Anda di halaman 1dari 5

Skenario 4

Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut berdasarkan Faktor Resiko

Dalam merancang program pencegahan dan pengendalian penyakit gigi dan mulut,
terdapat banyak strategi dan teknik berdasarkan macam bahan dan cara aplikasi. Tim
program pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada suatu yayasan sosial ingin membuat
program pencegahan penyakit gigi dan mulut untuk masyarakat perkotaan di Indonesia.
Mereka menyadari bahwa masyarakat perkotaan memiliki latar belakang sosial budaya yang
heterogen sehingga berdasarkan bukti, mereka memiliki faktor resiko yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, mereka membagi kelompok masyarakat berdasarkan faktor resiko yang sama
dan menetapkan cara memilih metode dan bentuk intervensi yang efektif.
Kata kunci : pencegahan, sosial budaya, berdasarkan bukti

A. Terminologi
Strategi = suatu pendekatan yang berkaitan dengan pelaksanaan, gagasan,
perencanaan serta eksekusi dalam aktivitas yang memiliki kurun waktu tertentu
Intervensi = campur tangan dalam perselisihan antara dua pihak yaitu meliputi orang,
golongan, dan negara, dsb.; tindakan yg dirancang oleh sekelompok pihak untuk
membantu klien (masyarakat) untuk beralih ke tingkat kesehtan yang lebih baik.
Yayasan social = sebuah bentuk atau jenis yayasan yang ebrgerak dalam lembaga
social baik formal maupun non formal dapat berupa panti jompo, panti asuhan, dll.;
suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat social, keagamaan,
dan kemanusiaan.
Faktor resiko = faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan suatu penyakit.
B. Rumusan masalah
1. apa saja program pelayanan kesehatan gigi dan mulut yg dapat diberikan ke
masyarakat?
2. apa saja contoh pencegahan dalam kesehatan gigi mulut di Indonesia (karies)?
3. apa tujuan program preventif dan promotif pada scenario?
4. apa saja bentuk intervensi dalam bidang kedokteran gigi?
5. apa saja aspek social yang membuat orang tertarik terhadap upaya kesehatan gigi
dan mulut?
6. apa ciri-ciri dari masyarakat perkotaan?
7. apa saja level program pencegahan penyakit gigi dan mulut?
8. apa saja kemungkinan faktor resiko yang ada pada masyarakat perkotaan tersebut?
9. bagaimana tahapan program pengendalian penyakit gimul?
C. Hipotesis
1. berdasar Kemenkes:
 Promkes dan pemberdayaan masyarakat,
 Program fluoridasi
 Upaya kesehatan perorangan
 Program pengawasan obat dan bahan dalam bidang kedokteran gigi
 Program pengembangan sumber daya kesehatan
 Program pengembangan kebijakan dan manajemen
 Monitoring dan evaluasi
 Bimbingan teknis/supervise
 Program unggulan (kebijakan kesehtaan dan pembiayan kesehatan, perbaikan
gizi, peningkatan perilaku hidup sehat sejak dini, lingkungan pemakaian air
dan udara sehat, pencegahan dan kecelakaan dan ruda paksa? Termasuk
keselamatan lalu lintas, integrasi dengan penyakit tidak menular)
 Pengoptimalan UKGS
 Peningkatan usaha kesehatan gigi masyarakat (UKBM)
2. bentuk pencegahan karies menurut WHO:
 Penggunaan fluoride (topical dan sistemik)
 Menggunakan obat kumur atau pasta gigi berfluoride
Pencegahan penyakit mulut lain:
 Control tembakau pada penyakit mulut spt kanker
 Menambah jumlah dan tenaga kesehatan gigi (di perkotaan dan pedesaan)
Program Indonesia Sehat Bebas karies 2030: UKGS (anak sekolah), pelaksanaan dokter gigi
kecil, penyuluhan thd guru di sekolah, meningkatkan aksesibilitas, peran stakeholder
Karies: melakukan pendataan kadar fluor di seluruh Indonesia, melakukan uji coba water
fluoridasi di beberapa wilayah, program pasta gigi berfluoride utk daerah pedalaman, aplikasi
topical fluor, program konseling dan control diet, integrasi antar program di puskesmas,
kegiatan pelatihan dan pemberdayaan masyarakat (training, pembinaan)
3. tujuan: untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut di masyarakat (meninghktkan
pengetahuan masyarakat), menekan terjadi angka penyakit gigi dan mulut di Indonesia,
membuat masyarakat lebih mandiri untuk memelihara kesehtaan gigi dan mulutnya lebih
optimal.
