Anda di halaman 1dari 172

HIGH VOLTAGE FUNDAMENTAL &

TECHNOLOGY I
Dr. Ir. Djoko Darwanto
PENDAHULUAN
HIGH VOLTAGE ENGINEERING
Tegangan Tinggi merupakan Teknik transportasi
energi yang paling efektif, efisien, andal & ekonomis.
Penggunaan Tegangan Tinggi menyalurkan Daya
ribuan Mega Watt dengan jarak ribuan kilo meter,
harus memiliki keandalan yang tinggi.
Masalah utama selain pembebanan tegangan kerja
yang berlangsung lama, peralatan tegangan tinggi juga
memikul pembebanan tegangan lebih impuls dan
transient. Pemahaman, penguasaan fundamental
tegangan tinggi merupakan suatu keharusan dimiliki,
untuk mampu mewujudkan pelayanan tenaga listrik
yang tidak terputus.
I.
FUNDAMENTAL
MEDAN LISTRIK
TEGANGAN TINGGI
Medan Listrik Tegangan Tinggi
Lingkup dasar penguasaan Teknik Tegangan Tinggi adalah
penguasaan fisikalis Kuat Medan Listrik tinggi, tidak terbatas
pada peralatan yang bekerja dengan tegangan tinggi, tetapi
juga peralatan dengan tegangan rendah, jarak isolasi kecil.
Medan listrik penyebab percik listrik, electrical breakdown,
tembus listrik, bahan flammeable terbakar, trafo daya meledak,
pelayanan daya terganggu.
Menyongsong era 4.0 yang serba digital, electronic, Ethernet
of think IOT, keandalan sudah menjadi keharusan. Banyaknya
kejadian terbakarnya tanki minyak, trafo daya, mal function,
Black Out, diperlukan pembenahan teknologi proteksi
transient berbasis EMC, penguasaan fundamental tegangan
tinggi, medan listrik tinggi untuk meningkatan keandalan dan
keselamatan.
MEDAN LISTRIK TEGANGAN TINGGI
Kuat Medan Listrik:
Medan listrik ditunjukkan dengan adanya gaya yang dirasakan
oleh suatu muatan listrik.Kuat medan listrik didefinisikan sebagai
gaya F yang diterima oleh suatu muatan listrik positif Q+p

Gaya F dalam N (Newton)


Muatan dalam As
Kuat Medan Listrik dalam
N/(As) = V/m
Medan Listrik Homogen
adalah jika vektor vector
Kuat Medan Listrik di sela
elektroda memiliki harga
dan arah yang sama
POTENSIAL LISTRIK DAN TEGANGAN
Muatan Q+p dibawa melawan kuat medan ke garis 2, akan tersimpan energi
potensial Wp2 terhadap permukaan dasar 0 yang sebanding dengan muatan Q+p
Energi potensial yang tersimpan di dalam muatan disebut sebagai potensial
listrik: φ = Wp/Q+p . Energi dalam Ws, muatan As dan potensial Ws/As = V
Semua titik dimana memiliki harga Wp/Q+p
yang sama, membentuk bidang permukaan
disebut Bidang Ekipotensial. Permukaan
Elektroda dengan φ = 0 disebut sebagai
Potensial referensi dan semua bidang lain
potensialnya didasarkan kepada referensi ini.
Jika pada bidang ekipotensial 2 pembawa muatan yang ada dilepas dengan gaya
medan listrik didorong bergerak sepanjang s menuju ekipotensial 1, energi
potensial dari Wp2 akan berkurang menjadi Wp1 dimana beda energi:

sama dengan usaha yang diberikan.


Dari beda potensial antara permukaan ekipotensial 1 dan 2 diperoleh tegangan:
KUAT MEDAN LISTRIK
Vektor kuat medan listrik selalu menuju kearah penuruan
potensial disebut sebagai Kuosien-Diferensial negative,
maka dalam kartesian i,j,k Vektor Kuat Medan Listrik
dituliskan: = -grad φ
Beda potensial antara permukaan ekipotensial 1 dan 2
disebut tegangan:

CONTOH CONTOH MEDAN LISTRIK

Kuat medan listrik Kapasitansi Kondensator Pelat


elektroda pelat adalah:
paralel:
(Kondensator
Batterey)
E = U/s
CONTOH SOAL 1:
Dari persamaan potensial untuk sembarang harga potensial yang konstan
diperoleh persamaan lingkaran: = r2

Semua garis-garis ekipotensial dengan lingkaran konsentris


melingkupi titik awal koordinat dengan radius:

Dari persamaan potensial untuk sembarang harga


potensial yang konstan diperoleh persamaan lingkaran:

Dengan:

Diperoleh kuat medan listrik seperti yang ditunjukkan pada Gambar


FLUKSI PERGESERAN DAN RAPAT FLUKSI
Medan elektrostatis adalah medan sumber, dimana fluksi pergeseran
berawal dan berakhir pada muatan listrik. Keseluruhan garis fluksi
membentuk suatu fluksi pergeseran Y0 = Q sama dengan muatan +Q
yang dikandung pada elektroda positif.
Rapat fluksi pergeseran adalah pembagian jumlah fluksi oleh luas
permukaan penampang tegak lurus yang ditembus oleh garis fluksi.

