)/PTSP BKPM. perundang-undangan yang berlaku,
Penyelenggaraan urusan penanaman penyelenggaraan PTSP di bidang
modal yang ruang lingkupnya lintas Penanaman Modal oleh Pemerintah
provinsi ditetapkan sebagai urusan (pusat) dilaksanakan oleh BKPM
Pemerintah. melalui pendelegasian atau pelimpahan
Contoh sederhana dari penanaman dari Menteri Teknis/Kepala LPNK
modal yang lintas provinsi adalah yang mempunyai kewenangan dengan
sebuah perusahaan perkebunan atau tanpa kuasa substitusi.
sebagian arealnya masuk provinsi A b. UU 25/2007 tentang Penanaman
sebagian lagi masuk provinsi B. Ini Modal, diatur lanjut dalam Peraturan
namanya lintas provinsi. Manakala ada Pemerintah Nomor 38 Tabun 2007
hal seperti ini dan permohonannya tentang Pentbagian kewenangan di
diajukan sekaligus untuk disetujui bidang urusan Pemerintahan, dan bahan
dalam satu ijin, maka penyelenggaraan ajar Diklat BKPM Jakarta.
urusan penanaman modal dilakukan Penyelenggaraan oleh Pemerintah
oleh pemerintah pusat. (Peraturan Provinsi/PPTSP Provinsi/PDPPM
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Penyelenggaraan urusan penanaman
tentang Pembagian Kewenangan di modal yang ruang lingkupnya lintas
bidang Urusan Pemerintahan, yang kabupaten/kota (dalam satu provinsi)
menyatakan urusan lintas provinsi menjadi urusan Pemerintah Provinsi.
menjadi kewenangan Pemerintah Contoh sederhana penanaman modal
(Pusat), dan bahan ajar Diklat BKPM yang lintas kabupaten/kota adalah :
Jakarta.) Sebuah perusahaan perkebunan
Urusan pemerintahan lain di bidang sebagian arealnya masuk kabupaten A
penanaman modal yang menjadi sebagian lagi masuk kabupaten B
kewenangan pemerintah (Pusat) adalah (dalam satu provinsi). Ini merupakan
: lintas kabupaten dalam satu provinsi.
Penanaman modal terkait dengan Manakala ada hal seperti ini dan
sumber daya alam yang tidak permohonannya diajukan sekaligus
terbarukan dengan tingkat risiko untuk disetujui dalam satu ijin, maka
kerusakan lingkungan yang tinggi ; penyelenggaraan urusan penanaman
1. Penanaman modal pada bidang modalnya dilakukan oleh pemerintah
industri yang merupakan prioritas provinsi.
tinggi pada skala nasional ; Penyelenggaraan oleh pemerintah
2. Penanaman modal terkait pada provinsi dilaksanakan oleh Perangkat
fungsi pemersatu dan penghubung Daerah Provinsi Bidang Penanaman
antar wilayah atau ruang Modal (PDPPM).
lingkupnya lintas provinsi : Gubernur memberi pendelegasian
3. Penanaman modal yang terkait wewenang (perizinan dan
pada pelaksanaan strategi nonperizinan) yang menjadi urusan
pertahanan dan keamanan nasional; pemerintah provinsi kepada Kepala
4. Penanaman modal asing dan PDPPM.
penanam modal yang Urusan pemerintah provinsi meliputi:
menggunakan modal asing, yang a) Urusan penanaman modal yang
berasal dari pemerintah negara lain, ruang lingkupnya lintas
yang didasarkan pada perjanjian kabupaten.
yang dibuat oleh pemerintah dan b) Urusan pemerintah (Pusat) yang
pemerintah negara lain ; dan dilimpahkan kepada Gubernur, dan
5. Bidang penanaman modal lain pelimpahan kepada Gubernur ini
yang menjadi urusan pemerintah ditetapkan dengan Peraturan
menurut undang-undang. Kepala BKPM.

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 223
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

c. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun undangan dari instansi yang


2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu memiliki kewenangan, kecuali
Pintu di Bidang Penanaman Modal, ditentukan lain dalam undang-
Pasal 12. Penyelenggaraan oleh undang.
Pemerintah Kabupaten/Kota/PPTSP 2. Dalam ayat (5) dinyatakan bahwa
Kabupaten/Kota (PDKPM). izin sebagaimana dimaksud
Penyelenggaraan urusan penanaman diperoleh melalui pelayanan terpadu
modal yang ruang lingkupnya berada satu pintu (PTSP).
dalam satu kabupaten/kota menjadi 3. Dalam Pasal 26 ayat (1) dinyatakan
urusan Pemerintah Kabupaten/Kota. bahwa pelayanan terpadu tersebut
1. Penyelenggaraan oleh pemerintah bertujuan membantu penanam
kabupaten/kota dilaksanakan oleh modal memperoleh kemudahan
Perangkat Daerah Kabupaten/Kota pelayanan, fasilitas fiskal dan
Bidang Penanaman Modal informasi mengenai penanaman
(PDKPM). modal.
2. Bupati/Wali Kota memberi 4. Pasal 26 ayat (2) menyatakan
pendelegasian wewenang bahwa pelayanan terpadu satu pintu
(perizinan dan non perizinan) yang dilakukan oleh lembaga atau
menjadi urusan pemerintah instansi yang berwenang di bidang
kabupaten/kota kepada Kepala penanaman modal yang mendapat
PDKPM. pendelegasian atau pelimpahan
3. Urusan pemerintah kabupaten/kota wewenang dari lembaga atau
meliputi : instansi yang memiliki kewenangan
1) Urusan penanaman modal yang perizinan dan non perizinan di
ruang lingkupnya dalam satu tingkat pusat atau lembaga atau
kabupaten/kota. instansi yang berwenang
2) Urusan pemerintah (Pusat) yang mengeluarkan perizinan dan non
diberi penugasan kepada perizinan di provinsi atau
bupati/wali kota. Penugasan ini kabupaten/kota.
ditetapkan dengan Peraturan 5. Pasal 26 ayat (3) menyatakan : "
Kepala BKPM. ketentuan mengenai tatacara dan
Menurut pendapat pelaksanaan pelayanan terpadu satu
penulis, pembagian pintu diatur dengan Peraturan
kewenangan perizinan Presiden ". Peraturan Presiden itu
penanaman modal antara pusat, adalah Nomor 27 Tahun 2009
provinsi dan kabupaten/kota tentang PTSP di bidang Penanaman
memuat Modal.
unsur keadilan yang sangat 3. Tatacara Pelaksanaan Pelayanan
mendukung Grand Theory. Terpadu Satu Pintu.
d. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Undang-Undang Nomor 25 Tahun
tentang Penanaman Modal, lihat Pasal 2007 tidak mengatur/tidak menetapkan
25 ayat (4). Instansi Penyelenggara instansi mana penyelenggara Pelayanan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Terpadu Satu Pintu itu, tetapi menyatakan
Bidang Penanaman Modal. bahwa "tatacara dan pelaksanaan
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun pelayanan terpadu satu pintu" akan diatur
2007 tentang Penanaman dengan Peraturan Presiden. Peraturan
Modal dalam Pasal 25 ayat (4) Presiden sudah terbit yaitu Peraturan
menyatakan bahwa perusahaan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang
penanaman modal yang akan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang
melakukan kegiatan usaha wajib Penanaman Modal. Adapun pengaturan
memperoleh izin sesuai dengan dilakukan sebagai berikut :
ketentuan peraturan perundang-

