Anda di halaman 1dari 10

Nama : Ahnad Anshar Sinaga

NIM : 201101142
Kelas :B
Kelompok :3
Mata Kuliah : Tutorial IDK 2
Dosen Fasilitator : Wardiyah Daulay, S.Kep., Ns, M.Kep
Hari, Tanggal : Selasa, 26 Oktober 2021
Partisipan:

No NIM Nama Mahasiswa

1. 201101182 PUSPA RANI OKTAVIA BR SIMAMORA


2. 201101184 DESA ELISA SITOMPUL
3. 201101186 GRECHIA ESTEVANY TAMBUNAN
4. 201101188 ELSA ALPIONICA BR GINTING
5. 201101136 FERDINAND BATISCTA PANJAITAN
6. 201101138 RIZKI FAHROZI LUBIS
7. 201101140 VANNY JUWITA BUULOLO
8. 201101142 AHMAD ANSHAR SINAGA
9. 201101096 MAYLANI BR SIMANJUNTAK
10. 201101098 MUSLIADI SIREGAR
11. 201101100 NANDA SRI MINDA MELVI
12. 201101102 NISA ARI SELVIA BR SEMBIRING
13. 201101014 Fasih Deis Ningsih Harefa
14. 201101016 HADIZAH PRATIWI
15. 201101018 IRVAN MAULANA
16. 201101148 CHRISTIE YOLANDA BR OMPUSUNGGU
17. 201101150 PRISCILIA DEARNI AGATHA PURBA
18. 201101054 Anggi Agustina
19. 201101056 FOUR APRELNA HUTAGALUNG
20. 201101058 AGATA THEODORA PURBA
21. 191101158 SAMUEL PANGIHUTAN SITOMPUL
22. 181101135 APRILIA S MAHA

PEMICU

Bapak Dono dibawa oleh keluarga ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas sejak 2 minggu yang
lalu. Sesak nafas muncul ketika istirahat dan semakin terasa apabila beraktivitas, kesadaran
Composmentis. Bapak Dono mengatakan dada bagian kiri terasa sakit seperti tertekan menjalar ke
belakang dan kedua tangan terasa kram, batuk dan memburuk pada malam hari, tidur dengan 4 bantal
posisi duduk, tampak gelisah dan tegang, nafas cepat, JVP terlihat distensi,Pitting Oedema +++ pada
kedua tungkai bawah, cyanosis pada kuku jari, tanda tanda vital TD= 150/ 90 mmHg, RR= 28 x/mnt,
Pulse=100 x/mnt,urine output menurun, berat badan terus meningkat selama 2 minggu terakhir.
Seven Jumps

1. Klarifikasi istilah
- Desa Elisa : Kesadaran Composmentis
Kesadaran normal sadar sepenuhnya dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya ( anggi )
- Agata Theodora : JVP
Jugular vaint Pressure artinya menggambarkan volume pengisian dan tekanan pada jantung
bagian kanan ( musliadi)
- Cristie Yolanda : Cyanosis
Kondisi dimana jari tangan, kaki, dan bibir tampak warna kebiruan serta mati rasa karena
kurangnya oksigen dalam darah ( ferdinan )
- Vanny Juwita : Urine Output
Urine yang dikelurkan dari tubuh ( rizki )
- Ahmad Anshar : Distensi
Perut terasa penuh ( Irvan )
- Aprillia : Pitting Oedema
Kondisi membengkaknya jaringan tubuh akibat penumpukan cairan ( puspa )
- Hadizah : Pulse
Denyut nadi ( Priscillia )

2. Identifikasi Masalah
- Nisa : Sesak nafas yang muncul ketika istirahat dan semakin terasa apabila beraktivitas
- Ferdinan : dada bagian kiri terasa sakit seperti tertekan menjalar ke belakang
- Grechia : kedua tangan terasa kram
- Fasih : batuk dan memburuk pada malam hari
- Maylani : nafas cepat
- Agata : tidur dengan 4 bantal posisi duduk
- Anggi : tampak gelisah dan tegang
- Priscillia : cyanosis pada kuku jari
- Musliadi : urine output menurun
- Vanny : tanda tanda vital TD= 150/ 90 mmHg, RR= 28 x/mnt, Pulse=100 x/mnt
- Puspa : berat badan terus meningkat selama 2 minggu terakhir