Integrasi dengan luasan tertutup A,


diperoleh jumlah muatan sumber
TAHANAN DIELEKTRIKA DAN KAPASITANSI
Pada suatu kotak volume kecil dengan bagian
bidang Eki-Potensial A, jarak s, menembus
garis fluksi pergeseran dengan medan listrik
yang homogen, Bagian medan ini analogi
seperti pada medan arus listrik dapat diperoleh
Tahanan Dielektrik:

Seperti halnya pada medan arus listrik yang dikenal sebagai Hukum Ohm
diperoleh tegangan:
Sehingga diperoleh:

Kapasitansi dapat disebut sebagai Konduktivitas Dielektrika


PERHITUNGAN MEDAN LISTRIK
Kuat medan listrik elektroda pelat paralel E = U/s
Kapasitansi Kondensator Pelat
Profil Rogowski bentuk suatu elektroda
dengan medan homogen,
memiliki fungsi:

Jika s » a maka:

Untuk busbar paralel dengan


ketebalan a = 10 mm, tinggi
busbar h dan dengan jarak
busbar s, maka secara
ringkas diperoleh
KUAT MEDAN LISTRIK
Vektor kuat medan listrik selalu menuju kearah penuruan
potensial disebut sebagai Kuosien-Diferensial negative,
maka dalam kartesian i,j,k Vektor Kuat Medan Listrik
dituliskan: = -grad φ
Beda potensial antara permukaan ekipotensial 1 dan 2
disebut tegangan:

CONTOH CONTOH MEDAN LISTRIK

Kuat medan listrik Kapasitansi Kondensator Pelat


elektroda pelat adalah:
paralel:
(Kondensator
Batterey)
E = U/s
CONTOH SOAL 2:
Dua busbar paralel di udara, ketebalan a = 10 mm, tinggi h = 20 cm dan
dengan jarak s = 10 cm,
Tentukan besar kapasitansi per satuan panjang C`m = Cm/ℓ .

Tanpa memperhatikan medan-medan


bocor, diperoleh kapasitansi per satuan
panjang:

Menurut persamaan

Besar kapasitansi dengan memperhatikan medan bocor diperoleh


Elektroda silinder koaksial sederhana dengan jari jari r1 dan r2 panjang Ɩ.
Antara kedua elektroda terdapat medan listrik radial simetris dengan
arah dari dalam keluar. Dalam hal ini elektroda dalam potensial φ1 lebih
positif disbanding potensial φ2 elektroda luar. Pada jarak r diperoleh
rapat fluksi: kuat medan listrik

distribusi Kuat Medan Listrik:

kapasitansi kondensator silindris :


I.1.
MEDAN LISTRIK
SILINDER KOAKSIAL
MEDAN LISTRIK: SILINDER KOAKSIAL
Elektroda silinder koaksial sederhana dengan jari jari r1 dan r2 panjang Ɩ.
Antara kedua elektroda terdapat medan listrik radial simetris dengan
arah dari dalam keluar. Dalam hal ini elektroda dalam potensial φ1 lebih
positif disbanding potensial φ2 elektroda luar. Pada jarak r diperoleh
rapat fluksi: kuat medan listrik

distribusi Kuat Medan Listrik:

kapasitansi kondensator silindris :


MEDAN LISTRIK TEGANGAN TINGGI

diperoleh distribusi potensial


MEDAN LISTRIK TEGANGAN TINGGI
KAPASITANSI DARI SUATU KONDENSATOR SILINDER
tahanan dielektrika dengan
penjumlahan semua lapisan tahan
seri, diperoleh:

kapasitansi kondensator silindris:


PERHITUNGAN SUSUNAN ELEKTRODA SILINDER SIMETRIS
Hubungan antara Rapat Fluksi
dengan Radius r
Kuat medan listrik Ek(r) di sebarang
lapisan k dengan

Distribusi potensial diperoleh dari integrasi kuat medan listrik pada setiap
daerah lapisan dielektrika.
Kapasitansi susunan elektroda merupakan rangkaian seri dari Kapasitansi
Silindris Bagian:

Atau dari hubungan C = Q/U


Diperoleh:
SOAL SOAL
Pada proses moulding Epoxy Resin kondensator silinder (R2 = 5 cm,
R1 = R2/e, εr = 4) terjadi pengkerutan pada saat pendinginan di bagian
dalam, sehingga terjadi sela udara tipis setebal di = 0 s/d 1 mm dekat
konduktor luar,

Berapa tinggi tegangan dapat dipasangkan pada sela elektroda,


sampai terjadi partial discharge, jika dianggap tegangan tembus
udara ÊD = 30 kV/cm.
SOAL SOAL

Suatu kondensator dielektrika dibuat dari belitan belitan 12 μm lapisan


tipis Polypropylene (εr = 2,2). Sela udara antar belitan lapisan memiliki
tebal 4 μm dan tidak diimpragnisasi. Berapa tegangan dapat dipasangkan
pada 4 (empat) lapisan Polypropylene? Jika diketahui berdasar hukum
Paschen di udara, tegangan tembus Ûi = 360 Volt atau Êi = 90 Volt/μcm.
Susunan Elektroda Silinder Simetris
dengan Kurva Medan Listrik
Dimensi
Masalah akibat GIS SF6
Medan Listrik Statis

GIS SF6 150 kV,


U12 = Tegangan puncak Fasa ke Tanah
ED = Kekuatan Dielektrik SF6

Penentuan Dimensi Enclosure GIS SF6


E: Kuat Medan Listrik, dan tertinggi Emaks
terjadi pada Jari-jari r = r1 dan akan minimal
jika: ln (r2 / r1 ) = 1 atau jika r2 = er1
GIS-SF6

Propagasi gelombang berjalan didalam dan diluar GIS


setelah terjadinya Flashover didalam GIS
Linierisasi Distribusi Potensial Bushing
Kondensator Bushing yang semula distribusi potensialnya tidak linier,
dilakukan linierisasi dengan sisipan logam tipis antara Konduktor dalam
dengan Flansch.
Dengan linearisasi maka tegangan dan kapasitansi antar dua silinder
menjadi sama, dengan:
Linierisasi
Distribusi
Potensial
Bushing
Linierisasi
Distribusi
Potensial
Bushing
PERHITUNGAN SUSUNAN BOLA SIMETRIS
Hubungan antara Rapat Fluksi
dengan Radius r
Kuat medan listrik Ek(r) di sebarang
lapisan k dengan

Distribusi potensial diperoleh dari integrasi kuat medan listrik pada setiap
daerah lapisan dielektrika.

Kapasitansi susunan elektroda merupakan rangkaian seri dari Kapasitansi


Silindris Bagian:

Atau dari hubungan C = Q/U


Diperoleh:
Konduktor Silindris diatas
tanah. Perhitungan Medan
Listriknya dengan bantuan
Susunan Muatan Bayangan
Kuat Medan Listrik
maksimum

Tegangan Awal Korona


suatu Penghantar Kawat
bertegangan diatas Tanah
I.2.
MEDAN LISTRIK
BOLA KONSENTRIS
MEDAN LISTRIK: BOLA KOSENTRIS
φ1
Distribusi potensial:
φ2
Distribusi kuat medan listrik:

Dan pembandingan kuat medan listrik:

Kapasitansi kondensator bola:


Medan Listrik Bola-dan Silinder Konsentris
ELEKTRODA BOLA KONSENTRIS
Penaikan Kuat
Medan Listrik di
Ujung Elektroda
Bola
Perubahan Bidang Eki Potensial

Terjadinya penaikan Kuat Medan Listrik di ujung Finial


runcing, bias menimbulkan External Partial Discharge
(Korona)
Besaran Konduktor, Impedansi Surja dan
Kecepatan Rambat berbagai tipe penghantar
I.3.
MATERI
DALAM MEDAN LISTRIK
DIELEKTRIKA
BERLAPIS
MEDAN LISTRIK BIDANG BATAS
MEDAN LISTRIK TEGANGAN TINGGI
BIDANG BATAS 2 DIELEKTRIKA BERBEDA
MEDAN LISTRIK DI BIDANG BATAS TERDIRI DARI:
Medan tegak lurus, medan tangensial dan medan menyudut.
Vektor Kuat Medan Listrik Pada
Suatu Bidang Batas Dua
Dielektrika, Hukum Induksi:

Integrasi kuat medan listrik


sepanjang lintasan tertutup P1-P2-
P3-P4 di kedua sisi bidang batas
yang berdasar Hukum Induksi
besarnya adalah nol,

Yang berarti komponen tangensial di kedua sisi bidang batas


sama besarnya.
Jika lintasan P1-P2-P3-P4
merupakan kontur permukaan
kotak, berdasar persamaan
kontinuitas:

Diperoleh kontinyuitas Komponen


Normal dari Rapat Arus

Komponen Normal Rapat Fluksi D selalu sama.


KOMPONEN NORMAL LAPISAN DIELEKTRIK

Pada suatu dua dielektrika konstanta dielektrika:


ε1= ε0εr1 dan ε2 = ε0εr2

Komponen normal rapat Fluksi


D1 = D2 Sedang Kuat medan
listrik: .

Yang berarti pada suatu


dielektrika dengan konstanta
dielektrika lebih rendah akan
menerima kuat medan listrik yang
lebih tinggi, biasa disebut sebagai
“Penekanan medan listrik”.
Contoh contoh
“Penekanan Medan
Listrik” di tegangan
tinggi.
LAPISAN DIELEKTRIK PARALEL
Pada bidang batas dua dielektrika parallel, kuat medan listrik di
kedua dielektrika adalah sama, yang biasa disebut komponen
tangensial.

Sedang rapat fluksi di kedua dielektrik:


PEMBIASAN PADA LAPISAN DIELEKTRIK
Pembelokan (pembiasan) medan dan
garis ekipotensial pada bidang batas.

Vektor kuat medan listrik


bidang Batas
MEDAN LISTRIK TEGANGAN TINGGI
PERHITUNGAN SUSUNAN ELEKTRODA PELAT
Rapat Fluksi

Kuat medan listrik Ek di


sebarang lapisan k
Distribusi potensial diperoleh dari integrasi kuat medan listrik pada
setiap daerah lapisan dielektrika.
Kapasitansi susunan elektroda merupakan rangkaian seri dari
Kapasitansi Bagian:

Atau berdasar hubungan


antara Q dan U diperoleh:
Internal Partial Discharge

PENGUKURAN PARTIAL DISCHAGE


Contoh contoh
“Penekanan Medan
Listrik” di tegangan
tinggi.
LAPISAN DIELEKTRIK PARALEL
Pada bidang batas dua dielektrika parallel, kuat medan listrik di
kedua dielektrika adalah sama, yang biasa disebut komponen
tangensial.

Sedang rapat fluksi di kedua dielektrik:


PEMBIASAN PADA LAPISAN DIELEKTRIK
Pembelokan (pembiasan) medan dan
garis ekipotensial pada bidang batas.

Vektor kuat medan listrik


bidang Batas
Linierisasi Distribusi Potensial Bushing
PROSES FISIKALIS DIDALAM SUATU DIELEKTRIKA
SAAT DIKENAI LONJAKAN MEDAN LISTRIK
RANGKAIAN PENGGANTI SUATU DIELEKTRIKA
KONDUKTIVITAS LISTRIK LOGAM,
SEMI KONDUKTOR, BAHAN ISOLASI
DIELEKTRIKA
GABUNGAN

Permitivitas
dielektrika dan
Faktor rugi rugi
sebagai fungsi
temperatur dengan 3
mekanisme polarisasi
KONDUKTIVITAS PADA CAIRAN

Penurunan arus atau konduktivitas setelah waktu pembebanan


KONDUKTIVITAS MINYAK TRAFO TERHADAP KUAT
MEDAN LISTRIK
KONDUKTIVITAS
PADA BAHAN
PADAT

Pengukuran partial
discharge dengan
rangkaian pengganti
Pengaruh Kuat Medan Listrik dan Temperatur
Konduktivitas
sebagai fungsi
temperatur pada
kuat medan
E=0,5 kV/mm
1) Minyak
mineral
2) Wepri board
3) Transformer
board
4) Unfilled EP
5) Filled EP
FAKTOR RUGI RUGI tan δ

Dielektrika dengan rugi rugi dituliskan dalam:


arus riil; rugi rugi daya; sudut rugi rugi dan Faktor rugi rugi
c dengan perhitungan arus bolak balik kompleks
RUGI RUGI DIELEKTRIK

Berbagai bahan isolasi pada frekwensi jala jala dan


temperatur ruang
BILANGAN DIELEKTRIKA KOMPLEKS

Rugi rugi dielektrika dituliskan dengan rugi rugi


konduksi dan polarisasi dengan pergeseran fasa
besaran medan dalam diagram vector kompleks AC
PENULISAN
DIELEKTRIKA

RANGKAIAN PENGGANTI
SERI PARALEL
PENULISAN
KARAKTERISTIK
DIELEKTRIK

RANGKAIAN PENGGANTI
POLARISASI SECARA
UMUM
System-response dielektrik fungsi dari kuat medan dan
temperatur
RANGKAIAN PENGGANTI NON LINIER

Gambaran model untuk Isolasi cair non linier


a

System-response dielektrik fungsi dari kuat medan dan


temperature untuk isolasi minyak baru
MODEL DUA LAPIS
MENURUT MAXWELL

Model Dua Lapis


menurut Maxwell
dalam dimensi waktu
Model Dua Lapis
menurut Maxwell dalam
dimensi frekwensi
PERBANDINGAN PENGUKURAN DAN SIMULASI
DENGAN BERBAGAI MODEL DIELEKTRIKA

Contoh: pengukuran response anjak untuk suatu isolasi


dari dua barrier transformer board
masing masing 1 mm , sela minyak (2 mm)
GEOMETRI
KOMPLEKS

Penulisan system isolasi


dengan rangkaian
pengganti dielektrika
I.4.
ISOLASI TEGANGAN TINGGI
&
ELECTRICAL BREAKDOWN
ELECTRICAL
BREAKDOWN
GAS BREAKDOWN
EKSITASI, IONISASI DAN ENERGI PELEPASAN

Wkin  m 0 v 2 / 2  Q  
W  hw f  hw c / 
   

Wi   F d r  Q e  E d r  Q e U i
rB rB

dr Q e E K rK2 Qe2
Wi  Q e E K r  2 
2

K
rB r
rB  0 . 4  rB

Jenis Gas H H2 O2 N2 Hg SF6 F


Wi dalam eV 13,5 15,9 12,5 15,8 10,4 19,3 18,6

Material Cu Al Fe Ag Au Cr Cs
Wa dalam eV 4,0 1,8 4,0 3,0 4,3 0,7

s/d s/d s/d s/d s/d 4,4 s/d


4,8 3,9 4,7 4,7 4,9 1,9
PELEPASAN MUATAN PADA GAS (GAS DISCHARGE)
Arus I pada pelepasan muatan (gas
discharge) tidak mandiri sebagai
fungsi tegangan U yang diberikan.
Ud tegangan tembus listrik.

 m   / z  1 / z 0  m  1 / [ N (rM  rQ ) 2 ]

 me  1 / ( N r ) 
2
M
mi  1 / (4  N rM2 )

Jarak lintasan Bebas  me  kT / ( rM2 p)  T / (A' P)


v max Qe  me
Wkin  Qe   Q e E  me  Wi v mi 
2 2 m0
E b  v mi / E
KOEFISIEN IONISASI
z x
Jumlah z dari total zo elektron dz 1
yang belum menumbuk z z    me 0 dx
molekul molekul gas, sebagai 0

fungsi dari jarak


A' p -B'p /(T E)
  z 0 e -x /  me

1
e  xi / me  e
-
B  me T
 /pAe E/p
 f ( E / p )   p  a [ E / p - (E / p) 0 ] 2

Berlaku untuk

Jenis Gas A B E/p

dalam (bar mm)-1 dalam kV / (bar mm) dalam kV / (bar mm)


Udara 645,0 19,0 3 s/d 14

H2 375,0 9,8 11 s/d 30

N2 945,0 25,6 11 s/d 45

CO2 1500,0 35,0 37 s/d 75


JARAK LINTASAN BEBAS
JARAK LINTASAN BEBAS ADALAH JARAK TUMBUKAN ANTARA SEBUAH PARTIKEL
BERMUATAN YANG BERGERAK DALAM MEDAN LISTRIK DENGAN MOLEKUL-MOLEKUL GAS.

Untuk udara dengan kondisi normal ρ0 = 1,013 Mpa dan temperatur


T0 =293 K dari persamaan (2.13) diperoleh radius molekul
rM = 0,187nm didapat jarak lintasan bebas rata rata elektron elektron
λme = 0,36 μm.
KOEFISIEN IONISASI (Α)
• Koefisien ionisasi α (disebut juga koefisien pertama dari townsend)
menyatakan jumlah ionisasi yang terjadi pada sebuah elektron dalam
perjalanannya menumbuk molekul molekul gas sejarak 1 cm.

B
A BERLAKU UNTUK E/P
JENIS GAS DALAM KV/(BAR
DALAM (BAR MM)-1 DALAM KV/(BAR MM)
MM)
Udara 645,0 19,0 3 s.d. 14

H2 375,0 9,8 11 s.d. 30

. N2 945,0 25,6 11 s.d. 45

CO2 1500,0 35,0 37 s.d. 75


AVALANS ELEKTRON
Di tempat x pada Gambar 2.12 terdapat sejumlah n buah elektron elektron
bebas, yang dengan koefisien ionisasi α pada sepanjang jarak intasan dx
akan terjadi penambahan elektron sebanyak dn = n α dx. Jika dari Katoda
(x = 0) ada sejumlan n0 elektron mula, maka dengan integral
JARAK LINTASAN BEBAS

BERAPA JUMLAH ELEKTRON YANG TERBENTUK DI ANODA, JIKA PADA


ELEKTRODA PELAT DENGAN JARAK:
S = 1 CM, DENGAN KOEFISIEN IONISASI Α = 10,7 CM-1 DAN DARI KATODA
HANYA SEBUAH ELEKTRON (N0 = 1) ?
BERDASAR PERSAMAAN , JUMLAH ELEKTRON YANG TERBENTUK:
KOEFISIEN PUKULAN BALIK
Terbentuknya avalans elektron hasil ionisasi tumbukan, menyisakan
dibelakangnya molekul-molekul gas bermuatan positif (ion-ion) yang
bergerak menuju katoda. Dikarenakan jarak lintasan bebas rata-rata
λmi hanya sekitar seperempat dari elektron, maka terjadinya ionisasi
tumbukan oleh ion-ion positif ini tidak berarti sama sekali. Akan tetapi
ion-ion ini berperan menghasilkan elektron awal baru (elektron
susulan) ketika ion ini menumbuk permukaan logam.

Koefisien Pukulan Balik γ untuk Berbagai Gas dan


Bahan Material Katoda
H2 N2 Udara
Aluminium 0,100 0,100 0,035
Tembaga 0,050 0,065 0,025
Besi 0,060 0,060 0,020
TEMBUS LISTRIK PADA MEDAN HOMOGEN
MEKANISME GENERASI (MEKANISME TOWNSEND)
Jika ni jumlah ion yang terbentuk dari sisa avalans elektron dan ns
jumlah elektron yang terbentuk di anoda, maka dengan koefisien
pukulan balik γ dalam kondisi seimbang didapat jumlah elektron
susulan n0 = γ ni = γ (ns - n0). Disini dianggap bahwa akibat ionisasi
tumbukan tidak terjadi rekombinasi atau penggabungan elektron
pada molekul gas, yang dengan demikian ni = (ns - n0).
MEKANISME STREAMER (RAETHER & MEEK)

• Jarak lintasan bebas adalah jarak tumbukan antara sebuah partikel


bermuatan yang bergerak dalam medan listrik dengan molekul-molekul
gas.

Jika jumlah elektron pada kepala avalans mencapai harga kritis: nkr ≈
e18 ≈ 108. Menurut Gambar 2.18 kuat medan listrik didepan kepala
avalans sangat besar, sehingga akibat dari proses eksitasi dan
ionisasi terpancarkan radiasi elektromagnetis enegi tinggi. Menurut
Gambar 2.19 akan terbentuk avalans sekunder yang kemudian
sangat cepat berkembang dan membentuk kanal tembus.
GAS BREAKDOWN

Relative air gap Breakdown Voltages in non-uniform fields


GAS BREAKDOWN

Approximate breakdown strengths of gases


in a uniform field-Paschen Curves
GAS BREAKDOWN

Effect of moisture on electric strength of oil-impragnated paper


insulation
GAS BREAKDOWN

Examples of some partial discharge source


GAS BREAKDOWN

Examples of some partial discharge source


GAS BREAKDOWN

(b) Equivalent capacitance network


(a) Physical Model

c) Sequence of PDs for inception well below alternating


voltage peak

Simplified model of simple


containing partial discharge source
THERMAL AGEING

Examples of the form of thermal ageing lines


HIGH VOLTAGE BUSHING
(a) Design requirement (b) Equipotential distribution

(i) No foils (ii) Grading foils

Basis of high voltage bushing


LIGHTNING IMPULSE DESIGN OF WINDING

(b) Initial distributions for


different of factor α

(a) Equivalent capacitance network


neglecting inductance and losses

Initial distribution of impulse voltage in a uniform winding


SURFACE
BREAKDOWN
BERBENTUK GAS, AKAN TERBENTUK BIDANG BATAS YANG
DISEBUT PERMUKAAN.
Permukaan dalam teknik tegangan tinggi ditandai dengan:
 Banyak kejadian dialami pada Isolator, Bushing, Mof
Kabel Ujung, Dudukan, Cetakan Isolasi
 Jeleknya kekuatan dielektrik
 Discharge pada permukaan isolator merupakan masalah
pokok kostruksi teknis tegangan tinggi.

Terdapat 3 (tiga) Tipe Dasar permukaan:


1. Lapisan Dielektrik sumbu lateral
2. Lapisan Dielektrik sumbu longitunial
3. Pada isolator dengan bahan isolasi padat dan cair, terjadi
rendahnya kekuatan dielektrik yang dibatasi tegangan yang
rendah, pada permukaan tangensia
SUSUNAN GLIDING PLANE DENGAN GARIS GARIS
EKI-POTENSIAL
TRIGGER DISCHARGE GLIDING PLANE

Awal terjadinya distribusi medan tangensial pada gliding plane


dengan berbagai pembebanan dengan parameter terdistribusi.

a) Tegangan Impuls dan Bolak Balik


b) Dengan pertimbangan adanya lapisan pengotoran
permukaan
c) Tegangan Searah.
Distribusi medan pembebanan tegangan Impuls dan
tegangan bolak balik ditentukan oleh medan pergeseran
dielektrik, yang berarti ditentukan oleh permitivitas ε1 dan ε2.
Medan listrik yang terjadi dapat dituliskan sebagai kapasitansi
lapisan dielektrik ΔC dan kapasitansi terserak ΔCs.
Jika lapisan pengotoran permukaan mencukupi, pada
pembebanan tegangan bolak balik (b) ditambahkan ΔR.
Pada pembebanan tegangan searah, disdribusi medan
ditentukan oleh konduktivitas bahan isolasi dan lapisan
pengotoran (c).
TRIGGER PENYALAAN DISCHARGE PERMUKAAN

akibat adanya medan listrik


tangensial dari ujung runcing
elektroda

akibat adanya medan


listrik ujungakibat adanya
medan listrik ujung
GAS BREAKDOWN
TEGANGAN IMPULS DAN BOLAK BALIK
UJUNG RUNCING ELEKTRODA
Akibat adanya komponen medan tangensial, maka
terbentuklah suatu pendar discharge yang stabil. Dengan
anggapan medan silindris simetris, tegangan awal penyalaan
untuk Radius dalam RK dan Radius luar d, didapat:

UJUNG ELEKTRODA MENEKUK

Disini dominan komponen normal dari medan listrik.


Tegangan awal partial discharge Ue:
LAPISAN PENGOTORAN PEMBEBANAN TEGANGAN
BOLAK BALIK

Perhitungan kuat medan listrik tangensial dapat


dilakukan dengan rangkaian pengganti Ohm-Kapasitif. Disini
kapasitansi terserak ΔCs biasanya dapat diabaikan.
Kapasitansi spesifik dan tahanan :
C’ = ΔC/Δx = ε0εrb/d dan R’ = ΔR/Δx = R◘/b
Dimana: b dan d adalah lebar dan ketebalan bahan isolasi
dan R◘ adalah tahanan permukaan spesifik (tahanan suatu
elemen permukaan kwadratis). Tegangan awal korona
diperoleh:
GAS BREAKDOWN
TEGANGAN SEARAH

Rangkaian pengganti (c) kuat medan listrik tangensial yang


menurun sampai pada tegangan awal korona. Jika konduktivitas
kapasitif ωε0εr diganti dengan konduktivitas κ bahan isolasi,
diperoleh:
SURFACE DISCHARGE
Tahapan terjadinya Surface
Discharge pada permukaan silinder

Setelah terjadinya Partial


Discharge, jika tegangan terus
dinaikkan akan terjadi surface
discharge, seperti halnya
terjadinya tembus listrik pada gas
pada medan listrik sangat tidak
homogeny.
Bahan Isolasi berperan
seperti halnya Barriere yang
menghalangi tembus langsung.
FLASHOVER LAPISAN PENGOTORAN
Tahapan terjadinya flashover
lapisan pengotoran
a) Penekanan “Arus Rayap” pada
zona kering dengan pemanasan
local,
b) Peluasan zona kering dengan
arus panas, mempercepat
pengeringan,
c) Pemutusan pengaliran arus
setelah pengeringan seluruh
lingkaran isolator
d) Loncatan listrik paa zona kering.
Pembentukan pendar busu listrik
e) Peluasan zona kering dan
panjang panjang busur listrik
dengan pengeringan.
THERMAL
BREAKDOWN
ISOLASI PADAT
Isolasi dimana Panas yang
dihasilkan Pzu lebih besar
dibanding Panas yang
dibuang Pab akan terjadi
pemanasanyang akhirnya
akan rusak secara thermal.
FAKTOR TERJADINYA KETIDAKSTABILAN THERMAL:

1) Tingginya Faktor rugi rugi tan δ dari bahan isolasi, yang


berarti tingginya Rugi rugi Dielektrik Pδ.
2) Meningginya Rugi rugi dielektrik dikarenakan
dikandungnya osilasi frekwensi tinggi pada tegangan
terpasang.
3) Kenaikan yang tidak proposional pada faktor rugi rugi atau
Rugi rugi daya karena temperature T.
4) Tambahan panas dari luar, seperti daya arus panas dari
konduktor didekatnya.
5) Tidak baiknya pembuangan panas ke sekeliling luar,
dikarenakan sangat tebalnya isolasi (pada tegangan tinggi)
atau karena jeleknya konduktivitas panas dari bahan isolasi
Catatan:
Pada dasarnya tembus thermal juga terjadi pada isolasi
cair, dimana Konveksi misal terjadi penyumbatan kanal
minyak, dalam artian terjadi penghalangan transportasi panas
pada cairan isolasi menyebabkan ketidakstabilan thermal.
Pada isolasi Gas, rugi rugi dielektrik sangat kecil
sehingga tidak memungkinkan terjadinya tembus thermal.
Panas yang dihasilkan Pzu adalah jumlah dari panas yang
dihasilkan Pδ dielektrik dan panas yang diperoleh dari luar P1.
P1 adalah panas konduktor didekatnya,
Pδ(T) dan faktor rugi rugi tan δ eksponensiil terhadap temperatur.

Panas yang dibuang Pab adalah panas yang disalurkan luasan A(x),
Konduktivitas panas α dan proposional terhadap gradient temperature
isolasi arah aliran panas .

Dalam keadaan stasioner jika panas yang dibuang sama dengan


panas yang dihasilkan: Pab = Pzu sama.
Jika tegangan terpasang lebih rendah dari tegangan kritis ( U < Uk )
titik kerja stabil 1 dan titik kerja tidak stabil 2.
Kesamaan kenaikan disebut “Titik Kritis”
ISOLASI PADAT
TEMBUS THERMAL GLOBAL
DAN TEMBUS THERMAL LOKAL
TEMBUS THERMAL GLOBAL
DAN TEMBUS THERMAL LOKAL
Hubungan Permitivitas dengan Temperatur
Heat Transfer
Tegangan Tembus Kritis
PARTIAL DISCHARGE
BREAKDOWN
INTERNAL PARTIAL DISCHARGE
PERJALANAN TEGANGAN PARTIAL DISCHARGE
ISOLASI PADAT
ISOLASI PADAT
ISOLASI PADAT
ISOLASI PADAT
ISOLASI PADAT
ELECTRICAL BREAKDOWN
IN LIQUID
ISOLASI CAIR
MEKANISME JEMBATAN SERBUK
TEGANGAN TEMBUS BREAKDOWN FUNGSI JARI JARI
I.5
Best Practices
tan

PEMANASAN DIELEKTRIKA
ISOLASI TEGANGAN TINGGI
Konstanta Dielektrik εr , Faktor Rugi Dielektrik tan δ
dan Kuat Medan Tembus Ed berbagai bahan Isolasi
Bahan Isolasi Konstanta Faktor Rugi Dielektrik Kuat Medan Tembus
Dielektrika εr 103 tanδ Listrik Ed (kV/cm)

Porselen 5 s/d 6,5 17 s/d 25 340 s/d 380


Steatit 5,5 s/d 6,5 2,5 s/d 3 200 s/d 300

Kertas Keras 4 s/d 7 20 s/d 100 300 s/d 600


Kertas 4 s/d 4,3 5 s/d 10 500 s/d 600
Impragnisasi
Epoxid Resin 2,8 s/d 5 3 s/d 10 200 s/d 400
Polyester Resin 3,8 s/d 5 3 s/d 50 200 s/d 290
Polyvinylchloride 2,3 s/d 2,4 50 s/d 80 150 s/d 190

Karet Keras 2,5 s/d 5 2 s/d 6 200 s/d 300


Minyak Mineral 2,2 s/d 2,6 - s/d 10 200 s/d 350

Chloplen 4,5 s/d 7 - s/d 2 150 s/d 250


GI GAMBIR
JANUARI 2020
RUGI RUGI
DIELEKTRIK
RUGI RUGI DIELEKTRIK
Rugi-rugi dielektrik terjadi pada materi isolasi yang diletakan antara
elektroda bertegangan. Disini mengalir arus kapasitif IC juga mengalir
arus riil IW. Rugi-rugi ini, diakibatkan adanya konduktivitas diri γ bahan
isolasi yang a rendah (γ ~10-16 s/d10-10 S/cm) namun terutama karena
dibutuhkannya energi yang secara terus menerus diperlukan untuk
polarisasi dipol dengan adanya tegangan bolak balik.
Rangkaian pengganti kondensator C mengandung rugi rugi dielektrik
yang paralel dengan tahanan riil R. Sudut antara arus total I dengan arus
kapasitif IC disebut sudut rugi dielektrik d. Untuk tegangan sebesar U
frekuensi ω = 2πf didapat faktor rugi dielektrik

Rugi-rugi daya:
RUGI RUGI DIELEKTRIK
Faktor rugi dielektrik

rugi-rugi daya

dengan differensial rugi daya sebesar dPd = E2 ω ε0 εr tan δ dV

rugi-rugi daya dielektrik


Dimana εr tan δ = εr” sebagai konstanta rugi-rugi dielektrik.
POLARISASI

Polarisasi orientasi di dalam bahan dielektrik:


a) Distribusi Dipole statistik
b) Dipole Orientasi
Hubungan pergeseran Fluksi dengan Kuat Medan Listrik:

Konstanta Dielektrik:
Konstanta dielektrik εr berbagai bahan Isolasi

Konstanta dielektrik εr berbagai bahan Isolasi fungsi temperatur ϑ


1.Porselen
2.dan 3 Kertas Padat
1
4.Epoxy Resin
5.Polyviniylchlorid
Penghantar konsentris berisolasi
Suatu penghantar bulat dengan radius ri = 1 cm dan
panjang ℓ = 20 m didalam pipa logam koaksial
dengan radius ra = 1,5 cm yang diisi dengan isolasi
kertas impragnisasi minyak.
Berapa besar rugi rugi daya dielektrik jika diberi
tegangan U = 100 kV dan frekuensi f = 50 Hz.

Kuat medan listrik adalah:

Dengan elemen volume dV = 2 πr Ɩ dr dan dengan εr”= εr tan δ


didapat, rugi-rugi daya dielektrik sebesar:
Faktor Rugi Rugi Dielektrik tan δ
Faktor Rugi rugi dielektrik tan δ
sebagai fungsi temperatur
1.Kertas padat
2.Porselen
3.Gelas
4.Minyak bagus
5.Minyak sedang
6.Minyak kualitas rendah

Faktor Rugi rugi dielektrik tan δ


sebagai fungsi Kuat Medan Listrik
ON LINE MONITORING ON BUSHING

1
I.6
Best Practices
Lightning
Overvoltage

PENEMPATAN ARRESTER
DAN
ARCING HORN
PROTEKSI PETIR
POWER TRANSFORMER
DENGAN ARRESTER
SWITCHYARD 70 kV, IBT TRANSFORMER 150/70 kV,
POWER TRANSFORMER 150/20 kV

JARAK
ARRESTER – POWER TRANSFORMER TERLALU
JAUH

Grounding Arrester dan Power Transformer ???


Penempatan Arrester
Gardu Induk Air Anyir (Trafo PLTU)

Jarak Arrester dengan Trafo: l = 30 m

Arrester terletak jauh dari Trafo yang diproteksinya


Penempatan Arrester
Gardu Induk KAMPAK

Jarak Arrester dengan Trafo: l = 4 m

Arrester dekat dengan Trafo yang diproteksinya


Penempatan Arrester

Arrester dekat dengan Trafo


B yang diproteksinya
Penempatan
A Arrester

Arrester terletak pada Trafo


B yang diproteksinya
PENENTUAN
TEGANGAN TEMBUS
ARCING HORN
Efisiensi Geometri

Pada medan-medan tidak homogen, dengan pembebanan tegangan


U akan terjadi kuat medan listrik maximum Emax di ujung elektroda.
Kuat medan listrik rata-rata pada jarak sela s adalah: Emi = U/s.
Faktor Efisiensi Geometri Schwaiger:
disebut juga sebagai derajat ketidakhomogenan susunan elektroda.
Disini besar tegangan adalah
Untuk medan homogen : η = 1
Untuk medan tidak homogen : η < 1
Medan Listrik Elektroda Bola dan Silinder
Elektroda Bola Konsentris
Kuat medan listrik tertinggi:
Derajat ketidakhomogenan:
Elektroda Silinder Konsentris
Kuat medan listrik tertinggi:
Derajat ketidak-homogenan

Faktor efisiensi geometri untuk susunan elektroda


silinder anaksial dan bola eksentris:

Tegangan Tembus Listrik suatu sela elektroda:


Ua = tegangan tembus listrik
Ea = kuat medan tembus listrik (dielectric strength)
S = jarak sela elektroda
η = faktor ketidak-homgenan
p q=1 q=2 q=3 q=5 q=10 q=20 q=∞ q=p q=3 q=5 q=10 q=20

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1,5 0,924 0,894 0,884 0,878 0,871 0,864 0,861 0,811 0,831 0,847 0,855 0,857

2 0,861 0,815 0,798 0,783 0,772 0,766 0,760 0,693 0,717 0,735 0,748 0,754

3 0,760 0,702 0,679 0,658 0,641 0,632 0,623 0,549 0,549 0,478 0,604 0,614
Faktor 0,684 0,623 0,595 0,574 0,555 0,548 0,533 0,462 - 0,402 0,507 0,521
4
ketidak- 5 0,623 0,564 0,538 0,513 0,492 0,486 0,468 0,402 - 0,439 0,454

homogenan 6 0,574 0,517 0,488 0,469 0,450 0,435 0,419 0,358 0,386 0,404

Elektroda 8 0,497 0,447 0,420 0,401 0,377 0,368 0,349 0,297 0,310 0,331

Silinder 10 0,442 0,397 0,375 0,352 0,330 0,324 0,301 0,256 0,256 0,281

15 0,349 0,314 0,296 0,277 0,257 0,249 0,228 0,193 - 0,204

20 0,291 0,263 0,248 0,232 0,214 0,202 0,186 0,158 0,158

50 0,1574 - - - - - 0,0932 0,0798 -

100 0,094 0,0537 0,047

300 0,038 0,0214 0,019

500 0,025 0,0138 0,0125

800 0,0168 0,0092 0,0084

100 0,0138 0,0076 0,0069


0
p q=1 q=1 q=∞ q=p
1,0 1 1 1 1

Faktor 1,5 0,850 0,834 0,732 0,667

ketidak- 2 0,732 0,660 0,563 0,500

homogenan 3 0,563 0,428 0,372 0,333

Elektroda 4 0,449 0,308 0,276 0,250

Bola 5 0,372 0,238 0,218 0,200

6 0,318 0,193 0,179 0,167

7 0,276 0,163 0,152 0,143

8 0,244 0,140 0,133 0,125

9 0,218 0,123 0,117 0,111

10 0,197 - 0,105 0,100


Tegangan tembus listrik sela elektroda

Tegangan Tembus Listrik suatu sela elektroda:


Ua = tegangan tembus listrik
Ea = kuat medan tembus listrik (dielectric strength)
S = jarak sela elektroda
η = faktor ketidak-homgenan
Perhitungan Jarak Bushing Trafo
Suatu transformator tegangan tinggi seperti
terlihat pada gambar memiliki elektroda
pemayung berbentuk bola dengan diameter D =
50 cm. Transformator akan dioperasikan dengan
tegangan tinggi bolak balik harga Efektif U = 300
kV dengan jarak s dari dinding atap. Jika kuat
medan listrik maksimum Emaks = 19 kV/cm tidak
boleh dilampaui, berapa jarak minimal s yang
diperlukan ? Tabel 1.1

Gambar 1.1
Power Transformer
Dicari disini berapa jarak s yang tergantung dari faktor utilisasi
geometri η. Disini dilakukan beberapa kali perhitungan sampai
diperoleh hasil:
yang sesuai dengan harga puncak tegangan kerja

Untuk R = q = ∞ dan r = D/2 =25 cm dengan menggunakan


persamaan: dan Tabel utilisasi geometri η untuk
beberapa harga p diperoleh hasil seperti tercantum dalam Tabel 1.1.
Penampilan grafis dari angka angka pada Tabel 1.1 ditunjukan
seperti terlihat pada gambar 1.1., disini diperoleh jarak terpendek
antara transformator dengan dinding atap sebesar s 120 cm.
s dalam cm p η ûmax dalam kV
75 4 0,276 393,3
Tabel 1.1 100 5 0,218 414,2
Hasil perhitungan
125 6 0,179 425,1

150 7 0,152 433,2


ARCING HORN

UD = E D s 
S = 15 cm
r = 5 cm
p = 1 + (s/r) = 1 + (15/5) = 4
q=1
 = 0,308
ED = 25 kV/cm
UD = (25 kV/cm).15cm.0,308
Jarak Sela = 115 kV
Spark Gap, pendek
Tegangan tembus listrik sela elektroda

UD = ED s 

Tegangan Tembus Listrik suatu sela elektroda:


UD = Tegangan tembus listrik
ED = Kuat medan tembus listrik (dielectric strength)
S = Jarak sela elektroda
η = Faktor ketidak-homgenan
GI SUNYARAGI CIREBON
(Agustus 2017)
POWER TRANSFORMER
GARDU INDUK PLTG SUNYARAGI

KEJADIAN
TERBAKARNYA IBT
TRANSFORMER
SELASA 29 AGUSTUS 20171
JAM 21.45

2 TRAFO IBT 150/70 kV terbakar


I.7
Best Practices
SWITCHING
SURGE

SWITCHING SURGE
ELECTRICAL BREAKDOWN
KARAKTERISTIK BREAKDOWN SWITCHING SURGE
S1 S 2  S 1
ud
50

T cr T cr T cr
1 2

Tembus breakdown tegangan lebih Surja Hubung tidak ditentukan


oleh jarak sela semata, tetapi lebih dominan oleh waktu mencapai
puncak Tcr Time to Crest surja hubung.
KURVA TEGANGAN TEMBUS BREAKDOWN SURJA HUBUNG
Ud50% v/s JARAK SELA S
4

ud 50%
MV 3 T =850s
T =250s cr
cr

T =750s
cr
T =650s
cr kurva ketahanan
2 minimal

T =450s
cr

T =250s
cr

1
S

0 10 20 30
s jarak sela (meter)

 Switching Surge bisa mencapai 6 p.u sekitar 1.700 kV


 Untuk Tcr = 450 μs, akan terjadi tembus breakdown sejarak 9 meter.
 Pohon Sengon tersambar loncat denyar, spark karena tegangan lebih Surja
Hubung (Switching Surge) . B
Fungsi Neutral Grounding Resistance (NGR)

SECONDARY
TRANSFORMER
Phase-R

i
To Load
Phase-S

i
NGR Phase-T
Short Circuit
To Limit
the Fault Current i

Neutral Grounding Resistance untuk membatasi Short Circuit Current


GROUNDING NGR
MV POWER TRANSFORMER

Grounding NGR dihubungkan dengan body NGR yang


tersambung langsung meshed grounding GI.
TEMUAN GROUNDING
A NGR
GROUNDING NGR
PADA TRAFO TEGANGAN MENENGAH PLN
ERSAMBUNG MESHED GROUNDING GI

Penghantar NGR, Neutral Grounding dihubungkan ke body dan


Body
juga Framedari
diisolasi Trafo dihubungkan
body B langsung
dihubungkan ke ke
langsung tanah.
tanah.
Terjadinya Sinyal Palsu, Sympathy Fault

Control Building

Protection
Panel, DCS, etc
Power Transformer
Marshaling Kiosk (MK)

Cable Armour

Mesh Grounding
Kenaikan Tegangan pada Arus mengalir ke Grounding Panel MK terhubung NGR Trafo terhubung langsung
dengan Mesh Grounding
Grounding Panel-panel Gedung Kontrol, dengan mesh grounding.
instrumentasi/control disebut sebagai Arus hubung singkat dan ketidak
Circulating Current seimbangan penyebab Earth
Difference Potential (EDP) pada
meshed grounding existing
Pengaliran arus ke panel control,
menyebabkan terjadinya sinyal palsu,
sympathy fault, bahkan dapat
berujung pada system trip.
I.7.
Best Practices
Electrical Spark in
Hazardous Area

FLOATING ROOF TANK


FLAMMABLE GAS
VENTING

Anda mungkin juga menyukai