Disusun Oleh:
NIM : 021800010
STTN – BRIN
YOGYAKARTA
2021
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1.1 Menguji konsistensi kenaikan keluaran radiasi (mGy/mAs) pada variasi mA atau
mAs.
1.2 Reproduksibilitas keluaran radiasi: memeriksa konsistensi keluaran radiasi pada
beberapa eksposi dalam pengaturan generator yang tetap.
1.3 Reproduksibilitas tegangan: memeriksa konsistensi tegangan (kVp) pada beberapa
eksposi dalam pengaturan tegangan yang tetap.
1.4 Reproduksibilitas waktu penyinaran: memriksa konsistensi waktu eksposi pada
pengaturan generator yang tetap.
μGy μGy
( ) −( )
mAs max mAs min
CL = | μGy μGy |
( ) +( ) (1)
mAs max mAs min
Kurang lebih sama seperti percobaan pertama, pada praktikum ini masih
digunakan meja pasien sebagai tempat penyinaran. Berkas radiasi diatur sedemikian
hingga menggunakan waterpass sampai posisinya tegak lurus terhadap meja pasiem.
Kemudian jarak antara detektor ke focal spot diatur sebsar 100 cm menggunakan
meteran yang sudah terkalibrasi. Selanjutnya diatur ukuran lapangan kolimasi
dengan memutar kontrol ukuran tabung sedemikian hingga ukuran lapangan
kolimasi menjadi 25 x 25 cm. Kemudian detektor R/F diposisikan tepat di tengah
lapangan kolimasi memotong sumbu x. Pada bagian kontrol panel, dimasukkan nilai
– nilai varibel tetap penyinaran yang meliputi nilai tegangan sebesar 70 kV, nilai
arus sebesar 200 mA, lama waktu penyinaran sebesar 100 mS dan yang terakhir
jenis fokus yang digunakan adalah fokus besar. Penyinaran atau eksposi dilakukan
sebanyak 5 kali dengan nilai variabel tetap yang sama. Data yang diamati dan
dicatat adalah nilai tegangan, waktu penyinaran dan dosis yang dikeluarkan.
b. Koefisien Linieritas
μGy μGy
( ) −( )
mAs max mAs min
CL = | μGy μGy |
( ) +( )
mAs max mAs min
35,875 − 35,731
CL = | |
35,875 + 35,731
CL = 0,002007506
Tabel 5.2 Data Hasil Perhitungan Uji Linieritas
No. Nilai Keluaran Radiasi (uGy/mAs) Koefisien Linieritas (CL)
1 35,731
2 35,855
3 35,864 0,002007506
4 35,875
5 35,875
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
Arus (mA)
Perhitungan:
a. Standar Deviasi
2
𝑛 ∑𝑛 2 𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖 − (∑𝑖=1 𝑥1 )
Standar Deviasi =√
𝑛(𝑛−1)
(5)(24.458,03) − (122.290,09)
Standar Deviasi =√ = 0,55
(5)(4)
Perhitungan:
c. Standar Deviasi
2
𝑛 ∑𝑛 2 𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖 − (∑𝑖=1 𝑥1 )
Standar Deviasi =√
𝑛(𝑛−1)
(5)(497,4035) − (2.487,017)
Standar Deviasi =√ = 0,0055
(5)(4)
e. Standar Deviasi
2
𝑛 ∑𝑛 𝑥 2 − (∑𝑛
𝑖=1 𝑥1 )
Standar Deviasi =√ 𝑖=1 𝑖
𝑛(𝑛−1)
(5)(2.565.715,15) − (12.828.574,89)
Standar Deviasi =√ = 0,2074
(5)(4)
VI. PEMBAHASAN
Dari nilai variasi arus yang dikalikan dengan lama waktu penyinaran kemudian
dibagi dengan nilai dosis radiasi terukur, didapatkan nilai keluaran radiasi dalam satuan
µGy/mAs untuk masing – masing variasi arus penyinaran sebagaimana yang dapat
dilihat pada tabel 5.2. Ditinjau dari hasil perhitungan nilai keluaran radiasinya,
perbandingan antara nilai dosis dan arus dikali waktu penyinaran dalam pengujian ini
menunjukkan hasil perbandingan yang cukup linier. Dari data – data nilai keluaran
radiasi ini kemudian dihitung nilai koefisien linieritasnya menggunakan persamaan CL
μGy μGy
( ) −( )
mAs max mAs min
= | μGy μGy | sehingga didapatkan hasilnya senilai ±0,002. Jika mengacu
( ) +( )
mAs max mAs min
pada standar nilai koefisien linieritas hasil pengujian berdasarkan Peratuaran Kepala
BAPETEN Nomor 2 Tahun 2018, syarat nilai koefisien linieritas yang lolos adalah jika
nilainya ≤ 0,1. Maka dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa pesawat sinar-x yang
ada di Laboratorum X-Ray milik Pusat Sains dan Teknologi Akselerator berada dalam
kondisi yang andal menurut pengujian linieritasnya.