Tujuan: mencegah terjadinya atau ekparahan penyakit,
promotif: meningkatkan pengetahuan masyarakat (penyuluhan), emmotivasi dan
membimbing masy. Dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya, dapat menjalankan upaya
pencegahan penyakit gigi dan mulut untuk diri sendiri dan keluarganya, mengenal kelaian yg
ada di rongga mulut sedini mungkin.
Tujuan umum: meningkatkan mutu, cakupan, evisiensi pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dalam rangka tercapainya kemandirian masyarajkat dalam mejaga kesehtaan gigi dan mulut,
tujuan khusus: upaya memeriksakan kesehatn gigi secara rutin 6 bulan sekali, masyarakat
diharapkan dapat memanfaatkan pelatanan kesehatan sesuai kebutuhan
4. bentuk intervensi di KG:
 Health promotion (pendidikan kesehatan, modifikasi lingkungan, perubahan perilaku
dan gaya hidup)
 specific protection
 early diagnosis and treatment
 disability limitation
 rehabilitation
dahulu: fokus pada perluasan untuk mencegah karies sekunder, sekarang: patient friendly
5 prinsip intervensi FDI:
 mengurangi bakteri kariogenik
 pendidikan kpd pasien
 remineralisasi lesi non kavitas (fluor)
 minimum surgical intervention (kavitas sdh tdk dapat dipertahankan)
 memperbaiki restorasi yang rusak utk mencegah karies sekunder
5. aspek social:
 penilaian orang bersangkuitan thd sesuatu gangguan thd fungsi kesehatannya
 kecemasan thd suatu penyakit
 penerapan pengetahuan thd masalah kesehatahn yg dialami
 dilakukan tindakan manipulative untuk meniadakan gangguan tsb.
6. ciri masyarakat perkotaan:
 kehidupan keagamaan berkurang
 pada umumnya dapat mengurus diri sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain
(hidup individualis)
 pembagian kerja di antara warga kota lebih tegas dan mempunyai batas yg nyata
 kemungkinan utk mendapatkan pekerjaan lebih banyak diperoleh warga kota dari
warga desa
 interaksi yang terjadi lebih banyak berdasar faktor kepentingan daripada faktor
pribadi
 memiliki mata pencaharian yg beragam (nonagraris)
 jumlah penduduk sangat banyak daripada di desa
 keberagaman status social ekonomi (rendah-tinggi)
 cara berpikir lebih terbuka disbanding orang desa
 kehidupannya lebih dinamis (tidak suka ikut campur dengan orang lain)
 terdiri dari berbagai suku dan agama
7. level program pencegahan penyakit gimul:
 pencegahan primer
dilakukan pada individu yg belum sakit, terdiri dari promkes, specific protection (ex:
kotrol plak, pemeriksaan disclosing agent, caries activity test, pit and fissure sealant)
 pencegahan sekunder
dilakukan pada masa individu yg mulai sakit, terdiri dari pengobatan segera,
mengehentiokan defek jaringan sedini mungkin
 pencegahan tersier
membatasi ketidakmampuan atau kecacatan, dilakukan rehabilitasi, agar apa yg
diderita pasien tidak membatasi pasien dalam bersosialisasi. Dengan melakukan
penggantian jaringan yg hilang, dan rehabilitasi sedini mungkin
berdasar pelayanan kesehetan:
 simple care
 basic emergency
 preventive care (utk komunitas, kelompok, dan individual)
 moderate care
 complex care
8. kemungkinan faktor resiko dari masyarakat perkotaan:
 tingkat pendidikan (tingkat kemampuan seseorang dalam memahami info kesgimul)
 sikap dan perilaku (pemahaman seseorang mengenai perilaku memelihara kesgimul)
 konsumsi gula yang tinggi (di perkotaan: konsumsi gula cenderung tinggi)
9. tahapan program pengendalian
 penelitian pendahuluan
 mengidentifikasi insidensi penyakit gimul
 mengumpulkan data penyakit gimul
 analisis data
 penerapan langkah pengendalian penyakit gimul
 melakukan follow up
D. Peta konsep

program
pencegahan
penyakit gigi dan
mulut

konsep
faktor penentu
kesehatan
EBD kebijakan pencegahan
Leavell and Clark

aplikasi
teori
E. Sasaran belajar
1. Konsep pencegahan penyakit gigi dan mulut menurut teori Leavell and Clark
2. Faktor-faktor penentu kesehatan menurut Bloom
3. Aplikasi teori Leavell and Clark
4. Evidence based dentistry dan lanhkah-langkahnya
5. Guideline pencegahan penyakit gigi dan mulut
6. Kebijakan yang berkaitan dengan pencegahan penyakit gigi dan mulut

Anda mungkin juga menyukai