224 Globalisasi, Perdagangan Bebas, Penanaman Modal... (Sypriamus Aristeus)


p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

a. Pasal 7 ayat 1 Peraturan Presiden Organisasi dan Perangkat Daerah yang


Nomor 27 Tahun 2009 tentang PTSP di merupakan peraturan pelaksanaan dari
Bidang Penanaman Modal. PPTSP di Undang-Undang - Undang Nomor 32
bidang penanaman modal oleh Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
pemerintah (pusat) dilaksanakan oleh menyatakan bahwa bentuk organisasi
Badan Koordinasi Penanaman Modal; daerah dapat berupa Kantor atau Badan
b. Pasal 11 ayat 1 Peraturan Presiden (Kantor = Eselon III sedang Badan =
Nomor 27 Tahun 2009 tentang PTSP. Eselon II).
PPTSP di bidang penanaman modals Demikian ketentuan peraturan
oleh pemerintah provinsi dilaksanakan perundang-undangan mengadakan
oleh Perangkat Daerah Provinsi Bidang pengaturan, yang menurut penulis
Penanaman Modal (disingkat PDPPM); pengaturan dalam Peraturan Presiden
c. Pasal 12 ayat 1 Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pelayanan
Nomor 27 Tahun 2009 tentang PTSP . Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman
PPTSP bidang penanaman modal oleh Modal yang secara yuridis " kurang tegas
pemerintah Kabupaten/Kota pengaturannya", dan menurut penulis "
dilaksanakan oleh Perangkat Daerah kurang menjamin kepastian hukum", baik
Kabupaten/Kota Bidang Penanaman mengenai bentuk maupun penamaan
Modal (disingkat PDKPM); instansi yang akan menangani penanaman
Untuk tingkat provinsi dan modal. Hal ini akan mengakibatkan tidak
kabupaten/kota Peraturan Presiden ada kesamaan nama di provinsi/kabupaten
Nomor 27 Tahun 2009 tidak menetapkan dan kota di Indonesia.
bentuk instansi Penyelenggara PTSP.
hanya menyebutkan PDPPM atau 4. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun
PDKPM, dengan demikian dimung- 2009 ditindaklanjuti dengan Surat
kinkan berbentuk Kantor, mungkin juga Edaran Bersama.
berbentuk Badan serta tidak me- Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun
nyebutkan nomenklatur (tidak 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu
mengamanatkan keseragaman nomen- Pintu ditindaklanjuti dengan Surat Edaran
klatur di provinsi, dan kabupaten/kota). Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri
Sebagaimana telah dikemukakan Penertiban Aparatur Negara dan
sebelumnya hal ini ditindak lanjuti lagi Reformasi Birokrasi, dan Kepala Badan
dengan Surat Edaran Bersama Menteri Koordinasi Penanaman Modal Nomor
Dalam Negeri, Menteri Penertiban 570/37/27A/SJ, Nomor
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, SE/08/M.PAN.RB/9/2010 dan Nomor 12
dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Tahun 2010, tanggal 15 September 2010
Modal. Dalam rangka mengoptimalkan perihal Sinkronisasi Pelaksanaan
pelaksanaan pelayanan di bidang Pelayanan Penanaman Modal di Daerah,
penanaman modal, tiga lembaga yang ditujukan kepada para Gubernur
pemerintah tersebut, dengan surat Nomor : Seluruh Indonesia dan para
570/37/27A/SJ, Nomor Bupati/Walikota Seluruh Indonesia,
SE/08/M.PAN.RB/9/2010 dan Nomor 12 menyampaikan hal-hal sebagai berikut :
Tahun 2010, tanggal 15 September 2010 1) Dalam upaya meningkatkan
perihal Sinkronisasi Pelaksanaan pertumbuhan ekonomi yang
Pelayanan Penanaman Modal di Daerah, berkelanjutan, menciptakan lapangan
yang ditujukan kepada Para Gubernur kerja dan meningkatkan ekspor, potensi
seluruh Indonesia dan Para ekonomi yang dimiliki daerah perlu
Bupati/Walikota seluruh Indonesia yang digerakkan menjadi kegiatan ekonomi
tidak menambah kejelasan mengenai riil melalui penanaman modal. Untuk
badan atau instansi penyelenggara mendorong pencapaian hal tersebut,
pelayanan terpadu satu pintu. perlu diciptakan iklim penanaman
Dibandingkan dengan Peraturan modal yang kondusif dan berdaya saing
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang dengan meningkatkan pelayanan

