TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH
BUPATI KEBUMEN,
2
13. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 138,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4153);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3736);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
18. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan
Perundang-undangan;
19. Peraturan Daerah Tingkat II Kebumen Nomor 3 tahun 1989
tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Daerah
Tingkat II Kebumen (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen
Tahun 1989 Nomor 7);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kebumen
Nomor 19 Tahun 1993 tentang Kebersihan, Keindahan dan
Kesehatan Lingkungan Kabupaten Daerah Tingkat II
Kebumen (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II
Kebumen Tahun 1994 Nomor 4);
21. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 53 Tahun
2004 tentang Partisipasi Masyarakat dalam Proses Kebijakan
Publik (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2004
Nomor 64);
22. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 11 Tahun
2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi
Kewenangan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Kebumen Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 22);
MEMUTUSKAN :
3
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
4
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Ruang lingkup sampah yang dikelola dalam Peraturan Daerah ini terdiri atas :
a. sampah rumah tangga;
b. sampah sejenis sampah rumah tangga; dan
c. sampah spesifik.
(2) Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berasal
dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah
spesifik.
(3) Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
fasilitas sosial, fasilitas umum dan/atau fasilitas lainnya.
(4) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :
a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
b. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
c. sampah yang timbul akibat bencana;
d. puing bongkaran bangunan;
e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
f. sampah yang timbul secara tidak periodik.
BAB III
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 3
Pasal 4
BAB IV
TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DAERAH
Bagian Kesatu
Tugas
Pasal 5
Pasal 6
5
b. melakukan penelitian dan pengembangan teknologi pengurangan serta
penanganan sampah;
c. memfasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan upaya pengurangan,
penanganan dan pemanfaatan sampah;
d. melaksanakan pengelolaan sampah serta memfasilitasi sarana dan prasarana
pengelolaan sampah;
e. memfasilitasi dan melakukan pengembangan atas manfaat yang dihasilkan dari
pengelolaan sampah;
f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada
masyarakat setempat untuk menangani dan mengurangi sampah; dan
g. melakukan koordinasi antar Satuan Kerja Perangkat Daerah, masyarakat dan
dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.
Bagian Kedua
Wewenang
Pasal 7
Bagian Ketiga
Tanggung Jawab
Pasal 8
6
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 9
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 10
Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang
berwawasan lingkungan.
Pasal 11
Pasal 12
Setiap produsen harus mencantumkan label atau tanda yang berhubungan dengan
pengurangan dan penanganan sampah pada kemasan dan/atau produknya.
Pasal 13
Pasal 14
7
Pasal 15
Setiap pedagang yang menjajakan barang atau pedagang kaki lima wajib
menyediakan tempat sampah yang memadai untuk menampung sampah yang
dihasilkan dari kegiatan usahanya.
Pasal 16
BAB VI
PERIZINAN
Pasal 17
(1) Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan sampah wajib
memiliki izin dari Bupati.
(2) Jenis usaha pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari :
a. Pengangkutan sampah; dan
b. Pengolahan sampah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memeroleh izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 18
BAB VII
PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH
Bagian Kesatu
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Pasal 19
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
terdiri atas :
a. pengurangan sampah; dan
b. penanganan sampah.
8
Paragraf 1
Pengurangan Sampah
Pasal 20
Paragraf 2
Penanganan Sampah
Pasal 21
Bagian Kedua
Pengelolaan Sampah Spesifik
Pasal 22
BAB VIII
MEKANISME PENGELOLAAN SAMPAH
Pasal 23
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
diatur sebagai berikut :
a. sumber timbulan sampah wajib menyediakan tempat sampah yang tertutup;
9
b. sumber timbulan sampah wajib memilah sampahnya menjadi sampah organik
(basah) dan sampah anorganik (kering) dan menempatkannya dalam wadah
yang berbeda;
c. sumber timbulan sampah berkewajiban mengumpulkan sampahnya ke TPS atau
langsung ke TPA;
d. pengumpulan sampah sebagaimana dimaksud pada huruf c dapat dilaksanakan
baik secara individu atau kelompok atau bekerjasama dengan PAKELING baik
ditingkat RT, RW dan/atau Desa/Kelurahan; dan
e. Pemerintah Daerah melalui Dinas berkewajiban mengambil sampah dari TPS,
kemudian membawa atau mengangkutnya ke TPA.
BAB IX
RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN
Pasal 24
BAB X
PEMBIAYAAN DAN KOMPENSASI
Bagian Kesatu
Pembiayaan
Pasal 25
Bagian Kedua
Kompensasi
Pasal 26
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan kompensasi kepada orang sebagai akibat
dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di TPA.
(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :
a. relokasi;
b. pemulihan lingkungan;
c. biaya kesehatan dan pengobatan; dan/atau
d. kompensasi dalam bentuk lain.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai dampak negatif, kompensasi dan tata cara
pemberian kompensasi diatur dengan Peraturan Bupati.
10
BAB XI
KERJASAMA DAN KEMITRAAN
Pasal 27
(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama dengan Pemerintah Daerah lain
dalam pengelolaan sampah.