3. Hipotesa
1. Minda : Gagal jantung
2. Ferdinan : Gagal jantung sebelah kiri
3. Anggi : Radang paru paru
4. Desa : Asma
5. Four : Penyakit jantung
6. Nisa : Adanya penyumbatan aliran darah ke otot jantung
7. Agata : Penurunan curah jantung
8. Fasih : Radang paru
9. Hadizah : Jantung
10. Samuel : Hipoksia atau Hipoksemia
11. Elsa : Edema Paru

4. Analisa Masalah
- Gagal jantung kiri
 Karena adanya dada bagian kiri terasa sakit seperti tertekan menjalar ke
belakang,Kedua tangan terasa kram, JVP terlihat distensi, Terdapat edema pada
tungkai kaki ( Ferdinan)

- Gagal jantung
 Karena mengalami kegelisahan, semakin terasa apabila beraktivitas ataupun tidak
bisa berolahraga( musliadi)
 Pembengkakan pada kaki atau pembengkakan pada tungkai, berat badan naik ( anggi)
 Batuk yang memburuk pada malam hari, pitting edema, mengalami sesak nafas, dada
bagian kiri terasa sakit seperti tertekan menjalar ke belakang, dan terasa kram,
Cardiothoraxic Ratio (CTR)> 50%, kesan: cardiomegaly ( Minda )
- Penurunan curah jantung
 Sesak nafas muncul ketika istirahat dan semakin terasa apabila beraktivitas, batuk
dan memburuk pada malam hari, terdapat pitting edema pada kedua tungkai, ,
cyanosis pada kuku jari, tanda tanda vital nya meningkat ( Vanny )
 Tidur dengan 4 bantal posisi duduk, tampak gelisah dan tegang, nafas cepat, JVP
terlihat distensi ( Agata )

5. More Info
 Pemeriksaan Fisik Jantung:
Inspeksi: bentuk dada simetris, Palpasi: Palpitasi (-), frekuensi jantung: 100x/mnt,
Perkusi: supspect Cardiomegal, batas jantung kiri 2 cm lateral linea midclavicularis kiri ICS
VI, batas jantung kanan di linea parasternal kanan ICS IVi, Auskultasi: Gallops (+)
 Pemeriksaan Fisik Paru:
Inspeksi: retraksi dinding dada (-), Palpasi: Fremitus Tactile: meningkat, Perkusi:
Redup pada apeks paru (+/+), Auskultasi: Ronkhi basah (+/+), Wheezing (-)
 Elektrokardiogram
Kesan Left Ventricular Hypertrophy (LVH): Gel. R (aVL) + Gel. S (V3) = 35
mm
 X-foto thorax
Cardiothoraxic Ratio (CTR)> 50%, kesan: cardiomegaly

6. We don’t know
- Desa Elisa : Perkusi: supspect Cardiomegal
Kondisi ketika jantung mengalami pembesaran karena adanya suatu penyakit ( maylani )
- Musliadi : Palpitasi (-)
Kondisi jantung yang berdenyut kencang dan tidak bearturan ( rizki)
- Maylani : Auskultasi: Gallops (+)
Kelainan gerakan teratur pada jantung(vanny)
- Fasih : lateral linea midclavicularis kiri ICS VI,
Lokasi pada bagian dada interkosta 6 sejajar dengan pertengahan tulang klavikula ( musliadi,
Ahmad anshar )
- Agata : cardiomegaly
Kondisi ketika jantung mengalami pembesaran akibat penyakit (Elsa )
- Rizki : Wheezing (-)
Suara pernafasan yang tinggi nyaring terdengar saat menghembuskan nafas ( christie )
- Elsa : Fremitus Tactile
Mendeteksi perubahan intensitas vebrasi yang diciptakan saat pasien berbicara dan
mengidentikasikan adanya proses patologis pada paru ( anggi )
- Irvan : Ventricular Hypertrophy
Adanya pembengkakan atau pembesaran bilik atau ventrikel kiri jantung ( maylani )

7. Learning issue
- Gagal jantung
 Defenisi
Gagal jantung merupakan kelainan multisitem dimana terjadi gangguan pada jantung,
otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf simpatis serta perubahan
neurohormonal yang kompleks.
 Etiologi
Penyebab Gagal Jantung
Gagal jantung dapat disebabkan oleh berbagai kondisi kesehatan, seperti:

