Anda di halaman 1dari 8

Template Jurnal Dunia Farmasi

REVIEW JURNAL : ANALISIS KAFEIN PADA KOPI DENGAN METODE


KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

REVIEW JOURNAL : ANALYSIS OF Caffeine in COFFEE USING


HPLC METHOD

Muhammad Khairun1*, Ivan Andriansyah2, Emma Emmawati3


1
Universitas Bhakti Kencama, Jl. Soekarno-Hatta No.754, Cipadung Kidul, Kec. Panyileukan,
Kota Bandung, Jawa Barat 40614
2,3
Universitas Bhakti Kencama, Jl. Soekarno-Hatta No.754, Cipadung Kidul, Kec. Panyileukan,
Kota Bandung, Jawa Barat 40614
*Muhammad Khairun

ABSTRAK
Kopi merupakan tipe tanaman yang memiliki kafein serta bisa diolah menjadi minuman lezat. Disaat ini
kopi sebagai minuman yang amat disukai penduduk dunia sesudah air serta teh. Kafein ( 1, 3, 7-
trimethilxantin) merupakan sejenis purin psikostimulan alkaloid yang berupa serbuk putih ataupun wujud
jarum mengkilat, umumnya menggumpal, tidak berbau, rasa getir, dan mempunyai titik lebur pada 235 -
237°C. Tujuan dari review artikel ini yaitu untuk mengetahui komposisi fase gerak yang baik pada
penetapan kadar kafein pada kopi dengan menggunakan metode KCKT. Metode yang digunakan yaitu
pendekatan literatur review agar mengetahui fase gerak serta hasil dari penelitian pada review artikel
sebelumnya yang berkaitan dengan analisis kadar kafein pada kopi menggunakan Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi Penggunaan kafein secara berlebihan dapat menimbulkan debar jantung, gangguan
lambung, tangan gemetar dan lain sebagainya. Hasil yang didapat diketahui bahwa komposisi fase gerak
yang paling bagus untuk melakukan penetapan kadar kafein dengan menggunakan kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT) adalah aqubidestilata : metanol dengan perbandingan 50:50 dikarenakan pada
fase gerak ini memiliki tingkat waktu resitensi yang kecil dan kecepatan laju alir yang tinggi, l a l u
memiliki nilai laju alir yang memenuhi syarat.

Kata Kunci : Kopi; Kafein; KCKT.

ABSTRACT
Coffee is a type of plant that has caffeine and can be processed into delicious drinks. Currently, coffee is
the most popular drink in the world after water and tea. Caffeine (1, 3, 7-trimethylxanthine) is a type of
purine psychostimulant alkaloid in the form of white powder or shiny needles, generally lumpy, odorless,
bitter in taste, and has a melting point of 235 - 237°C. The purpose of this article review is to determine
the composition of the mobile phase that is good for determining caffeine content in coffee using the
HPLC method. The method used is a literature review approach to determine the mobile phase as well as
the results of research in a review of previous articles related to the analysis of caffeine levels in coffee
using High Performance Liquid Chromatography. Excessive use of caffeine can cause heart palpitations,
stomach disorders, shaking hands and so on. The results showed that the best composition of the mobile
phase for determining caffeine content using high performance liquid chromatography (HPLC) was
aqubidestilata: methanol with a ratio of 50:50 because this mobile phase has a small resistance time and
a high flow rate. high, then has a flow rate that meets the requirements..

Keywords: Coffee; Caffeine; KCKT.

Alamat Korespondensi:
Muhammad Khairun: Universitas Bhakti Kencama, Jl. Soekarno-Hatta No.754, Cipadung
Kidul, Kec. Panyileukan, Kota Bandung, Jawa Barat 40614. 08116857173.
mkhairun06@gmail.com.
Template Jurnal Dunia Farmasi

PENDAHULUAN Sebagian di antara lain berpotensi


menyehatkan serta sebagian yang lain
Kopi ialah salah satu hasil
berpotensi bahaya. Salah satu senyawa
komoditi perkebunan yang mempunyai
alkaloid yang berpotensi beresiko buat
nilai ekonomis yang lumayan besar di
kesehatan merupakan kafein. Kafein
antara tumbuhan perkebunan yang lain
merupakan senyawa alkaloid turunan
serta berfungsi penting sebagai sumber
xanthine, dengan kisaran 1-2,5% (5). Efek
devisa negeri. Kopi tidak cuma berfungsi
positif dari kafein yaitu stimulus otot
penting sebagai sumber devisa melainkan
jantung, perenggangan otot polos dan
pula ialah sumber pendapatan bagi petani
merangsang kinerja syaraf pusat. Tetapi
kopi di Indonesia (1).
jika di konsumsi dengan berlebihan dapat
Kopi ialah tipe tanaman yang
menimbulkan efek yang negatif seperti
memiliki kafein serta bisa diolah jadi
hipertensi, mual, gugup, insomnia dan
minuman lezat. Disaat ini kopi sebagai
juga tremor. Menurut FDA (Food Drug
minuman sangat disukai warga dunia
Administration) dosis kafein yang
sesudah air dan teh. Tidak hanya itu, kopi
disetujui yaitu 100-200 mg/hari,
juga merupakan salah satu hasil
sedangkan menurut SNI 01-7152-2006
perkebunan yang mempunyai nilai
yaitu 150 mg/hari dan 50 mg/sajian batas
ekonomis yang lumayan besar di antara
maksimum dari kafein yang terdapat
tumbuhan perkebunan yang lain serta
didalam makanan mapun minuman (6).
berfungsi penting selaku sumber devisa
Minuman kopi tentu mempunyai
Negeri. Senyawa dalam kopi dengan
rasa unik seperti campuran rasa asam dan
sajian biasa sudah banyak yang
rasa pahit yang dominan, rasa tersebut
mengaplikasikan, hasilnya menunjukkan
membuat pecinta kopi mempunyai sensasi
kalau temperatur serta lama penyangraian
pribadi yang dapat mengubah suasana hati.
kopi sangat mempengaruhi terhadap tipe
Secara ilmiah keunikan dari rasa tersebut
senyawa yang dihasilkan dari proses
dipengaruhi karena senyawa golongan
termal ini (2).
alkaloid jenis kafein, trigonelina,dan asam
Proses penyangraian ialah salah satu
klorogenat lalu senyawa utama rasa pahit,
tahapan yang berarti yang menciptakan
asam klorogenat dan turunannya, yang
senyawa degradasi termal akibat
melimpah saat biji kopi masih hijau/segar
dekafeinisasi tetapi dikala ini masih sedikit
akan terdegradasi pada saat terjadi proses
informasi tentang bagaimana proses
penyangraian (roasting) dan penyeduhan
penyangraian yang tepat buat menciptakan
(brewing) menjadi senyawa asam kafeat,
produk kopi bermutu. Tidak hanya itu,
laktona, dan senyawa fenol lainnya (7).
pemilihan diameter serbuk kopi yang tepat
Kopi mengandung asam
sangat berfungsi penting dalam
diantaranya asam klorogenat sebesar
memastikan mutu serta cita rasa kopi
8,3%, kandungan asam klorogenat pada
sebab luas permukaan serbuk kopi bakal
kopi sangrai berkurang menjadi 4,5%.
mempengaruhi laju pembuatan senyawa
Pada saat disangrai rata-rata asam
degradatif termal penghasil rasa unik suatu
klorogenat berubah menjadi asam kuinat
minuman kopi (3).
dan juga kafeat (8). Namun pada
Kopi mengandung sedikit nutrisi,
permasalahannya keunikan rasa pada kopi
tetapi mengandung lebih dari ribuan bahan
justru membuat harga kopi pun melonjak
kimia alami seperti karbohidrat, lipid,
tinggi. Tingginya nilai jual kopi membuat
senyawa nitrogen, vitamin, mineral,
beberapa penjual kopi mengakali produk
alkaloid dan senyawa fenolik (4).
Template Jurnal Dunia Farmasi

kopi yang akan dijual dengan luas peak menyatakan konsentrasi


dicampurkanya kopi dengan bahan pangan komponen dalam campuran (10).
lainnya, sehingga dapat menekan harga Dari hasil uraian di atas review
kopi tersebut (9). Terjadinya jurnal bertujuan untuk membandingkan
pencampuran di dalam produk kopi tentu analisis kadar kafein dengan menggunakan
dapat mempengaruhi rasa dari kopi metode kromatografi cair kinerja tinggi
tersebut. Kafein pada kopi ialah senyawa (KCKT) agar mengetahui fase gerak
alkaloid yang secara alami terdapat pada manakah yang optimal yang dapat
kopi. Kafein mempunyai efek menghasilkan hasil analisis yang
farmakologis yang berkhasiat secara klinis maksimal..
yaitu menstimulasi susunan syaraf pusat, METODE
menghilangkan rasa mengantuk serta
meningkatkan daya konsentrasi (9). Tetapi
Tempat dan Waktu Penelitian
mengkonsumsi kafein yang berlebihan Review artikel ini dilakukan di
dapat membuat debar jantung, gangguan Universitas Bhakti Kencana Fakultas
lambung, tremor. Kafein yang terkandung Farmasi Bandung dengan waktu kurang
pada biji kopi berkisar 1,5%-2,5%. lebih 5 bulan di mulai pada bulan Februari
Kadar kafein dalam kopi yang 2021 sampai Juni 2021.
beredar di pasaran berbeda-beda, Alat
dikarenakan campuran bahan lain. Oleh
Review jurnal analisis kafein pada
karena itu, badan standarisasi nasional
kopi dengan menggunakan metode
(BSN) telah menetapkan standar untuk
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)..
kadar kafein pada kopi bubuk berkisar
0,455%-2% b/b (SNI 01- 3542-2004), Bahan
sehingga bila pada kopi yang mengandung
Seperti data base sumber pustaka
kadar kafein yang tinggi perlu dilakukan
yang berhubungan dengan analisis kafein
dekafeinasi, berguna untuk menekan
pada kopi menggunakan metode
aktivitas kafein pada tubuh. Penetapan
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).
kadar kafein pada beberapa produk
Tahapan/Jalannya Penelitian
minuman dan bukan minuman telah
banyak dilakukan oleh peneliti Pada pengumpulan data ini, data
sebelumnya, peneliti menganalisis kadar yang digunakan dikumpulkan sesuai
kafein dengan menggunakan metode dengan pendekatan literatur review yang
kromatografi cari kinerja tinggi (KCKT) , berfokus pada evaluasi fase gerak serta
sesuai badan standarisasi nasional (BSN) kriteria inklusi yaitu kriteria yang perlu
yang menetapkan standar untuk kadar dipenuhi oleh setiap anggota populasi
kafein. yang dapat diambil sebagai sampel.
Prinsip kerja dari metode Sedangkan kriteria eksklusi yaitu ciri-ciri
kromatografi cari kinerja tinggi (KCKT) anggota populasi yang tidak dapat diambil
ialah pemisahan komponen analit sampel dan beberapa hasil penelitian
berdasarkan kepolarannya, setiap sebelumnya yang berhubungan dengan
campuran yang keluar akan terdeteksi analisis kafein pada kopi dengan
dengan detektor dan direkam dalam menggunakan metode kromatografi cair
bentuk kromatogram. Dimana jumlah peak kinerja tinggi (KCKT) dari berbagai
menyatakan jumlah komponen, sedangkan referensi jurnal baik nasional maupun
internasional dengan rentang waktu pada
Template Jurnal Dunia Farmasi

tahun 2010-2020 melalui elektronik based kromatografi fase normal, teknik ini
berupa google scholar, science direct, dan memakai fase gerak yang mempunyai sifat
PubMed. kurang polar atau tidak polar dan fase
Analisa Data diamnya lebih bersifat polar. Pada teknik
ini sampel yang memilki tingkat kepolaran
Analisis data pada penelitian
lebih rendah akan terelusi lebih awal.
review jurnal ini yaitu dengan
Keuntungan memakai kromatografi cair
cara analisis deskriptif, yaitu menguraikan
kinerja tinggi (KCKT) untuk analisis yakni
data yang diperoleh secara teratur dari
memerlukan dimensi ilustrasi yang kecil,
berbagai sumber dengan topik yang sama
pengujian bisa dimodifikasi bergantung
untuk diulas dan diberikan penjelaan
pada tingkatan kuantifikasi yang
dengan baik..
dibutuhkan, serta menciptakan hasil yang
HASIL DAN PEMBAHASAN handal.
Fase gerak dan fase diam hal yang
Review artikel yang dilakukan
penting dalam mengalisis dengan
penulis bertujuan untuk mengetahui
menggunakan metode kromatografi cair
komposisi fase gerak yang baik untuk
kinerja tinggi (KCKT), terutama pada
penetapan kadar k a f e i n dengan
proses pemisahan di kolom fase diam.
instrument kromatografi cair kinerja tinggi
Apabila fase gerak bersifat polar sedangkan
(KCKT) pada pendekatan literatur yang
fase diam bersifat non polar maka proses
sesuai. Proses pengumpulan literatur
analisis akan mendapatkan waktu retensi
berdasarkan hasil penelitian yang
yang cepat. Namun sebaliknya apabila
berkaitan dengan analisis kadar kafein
fase gerak bersifat polar dan fase diam
dengan metode kromatografi cair kinerja
juga bersifat polar maka fase gerak dan
tinggi KCKT. Terdapat beberapa fase
analit akan tertahan lama di fase kolom
gerak yang digunakan seperti air, methanol,
sehingga waktu retensi yang didapat juga
buffer asetat, Asam Asetat Glacial serta
akan semakin lama.
kriteria inklusi yaitu kriteria yang perlu Kolom ialah komponen utama
dipenuhi oleh setiap anggota populasi dalam kromatografi cair kinerja tinggi
yang dapat diambil sebagai sampel. (KCKT), sebab kolom bertanggung jawab
Sedangkan kriteria eksklusi yaitu ciri- dalam pemisahan ilustrasi. Ilustrasi
ciri anggota populasi yang tidak dapat melewati kolom dengan fase gerak serta
diambil sampel. memisahkan komponennya sepanjang
Kromatografi ialah teknik keluar dari kolom. Secara universal kolom
pemisahan suatu campuran zat memakai dibuat dari silika gel yang dimampatkan.
fase gerak dan fase diam. Pemisahan terjadi Silika gel dipilih karena dimensi partikel
karena terdapat perbedaan kelarutan, daya serta porositasnya bisa memisahkan
adsoprsi, partisi, ukuran dari molekul, komponen. Tidak hanya itu silika gel
ukuran ion dan tekanan uap pada komponen bersifat inert (tidak beraksi) dengan fase
dari fase tersebut. Terdapat 2 jenis gerak. Walaupun fase diam bersifat non
kromatografi partisi yaitu kromatografi fase polar tetapi analit bersifat non polar juga
terbalik, pada fase ini memakai fase gerak akan mendapatkan waktu retensi yang
yang mempunyai sifat polar dan fase diam lama. Kolom yang dipakai pada berbagai
tidak polar. Pada teknik ini sampel yang sumber yang diambil yaitu dengan
memilki tingkat kepolaran lebih tinggi akan menggunakan kolom C18. Kolom C18
terelusi lebih awal. Lalu selanjutnya banyak digunakan dan dipilih karena
Template Jurnal Dunia Farmasi

dapat memberikan resolusi yang memuat adapun kriteria eksklusi yaitu ciri-ciri


kriteria inklusi yaitu kriteria yang perlu anggota populasi yang tidak dapat
dipenuhi oleh setiap anggota populasi diambil sampel dan bebas dari tailing .
yang dapat diambil sebagai sampel,

Tabel 5.1 Analisis Kadar Kafein dengan metode KCKT dengan berbagai perbandingan fase gerak dengan kolom ODS-3 C18
No Fase Gerak Laju Air PH Watu Panjang Author
Retensi Gelombang
1 Metanol : Buffer 1,0 ml/menit 5 8,42 270 nm (11)
Asetat menit
(30:70)
2 Aqua bidestilata : 2,0 ml/menit - 1,226 274 nm (12)
Metanol menit
(50:50)
3 Metanol : Air 1,0 ml/menit 4,5 8 menit 272 nm (14)
(60:40)
4 Metanol : Air 1,0 ml/menit - 3,554 272 nm (13)
(50:50) menit
5 Metanol : Asam 2,0 ml/menit - 1,6 272 nm (15)
Asetat Glacial: menit
Aquades
(28:3:69)

Dari hasil yang diperoleh dapat paling luas. Larutan buffer dapat berfungsi
dilihat pada Tabel 5.1 Pada penelitian untuk mengontrol perbedaan pH yang
yang menggunakan fase gerak metanol: disebabkan oleh matriks sampel atau dapat
buffer asetat dengan perbandingan 30:70 juga berperan sebagai penstabil medium
Pada komposisi fase gerak ini penyangga.
menghasilkan waktu retensi 8,42 dengan Selanjutnya pada penelitian yang
laju alir sebesar 1,0 ml/menit. Fasa gerak menggunakan fase gerak aqua
dialirkan dengan kecepatan alir 1 ml/menit bidestilata:metanol engan perbandingan
sehingga didapatkan base line yang stabil 50:50) dan laju alir 2.0 ml/menit
(Ervita et al : 2012). Dari variasi pH dipereloheh waktu retensi 1,226 (12).
buffer asetat yang digunakan, didapatkan Larutan sampel yang telah dipreparasi
pH optimum penentuan kafein adalah diinjeksikan sejumlah 20 µL ke dalam
Metanol : Buffer asetat pada pH 5,0. sistem KCKT dengan menggunakan fase
Pemilihan pH optimum ini berdasarkan diam oktadesil silika C18 dan fase gerak
pada luas puncak yang dihasilkan dari dari campuran pelarut aquabidestilata dan
masing-masing variasi pH tersebut. metanol (50:50). Kecepatan alir yang
Berdasarkan data informasi penelitian digunakan adalah 2,0 mL/menit pada
dapat dijelaskan penulis bahwa pada fasa kondisi isokratik selama 3 menit dengan
gerak metanol-buffer asetat pH 5,0 detektor UV pada panjang gelombang
menghasilkan puncak yang paling luas maksimum 274 nm. data yang diperoleh,
dengan panjang gelombang 270 nm dipilih panjang gelombang 274 nm karena
sehingga menghasilkan puncak yang memberikan puncak gelombang yang lebih
Template Jurnal Dunia Farmasi

tinggi dibandingkan puncak gelombang 0,4, senyawa pelarut aquabidestlata :


lainnya. Digunakan panjang gelombang metanol (50:50) memiliki tingkat kepolaran
makimum karena dianggap dengan panjang 0,49, sedangkan metanol : asam setat
gelombang ini dapat membaca semua Glacial : aquades memiliki tingkat
serapan kafein dalam sampel yang kepolaran 0,01, dari data tersebut maka
dianalisis. Panjang gelombang yang dapat diketahui bahwa jika dilihat dari
digunakan untuk analisis sampel adalah tingkat kepolaran jika dibandingkan dengan
sama. Hal ini dimaksudkan agar data yang daya elusi pada pelarut maka senyawa
diperoleh semakin akurat dan mencegah metanol : asam setat Glacial : aquades itu
munculnya potensi kesalahan yang dapat lebih besar dibandingkan dengan pelarut
terjadi. Maka dari itu panjang gelombang lainnya dikarenakan tingkat kepolaran
yang dihasilkan dipengaruhi oleh waktu senyawa pelarutnya sangat kecil. maka dari
retensi dengan tujuan untuk membaca itu tingkat keefektifannya jauh lebih keci
keseluruhan semua serapan kafen dalam dibandingkan senyawa-senya pelarut
sampel sehingga dapat ditentukan kadar lainnya. Perbedaan polaritas analit
kafein secara lebih akurat , sehingga menyebabkan perbedaan kecepatan migrasi
semakin pajnjang gelombang maka dan menimbulkan pemisahan senyawa-
semakin akurat data yang diperoleh. senyawa kimia dalam suatu larutan.
Fase gerak berupa metanol: air Pada kondisi tersebut maka
dengan perbandingan 60:40 dan laju alirnya senyawa pelarut yang bersifat polar akan
1.0 dengan PH 4.5. Menurut (13) lebih cepat keluar dari kolom dan memiliki
menyatakan bahwa fase gerak yang berupa waktu retensi yang relatif cepat, sehingga
metano:air dengan perbandingan 50:50 tingkat kepolaran yang lebih tinggi pada
serta laju alir sebesar 1,0 ml/menit dengan pelarut aquabidestlata: metanol (50:50)
PH 4,0 dan panjang gelombang 272 nm, maka tingkat kefektifannya lebih besar
maka diperoleh waktu retensi sebesar 3,55 dibandingkan pelarut lainnya.
(14). Sedangkan penelitian dengan fase Berdasarkan sajian data maka
gerak berupa metano: asam asetat glasial : dapat disimpulkan bahwa waktu retensi
aquades dengan perbandingan 28:3:69 serta yang paling cepat yaitu pada fase gerak
laju alir yang digunakan yaitu 2ml/menit dengan komposisi aqua bidestilata :
sehingga di peroleh waktu retensi sebesar metanol dengan perbandingan 50:50 dan
1,6 dengan panjang gelombang 272 nm diperoleh waktu retensi 1,226 dengan
(15). kecepatan laju alir 2,0 ml/menit. Waktu
Proses elusi dilakukan dengan cara retensi yaitu menit dibandingkan dengan
isokratik dimana elusi dengan konsentrasi fase gerak yang lain. Hal ini
menggunakan komposisi fase gerak yang dikarenakan fase gerak tersebut memiliki
sama tanpa ada perubahan perbandingan tingkat laju alir terbesar yaitu 2,0.
fase gerak yang digunakan. Sistem Sebelumnya telah dijelaskan bahwa
kromatografi memiliki daya elusi (eluent semakin besar laju alir fase gerak dan
strenght) yang berbanding terbalik dengan analit maka akan semakin cepat waktu
kepolaran fase gerak. Semakin lemah retensinya. Sedangkan waktu retensi yang
kepolaran fase gerak maka akan semakin paling lama yaitu komposisi metanol :
besar daya elusinya, sehingga kepolaran buffer asetat dengan perbandingan 30:70
pada fase gerak pada senyawa metanol: dimana hasil waktu retensi sebesar 8,42
buffer asetat diperoleh 0,228, metanol: air dan kecepatan laju alir 1,0 ml/menit. Hal
(60:40) yang memiliki tingkat kepolaran tersebut dapat dikarenakan tingkat laju alir
Template Jurnal Dunia Farmasi

pada fase gerak yang digunakan memiliki sifat-sifat dari senyawa tersebut. Setiap
nilai yang paling kecil . komposisi fase gerak akan menghasilkan
Dan diketahui komposisi fase gerak waktu retensi yang berbeda-beda
yang paling bagus yaitu komposisi aqua tergantung perbandingan dan komposisi
bidestilata : metanol (50:50) dikarenakan fase gerak tersebut. Penambahan buffer
tingkat kepolaran 0,495 yang dimilikinya pada fase gerak bertujuan untuk menambah
lebih baik dibandingkan tingkat kepolaran stabilitas. Air merupakan fase gerak yang
senyawa lainnya. Besarnya waktu retensi paling polar, sehingga apabila konsentrasi
suatu senyawa dipengaruhi oleh laju alir, air yang dipakai tinggi maka waktu retensi
fase gerak, tekanan, parameter kolom serta juga akan semakin cepat.

KESIMPULAN https://jurnal.unej.ac.id/index.php/J
AGT/article/view/3536
Dari hasil yang didapat diketahui 2. Sabarni S, Nurhayati N. Analisis
bahwa komposisi fase gerak yang paling Kadar Kafein Dalam Minuman Kopi
bagus untuk melakukan penetapan kadar Khop Aceh Dengan Metode
kafein dengan menggunakan kromatografi Spektroskopik. Lantanida J.
cair kinerja tinggi (KCKT) adalah 2019;6(2):141.
aqubidestilata : metanol dengan 3. Purnamayanti NPA, Gunadnya IBP,
Arda G. Pengaruh Suhu dan Lama
perbandingan 50:50 dikarenakan pada
Penyangraian terhadap Karakteristik
fase gerak ini memiliki tingkat waktu Fisik dan Mutu Sensori Kopi
resitensi yang kecil dan kecepatan laju alir Arabika (Coffea arabica L). J BETA
yang tinggi, l a l u memiliki nilai laju alir (Biosistem dan Tek Pertan.
yang memenuhi syarat. 2017;5(2):39–48.
UCAPAN TERIMA KASIH 4. Riyanti E, Silviana E, Santika M.
Analisis Kandungan Kafein Pada
Puji dan syukur saya panjatkan atas Kopi Seduhan Warung Kopi Di
kehadirat Allah SWT, atas rahmat serta Kota Banda Aceh. Lantanida J.
Karunia-Nya sehingga saya dapat 2020;8(1):1.
menyelesaikan Review Jurnal ini dengan 5. Zarwinda I, Sartika D. Pengaruh
Suhu Dan Waktu Ekstraksi
baik. Shalawat serta salam juga senantiasa
Terhadap Kafein Dalam Kopi.
tercurah kepada Rasulullah SAW. Saya Lantanida J. 2019;6(2):180.
menyadari penulisan Review Jurnal ini 6. Kadar Kafein Pada Kopi Kemasan
tidak dapat terselesaikan tanpa adanya Dan Uji Organoleptis Terhadap
dukungan moril dan materil dari berbagai Aroma Serta Rasa. 2016;2(2):9–14.
pihak yang telah membantu dalam 7. Nada FAQ, Rahayu T, Hayati A.
penyusunan Review Jurnal ini Phytochemical screening analysis
and antioxidant activity of robusta
DAFTAR PUSTAKA coffee roasted seeds (Coffea
1. Marhaenanto B, Soedibyo DW, canephora) extract from organic and
Farid M. Penentuan lama Sangrai inorganic fertilized plants. J Ilm
Kopi Terhadap Variasi Derajat SAINS ALAMI (Known Nature).
Sangrai Menggunakan Model 2021;3(2):31–9.
Warna Rgb Pada Pengolahan Citra 8. . Y, Nugroho D. Physical and Flavor
Digital (Digital Image Processing). J Profiles of Arabica Coffee as
Agroteknologi [Internet]. Affected by Cherry Storage Before
2015;9(2):1–10. Available from: Pulping. Pelita Perkeb (a Coffee
Template Jurnal Dunia Farmasi

Cocoa Res Journal).


2014;30(2):137–58.
9. Suwiyarsa IN, Nuryanti S, Hamzah
B. Analisis Kadar Kafein dalam
Kopi Bubuk Lokal yang Beredar di
Kota Palu. J Akad Kim.
2018;7(4):189.
10. Kusuma ASW, Ismanto RMH.
Penggunaan Instrumen High-
Performance Liquid
Chromatography “Bumbu Marinade
Ayam Special” Merek Sasa.
Farmaka. 2016;14(2):41–6.
11. Ervita R, Oktavia B, Kurniawati D.
Analisis Kadar Kafein dan Sakarin
pada Minuman Ringan dengan Fasa
Gerak Metanol-Buffer Asetat
Menggunakan HPLC. Periodic.
2012;1(1):57–61.
12. Rahmawati alfa izzatina. Analysis
of Caffeine Content in Pure Coffee
Powder Products Produced. 2019;1–
12.
13. Arel A, Martinus BA, Nofiandri R.
Yang Beredar Di Pasaran Dengan
Metode. 2002;19–23.
14. Susanti H, Araaf NPM, Kusbandari
A. Perbandingan Metode
Spektrofotometri UV Dan HPLC
pada Penetapan Kadar Kafein dalam
Kopi. Maj Farmasetika.
2020;4(Suppl 1):28–33.
15. Luis Z, Sarmento C, Santavena O,
Rangdi G, Mariaa B, Sena C De, et
al. Cakra Kimia (Indonesian E-
Journal of Applied Chemistry)
Volume 8 Nomor 2, Oktober 2020.
Penetapan Kadar Parasetamol Dan
Kafein Dengan Metod High Perform
Liq Chromatogr. 2020;8:99–104.

Anda mungkin juga menyukai