(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan dalam
bentuk kerjasama dan/atau pembuatan usaha bersama pengelolaan sampah.
Pasal 28
(1) Pemerintah Daerah dapat bermitra dengan badan usaha atau pihak lain dalam
penyelenggaraan pengelolaan sampah.
(2) Tata cara pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB XII
PERAN MASYARAKAT
Pasal 29
BAB XIII
LARANGAN
Pasal 30
11
BAB XIV
PENGAWASAN
Pasal 31
BAB XV
PENYELESAIAN SENGKETA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 32
(1) Sengketa yang dapat timbul dari pengelolaan sampah terdiri atas :
a. sengketa antara Pemerintah Daerah dengan pengelola sampah;
b. sengketa antara pengelola sampah dengan masyarakat; dan
c. sengketa antara Pemerintah Daerah dengan masyarakat.
(2) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
melalui penyelesaian di luar Pengadilan ataupun melalui Pengadilan.
Bagian Kedua
Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan
Pasal 33
Bagian Ketiga
Penyelesaian Sengketa di Dalam Pengadilan
Pasal 34
12
Bagian Keempat
Gugatan Perwakilan Kelompok
Pasal 35
BAB XVI
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 36
(1) Bupati dapat menerapkan sanksi administratif kepada pengelola sampah yang
melanggar ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam perizinan.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa :
a. paksaan pemerintahan;
b. uang paksa; dan/atau
c. pencabutan izin.
BAB XVII
PENYIDIKAN
Pasal 37
(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus untuk melakukan penyidikan tindak pidana terhadap
pelanggaran Peraturan Daerah ini sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Penyidik
Pegawai Negeri Sipil Daerah mempunyai wewenang :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya tindak
pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah;
b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat kejadian;
c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
d. melakukan penyitaan benda atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari
penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan
merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan
hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; dan
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum
melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang
berlaku.
13
BAB XVIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 38
(1) Setiap orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan pengelolaan sampah
tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dipidana kurungan paling
lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah).
(2) Setiap orang yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
huruf a, huruf b, huruf c dan/atau huruf d dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 40.000.000,00 (empat
puluh juta rupiah).
(3) Setiap orang yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
huruf e, huruf f, huruf g dan/atau huruf h dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp. 15.000.000,00 (lima
belas juta rupiah).
(4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) adalah
pelanggaran.
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 39
Ditetapkan di Kebumen
pada tanggal 17 November 2011
BUPATI KEBUMEN,
BUYAR WINARSO
Diundangkan di Kebumen
pada tanggal 22 November 2011
DJATMIKO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011 NOMOR 34
14
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH
I. UMUM
15
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan sampah sejenis rumah tangga adalah sampah
yang tidak berasal dari rumah tangga.
Fasilitas sosial antara lain berupa : rumah ibadah, panti asuhan dan
panti sosial.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 3
Yang dimaksud dengan asas “tanggung jawab” adalah bahwa Pemerintah
dan Pemerintah Daerah mempunyai tanggung jawab pengelolaan sampah
dalam mewujudkan hak masyarakat terhadap lingkungan hidup yang baik
dan sehat.
16
Yang dimaksud dengan asas “manfaat” adalah bahwa pengelolaan sampah
perlu menggunakan pendekatan yang menganggap sampah sebagai
sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Penyelenggaraan pengelolaan sampah antara lain berupa
penyediaan tempat penampungan sampah, alat angkut sampah,
tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah
terpadu dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
17
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Kawasan permukiman meliputi kawasan permukiman dalam bentuk
klaster, apartemen, kondominium, asrama dan sejenisnya.
Fasilitas pemilahan yang disediakan diletakan pada tempat yang mudah
dijangkau oleh masyarakat.
Pasal 12
Untuk produk tertentu yang karena ukuran kemasannya tidak
memungkinkan mencantumkan label atau tanda, penempelan label atau
tanda dapat dicantumkan pada kemasan induknya.
Pasal 13
Yang dimaksud dengan mengelola kemasan adalah berupa penarikan
kembali kemasan untuk didaur ulang dan/atau diguna ulang.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Huruf a
Pemilahan sampah dilakukan dengan metode yang memenuhi
persyaratan keamanan, kesehatan, lingkungan, kenyamanan dan
kebersihan.
Huruf b
Cukup jelas.
18
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan
jumlah sampah dimaksudkan agar sampah dapat diproses lebih lanjut,
dimanfaatkan, atau dikembalikan ke media lingkungan secara aman
bagi manusia dan lingkungan.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas.
19
Ayat (2)
Huruf a
Paksaan pemerintahan merupakan suatu tindakan hukum yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk memulihkan kualitas
lingkungan dalam keadaan semula dengan beban biaya yang
ditanggung oleh pengelola sampah yang tidak mematuhi ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan.
Huruf b
Uang paksa merupakan uang yang harus dibayarkan dalam jumlah
tertentu oleh pengelola sampah yang melanggar ketentuan dalam
perundang-undangan sebagai pengganti dari pelaksanaan sanksi
paksaan pemerintahan.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
20