1. Penyakit jantung koroner, di mana pembuluh darah yang memberi pasokan darah ke
jantung terhambat oleh lemak yang menumpuk di dalam pembuluh darah tersebut
(aterosklerosis), yang dapat menyebabkan terjadinya serangan jantung.
2. Tekanan darah tinggi, yang meningkatkan upaya jantung serta dapat menyebabkan
gagal jantung seiring dengan berjalannya waktu.
3. Kardiomiopati, suatu kondisi yang memengaruhi otot jantung.
4. Gangguan irama jantung (aritmia), di mana irama jantung tidak reguler.
5. Kerusakan pada katup jantung atau kondisi lain yang memengaruhi fungsi dari katup
jantung.
6. Penyakit jantung bawaan, yang dapat terjadi sejak lahir dan memengaruhi fungsi
normal dari jantung.
 Patofisiologi
Terjadinya gagal jantung diawali dengan adanya kerusakan pada jantung atau
miokardium. Hal tersebut akan menyebabkan menurunnya curah jantung. Bila curah
jantung tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme, maka jantung akan
memberikan respon mekanisme kompensasi untuk mempertahankan fungsi jantung agar
tetap dapat memompa darah secara adekuat. Bila mekanisme tersebut telah secara
maksimal digunakan dan curah jantung normal tetap tidak terpenuhi, maka setelah akan
itu timbul gejala gagal jantung. Terdapat tiga mekanisme primer yang dapat dilihat dalam
respon kompensatorik, yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya
beban awal akibat aktivasi Sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAAS), dan hipertrofi
ventrikel. Menurunnya volume sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon
simpatis kompensatorik. Hal ini akan merangsang pengeluaran katekolamin dari saraf-
saraf adrenergik jantung dan medula adrenal. Denyut jantung dan kekuatan kontraksi
akan meningkat untuk menambah curah jantung. Selain itu juga terjadi vasokonstriksi
arteri perifer untuk menstabilkan tekanan arteri dan redistribusi volume darah untuk
mengutamakan perfusi ke organ vital seperti jantung dan otak. Aktivasi sistem renin
angiotensin aldosteron akan menyebabkan retensi natrium dan air oleh ginjal,
meningkatkan volume ventrikel dan regangan serabut. Peningkatan beban awal ini akan
menambah kontraktilitas miokardium sesuai dengan mekanisme Frank Starling. Respon
kompensatorik yang terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau
bertambahnya ketebalan otot jantung. Hipertrofi akan meningkatkan jumlah sarkomer
dalam sel-sel
miokardium. Sarkomer dapat bertambah secara paralel atau serial bergantung pada jenis
beban hemodinamik yang mengakibatkan gagal jantung. Awalnya, respon kompensatorik
sirkulasi ini memiliki efek yang menguntungkan. Namun, pada akhirnya mekanisme
kompensatorik dapat menimbulkan gejala dan meningkatkan kerja jantung. Hasil akhir
dari peristiwa di atas adalah meningkatny beban miokardium dan terus berlangsungnya
gagal jantung.
 Tanda dan gejala
Gagal jantung dapat terjadi secara perlahan dan menahun, atau tiba-tiba (akut). Tanda dan
gejala yang dapat terjadi pada gagal jantung yaitu:
 Sesak napas ketika melakukan aktivitas maupun berbaring
 Sesak napas mendadak dan berat, serta mengeluarkan mucus (lendir) yang
berbusa dan kemerahan
 Mudah lelah dan otot melemah
 Pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki
 Detak jantung yang tidak teratur dan cepat
 Menurunnya intensitas dan kemampuan berolahraga
 Batuk secara terus-menerus, mengi dengan dahak berwarna keputihan atau merah
muda
 Sering buang air kecil pada malam hari
 Terjadi pembengkakan di perut (ascites)
 Naiknya berat badan secara cepat karena penumpukan cairan
 Menurunnya nafsu makan dan merasa mual
 Konsentrasi dan kewaspadaan menurun
 Nyeri di dada ketika terjadi serangan jantung
 Pencegahan
Jika Anda ingin terhindar dari penyakit gagal jantung, langkah pencegahan utamanya
adalah menjalani gaya hidup sehat, yaitu dengan:

1.Menjaga berat badan ideal, atau mengurangi berat badan jika memiliki berat badan
berlebih.

