Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

“HEPATITIS”

NAMA :

NPM :

RUMAH SAKIT :

RUANGAN :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA


INDONESIA

2021

1
HEPATITIS

A. Definisi Hepatitis
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan
serta bahan-bahan kimia. (Hadi, 1999). Hepatitis adalah keadaan
radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau alkohol
(Tambayong, 2000;145).
Penyakit hepatitis akut merupakan penyakit infeksi akut dengan gejala
utama berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada sel-sel hati (Kapita
Selekta Kedokteran,2005). Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh
virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer,
2001). Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin
seperti; kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Royyan, 2002).
Hepatitis merupakan proses penyakit hepar yang mengenai parenkim, sel-
sel kuffer, duktus empedu dan pembuluh darah.hepatitis merupakan suatu
penyakit infeksi atau peradangan yang terjadi pada sel-sel hati atau hepatosit
yang disebabkan oleh virus hepatitis.
B. Etiologi
Menurut Price dan Wilson (2005: 485) Secara umum hepatitis disebabkan
oleh virus. Beberapa virus yang telah ditemukan sebagai berikut.
1. Virus hepatitis A (HAV)
2. Virus hepatitis B (HBV)
3. Virus hepatitis C (HCV)
4. Virus hepatitis D (HDV)
5. Virus hepatitis E (HEV)
Namun dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling
dikenal adalah HAV (hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah
tersebut lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis “infeksiosa” dan
hepatitis “serum”, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parental
dan nonparental (Price dan Wilson, 2005: 243). Hepatitis pula dapat
disebabkan oleh racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk respons terhadap

2
reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit sistematik dan juga
bersifat idiopatik (Hincliff, 2000: 205).
C. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan
kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena
memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada
hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah
normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel
hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari
tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis
sembuh dengan fungsi hepar normal (Wijaya & Putri, 2013: 207).
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan
suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan
tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan
adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati (Wijaya & Putri, 2013: 207).
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap
normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu
intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam
hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya
billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi
retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu
belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah
mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini
terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan
eksresi bilirubin (Wijaya & Putri, 2013: 207).
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat
dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih

3
berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai
peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan
gatal-gatal pada ikterus (Wijaya & Putri, 2013: 207).

Virus Hepatitis A,B,C,D dan E

Peradangan sel-sel hati Kurang pengetahuan

Hati Membesar Demam Regenerasi Sel Hati

Perut Terasa Sakit Nyeri Akut Resiko Kegagalan hati


peningkatan suhu melakukan
tubuh detokfisasi dan
gangguan Resiko
metabolisme zat infeksi
Mual Muntah
gizi

Resiko Perubahan
keseimbangan nutrisi kurang Kelemahan,Malaise
cairan tubuh dari kebutuhan
kurang dari tubuh
kebutuhan Intolerasi Aktivitas
tubuh

4
5
Skema 2.1 Patofisiologi Hepatitis (Askepterkini.co.id)

D. Manifestasi Klinik
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama.
Manifestasi klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi
dari masing – masing stadium adalah sebagai berikut.
1. Fase Inkubasi
Fase Inkubasi merupakan waktu diantara saat masuknya virus dan
saat timbulnya gejala atau iktrus.

2. Fase Prodromal (pra ikterik)


Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan gejala
timbulnya ikterus.
a. Permulaan ditandai dengan : malaise umum, mialgia,  atralgia mudah
lelah, gejala saluran nafas  dananoreksi.
b. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas
atau epigastrikum
3. Fase ikterus
Muncul setelah 5-10 jam, tetapi dapat juga muncul bersamaan
dengan munculnya gejala.
4. Fase Konvalesen (penyembuhan)
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain tetapi
hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada.
a. Ditandai dengan :
1) Munculnya perasaan lebih sehat
2) Kembalinya napsu makan
3) Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu
b. Pada 5% - 10% kasus hepatitis B perjalanan klinisnya mungkin lebih

