Anda di halaman 1dari 4

Matematika Bisnis

Pertemuan 4

BAB 3
DERET

Deret ialah rangkaian bilangan yang tersusun secara teratur dan memenuhi kaidah-kaidah
tertentu. Bilangan-bilangan yang merupakan unsur dan pembentuk sebuah deret dinamakan suku.

3.1 Deret Hitung (DH)


Deret hitung ialah deret yang perubahan suku-sukunya berdasarkan penjumlahan terhadap
sebuah bilangan tertentu. Bilangan yang membedakan suku-suku dari deret hitung ini dinamakan
pembeda (beda).
Contoh: 1) 7, 12, 17, 22 (Pembeda = 5) 2) 93, 83, 73, 63 (Pembeda = -10)

3.1.1 Suku ke-n


Besaran nilai suku tertentu (ke-n) dari sebuah deret hitung dapat dihitung melalui sebuah
rumus.
Un = a + (n – 1)b ; a : suku pertama, b : pembeda, n : banyaknya suku

Untuk Contoh 2) di atas : U4 = a + (n – 1)b = 93 + (4 – 1) (-10) = 63

3.1.1 Jumlah n Suku


Jumlah sebuah deret hitung sampai dengan suku tertentu tak lain adalah jumlah nilai suku-
sukunya, sejak suku pertama (a) sampai dengan suku ke-n (Un) yang bersangkutan, rumusnya:
n
Sn= (a+ S n)
2
Untuk contoh 1) di atas, jumlahnya sampai dengan suku ke-4 adalah:
4
S4 = ( 7+22 )=58
2

3.2 Deret Ukur (DU)


Deret ukur (deret geometri) ialah deret yang perubahan suku-sukunya berdasarkan perkalian
terhadap sebuah bilangan tertentu. Bilangan yang membedakan suku-suku sebuah deret ukur
dinamakan pengganda (rasio).
Contoh: 1) 5, 10, 20, 40 (Pengganda = 2) 2) 512, 256, 128, 64 (Pengganda = 0,5)

3.2.1 Suku ke-n Deret Ukur


Un = ap n-1 ; a : suku pertama, p : pengganda, dan n : indeks suku

3.2.2 Jumlah n suku


a (1−Pn ) a( pn−1)
Sn = atau S n=
1− p p−1
Dalam hal | p|<1, penggunaan rumus yang di sebelah kiri lebih mempermudah perhitungan.
Di lain pihak jika | p|>1, perhitungan menjadi lebih mudah dengan menggunakan rumus yang di
sebelah kanan.
Untuk kasus dalam contoh 2) deret ukur, dimana a = 512 dan p =0,5, maka jumlah dari
empat suku pertamanya adalah:

1
S4 =
4
512( 1−0,5 )
=
512 ( 165 ) =320
1−0,5 0,5

Prinsip-prinsip deret banyak diterapkan untuk menelaah perilaku bisnis dan ekonomi baik
secara langsung maupun secara tidak langsung. Prinsip deret hitung banyak diterapkan dalam
menganalisis perilaku perkembangan. Sedangkan prinsip deret ukur, bersama-sama dengan konsep
logaritma, sering digunakan untuk menganalisis perilaku pertumbuhan.

Latihan Deret
1. Dari sebuah deret hitung yang suku pertamanya 200 dan beda antar suku-sukunya 25, hitunglah:
(a) U5 (b) U10 (c) S5 (d) S10

5. Untuk U6 = 24.000 dan U10 = 18.000, hitunglah :


(a) b (b) n untuk Un = 0 (c) S5 (d) S6

9. Suku pertama deret hitung M adalah 75 dan bedanya 10, sementara suku ke-6 deret hitung N
adalah 145 dan bedanya 5. Carilah n yang memberikan nilai yang sama bagi suku-suku kedua
deret tersebut.

10. Dari sebuah deret ukur yang suku-sukunya 10, 30, 90, 270, … , hitunglah.
(a) U5 (b) U6 (c) S5 (d) S6

11. Suku ke-3 dan suku ke-7 dari sebuah deret ukur masing-masing adalah 800 dan 50, berapakah:
(a) a ? (b) p ? (c) U5 ? (d) S5 ?

15. Sebuah deret hitung memiliki nilai-nilai a = 4 dan b = 2. Sementara itu pada saat yang sama,
sebuah deret ukur mempunyai nilai-nilai U5 = 32 dan U6 = 64
(a) Pada suku keberapa suku-suku dari kedua jenis deret ini sama?
(b) Mana yang lebih besar antara U5 DH dan U5 DU dalam kasus ini?

3.3 Penerapan Ekonomi


Di bidang bisnis dan ekonomi, teori atau prinsip-prinsip deret sering diterapkan dalam
kasus-kasus yang menyangkut perkembangan dan pertumbuhan.

3.3.1 Model Bunga Majemuk


Model bunga majemuk merupakan penerapan deret ukur dalam kasus simpan-pinjam dan
kasus investasi. Dengan model ini dapat dihitung, misalnya, besarnya pengembalian kredit di masa
datang berdasarkan tingkat bunganya. Atau sebaliknya, untuk mengukur nilai sekarang dari suatu
jumlah hasil investasi yang akan diterima di masa datang.
Jika misalnya modal pokok sebesar P dibungakan secara majemuk dengan suku bunga per
tahun setingkat i, maka jumlah akumulatif modal tersebut di masa datang setelah n tahun (Fn) dapat
dihitung sebagai berikut:
Setelah 1 tahun : F1 = P + P.i = P(1 + i)
Setelah 2 tahun : F2 = P(1 + i) + P(1 + i)i = P(1 + i)2
Setelah 3 tahun : F3 = P(1 + i)2 + P(1 + i)2i = P(1 + i)3

Dengan demikian, jumlah di masa datang dari suatu jumlah sekarang adalah:
Fn = P(1 + i)n ; P : Jumlah sekarang, i : tingkat bunga per tahun, n : Jumlah tahun

2
Dari rumus di atas, dapat pula dihitung besarnya nilai sekarang apabila yang diketahui
jumlahnya di masa datang. Nilai (present value) dari suatu jumlah uang tertentu di masa datang
adalah:
1 1
P= n
∙ F atau P= ∙F
( 1+i ) i mn
( ) 1+
m
Dimana m : jumlah periode dalam 1 tahun, n : jumlah tahun
Suku (1/(1 + i)n dan 1/(1 + i/m)mn dinamakan “faktor diskonto” (discount factor), yaitu suatu
bilangan lebih kecil dari 1 yang dapat dipakai untuk menghitung nilai sekarang dari suatu jumlah di
masa datang.

Kasus 1
Seorang nasabah meminjam uang di bank sebanyak Rp 5 juta untuk jangka waktu 3 tahun,
dengan tingkat bunga 2% per tahun. Berapa jumlah seluruh uang yang harus dikembalikannya pada
saat pelunasan? Seandainya perhitungan pembayaran bunga bukan tiap tahun, melainkan tiap
semester berapa jumlah yang harus ia kembalikan ?

P = 5.000.000 Fn = P(1 + i)n


n =3 F3 = 5.000.000 (1 + 0,02)3
i = 2% = 0,02 = 5.000.000 (1.061208) = 5.306.040

Jadi pada saat pelunasan, setelah tiga tahun nasabah tadi secara keseluruhan harus
mengembalikan sebanyak Rp 5.306.040,00. Seandainya bunga, diperhitungkan dibayarkan tiap
semester, m = 2, maka:
Fn = P(1 + i/m)mn  F3 = 5.000.000 (1 + 0,01)6
= 5.000.000 (1,06152) = 5.307.600
Jumlah yang harus dikembalikan menjadi lebih besar, Rp 5.307.600,00
Kasus 2
Tabungan seorang mahasiswa akan menjadi sebesar Rp 532.400,00 tiga tahun yang akan
datang. Jika tingkat bunga bank yang berlaku 10% per tahun berapa tabungan mahasiswa tersebut
pada sat sekarang ini?
1
F = 532.400 P= ∙F
( 1+i )n
1
n =3 ¿ ∙532.400=400.000
(1+ 0,1 )3
i = 10% = 0,1

Jadi besarnya tabungan sekarang adalah Rp 400.000,00

3.3.2 Model Pertumbuhan Penduduk


Penerapan deret ukur yang paling konvensional di bidang ekonomi adalah dalam hal
penaksiran jumlah penduduk. Sebagaimana pernah dinyatakan oleh Malthus, penduduk dunia
tumbuh mengikuti pola deret ukur secara matematik, hal ini dapat dirumuskan sebagai:

Pt =P❑1 Rt −1

di mana: R = 1 + r
P1 = jumlah pada tahun pertama (basis)
Pt = jumlah pada tahun ke-t
r = persentase pertumbuhan per tahun

3
t = indeks waktu (tahun)

Kasus 3
Penduduk suatu kota berjumlah 1 juta jiwa pada tahun 1991, tingkat pertumbuhannya 4
persen per tahun. (a) Hitunglah jumlah penduduk kota tersebut pada tahun 2006. (b) Jika mulai
tahun 2006 pertumbuhannya menurun menjadi 2,5%, berapa jumlahnya 11 tahun kemudian?
(a) P1 = 1 juta P tahun 2006 ≡ P16 = 1 juta (1,04)15
r = 0,04 ; R = 1,04 = 1 juta (1,800943)
t − 1 = 2006 – 1991 = 16 = 1.800.943 jiwa

(b) P1 = 1.800.943 P tahun 2006 ≡ P11


r = 0,025 ; R = 1,025 P11 = 1.800.943 (1,025)10
t = 11 = 2.305.359 jiwa

Selamat Belajar

Anda mungkin juga menyukai