2.Mengonsumsi makanan yang tinggi serat atau tinggi protein, seperti sayur, buah, ikan,
dan biji-bijian. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh, seperti gorengan.

3.Kurangi asupan gula dan garam.

4.Batasi konsumsi minuman beralkohol.

5.Berolahraga secara rutin, setidaknya 30 menit setiap hari.

6.Istirahat yang cukup.

7.Kelola stres dengan baik.

8.Berhenti merokok.

Jika Anda menderita diabetes atau tekanan darah tinggi, segera berobat dan
lakukan pemeriksaan jantung secara berkala, sesuai saran dokter. Kedua penyakit ini
berisiko menyebabkan gagal jantung.
 Pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk menilai kinerja jantung dan untuk menentukan
penyebab dari utama gagal jantung, menurut Muttaqin (2014) terdapat beberapa
pemeriksaan penunjang terhadap hipervolemia pada gagal jantung, yaitu :
a. Ekokardiografi (ECG)
Pemeriksaan ekokardiografi umumnya digunakan untuk deteksi gangguan fungsional dan
anatomis yang menyebabkan gagal jantung (Aspiani, 2014). Elektrokardiografi juga
dapat digunakan untuk menentukan ukuran dan fungsi ventrikel kiri, dimensi pada akhir
diastolik dan sistolik pada ventrikel kiri dapat direkan dengan elektrokardiografi
(Muttaqin, 2014).
b. Rontgen dada
Foto sinar-X dada posterior-anterior dapat menunjukkan hipertensi vena, edema paru atau
kardiomegali. Bukti pertama dari peningkatan tekanan vena paru 11 adalah adanya
diversi aliran darah menuju atas dan adanya peningkatan ukuran pembuluh darah
(Muttaqin, 2014).
c. Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan EKG dapat digunakan untuk melihat adanya hipertrofi dan memantau
adanya perubahan kalium setelah pemberian diuretik, sehingga dapat diketahui ada atau
tidaknya perubahan gelombang akibat hipokalemia yang pada umumnya merupakan
dampak dari pemberian diuretic (Muttaqin, 2014). Pemeriksaan EKG juga dapat
menentukan kelainan primer pada jantung seperti iskemik, hipertrofi ventrikel, gangguan
irama jantung dan dapat digunakan untuk mengetahui faktor pencetus akut seperti infark
miokard, emboli paru (Aspiani, 2014).
 Pengobatan
Dalam pengobatan gagal jantung telah disusun pedoman terapi medikamentosa sebagai
petunjuk dan rekomendasi dokter dalam memberikan terapi. Ada berbagai golongan obat
yang digunakan dalam pengobatan gagal jantung, salah satunya adalah ACE Inhibitor.
Saat ini telah diketahui bahwa ACE Inhibitor merupakan terapi lini pertama pada
penderita gagal jantung. Tujuan Mengetahui apakah indikasi pemberian ACE Inhibitor
kepada pasien gagal jantung yang dirawat inap di RSUP Dr Kariadi Semarang sudah
sesuai dengan pedoman pengobatan gagal jantung yang digunakan secara internasional.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data penelitian berupa rekam
medik pasien gagal jantung rawat inap yang mendapat terapi ACE Inhibitor di RSUP Dr.
Kariadi Semarang pada bulan Januari 2013 sampai dengan Desember 2013. Data
dikumpulkan dengan metode systematic random sampling. Pada penelitian ini indikasi
pemberian ACE Inhibitor mengikuti pedoman tatalaksana gagal jantung yang diterbitkan
oleh European Society of Cardiology (ESC) dan American Heart Association (AHA)
yaitu pasien gagal jantung dengan klasifikasi NYHA II – IV. Hasil terdapat 122 pasien
gagal jantung yang mendapat terapi ACE Inhibitor. 121 pasien (53,5%) mendapat
terapiACE Inhibitor sesuai indikasi, dan sebanyak 1 pasien (0,4%) mendapat terapiACE
Inhibitor namun tidak sesuai dengan indikasi. Kesimpulan Terdapat 99,2% pasien yang
menerima terapi ACE Inhibitor sesuai dengan indikasi dan 0,8% pasien tidak sesuai
indikasi.

- Penurunan curah jantung


 Defenisi
Penurunan curah jantung merupakan suatu keadaan dimana ketidakadekuatan jantung
memopa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh ( Dinarti, Aryani, R.
2013). Penurunan curah jantung berdampak mengakibatkan kompensasi jantung gagal
mempertahankan perfusi jaringan pada penurunan kemampuan otot jantung dalam
pemenuhan kebutuhan tubuh dan jaringan, terjadi peningkatan pada sirkulasi paru
menyebabkan cairan didorong ke alveoli dan jaringan interstisium menyebabkan
dispnea, ortopnea dan batuk yang akan mengakibatkan gangguan pola nafas,
penurunan curah jantung juga menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen
serta menurunnya pembuangan sisa hati dan metabolisme yang tidak adekuat dari
jaringan dapat menyebabkan lelah juga akibat dari meningkatnya energi yang
digunakan untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan
batuk, akibatnya klien akan mengalami intoleransi aktivitas (Brunner & Sudadart, 2013).
 Etiologi
Penyebab dari penurunan curah jantung antara lain :

1. Kelainan Otot Jantung


Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, menyebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi
otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degenerative atau
inflamasi.

2. Aterosklerosis Koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung.
Terjadinya hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.

3. Hipertensi Sistemik atau Pulmonal


(Peningkatan afterload) mengakibatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas
jantung. Tetapi untuk alasan yang tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat
berfungsi secara normal dan akhirnya akan terjadi gagal jantung.

4. Peradangan dan Penyakit Miokardium Degeneratif


Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.

5. Penyakit Jantung Lain


Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya tidak secara
langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya terlibat mencakup gangguan
aliran darah melalui jantung (stenosis katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk
mengisi darah (tamponade pericardium, pericarditis konstriktif), pengosongan jantung
abnormal (inefisiensi katup AV), peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya
tekanan darah sistemik dapat menyebabkan gagal jantung.

6. Faktor Sistemik
Terdapat sejumlah faktor sistemik yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung. Meningkatkatnya laju metabolisme, hipoksia, dan anemia memerlukan
peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau
anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis (respiratorik atau
metabolik) dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
 Patofisiologi
Respon dari fisiologis gagal jantung akan memunculkan manivestasi seperti
peningkatan frekuensi denyut jantung (takikardia), dilatasi pulmonal, hipertrofi, dan
peningkatan isi sekuncup. Hal tersebut akan memenuhi peningkatan pengaruh simpatis
pada jantung, arteri dan vena yang menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung
(takikardia), peningkatan aliran balik Vena, dan peningkatan kekuatan kontraksi yang
akan mengakibatkan tekanan sistolik dan diastolik tetap normal dan adanya peningkatan
kebutuhan oksigen serta peningkatan konsumsi oksigen oleh jantung.
Peningkatan kebutuhan oksigen serta peningkatan konsumsi oksigen oleh jantung
akan mempengaruhi preload melebihi kemampuan pemompaan yang akan mempengaruhi
kognitif vaskuler pulmoral, berdampak pada pertukaran gas dalam paru-paru, penurunan
aliran ke ginjal, usus dan kulit ditandai dengan adanya penurunan haluaran urine,
peningkatan letargi, keringat dingin, sianosis, mengakibatkan penahanan Na+ (ion
natrium) dan H2O sehingga terjadi edema dan kelebihan volume cairan.

Peningkatan kebutuhan oksigen dan peningkatan konsumsi oksigen oleh jantung


yang diakibatkan oleh peningkatan pengaruh simpatis pada jantung, arteri dan vena yang
mempengaruhi penurunan aliran atau sirkulasi darah ke ginjal, usus dan kulit juga
mengakibatkan asidosis pada jaringan yang akan memberikan pengaruh pada jaringan
lanjut (metastasis pada organ dan jaringan yang lain), dan akan mengakibatkan iskemia
miokard maka terjadi penurunan curah jantung. Iskemia miokard ditandai dengan
kelemahan, kelelahan, perubahan tanda vital, distrimia, dispnea, pucat, berkeringat
sehingga terjadi ketidakseimbangan suplai oksigen menyebabkan aktivitas berkurang.
 Tanda dan gejala
tanda/gejala primer
Penurunan curah jantung (meliputi
 dispenea, kelelahan, adema
 ortopnea paroxysmal nocturnal
 dyspenea, peningkatan CPV)
 tanda /gejala sekunder
 penurunan curah jantung meliputi
 peningkatan berat badan
 Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan terhadap curah jantung :
1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat
farmakologi
3. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi
antidiuretik diit dan istirahat
4. Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tiroksikosis, miksedema dan Aritmia
digitalisasi
5. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2
melalui istirahat/ pembatasan aktivitas.
 Pemeriksaan
Pemeriksaan Curah Jantung
1. EKG
Mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, infark, iskemia dan kerusakan pola.
2. Tes Laboratorium Darah
Enzym hepar : Meningkat dalam gagal jantung/kongesti
Elektrolit : Kemungkinan berubah karena perpindahan cairan, penurunan fungsi ginjal
Oksimetri Nadi : Kemungkinan saturasi oksigen rendah.
AGD : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia
dengan peningkatan PCO2.
Albumin : Mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein.
3. Radiologis
Sonogram Ekokardiogram, dapat menunjukkan pembesaran bilik perubahan dalam
struktur katup, penurunan kontraktilitas ventrikel.
Scan Jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding.
Rontgen Dada : Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi
atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan
pulmonal.

