Anda di halaman 1dari 6

“DESKRIPSI TINGKAT SOLIDARITAS MASYARAKAT DITINJAU DARI KEGIATAN WARGA RT 05 RW 01

MANGGA BESAR KELURAHAN KEMAYORAN”

PROPOSAL SKRIPSI

DISUSUN OLEH : MELKY YAKOBUS (53119017)

PRODI TEKNIK

ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIAN NUSANTARA

JAKARTA

2021

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Abstrak

Solidaritas dalam perkembangan zaman yang semakin modern ini sangatlah perlu untuk
tetap diperhatikan, dijaga dan dilestarikan, karena dengan adanya solidaritas maka dapat tercipta
kerjasama yang baik demi kepentingan bersama. Solidaritas pada masyarakat RT 05 RW 01 mangga
besar dalam pengajaian sudah lama terjadi, karena solidaritas mempunyai makna tersendiri bagi
masyarakat yang mampu menyatukan dan membuat bersatu dengan apa yang telah mereka berikan
dan lakukan untuk warga. Hal ini juga didukung dengan pemahaman bahwa pengajian merupakan
kegiatan yang sudah biasa diadakan, bersifat turun temurun dan merupakan ajaran dari orang tua
atau sesepuh. Berdasarkan realitas tersebut, maka dari itu peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh
dan dalam tentang konsep solidaritas sosial yang ada pada masyarakat dengan judul Makna
Solidaritas Sosial dalam Masyarakat perkampungan RT 05 RW 01 Kalideres Jakarta pusat .Tujuan dari
penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mendiskripsikan tentang makna solidaritas warga
kampung RT 05 RW 01.

Negara indonesia sendiri, kita bisa lihat perubahan yang terjadi. Seperti berkembangnya
perusahaan multinasional untuk berkembang di Indonesia dan system industrilasisasi yang
berdampak terhadap jenis pekerjaan yang semakin meluas dan banyak. Meskipun begitu masih
banyak masyarakat yang tetap memegang teguh pripsip ideologi tradisional yang banyak ditemukan
pada masyarakat perkampungan. Dimana masyarakat perkampungan memiliki hubungan sosial yang
erat antar masyarakatnya dan menyebabkan terjadinya pembagian kerja yang berkelompok. Namun
masyarakat diperkampungan dizaman ini pun banyak yang berkembang dan menerima kebudayaan
modern. Sehingga memunculkan sebuah kebudayaan yang bercampur antara modern dan tradisonal
yang bisa disebut sebagai “masyarakat maju”.

Untuk masyarakat perkampungan yang masih memegang teguh pada adanya rasa
kekeluargaan antar warganya dengan para pendatang yang berdomisili dilingkungan tersebut dan
pada akhirnya yang menjadikan rasa kekeluargaan itu disebabkan biasanya masyarakat satu wilayah
masih memiliki hubungan darah atau keluarga dengan para pendatang. Tidak heran apabila
masyarakat perkampungan masih melakukan berbagai kegiatan warga yang diadakan. Berbeda
dengan masyarakat yang tinggal diperumahan yang lebih Individualis yang menjadikan kegiatan yang
dilakukan bersama oleh warga hanya sebagai identitas dalam kartu pengenal sehingga jarang atau
sulit untuk melakukan kegiatan warga untuk menjalain persaudaraan. Bahkan jika di masyarakat
perkampungan hampir setiap hari melkukan kegiatan pengajian , gotong royong ataupun kegiatan
lainnya.

Seluruh masyarakat RT 05 RW 01 mangga besar , Kelurahan Kemayoran , Jakarta pusat


merupakan sebuah perkampungan yang memilki solidaritas tinggi. Terdapat banyak kegiatan warga
yang diadakan dilingkungan masyarakat . sehingga dapat dikatakan warga RT 05 RW 01 sebagian
besar memiliki kekeluargaan antar warganya dengan para pedatang yang berdomisili dilingkungan
RT tersebut.

I.3 Rumusan Masalah (Rumusan masalah yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah)

1. Bagaimana tipologi masyarakat RT 05 RW manga besar Jakarta pusat ?


2. bentuk solidaritas kehidupan Warga RT 05 RW 01 ?