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 225
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

perizinan dan nonperizinan penanaman penanaman modal yang menjadi


modal melalui penyelenggaraan kewenangan pemerintah provinsi
pelayanan terpadu satu pintu di bidang kepada PDPPM.
penanaman modal. iii. Gubernur menetapkan PDPPM
2) Penyelenggaraan pelayanan di bidang sebagai lembaga pelaksana
penanaman modal adalah kegiatan SPIPISE.
pelayanan perizinan dan nonperizinan iv. Bagi provinsi yang sudah
yang terkait penanaman modal yang terbentuk PPTSP yang terpisah
proses pengelolaannya dimulai dari dengan PDPPM dan telah
tahap permohonan sampai dengan menerima pelimpahan
tahap terbitnya dokumen dilakukan kewenangan pemberian
dalam satu tempat. pelayanan penanaman modal,
3) Penyelenggaraan fungsi PTSP di agar Gubernur segera
bidang penanaman modal di provinsi menetapkan PPTSP sebagai
adalah perangkat daerah provinsi lembaga pelaksana SPIPISE.
bidang penanaman modal (PDPPM) b. Di tingkat kabupaten/kota :
atau penyelenggara PTSP (PPTSP), dan i. Bupati/Walikota segera
penyelenggara fungsi PTSP di bidang melimpahkan sepenuhnya
penanaman modal di kabupaten/kota kewenangan pemberian
adalah PPTSP kabupaten/kota. pelayanan perizinan dan
4) Dalam penyelenggaraan pelayanan di nonperizinan di bidang
bidang penanaman modal, instansi penanaman modal yang menjadi
yang menyelenggarakan fungsi PTSP urusan pemerintah kabupaten/
agar menyusun mekanisme kerja, kota kepada PPTSP
tatalaksana dan bisnis proses berbagai ii. Bupati/walikota segera
jenis pelayanan perizinan dan non menetapkan PPTSP sebagai
perizinan yang terkait dengan lembaga pelaksana SPIPISE.
penanaman modal mulai dari tingkat
pusat, provinsi, kabupaten/kota sampai 7) Dalam rangka mengoptimalkan
dengan pelayanan di tingkat pelaksanaan pelayanan di bidang
kecamatan. penanaman modal, BKPM bersama
5) Dalam rangka optimalisasi dan dengan Kementerian Dalam Negeri dan
efektivitas pelayanan penanaman Kementerian Pendayagunaan Aparatur
modal, PDPPM dan PPTSP di Negara dan Reformasi Birokrasi akan:
kabupaten/kota harus didukung a. Memberikan sosialisasi dan
ketersediaan Sistem Pelayanan asistensi kepada aparatur yang
Informasi dan Perizinan Investasi terkait dengan penyelenggaraan
Secara Elektronik (SPIPISE), yang fungsi PTSP di bidang penanaman
diintegrasikan dengan SPIPISE yang modal, termasuk anggota DPRD dan
berada di Badan Koordinasi dunia usaha di seluruh provinsi dan
Penanaman Modal. kabupaten/kota.
6) Dalam rangka pelaksanaan pelayanan b. Melakukan pelatihan penyeleng-
penanaman modal : garaan pelayanan perizinan dan
a. Di tingkat provinsi : nonperizinan di bidang penanaman
i. Gubernur segera menetapkan modal kepada aparatur yang terkait
PDPPM sebagai penyelenggara dengan penyelenggara fungsi PTSP
fungsi PTSP di bidang di bidang penanaman modal seluruh
penanaman modal. provinsi dan kabupaten/kota.
ii. Gubernur segera melimpahkan c. Melakukan penilaian dan evaluasi
sepenuhnya kewenangan penyelenggaraan fungsi PTSP di
pemberian perizinan dan bidang penanaman modal provinsi
nonperizinan di bidang dan kabupaten/kota.

226 Globalisasi, Perdagangan Bebas, Penanaman Modal... (Sypriamus Aristeus)


p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

Surat Edaran Bersama ini ada sebanyak 533 buah. Berdasarkan hasil
memegang peranan penting dalam penelitian tersebut maka penerapan
pelayanan penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu di bidang
dijadikan pedoman bersama dalam penanaman modal belum terlaksana di
penyelenggaraan pelayanan di bidang seluruh provinsi, kabupaten/kota. Selain
penanaman modal di daerah. Hal ini itu instansi pelaksana perizinan
menjadi salah satu pembahasan yang penanaman modal secara pelayanan
mengakibatkan/mendukung bahwa terpadu satu pintu tidak sama di seluruh
peraturan pelaksanaan dari Undang- provinsi, kabupaten dan kota. Demikian
Undang Penanaman Modal Nomor 25 Penerapan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Tahun 2007 yaitu Peraturan Presiden berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 27
Nomor 27 Tahun 2009 kelihatannya Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu
semakin tidak menjamin kepastian Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal.
dalam pembentukan/penetapan instansi a. Pembagian kewenangan dan sistem.
Penye-lenggara Pelayanan Terpadu Pembagian Kewenangan telah
Satu Pintu (PPTSP) di Bidang dilakukan melalui Peraturan
Penanaman Modal. Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007,
5. Jumlah/hitungan Provinsi, Undang-Undang Nomor 25 Tahun
Kabupaten/ Kota. 2007 juga telah menetapkan " sistem"
Sampai dengan Tahun 2012, perizinan yang digunakan adalah
berdasarkan data dari Badan Pusat Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
Statistik (BPS), terdapat 33 provinsi,497 serta ditetapkannya bidang usaha yang
Kabupaten/kota dan 3 Kawasan Berikat tertutup dan terbuka yang menjamin
(KPBPB) (data terlampir, lampiran 3). kepastian hukum (certainty).
Badan Koordinasi Penanaman Modal, Kewenangan dan sistem sudah berjalan
Provinsi dan Kabupaten/Kota (yang sudah dengan baik oleh instansi-instansi (di
menyelenggarakan pelayanan terpadu satu provinsi dan kabupaten/kota) yang
pintu) apabila menerbitkan perizinan sudah menyelenggarakan pelayanan
sesuai kewenangan (berdasar Peraturan terpadu satu pintu, akan tetapi
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang penyelenggara PTSP belum sama di
Pembagian Kewenangan), maka setiap daerah..
pemberian kode wilayah dalam penomoran b. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun
perizinan tersebut adalah berdasarkan data 2009.
Badan Pusat Statistik. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun
Badan Koordinasi Penanaman Modal 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu
di Jakarta memiliki data penyelenggaraan Pintu di Bidang Penanaman Modal
pelayanan terpadu satu pintu di bidang yang merupakan peraturan
penanaman modal sampai dengan pelaksanaan dari Undang-Undang
Desember 2012 tentang provinsi, Nomor 25 Tahun 2007 tentang
kabupaten/kota yang oleh Undang-Undang Penanaman Modal menetapkan bahwa
Nomor 25 Tahun 2007 dan peraturan penyelenggara pelayanan terpadu satu
pelaksanaannya berupa Peraturan Presiden pintu di Provinsi adalah Perangkat
Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Daerah Provinsi
Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Bidang Penanaman Modal (PDPPM),
Modal mengamanatkan agar dan di Kabupaten/Kota adalah
menyelenggarakan pelayanan terpadu satu Perangkat Daerah Kabupaten/Kota
pintu di bidang penanaman modal. Adapun Bidang Penanaman Modal (PDKPM).
jumlah provinsi berdasarkan data pada saat Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun
itu ada sebanyak 33 buah, kabupaten ada 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu
sebanyak 399 buah, kelompok kawasan Pintu di Bidang Penanaman Modal
sebanyak 3 buah, kota ada sebanyak 98 sesungguhnya juga telah mengikuti
buah. Dengan demikian jumlah seluruhnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun
(provinsi, kabupaten, kawasan, dan kota) 2007 serta Peraturan Pemerintah

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 227
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

Nomor 38 Tahun 2007 itu, akan tetapi Perizinan Terpadu (BPPT). Di Provinsi
menetapkan bahwa penyelenggara Sumatera Utara Badan Pelayanan
perizinan penanaman modal itu adalah Perizinan Terpadu (BPPT) menangani
Perangkat Daerah Provinsi Bidang pelayanan terpadu satu pintu versi
Penanaman Modal (PDPPM) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Perangkat Daerah Kabupaten/Kota Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Bidang Penanaman Modal (PDKPM) Perizinan Daerah (seperti IMB, HO,
(apapun namanya), bukan merupakan Izin Pesta, Izin Dokter, Pembuatan
organisasi, mengakibatkan instansi KTP, dll). Di Provinsi Jawa Barat
yang menangani perizinan penanaman Badan Koordinasi Promosi dan
modal di Provinsi/Kabupaten dan Kota Penanaman Modal Daerah (BKPPMD)
ditangani oleh instansi yang tidak menangani kegiatan promosi,
sama. Oleh karenanya penanganan pengawasan pengendalian penanaman
perizinan penanaman modal masa yang modal, sedang hal tersebut di Provinsi
akan datang (perspektif) dalam rangka Sumatera Utara ditangani di Badan
pembangunan perekonomian Indonesia Penanaman Modal dan Promosi
dilakukan oleh Badan Penanaman (BPMP). (Sondang Simbolon,
Modal (sistem tetap sama yaitu secara 2014:151)
pelayanan terpadu satu pintu), dan
tidak hanya menangani perizinan, tetapi KESIMPULAN
sekaligus menangani kegiatan Belum semua Provinsi,
penanaman modal lainnya seperti Kabupaten/Kota telah menyelenggarakan
Promosi Penanaman Modal, pelayaan terpadu satu pintu di bidang
Perencanaan Penanaman Modal, penanaman modal.
Kerjasama Penanaman Modal dan Dari 33 provinsi 5 (lima) provinsi
Pengendalian Pelaksanaan Penanaman belum menyelenggrakan PTSP, dari 399
Modal. kabupaten baru 30 (tiga puluh) kabupaten
c. Berdasarkan pada data yang terdapat di yang menyelenggarakannya dan dari 98
BKPM Jakarta. kota baru merealisasikan PTSP sebanyak
Dari hasil penelitian/survey di Badan 11 kota. Bagi yang sudah
Koordinasi Penanaman Modal, menyelenggarakan PTSP sistemnya sudah
Jakarta, diperoleh data bahwa instansi baik, akan tetapi dalam pelaksanaannya di
penyelenggara pelayanan terpadu satu Provinsi, Kabupaten dan Kota tidak
pintu berbeda-beda, nomenklatur pun menetapkan Badan (nomenklatur pun
tidak sama, tugas dan fungsinya pun berbeda) yang akan menyelenggarakan
tidak sama. Penulis berpendapat, Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Undang-
penetapan nama yang tidak beraturan Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
serta tugas dan fungsi yang tidak Penanaman Modal dan Peraturan
sama sangat tidak menciptakan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
suasana kondusif yang justru sangat tentang Pembagian Kewenangan sudah
diperlukan di bidang investasi. baik, namun badan yang melaksanakan
d. Penelitian/Survey di beberapa Provinsi. penyelenggaraan PTSP tidak sama
Dari hasil penelitian/survey yang mengakibatkan pelayananpun tidak sama,
dilakukan secara langsung di beberapa berpengaruh pula terhadap pencapaian
provinsi diantaranya di Provinsi target investasi/kesejahteraan masyarakat.
Sumatera Utara dan Provinsi Jawa Penanganan perizinan penanaman
Barat diperoleh data bahwa urusan modal di seluruh daerah di Indonesia di
penanaman modal berdasar Undang- masa yang akan datang akan lebih baik
Undang Nomor 25 Tahun 2007 di apabila dilakukan oleh Badan Penanaman
Provinsi Sumatera Utara ditangani oleh Modal, Provinsi dan Kabupaten/Kota
Badan Penanaman Modal dan Promosi yang merupakan perpanjangan tangan
(BPMP), sedang di Provinsi Jawa Barat Pemerintah Pusat, bukan dilakukan oleh
hal itu ditangani oleh Badan Pelayanan Perangkat Daerah Bidang Penanaman

228 Globalisasi, Perdagangan Bebas, Penanaman Modal... (Sypriamus Aristeus)


p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

Modal Provinsi maupun Kabupaten/Kota,


sehingga tidak saja memangkas birokrasi
tetapi juga mempercepat tercapainya
keadilan dan tercapai kepastian hukum
bagi para penanam modal.

SARAN
Agar Peraturan Presiden Nomor 27
Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu
Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal
yang merupakan peraturan pelaksanaan
dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 diubah/direvisi. Penyelenggara
Pelayanan Terpadu Satu Pintu agar
seragam di seluruh wilayah Republik
Indonesia, yaitu dilakukan oleh Badan
Penanaman Modal Provinsi,
Kabupaten/Kota.

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 2, Juni 2017 : 209 - 230 229
p-ISSN 1410-5632
Jurnal Penelitian Hukum e-ISSN 2579-8561

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

DAFTAR KEPUSTAKAAN Pembinaan Hukum Nasional


Departemen Kehakiman RI, Jakarta,
2004,
Bambang Sunggono, 1997, Metodologi
Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Rusdin. Bisnis lnternasional dalam
Grafindo Persada Pendekatan Praktik. Jilid 1. Bandung:
Bashri, Yanto (ed). "Mau Ke Mana Alfabeta 2002,
Pembangunan Ekonomi Indonesia. Suhardi., Gunarto Beberapa Elemen
Prisma Pemikiran Prof. Dr. Penting dalam Hukum Perdagangan
Dorodjatun Kuntjoro-Jakti. Jakarta: Internasional. Yogyakarta: Universitas
Predna Media 2003, Atmajaya 2004
Friedman , Lawrence. M., American Law, Sudarsono, Juwono "Tiga L Pemikat
New York-London: Norton Company, Investasi di Indonesia". Artikel dalam
1984 Surat Kabar Kompas, edisi 9 Juni 2004
Friedman, Lawrence M. "On Legal Soekanto, Soerjono & Sri Mamudji,
Development," Rutgers Law Review, Penelitian Hukum Normatif Jakarta:
Vol.23 , 1969 Rajawali, 1985,
Gilpin, Robert dan Jean Mules Soekanto, Soerjono, Penelitian Hukum
Gilpin.,“The Challenge of Global Normatif, Jakarta PT.Raja Grafindo
Capitalism" (Tantangan Kapitalisme Persada 1985,
Global) Penerjemah: Haris Munadar, Simbolon, Sondang, (disertasi), FH.
Dudy Priatna. Jakarta: Raja Grafindo Jayabaya, 2014
Persada, Ed. 1.Cet 1 , 2002 Sumantoro. Bunga Rampai Permasalahan
Hadiwinata. "Bob Sugeng, Politik Bisnis Penanaman Modal/ Problems of
Internasional Yogyakarta: Kanisius, Investment in Equities and in
Cet. 1, 2002 Securities. Bandung: Binacipta, 1990.
Himawan. Charles Hukum Sebagai Sunandar, Taryana Globalisasi dan
Panglima. Jakarta: Penerbit Buku Perdagangan Bebas, Jakarta: BPHN
Kompas, Cet. 1, 2003, Departemen Kehakiman , 1998
Usha Dar dan Pratap K Dar. Investment
Ibrahim, Johnny, Teori & Metodologi Opportunities in ASEAN Countries.
Penelitian Hukum Normatif, Cet-III, New Delhi: Sterling Published Pvt, ltd
Malang: Bayumedia Publishing, 2007 1970,
James A. Black dan Dean J. Champion, Panglaykim, J. "Era Pasca Minyak Identik
2001, Metode dan Masalah Penelitian dengan Strategi Eskpor Nasional."
Sosial, terjemahan E. Koswara et. all. Dalam Analisa, Tahun XIV, No.1,
Cet. III, Bandung: Refika Aditama Januari, 1985.

Kusumohamidjojo. Budiono. Ketertiban


Yang Adil Problematika Filsafat
Hukum. Jakarta: Grasindo, Cet. 1.
1999.

Napitupulu. B., Joint Ventures di


Indonesia. Jakarta: Erlangga , 1975

Rajagukguk, Erman. "Hukum Ekonomi


Indonesia memperkuat Persatuan
Nasional, Mendorong Pertumbuhan
Ekonomi dan Memperluas
Kesejahteraan Sosial. Dalam Seminar
Pembangunan Hukum Nasional VIII,
Bali 14-18 Juli 2003, Buku 3. Badan

230 Globalisasi, Perdagangan Bebas, Penanaman Modal... (Sypriamus Aristeus)

Anda mungkin juga menyukai