Selain digunakan untuk menghitung nilai koefisien linieritas, nilai arus dan
dosis dari hasil praktikum ini juga diproyeksikan dalam bentuk grafik hubungan antara
arus dan dosis sebagaimana yang dapat dilihat pada grafik 5.1. Dalam sistem pesawat
sinar-X, nilai arus akan berpengaruh terhadap intensitas radiasi karena semakin banyak
arus maka akan semakinbbanyak elektron yang dihasilkan dan akan semakin besar pula
intensitas radiasi yang dikeluarkan. Nilai intensitas ini merupakan salah satu nilai yang
berpengaruh terhadap nilai keluaran radiasi. Dari grafik 5.1, terlihat bahwa antara arus
dan dosis menunjukkan hubungan yang berbanding lurus. Artinya, semakin besar arus
yang digunakan, maka dosis keluaran radiasinya juga akan semakin besar. Pada
dasarnya, uji linieritas bertujuan untuk melihat apakah persebaran data antara variabel
di sumbu X dan di sumbu Y bersifat linier atau berada dalam satu garis lurus atau tidak.
Dan Grafik 5.1 menunjukkan bahwa antara arus dan dosis radiasi menghasilkan grafik
yang linier diwakili oleh persamaan y = 0,0036x – 0,0026.
Kemudian selanjutnya untuk pengujian yang kedua yaitu pengujian
reproduksibilitas, langkah kerja pengujiannya kurang lebih sama dengan pengujian
linieritas. Perbedaannya terletak pada nilai variabel tetap yang digunakan pada kontrol
panel dan variabel yang diamatinya. Pada pengujian reproduksibilitas, varibael tetap
yang digunakan adalah nilai tegangan sebesar 70 kV, kemudian nilai arus sebesar 200
mA dan lama waktu penyinaran sebesar 0,1 detik. Selama proses eksposi, digunakan
fokus besar. Eksposi diulang sebanyak 5 kali dengan variabel tetap yang sama sehingga
didapatkan data sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel 5.3. Dari data tegangan,
waktu penyinaran dan dosis yang didapatkan, terlihat bahwa nilai 3 variabel ini cukup
konsisten untuk pengulangan sebanyak 5 kali. 3 variael data ini masing – masing
digunakan untuk menghitung nilai standar deviasi sebagaimana yang dapat dilihat pada
tabel 5.4, 5.5 dan 5.6. Dengan menggunakan standar deviasi yang didapatkan, dihitung
nilai koefisien varian untuk masing – masing variabel sehingga didapatkan nilai
koefisien varian tegangan, waktu penyinaran dan dosis berturut – turut sebesar 0,00786;
0,00055 dan 0,00029. Jika mengacu pada standar nilai koefisien varian hasil pengujian
berdasarkan Peratuaran Kepala BAPETEN Nomor 2 Tahun 2018, syarat nilai koefisien
varian yang lolos adalah jika nilainya ≤ 0,05 untuk variabel tegangan, waktu penyinaran
dan dosis. Maka dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa pesawat sinar-x yang ada di
Laboratorum X-Ray milik Pusat Sains dan Teknologi Akselerator berada dalam kondisi
yang andal menurut pengujian reproduksibilitasnya.
VII. KESIMPULAN
7.1 Pengujian konsistensi kelauran radiasi pada variasi mA dinilai linier atau tetap
dengan nilai koefisien linieritas yang didapatkan adalah sebesar 0,002.
7.2 Nilai keluaran radiasi hasil pengujian reproduksibilitas dinilai konsisten dengan
nilai koefisien variannya adalah sebesar 0,00029.
7.3 Nilai tegangan terukur hasil pengujian reproduksibilitas dinilai konsisten dengan
nilai koefisien variannya adalah sebesar 0,00786.
7.4 Nilai lama waktu penyinaran hasil pengujian reproduksibilitas dinilai konsisten
dengan nilai koefisien variannya adalah sebesar 0,00055.
DAFTAR PUSTAKA
Puspitasari, A. J., & Salam, M. (2021). Petunjuk Praktikum Instumentasi Medik Pesawat Sinar-
X. 2-4.
Trikasjono, T., Marjanto, D., & Timorti, B. (2009). Analisis Keselamatan Pesawat Sinar-X di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta. 278-289.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018
Tentang Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional.