Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Ervan Arifandi

NPM : 181110015401006
JURUSAN : KEHUTANAN
MATKUL : MANAJEMEN HUTAN

PENGATURAN HASIL
Tujuan pengelolaan hutan produksi adalah untuk memperoleh hasil produksi secara
teratur dan berkesinambungan.

Pengaturan hasil ialah pemilihan metode penebangan berdasarkan pertimbangan


ekonomi dan silvikultur sehingga diperoleh hasil produksi yang teratur dan berkesinambungan.

Tiga dimensi pokom dalam pengaturan hasil yaitu : besaran, ruang, dan waktu.

Jumlah hasil panen (dimensi besaran) dipengaruhi oleh :

1. Potensi tegakan

2. Riap tegakan

3. Panjang rotasi atau daur

4. Tujuan pengelolaan hutan dan

5. Metode silvikultur yang digunakan

Penataan hutan (dimensi ruang) penting karena besaran dan kesinambungan produksi
sangat terkait dengan teknik penataan yang sesuai dengan karakteristik hutan.

Hutan yang tertata baik akan sangat membantu kegiatan pengelolaan mulai dari
perencanaan, pemanenan sampai pemeliharaan dan perlindungan.

Dimensi waktu,

Pemanenan yang terbaik untuk memperoleh hasil yang optimal sesuai tujuan
pengusahaan sangat terkait dengan kapan waktu yang tepat untuk pemanenan.

Prinsip pemanenan :

Penebangan hutan tidak boleh melebihi potensi, khusus untuk di hutan alam produksi,
penebangan atau pemanenan selayaknya dilakukan dengan mempertim-bangkan aspek-aspek
kelestarian.
A. Pengutaraan hasil
Metode Pengaturan Hasil Terdiri Atas :

 Berdasarkan luas
 Berdasarkan volume
 Berdasarkan luas dan volume
 Berdasarkan kombinasi volume dan riap

1. Berdasarkan luas
Penentuan Hasil Panen berdasarkan luas : E = 1/r . L
dimana :
E = etat tebang
R = rotasi tebang/daur
L = luas

2. Berdasarkan volume
 Penentuan hasil panen berdasarkan volume (dari growing stoct) dirumuskan
sebagai berikut : E = 1/r . 2V
dimana :
E = etat tebang
r = rotasi tebang/daur
V = volume hasil inventarisasi (growing stoct)
 Penentuan hasil panen berdasarkan riap/ increment).
Perhitungan etat dilakukan berdasarkan CAI, maka tegakan dikelompokkan
menjadi tiga sesuai kondisinya, yaitu :
 kelompok belum siap panen,
 kelompok yang sudah siap panen,
 kelompok yang sudah lewat masa panen,
 perhitungan etatnya adalah sebagai berikut :

E = 1/CC.(Y+Z) dan (Z+Y)


CC = ---------------
(Zi + Yi)
Dimana :

 E = etat tebang
 CC = cutting cycle (rotasi tebang)
 Y= volume tegakan yang siap panen
 Z = volume tegakan yang lewat masa panen
 Yi = riap tahunan rata-rata untuk tegakan Y
 Zi = riap tahunan rata-rata untuk tegakan Z

 Penentuan hasil berdasarkan kelas diameter


Metode ini dikembangkan untuk memenuhi permintaan pasar akan
ukuran yang sesuai kebutuhannya, diperlukan kegiatan inventarisasi untuk
memperoleh data mengenai :

 Struktur tegakan (kelompok kelas ukuran diameter),


 Batasan ukuran siap panen (limit diameter untuk pemanenan),
 Pertumbuhan (kondisi pertumbuhan untuk mencapai limit
diameter)

Rumus perhitungan etat berdasarkan kelas diameter adalah :

E = --------------------∑ Ni.Pi

(R+ T/2)

Dimana :

 R = rotasi
 T = periode tebangan
 Ni = jumlah pohoin kelas ke i
 Pi = persen hidup kelas ke i
 E = etat
3. Berdasarkan luas dan volume
Metode ini digunakan pada sistem TPTI, dimana dasar penentuan
volume tebangan dihitung berdasarkan data hasil timber cruising yang
dilakukan setiap tahun sesuai luasan yang diizinkan.

4. Berdasarkan volume dan riap


Dalam penentuan besarnya panenan perlu diadakan :
 inventarisasi tegakan,
 pengukuran berulang (CFI)
 pengamatan empiris, untuk mengisi tabel kondisi normal tegakan
yang meliputi : jumlah pohon, volume persatuan luas, riap tegakan,
dan kondisi tapak.

B. Perhitungan etat
Dalam praktek, penentuan volume dan luas tebangan tahunan diatur
sedemikian rupa dalam tahapan perencanaan yang bertingkat berdasarkan RKD, RKL
dan RKT yang di dalamnya meliputi :
Total volume yang akan di tebang.
Jenis, kualitas, dan ukuran kayusesuai volume yang ditebang.
Jumlah dan jenis peralatan, tenaga kerja, lokasi penebangan dan rencana
kegiatan pembinaan hutan.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam setiap penyusunan rencana


karya yaitu :
Tujuan manajemen,
Tujuan pemasaran sesuai dengan jenis kayu yang diproduksi,
Sistem Silvikultur yang diterapkan,
Problem pemanenan, seperti aksesibilitas, ketenagakerjaan dan sarana
prasarana.
Tingkat penebangan yang diterapkan agar produksi berkelanjutan.
PENGATURAN HASIL DALAM SISTEM
TPTI
Tujuan : adalah untuk membentuk struktur dan komposisi tegakan hutan alam yang tak
seumur yang optimal dan lestari sesuai dengan sifat-sifat biologi dan tapak aslinya.

Ciri-ciri : keberadaan pohon, tiang, pancang, semai dengan mutu dan produktivitas
tinggi, dilengkapi keberadaan pohon lainnya sehingga memenuhi tingkat keanekaragaman
hayati yang diinginkan.

Sasaran Sistem TPTI :

Adalah terbentuknya tegakan hutan alam produksi tidak seumur dengan


keanekaragamnan hayati yang tinggi.

Pengaturan hasil dalam sistem TPTI dapat diterapkan pada :

 Tebangan rotasi I berupa hutan primer, dan


 Tebangan rotasi II dan seterusnya pd hutan bekas tebangan.

Kondisi hutan sisa tebangan akan sangat tergantung pada :

 kondisi awal ----- hutan primernya,


 intensitas pemanenan yang dilaksanakan,
 kemampuan sumber daya manusia,
 jumlah dan jenis peralatan.

Metode pengaturan hasil (penentuan AAC) pada rotasi I dan ke II mempunyai masukan
yang berbeda.

Pd rotasi I, potensi yang tersedia berupa gowing stock dari hasil ITSP, Pd rotasi II adalah
potensi tegakan sisa hasil binaan berupa data riap dari hasil ITT.

Penentuan AAC (Annual Allowable Cutting) atau jatah tebangan yang diijinkan dihitung
berdasarkan rumusan atau ketentuan tertentu.
Penentuan AAC dimaksudkan agar :

Diperoleh hasil hutan kayu secara lestari sesuai ; potensi hutan, siklus tebangan, faktor
eksploitasi dan keamanan hutan.

Siklus tebangan ditetapkan 35 tahun, dengan asumsi riap tegakan hutan alam
Dipterocarpaceae sebesar 1 Cm /tahun.

Sehingga pada rotasi ke II pohon-pohon inti yang tadinya berdiameter antara 35 s/d 49
Cm, telah mencapai sekurang-kurangnya 70 Cm.

Anda mungkin juga menyukai