Selain dari itu, pemberian terapi musik klasik selama 20-30 menit juga dapat dilakukan
sebagai Intervensi untuk penurunan curah jantung .
 Pengobatan
Implementasi keperawatan curah jantung :

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016). Implementasai atau tindakan
keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat
untuk mengimplementasikan intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan
kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan
dan respon klien terhadap tindakan yang diberikan.
Implementasi keperawatan berdasarkan intervensi utama yang digunakan untuk
pasien dengan penurunan curah jantung berdasarkan standar intervensi
keperawatan Indonesia (SIKI) adalah sebagai berikut :
Intervensi utama :Perawatan jantung
1. Tindakan Obeservasi
a. Mengidentifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (mis. Dipsnea,
kelelahan, edema, ortopnea, proxysmal nocturnal dypsnea, peningkatan CVP)
b. Mengidentifikasi tanda/gejala skunder penurunan curah jantung (mis. Peningkatan
berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oligurua,
batuk, kulit pucat)
c. Memonitor tekanan darah
d. Memonitor intake dan output cairan
e. Memonitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
f. Memonitor saturasi oksigen
g. Memonitor EKG 12 sedapan
h. Memonitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
i. Memonitor nilai laboraturium jantung 9mis. Elektrolit, enzim jantung, BNP, Ntpro-
BNP)
j. Memonitor fungsi alat jantung
k. Melakukan pemeriksan tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah
aktivitas pasien
l. Melakukan permeriksaan tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah pasien
minum obat
2. Tindakan Terapeutik
a. Memberikan posisi semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi nyaman
b. Memberikan diet jantung yang sesuai (mis. membatasi asupan kafein, natrium,
kolestrol, dan makanan tinggi lemak)
c. Memberikan terapi relaksasi untuk mengurangi setres, jika perlu
d. Memberikan pasien dukungan emosional dan spritual
e. Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
3. Tindakan edukasi
a. Menganjurkan pasien beraktivitas fisik sesuai toleransi
b. Menganjurkan pasien beraktivitas fisik secara bertahap
4. Tindakan kolaborasi
a. Mengkolaborasikan pemberian anti aritmia, jika perlu
b. Melakukan rujukan pasien ke program rehabilitasi jantung
Daftar Pustaka
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/c38a3a71220e878974174928d0a
5dc3c.pdf
https://www.klikdokter.com/penyakit/gagal-jantung
https://www.jknamed.com/jknamed/article/view/106/94
https://www.healthline.com/health/heart-failure
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2263/4/BAB%20II.pdf
GAMBARAN PERESEPAN ACE INHIBITOR PADA PASIEN GAGAL JANTUNG YANG DIRAWAT
INAP DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2013 - Diponegoro
University | Institutional Repository (UNDIP-IR)
Sumber :
Munandar, A. A. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEWASA
PENDERITA GAGAL JANTUNG DENGAN MASALAH PENURUNAN CURAH
JANTUNG Di Ruang Aster RSUD dr. Harjono Ponorogo (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
http://repository.ump.ac.id/2363/3/HANA%20NURADESTI%20BAB%20II.pdf
http://repository.ump.ac.id/2363/3/HANA%20NURADESTI%20BAB%20II.pdf
http://repository.stikespantiwaluya.ac.id/530/1/Manuscript%20Siti%20Maimunah%2C
%2011190043SPWMRPL.pdf
Santoso, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005/2006. Jakarta :
Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai