0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
33 tayangan4 halaman
Manajemen persediaan just-in-case dan just-in-time membandingkan pendekatan tradisional dan modern dalam mengelola persediaan. Manajemen persediaan just-in-case menggunakan model EOQ dan reorder point untuk menyeimbangkan biaya pemesanan dan penyimpanan, sedangkan just-in-time menggunakan sistem pull dan kanban untuk memproduksi hanya berdasarkan permintaan aktual. Implementasi just-in-time memerlukan kerja sama erat dengan pemasok dan
Manajemen persediaan just-in-case dan just-in-time membandingkan pendekatan tradisional dan modern dalam mengelola persediaan. Manajemen persediaan just-in-case menggunakan model EOQ dan reorder point untuk menyeimbangkan biaya pemesanan dan penyimpanan, sedangkan just-in-time menggunakan sistem pull dan kanban untuk memproduksi hanya berdasarkan permintaan aktual. Implementasi just-in-time memerlukan kerja sama erat dengan pemasok dan
Manajemen persediaan just-in-case dan just-in-time membandingkan pendekatan tradisional dan modern dalam mengelola persediaan. Manajemen persediaan just-in-case menggunakan model EOQ dan reorder point untuk menyeimbangkan biaya pemesanan dan penyimpanan, sedangkan just-in-time menggunakan sistem pull dan kanban untuk memproduksi hanya berdasarkan permintaan aktual. Implementasi just-in-time memerlukan kerja sama erat dengan pemasok dan
Manajemen persediaan penting untuk membentuk keunggulan kompetitif jangka
panjang. Tingkat persediaan memengaruhi harga jual, kualitas, perekayasaan produk, kapasiatas menganggur, waktu lembur, kemampuan merespons permintaan pelanggan, waktu tunggu, dan profitabilitas secara keseluruhan. Manajemen persediaan berhubungan kuat dengan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas sekarang dan masa mendatang. Kebijakan manajemen persediaan telah menjadi suatu alat untuk bersaing. a.) Biaya pemesanan Apabila permintaan terhadap persediaan yang diperoleh dari pemasok dapat diketahui dengan pasti untuk suatu periode tertentu, maka terdapat dua macam biaya yang berhubungan dengan persediaan, yaitu biaya pemesanan (ordering cost). Jika persediaan diproduksi secara internal, maka dua biaya, yaitu biaya setup dan biaya penyimpanan. Biaya pemesanan adalah biaya untuk memesan dan menerima pesanan. Misalnya, biaya pemrosesan suatu pesanan bahan, biaya asuransi pengiriman bahan yang dipesan, dan biaya pembongkaran. Biaya setup (setup cost) adalah biaya untuk pnyiapan peralatan dan fasilitas agar dapat digunakan memproduksi suatu produk atau komponen tertentu. Misalnya, upah karyawan produksi menganggur, biaya fasilitas produksi menganggur, dan biaya pengujian. Biaya penyimpanan adalah biaya yang timbul karna menyimpan persediaan. Misalnya, biaya asuransi persediaan, biaya karena barang ketinggalan jaman, biaya kesempatan karena modal tertanam dalam persediaan, biaya penanganan bahan, dan biaya ruang penyimpanan. b.) Alasan Tradisional untuk Memiliki Persediaan Biaya persediaan harus diminimalkan untuk tujuan pemerolehan laba maksimal. Namun, minimalisasi biaya penyimpanan menyebabkan peningkatan frekuensi pemesanan dan berproduksi dalam jumlah yang kecil, sedangkan minimalisasi biaya pemesanan menyebabkan pemesanan dalam jumlah besar dengan frekuensi pemesanan yang lebih sedikit, atau minimalisasi biaya setup mengakibatkan periode produksi yang lebih lama dengan frekuensi order produksi yang lebih sedikit. Berikut ini adalah alasan-alasan mengapa perusahaan mengadakan persediaan: i. Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan atau setup dengan biaya penyimpanan. ii. Untuk memuaskan permintaan pelanggan, misalnya pengiriman yang tepat waktu. iii. Untuk menghindari kemungkinana kegagalan produksi karena: Kegagalan mesin; Suku cadang atau bahan yang tidak memenuhi spesiifikasi; Ketidaksediaan bahan atau suku cadang; Keterlambatan pengiriman bahan atau suku cadang oleh pemasok. iv. Sebagai cadangan terhadap proses produksi yang tidak andal. v. Untuk memperoleh keuntungan berupa diskon karena membeli dalam kuantitas yang lebih banyak. vi. Untuk mengantisipasi kemungkinan kenaikan harga bahan atau suku cadang. c.) Economic Order Quantity: Model Persediaan Tradisional Dalam pengembangan kebijakan yang berhubungan dengan persediaan, perusahaan harus mampu menjawab dua pertanyaan berikut ini: 1. Berapa banyak jumlah unit bahan atau suku cadang yang harus dipesan atau diproduksi? 2. Kapan suatu pesanan atau aktivitas setup dilakukan? Kuantitas dipesan dan total biaya pemesanan dan penyimpanan. Apabila permintaan diketahui dalam pemilihan kuantitas unit dipesan atau ukuran lot produksi, manajer harus memerhatikan biaya pemesanan atau pengesetan. Biaya pemesanan atau pengesetan dan penyimpanan total dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : TC= P(D/Q)+C(Q/2) *Keterangan : TC = Biaya pemesanan/pengesetan dan biaya penyimpanan total P = Biaya memesan dan menerima pesanan atau biaya pengesetan suatu production run D = Jumlah yang diminta tahunan Q = Jumlah unit dipesan setiap kali suatu pesanan dipesan atau ukuran lot produksi C = Biaya penyimpanan suatu unit persediaan selama satu tahun d.) Reorder Point Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) Titik pemesanan kembali adalah titik waktu di mana sebuah pesanan baru harus dilakukan. Hal ini merupakan fungsi dari EOQ, tenggang waktu, dan tingkat di mana persediaan hampir habis. Tenggang waktu adalah waktu yang diperlukan untuk menerima kuantitas pesanan ekonomis setelah pesanan dilakukan atu persiapan dimulai. Berikut ini penentuan reorder point jika perusahaan menetapkan persediaan minimal. Reorder point = Persediaan minimal + (tingkat penggunaan bahan rata-rata per hari X waktu tunggu dalam hari) e.) EOQ dan Manajemen Persediaan Pendekatan tradisonal untuk mengelola persediaan telah dikenal sebagai sistem just- in-case. Dalam beberapa situasi, sistem persediaan just-in-case benar-benar sangat tepat. Model EOQ sangat berguna dalam mengidentifikasi pertukaran optimal antara biaya penyimpanan persediaaan dan biaya persiapan. Model EOQ juga berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan ketidakpastian melalui penggunaan persediaan pengaman. MANAJEMEN PERSEDIAAN JUST-IN-TIME Manufaktur JIT (just-in-time manufacturing) adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan yang membutuhkan barang untuk ditarik melalui sistem oleh permintaan yang ada, bukan didorong ke dalam suatu sistem pada waktu tertentu berdasarkan permintaan yang diantisipasi. Pembelian JIT mensyaratkan para pemasok untuk mengirimkan suku cadang dan bahan baku tepat pada waktunya untuk produksi. Hubungan dengan pemasok adalah hal yang sangat penting. Pasokan suku cadang harus dihubungkan dengan produksi, yang mana berhubungan dengan permintaan. a.) Pull system Just in time adalah pendekatan manufaktur yang memproduksi barang berdasarkan permintaan yang sesungguhnya ada, bukannya berproduksi dengan jadwal tetap berdasarkan pada proyeksi permintaan. Dalam pull system, permintaan pelanggan menarik bahan baku untuk masuk proses produksi. Prinsip yang sama digunakan dalam proses. Setiap aktivitas produksi hanya dilakukan jika diperlukan untuk memenuhi permintaan aktivitas berikutnya. Bahan baku atau suku cadang tersedia hanya pada waktu dibutuhkan untuk aktivitas produksi sehingga permintaan tetap dapat dipenuhi. b.) Biaya Pemesanan dan Penyimpanan: Pendekatan JIT Kontrak Jangka Panjang, Pengisian Kembali yang Berkelanjutan, Pertukaran Data Elektronik dan JIT II. Dengan pengisian kembali berkelanjutan, pembuat barang mengambil alih fungsi manajemen persediaan pengecer. Pembuat barang memberitahu pengecer kapan dan berapa banyak persediaan yang harus dipesan kembali. Pertukaran data elektronik adalah suatu bentuk awal dari perdagangan elektronik yang pada intinya adalah suatu metode terotomatisasi dari pengiriman informasi dari komputer ke komputer.Pengaturan bersama sering didukung dengan kontrak terbuka, jangka panjang yang dianggap sebagai suatu kontrak abadi. Kontrak abadi tidak memiliki tanggal berakhir, tidak membutuhkan penawaran ulang, sehingga menurunkan resiko permintaan bagi pemasok. c.) Kinerja Tenggat (Jatuh Tempo) : Solusi JIT Kinerja jatuh tempo adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menanggapi kebutuhan pelanggan. Sistem JIT memecahkan maslah kinerja jatuh tempo bukan dengan menimbun persediaan, tetapi dengan mengurangi tenggang waktu secara dramatis. d.) Penghindaran Shutdown dan Reliabilitas Proses : Pendekatan JIT Kebanyakan penghentian produksi terjadi karena salah satu dari tiga alasan : kegagalan mesin, kecacatan bahan baku atau subperakitan, dan ketidaktersediaan bahan baku atau subperakitan. Memiliki persediaan adalah suatu solusi tradisional atas semua masalah tersebut. i. Pemeliharaan Preventif Total. Kegagalan mesin nol adalah tujuan pemeliharaan pencegahan total. Dengan memberikan perhatian lebih pada pemeliharaan pencegahan, sebagian besar kegagalan mesin dapat dihindari. ii. Pengendalian Kualitas Total iii. Masalah suku cadang atau bahan baku yang cacat dapat di selesaikan dengan pencapaian zero-defect. Oleh karena produksi berdasar JIT tidak menggunakan persediaan untuk menggantikan suku cadang atau bahan yang cacat. iv. Sistem Kanban. Untuk menjamin bahwa komponen atau bahan baku tersedia ketika dibutuhkan, digunakan sebuah sistem yang disebut sistem kanban. Ini adalah sebuah sistem informasi yang mengendalikan produksi melalui penggunaan tanda atau kartu. Kanban penarikan merinci kuantitas proses berikutnya yang harus ditarik dari proses sebelumnya. Kanban produksi merinci kualitas yang harus diproduksi oleh proses sebelumnya. Kanban pemasok digunakan untuk memberitahukan pemasok agar menyerahkan lebih banyak komponen; dan juga merinci komponen tersebut dibutuhkan. e.) Diskon dan Peningkatan Harga : Pembelian JIT versus Penyelenggaraan Persediaan Secara tradisional, persediaan disimpan sehingga perusahaan dapat mengambil keuntungan diskon kuantitas dan melindungi diri dari kenaikan harga di masa mendatang atas barang yang dibeli. Tujuannya adalah untuk menurunkan biaya persediaan. Sistem JIT mencapai tujuan yang sama tanpa harus menyimpan persediaan. Solusi JIT adalah menegosiasikan kontrak jangka panjang dengan sejumlah kecil pemasok terpilih yang berlokasi sedekat mungkin dengan fasilitas produksi dan membangun keterbatasan pemasok secara lebih intensif. f.) Keterbatasan JIT JIT bukan merupakan pendekatan yang dapat dibeli dan diterapkan dengan hasil segera. Implementasinya merupakan proses evolusioner, bukan revolusioner. Di sini dibutuhkan kesabaran. JIT sering kali disebut sebagai program penyederhanaan – namun ini bukan berarti ia mudah atau sederhana untuk diterapkan. Pekerja juga dapat terpengaruh oleh JIT. Dari studi yang dilakukan terlihat bahwa pengurangan dan peyangga persediaan secara tajam dapat menyebabkan arus kerja yang terpecah dan tingkat stress yang tinggi diantara para pekerja produksi. Kekurangan yang paling menonjol dari JIT adalah tidak adanya persediaan untuk menyangga berhentinya produksi.