Agus Salim berangkat ke Jeddah, Arab Saudi untuk bekerja pada
Konsulat Belanda di sana.
Agus Salim kemudian menekuni dunia jurnalistik sejak tahun 1915
di Harian Neratja sebagai Redaktur II. Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi. Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlangsung hingga akhirnya menjadi Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta. Kemudian mendirikan Suratkabar Fadjar Asia. Dan selanjutnya sebagai Redaktur Harian Moestika di Yogyakarta dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan dengan itu Agus Salim aktif dalam dunia politik sebagai pemimpin organisasi Sarekat Islam. Haji Agus Salim (Bukit Tinggi, Sumatera Barat, 9 Oktober Agus Salim menguasai sembilan bahasa asing, diantaranya 1884 - Jakarta, 4 November Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Arab, Turki dan Jepang. Haji 1954) tokoh yang pada Agus Salim pernah menjadi penerjemah di Konsulat Belanda di waktu kecil mempunyai Jeddah Arab Saudi. Agus Salim pernah menjabat Menteri Luar nama Masyhudul Haq ini Negeri pada periode 3 Juli 1947 - 20 Desember 1949. Pada masa adalah seorang ulama dan jabatannya Agus Salim menjadi ketua delegasi Indonesia dalam tokoh pejuang kemerdekaan Inter Asian Relation Conference di India dan berusaha membuka dari Minangkabau, Sumatera hubungan diplomatik dengan sejumlah Negara Arab, terutama Barat. Ayahnya adalah Mesir dan Arab Saudi. seorang kepala jaksa di Pengadilan Tinggi Riau. Peran Agus Salim pada masa perjuangan kemerdekaan RI antara lain: Anggota Volksraad (1921-1924) Pendidikan dasar ditempuh Agus Salim di Europeesche Anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945 Lagere School (ELS) sekolah Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II dan Kabinet khusus anak-anak Eropa, Sjahrir III tahun 1946-1947 kemudian dilanjutkan ke Pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan Hoogere Burgerschool (HBS) negara-negara Arab, terutama Mesir tahun 1947 di Batavia. Agus Salim Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin I dan Kabinet berhasil menjadi lulusan Amir Sjarifuddin II tahun 1947-1948 terbaik di HBS se-Hindia Menteri Luar Negeri Kabinet Kabinet Hatta I dan Kabinet Belanda. Setelah lulus, Salim Hatta II tahun 1948-1949 bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada Setelah mengundurkan diri dari dunia politik, pada tahun 1953 sebuah kongsi pertambangan Agus Salim mengarang buku dengan judul "Bagaimana Takdir, di Indragiri. Pada tahun 1906, Tawakal dan Tauchid harus dipahamkan?" yang kemudian diubah menjadi "Keterangan Filsafat Tentang Tauchid, Takdir dan Tawakal". Agus Salim meninggal dunia pada tanggal 4 November ANDREAS MARCELLO XII IPS 4 (4) RIWAYAT HIDUP HAJI AGUS SALIM
1954 di RSU Jakarta dan
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.