6
c. sulit ditangani hanya < 1% yang menjadi fulminan (menyeluruh)
(Wijaya & Putri, 2013: 208).
E. Penatalaksanaan Medis
1. Penderita yang menunjukkan keluhan berat harus istirahat penuh selama 1-
2 bulan.
2. Diet harus mengandung cukup kalori dan mudah dicerna.
3. Pada umumnya tidak perlu diberikan obat-obat, karena sebagian besar obat
akan di metabolisme di hati dan meningkatkan SGPT.
4. Wanita hamil yang menderita hepatitis perlu segera di rujuk ke rumah
sakit.
5. Pemeriksaan enzim SGPT dan gamma-GT perlu dilakukan untuk
memantau keadaan penderita. Bila hasil pemeriksaan enzim tetap tinggi
maka penderita dirujuk untuk menentukan apakah perjalanan penyakit
mengarah ke hepatitis kronik.
6. Hepatitis b dapat dicegah dengan vaksin. Pencegahan ini hanya dianjurkan
bagi orang-orang yang mengandung resiko terinfeksi.
7. Pada saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki kerusakan sel hati.
(Carpenito, 2009)
F. Asuhan Keperawatan Hepatitis
Menurut Wijaya & Mariza (2013) konsep pengkajian pada pada pasien
hepatitis adalah sebagai berikut.
1. Pengkajian
a. Biodata pasien
Meliputi : Nama, Usia : bisa terjadi pada semua usia, Alamat, Agama,
Pekerjaan, Pendidikan.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Pasien mengatakan suhu tubuhnya tinggi dan  nyeri perut kanan
atas.
2) Riwayat penyakit sekarang

7
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah,
demam, nyeri perut kanan atas
3) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang
pernah diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami
termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit.
4) Riwayat penyakit keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit
menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Review Of Sistem (ROS)
1) Kedaan umum :
Kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai kesakitan,
konjungtiva anemis, Suhu badan 38,50 C.
2) Sistem respirasi :
Frekuensi nafas normal (16-20kali/menit), dada simetris, ada
tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung,
tidak terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.
3) Sistem kardiovaskuler :
TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidak ada pembesaran
jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.
4) Sistem urogenital :
Urine berwarna gelap
5) Sistem musculoskeletal :
Kelemahan disebabkan tidak adekuatnya nutrisi (anoreksia).
6) Abdomen :
Inspeksi : abdomen ada benjolan
Auskultasi : Bising usus positif pada benjolan
Palpasi : pada hepar teraba keras
Perkusi : hipertimpani
b. Pengkajian fungsional Gordon

8
1) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika
ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan
kesehatan terdekat.
2) Pola nutrisi dan metabolik
a) Makan  : Tidak nafsu makan, porsi makan  tidak habis, habis 3
sendok  disebabkan Mual muntah .
b) Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500 cc
3) Pola eliminasi
a) BAK : urine warna gelap, encer seperti teh
b) BAB : Diare feses warna tanah liat
4) Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena
pasien lemah terkulai di atas tempat tidur, lelah, malaise dan
membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya.
5) Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri
pada abdomen, mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus.
6) Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera
berobat.
7) Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi
akibat kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk
istirahat.
8) Pola reproduksi / seksual
Pola hidup / perilaku meningkatkan risiko homoseksual aktif /
biseksual pada wanita).
9) Pola persepsi diri dan konsep diri

9
Pasien ingin cepat sembuh  dan tidak ingin mengalami penyakit
seperti ini lagi.
10) Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi
perutnya dan meringis kesakitan.
11) Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama Islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap
ini merupakan cobaan dari Allah SWT.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik
kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim
intra seluler yang terutama berada di jantung, hati dan jaringan skelet,
terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati.
b. Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan
enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
c. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
d. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
e. Alkali phosfatase
Sedikit meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
f. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)

g. Albumin Serum
Menurunnya albumin serum, hal ini disebabkan karena sebagian besar
protein serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun
pada berbagai gangguan hati.
h. Gula Darah

10
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
i. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
j. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
k. Masa Protrombin
Kemungkinan memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati
atau berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk
sintesis protombin.
l. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk,
mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
m. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat. BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan
dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan dalam satu proses ini
menyebabkan kenaikan retensi BSP.
n. Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
o. Skan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
p. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin. Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan
hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena bilirubin terkonyugasi larut
dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.

Analisa Data
Menurut Reeves et,al (2001) data yang dapat di kalsifikasikan pada pasien
hepatitis adalah sebagi berikut:

No
Data Etiologi Masalah

11
`1  Data Subjektif :
Pembengkakan hepar Gangguan rasa
Pasien mengatakan bahwa
nyaman
nyeri pada daerah perut kanan
(Nyeri)
atas

 Data Objektif :

Nyeri pada saat ditekan

Seperti ditusuk tusuk

Nyeri pada kuadran kanan atas

Skala :  6-8.

2  Data Subjektif :
Pasien mengatakan mual Anoreksia Nutrisi kurang
tidak nafsu makan. dari kebutuhan
klien tampak lemah dan
lemas, porsi makan tidak
habis hanya habis 3 sendok
 Data Objektif :

BB turun

Hb < 12

Konjungtiva anemis

Diet makan tinggi serat dan


protein

3  Data Subjektif :  
 Penurunan kekuatan / Intoleransi
Pasien mengatakan bahwa dia
ketahanan tubuh Aktivitas
malas untuk beraktivitas

 Data Objektif : 

12
Tonus Otot   4   4

4   4

Aktivitas sehari hari


memerlukan bantuan

Pasien nampak terkulai


lemas di atas tempat tidur
 Data Subjektif :

Pasien mengatakan Gatal sekunder Resiko tinggi


bahwa tubuhnya gatal –gatal dengan akumulasi terhadap
 Data Objektif :  garam empedu pada kerusakan

Tanda garukan pada kulit jaringan integritas kulit

5  Data Subjektif:
Mual – muntah Resiko tinggi
Pasien mengatakan bahwa
kekurangan
sering muntah
volume cairan
 Data Objektif :

pasien muntah 1x/ lebih sehari

Turgor Kulit kembali > 2


Detik

Mukosa Bibir Kering

Mata Cowong

Konjungtiva Anemis
6  Data Subjektif : infasi agen dalam Hipertermi
sirkulasi darah
Pasien mengatakan tubuhnya
sekunder terhadap
panas
inflamasi hepar
 Data Objektif : 
suhu tubuh pasien 38,50 C

13
4. Diagnosa Keperawatan
Menurut Carpenito (2009) diagnosa keperawatan pada penderita hepatitis
adalah:
a. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan pembengkakan
hepar.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan /
ketahanan tubuh.
d. Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
Gatal sekunder dengan akumulasi garam empedu pada jaringan.
e. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
mual – muntah.
f. Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar.
5. Intervensi Keperawatan
Menurut Reeves et,al (2001) intervensi pada pasien hepatitis adalah
sebagai berikut:
a. Diagnosa Keperawatan Pertama : Gangguan rasa nyaman (Nyeri)
berhubungan dengan pembengkakan hepar.
b. Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 x 24
diharapkan pasien nyeri hilang, dengan
c. Kriteria Hasil :
1) TTV normal : (TD :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt,
N : 60-100 x/mnt, S : 36,5 - 37,50.C ).
2) Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
3) Pasien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dan
distraksi.
4) Skala nyeri 0-3                            
5) Wajah  pasien rileks

14
Intervensi Rasional
Nyeri yang berhubungan dengan
hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
karena terdapat peregangan secara
Kolaborasi dengan individu untuk
kapsula hati, melalui pendekatan
menentukan metode yang dapat
kepada individu yang mengalami
digunakan untuk intensitas nyeri
perubahan kenyamanan nyeri
diharapkan lebih efektif mengurangi
nyeri.
Untuk mengetahui keadaan umum
 Observasi TTV
klien
klienlah yang harus mencoba
Tunjukkan pada klien penerimaan
meyakinkan pemberi pelayanan
tentang respon klien terhadap nyeri
kesehatan bahwa ia mengalami nyeri.
.klien yang disiapkan untuk
B berikan informasi akurat dan mengalami nyeri melalui penjelasan
a)    Jelaskan penyebab nyeri nyeri yang sesungguhnya akan
b)    Tunjukkan berapa lama nyeri dirasakan (cenderung lebih tenang
akan berakhir, bila diketahui dibanding klien yang penjelasan
kurang/tidak terdapat penjelasan)
Bahas dengan dokter penggunaan kemungkinan nyeri sudah tak bisa
analgetik yang tak mengandung efek dibatasi dengan teknik untuk
hepatotoksi  mengurangi nyeri.

a. Diagnosa Keperawatan Kedua : Nutrisi kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan Anoreksia
b. Tujuan : Setelah dilakukan selama 5 x 24 jam diharapkan nutrisi klien
terpenuhi, dengan
c. Kriteria Hasil :
1) Nafsu makan pasien  meningkat
2) Porsi makan habis

15
3) Pasien mampu mengungkapkan bagaimana cara mengatasi malas
makan
4) Pasien tidak lemas
5) BB naik

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri :
Makan banyak sulit untuk mengatur
Awasi pemasukan diet / jumlah
bila pasien anoreksi. Anoreksi juga
kalori. Berikan makan sedikit dalam
paling buruk selama siang hari,
frekuensi sering dan tawarkan makan
membuat masukan makanan yang
pagi paling besar
sulit pada sore hari
Berikan perawatan mulut sebelum Menghilangkan rasa tak enak dapat
makan meningkatkan nafsu makan
Menurunkan rasa penuh pada
Anjurkan makan pada posisi duduk
abdomen dan dapat meningkatkan
tegak
nafsu makan
Dorong pemasukan sari jeruk, Bahan ini merupakan ekstra kalori
minuman karbonat dan permen berat dan dapat lebih mudah dicerna /
sepanjang hari toleran bila makanan lain ini

Berguna dalam membuat program


Kolaborasi : diet untuk memenuhi kebutuhan
Konsul pada ahli gizi, dukung tim individu. Metabolisme lemak
nutrisi untuk memberikan diet sesuai bervariasi tergantung pada produksi
kebutuhan pasien, dengan masukan dan pengeluaran empedu dan
lemak dan protein sesuai toleransi perlunya masukan normal atau lebih
protein akan membantu regenerasi
hati
Berikan obat sesuai indikasi : Diberikan ½ jam sebelum makan,
Antiematik, contoh metalopramide dapat menurunkan mual dan
(Reglan) ; trimetobenzamid (Tigan) meningkatkan toleransi pada

16
makanan.

a. Diagnosa Keperawatan Ketiga : intoeransi Aktivitas berhubungan


dengan penurunan kekuatan / ketahanan tubuh.
b. Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 X 24 jam
pasien diharapkan mampu beraktivitas dengan baik, dengan
c. Kriteria Hasil :
1) Tonus otot 5  5
2) Pasien mampu melakukan aktivitas sendiri
3) Pasien mampu memenuhi kebutuhannya sendiri

INTERVENSI RASIONAL
Meningkatkan istirahat dan
ketenangan. Menyediakan energi
Mandiri :
yang digunakan untuk penyembuhan.
Tingkatkan tirah baring / duduk.
Aktivitas dan posisi duduk tegak
Berikan lingkungan tenang; batasi
diyakini menurunkan aliran darah ke
pengunjung sesuai keperluan
kaki, yang mencegah sirkulasi
optimal ke sel hati
Meningkatkan fungsi pernafasan dan
Ubah posisi dengan sering. Berikan meminimalkan tekanan pada area
perawatan kulit yang baik tertentu untuk menurunkan resiko
kerusakan jaringan
Lakukan tugas dengan cepat dan Memungkinkan periode tambahan
sesuai toleransi istirahat tanpa gangguan
Tirah baring lama dapat menurunkan
Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi,
kemampuan. Ini dapat terjadi karena
bantu melakukan latihan rentang
keterbatasan aktivitas yang
gerak sendi pasif / aktif
mengganggu periode istirahat.
5.   Dorong penggunaan teknik Membantu dalam manajemen contoh
manajemen stres, contoh relaksasi relaksasi progresif, visualisasi,
progresif, visualisasi, bimbingan bimbingan imajinasi, berikan
imajinasi, berikan aktivitas hiburan aktivitas hiburan.

17
yang tepat, contoh menonton TV,
radio, membaca
Menunjukkan kurangnya resolusi /
6.   Awasi terulangnya anoreksia dan eksaserbasi penyakit, memerlukan
nyeri tekan pembesaran hati istirahat lanjut, mengganti program
terapi
Kolaborasi :
Berikan antidot atau bantu dalam Membuang agen penyebab pada
prosedur sesuai indikasi (contoh hepatitis toksik dapat membatasi
lavase, katarsis, hiperventilasi) derajat kerusakan jaringan
tergantung pada pemajanan
Membantu dalam manajemen
kebutuhan tidur. Catatan :
Berikan obat sesuai indikasi : sedatif, penggunaan berbiturat dan
agen antiansietas, contoh diazepam tranquilizer seperti Compazine dan
(Valium); lorazepam (Ativan) Thorazine, dikontraindikasikan
sehubungan dengan efek
hepatotoksik
Membantu menentukan kadar
aktivitas tepat, sebagai peningkatan
Awasi kadar enzim hati
prematur pada potensial risiko
berulang

a. Diagnosa Keperawatan Keempat : Resiko Tinggi terhadap kerusakan


integritas kulit berhubungan dengan gatal sekunder dengan akumulasi
garam empedu pada jaringan.
b. Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan gatal pada pasien hilang.
c. Kriteria Hasil :
1) Pasien merasa nyaman
2) Tubuh pasien tidak gatal lagi
3) Tubuh pasien tidak lecet

18
Intervensi Rasional
          Mulai tindakan kenyamanan :
          Mandi pancuran dingin
          Gosokan punggung
          Air hangat Tindakan ini meningkatkan istirahat.
-    Aktivitas hiburan rendah Istirahat menurunkan kebutuhan
(membaca, menonton TV, energi yang menghasilkan tegangan
permainan papan) pada hepar.
-     Kompres dingin pada dahi untuk
sakit kepala
-    Lingkungan tenang
Untuk mengatasi demam. Demam
berhubungan dengan peningkatan
Berikan antipiretik yang diresepkan kehangatan dan berkeringat saat
dan evaluasi keefektifan demam membaik. Hangat disertai
dengan lembab meningkatkan rasa
gatal.
Pertahankan linen dan pakaian Pakaian basah dari berkeringat
kering adalah sumber ketidaknyamanan
Isolasi dapat menyebabkan
Dorong kunjungan dari keluarga dan
kebosanan yang mencetuskan depresi
teman
dan meningkatkan ketidaknyamanan
Mulai tindakan untuk menghilangkan Suhu dingin membatasi vasodilatasi
puritus : jadi menurunkan pengeluaran garam
          Berikan mandi pancuran dingin empedu ke permukaan kulit. Soda
-     Gunakan soda kue atau tepung kue dan sagu membantu menetralkan
sagu pada air asam pada permukaan kulit. Sabun
          Hindari sabun alkalin alkalin mempunyai efek
          Berikan losin Caladryl mengeringkan, yang meningkatkan
          Gunakan pakaian yang longgar rasa gatal. Losion Caladryl
-   Pertahankan suhu kamar dingin mengandung antihistamin, benadryl

19
yang juga menetralkan keasaman
permukaan kulit, dan menekan ujung
saraf sensori yang mencetuskan
sensasi gatal
Pertahankan kuku pasien terpotong
pendek. Instruksikan pasien
menggunakan bantalan jari untuk
Untuk menurunkan resiko kerusakan
menggaruk kulit atau menggunakan
kulit bila buruk
ujung jari untuk menekan pada kulit
bila sangat perlu menggaruk.

a. Diagnosa Keperawatan Kelima  :  Resiko tinggi terhadap kekurangan


volume cairan berhubungan dengan mual – muntah.
b. Tujuan : Setelah dilakukan selama 2 x 24 jam diharapkan volume
cairan pasien terpenuhi, dengan
c. Kriteria Hasil :
1) TTV normal :(TD :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 kali
permenit, N : 60-100 x/mnt, S : 36,5- 37,50.C ).
2) Turgor Kulit  kembali < 2 Detik
3) Mukosa Bibir lembab
4) Mata tidak Cowong
5) Konjungtiva tidak Anemis
6) Muntah tidak terjadi

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
Awasi masukan dan haluaran,
Memberikan informasi tentang
bandingkan dengan berat badan
kebutuhan penggantian / efek terapi.
harian. Catat kehilangan melalui
usus, contoh muntah dan diare
Kaji tanda vital, nadi periver, Indikator volume sirkulasi  / perfusi

20
pengisian kapiler, turgor kulit, dan
membran mukosa
Periksa asites atau pembentukan
Menurunkan kemungkinan
edema. Ukur lingkar abdomen sesuai
perdarahan kedalam jaringan
indikasi
Biarkan pasien menggunakan lap
Menghindari trauma dan perdarahan
katun / spon dan pembersih mulut
gusi
untuk sikat gigi
5.   Kadar protombin menurun dan waktu
Observasi tanda perdarahan, contoh
koagulasi memanjang bila absorbsi
hematuria / melena, ekimosis,
vitamin K terganggu pada traktus GI
perdarahan terus menerus dari gusi /
dan sintesis protrombin menurun
bekas injeksi
karena mempengaruhi hati
Menunjukkan hidrasi dan
Kolaborasi : mengidentifikasi retensi natrium /
Awasi nilai laboratorium, contoh kadar protein yang dapat
Hb/Ht, Na+ albumin, dan waktu menimbulkan pembekuan edema.
pembekuan Defisit pada pembekuan potensial
beresiko perdarahan
Berikan cairan IV (biasanya Memberikan cairan dan penggantian
glukosa), elektrolit elektrolit

a. Diagnosa Keperawatan Keenam : Hipetermi berhubungan dengan


infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar
b. Tujuan: selelah dilakukan tindakan selama 3x24 suhu tubuh Pasien
kembali normal, dengan
c. Kriteria Hasil :
1) Klien tidak mengeluh panas
2) Suhu tubuh  Normal 36,50 – 37,50C
3) Keluarga pasien mampu mengatasi panas dengan melakukan
kompres hangat.

21
Intervensi Rasional
1.   Kaji adanya keluahan tanda - tanda Sebagai indikator untuk mengetahui
peningkatan suhu tubuh status hypertermi

Menghambat pusat simpatis di


hipotalamus sehingga terjadi
2.  Berikan kompres hangat pada
vasodilatasi kulit dengan merangsang
lipatan ketiak dan femur
kelenjar keringat untuk mengurangi
panas tubuh melalui penguapan
3. Berikan HE kepada keluarga
Keluarga mampu
pasien tentang pemberian
melakukan kompres kepada pasien
kompres yang benar
secara mandiri

Kondisi kulit yang mengalami


lembab memicu timbulnya
4. Anjurkan klien untuk memakai
pertumbuhan jamur. Juga akan
pakaian yang menyerap keringat
mengurangi kenyamanan klien,
mencegah timbulnya ruam kulit

6. Implementasi
Menurut Reeves et,al (2001) Implementasi yang dapat dilakukan pada pasien
hepatitis sebagai berikut.
a. Mengkolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri serta mengukur itensitas nyeri.
b. Mengawasi pemasukan jumlah kalori dan memberikan makan sedikit
dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
c. Melakukan tirah baring pada pasien serta memberikan lingkungan tenang;
batasi pengunjung sesuai keperluan.
d. Memberikan tindakan kenyamanan bagi pasien dan memberikan
antipiretik yang diresepkan dan mengevaluasi keefektifannya
e. Mengkaji tanda vital, nadi periver, pengisian kapiler, turgor kulit, dan
membran mukosa.

22
f. Memberikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur.
Menurut Marilynn E.Doenges 2000 : hal 532 – 542 implementasi dari
penyakit hepatitis adalah sebagai berikut :
a. Mengkaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan prognosis,
kemungkinan pilahan pengobatan.
b. Memberi informasi khusus tentang pencegahan dan penularan penyakit.
c. Merencanakan memulai aktivitas sesuai tolerasnsi dengan periode istirahat
adekuat.
d. Membantu klien mengidentivikasi aktivitas pengalih.
e. Mendorong keseimbangan diet seimbang.

7. Evaluasi
Menurut Marilynn E.Doenges(2000) evaluasi adalah sebagai berikut:
a. Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
b. Mengidentivikasi hubungan tanda / gejala penyakit dan hubungan gejala
dengan faktor penyebab.
c. Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan. 
d. Klien akan menunjukkan perbaikan toleransi aktivitas.
e. Kebutuhan nutrisi terpenuhi, menunjukkan peningkatan berat badan,
bebas tanda malnutrisi.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,


EGC, Jakarta.

Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep


Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.

Reeves, Charlene, et al, Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono,
Edisi I, jakarta, Salemba Medika.

23
Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddart. Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.

Dokumen.tip.com. Asuhan Keperawatan Hepatitis. Diakses tanggal 21 September


2016

24

Anda mungkin juga menyukai