I.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui solidaritas dalam kehidupan RT 05 RW 01 mangga besar


2. Untuk mengetahui bentuk solidaritas RT 05 RW 01 mangga besar
3. Untuk mengetahui perbedaan solidaritas RT 05 RW 01 mangga besar

I.5 Teori Dasar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian kata solidaritas adalah, sifat (perasaan)
solider, sifat satu rasa (senasip), perasaan setia kawan yang pada suatu kelompok anggota wajib
memilikinya (Depdiknas, 2007:1082). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata sosial adalah
berkenaan dengan masyarakat, perlu adanya komunikasi dalam usaha menunjang pembangunan,
suka memperhatikan kepentingan umum (Depdiknas, 2007:1085). Pembagian kerja memiliki
implikasi yang sangat besar terhadap struktur masyarakat. Durkheim sangat tertarik dengan
perubahan cara di mana solidaritas sosial terbentuk, dengan kata lain perubahan cara-cara
masyarakat bertahan dan bagaimana anggotanya melihat diri mereka sebagai bagian yang utuh.
Untuk menyimpulkan perbedaan ini, Durkheim membagi dua tipe solidaritas mekanis dan organis.
Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas mekanis menjadi satu dan padu karena seluruh orang
adalah generalis. Ikatan dalam masyarakat ini terjadi karena mereka terlibat aktivitas dan juga tipe
pekerjaan yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama. Sebaliknya, masyarakat yang ditandai
oleh solidaritas organis bertahan bersama justru karena adanya perbedaan yang ada didalamnya,
dengan fakta bahwa semua orang memilki pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda
(George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2008: 90-91). Durkheim berpendapat bahwa masyarakat
primitif memiliki kesadaran kolektif yang lebih kuat yaitu pemahaman norma dan kepercayaan
bersama. Peningkatan pembagian kerja menyebabkan menyusutnya kesadaran kolektif. Kesadaran
kolektif lebih terlihat dalam masyarakat yang ditopang oleh solidaritas mekanik daripada masyarakat
yang ditopang oleh solidaritas organik. Masyarakat modern lebih mungkin bertahan dengan
pembagian kerja dan membutuhkan fungsifungsi yang yang dimiliki orang lain daripada bertahan
pada kesadaran kolektif. Oleh karena itu meskipun masyarakat organik memiliki kesadaran kolektif,
namun dia adalah bentuk lemah yang tidak memungkinkan terjadinya perubahan individual (George
Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2008: 92).

Masyarakat yang dibentuk oleh solidaritas mekanik, kesadaran kolektif melingkupi seluruh
masyarakat dan seluruh anggotanya, dia sangat diyakini, sangat mendarah daging, dan isinya sangat
bersifat religious. Sementara dalam masyarakat yang memiliki solidaritas organik, kesadaran kolektif
dibatasi pada sebagian kelompok, tidak dirasakan terlalu mengikat, kurang 4 mendarah daging, dan
isinya hanya kepentingan individu yang lebih tinggi dari pedoman moral (George Ritzer dan Douglas
J. Goodman, 2008: 91-92). Masyarakat yang menganut solidaritas mekanik, yang diutamakan adalah
perilaku dan sikap. Perbedaan tidak dibenarkan. Menurut Durkheim, seluruh anggota masyarakat
diikat oleh kesadaran kolektif, hati nurani kolektif yaitu suatu kesadaran bersama yang mencakup
keseluruhan kepercayaan dan perasaan kelompok, dan bersifat ekstrim serta memaksa (Kamanto
Sunarto, 2004: 128).

Solidaritas organik merupakan bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks, yaitu
masyarakat yang mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh saling ketergantungan
antar bagian. Setiap anggota menjalankan peran yang berbeda, dan saling ketergantungan seperti
pada hubungan antara organisme biologis. Bisa dikatakan bahwa pada solidaritas organik ini
menyebabkan masyarakat yang ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya, karena
adanya saling ketergantungan ini maka ketidakhadiran pemegang peran tertentu akan
mengakibatkan gangguan pada sistem kerja dan kelangsungan hidup masyarakat. Keadaan
masyarakat dengan solidaritas organik ini, ikatan utama yang mempersatukan masyarakat bukan lagi
kesadaran kolektif melainkan kesepakatan yang terjalin diantara berbagai kelompok profesi
(Kamanto Sunarto, 2004: 128). Uraian diatas menggambarkan tentang konsep solidaritas dari
sosiolog Emile Durkheim. Secara garis besar peneliti akan menggunakan konsep yang telah
dirumuskan oleh Durkheim ini sebagai dasar pemikiran dalam melakukan penelitian tentang bentuk
solidaritas di Desa Melikan.

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa solidaritas sosial menunjuk pada satu keadaan
hubungan antara individu dengan individu individu dengan kelompok, atau kelompok dengan
kelompok di masyarakat berdasarkan pada kuatnya ikatan perasaan dan kepercayaan yang dianut
bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menunjuk pada
kekompakan untuk berbagi dan saling meringankan beban pekerjaan satu sama lain. Peneliti juga
menyimpulkan bahwa bentuk solidaritas sosial terbagi menjadi dua, yaitu solidaritas mekanik dan
organik. Solidaritas mekanik mempunyai ciri pokok yaitu: Sifat individualitas yang rendah, belum ada
pembagian kerja yang jelas, dan hanya ada di dalam masyarakat pedesaan. Sementara solidaritas
organik mempunyai ciri pokok yaitu: Kesadaran kolektif lemah, sudah ada pembagian kerja yang
jelas, dan dapat terlihat di dalam masyarakat modern atau komplek.
Penelitian selanjutnya Skripsi yang diteliti oleh Santi Putri Kumalasari pada tahun 2011
berjudul Tradisi Yasinan dan Solidaritas Sosial di Masyarakat Desa Transisi (Padukuhan Panjen, Desa
Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman). Tradisi yasinan di padukuhan panjen memang
sudah ada sejak dahulu dan dilestarikan sampai kini. Masyarakat Panjen menganggap tradisi yasinan
sebagai sarana untuk bersolidaritas yang dapat meningkatkan kebersamaan. Tradisi yasinan memiliki
faktor pendorong dan penghambat. Faktor pendorong yaitu kesadaran masyarakat Pajen untuk
terus melestarikan tradisi yasinan yang bertujuan untuk mendoakan arwah leluhur, menjadikan
masyarakat saling mengenal dan membaca surat yasin merupakan ibadah bagi umat Islam. Faktor
penghambat yaitu kesibukan warga, keadaan cuaca dan pengaruh televisi.

Penelitian yang dilakukan oleh Ghundar Muhammad Al-Hasan pada tahun 2013 berjudul
Tradisi Haul dan Terbentuknya Solidatritas Sosial (Studi Kasus Peringatan Haul KH Abdul Fattah Pada
Masyarakat Desa Siman Kabupaten Lamongan). Penelitin ini membahas acara ritual perayaan
kematian tahunan seorang ulama besar Desa Siman Kabupaten Lamongan. Hasil penelitiannnya
adalah bentuk solidaritas sosial dalam kegiatan tradisi haul sangat beragam baik tenaga, waktu dan
materi. Masyarakat melakukannya dengan swadaya dan sukarela tanpa adanya 5 paksaan dari pihak
manapun karena bagi mereka hal tersebut sebagai wujud nyata sebuah kontribusi dalam upaya turut
mensukseskan tradisi peringatan haul KH. Abdul Fattah.

Penelitian berupa jurnal oleh Moh Khairuddin berjudul Tradisi Slametan Kematian dalam
Tinjauan Hukum Islam dan Budaya. Penelitian ini menjelaskan bahwa tradisi orang Jawa tidak lepas
dari akulturasi tiga agama, yakni Hindu, Budha dan Islam. Hasil penelitian diketahui masyarakat Jawa
mempunyai tradisi dalam berbagai ritual yang merupakan gambaran atau wujud ekspresi yang
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu warisan tersebut adalah selametan kematian yang
merupakan suatu bentuk rasa tanggung jawab apabila ada orang yang meninggal dunia

Penelitian yang diteliti oleh Sholihah pada tahun 2015 berjudul Solidaritas dan Interaksi
Sosial dalam Tradisi Tebus Weteng di Desa Sumber Lor, Babakan, Cirebon. Dalam penelitian ini
membahas mengenai solidaritas dan interaksi sosial pada saat diadakan acara Tebus Weteng dan
faktor-faktor yang menjadi pembentuk solidaritas sosial masyarakat Desa Sumber Lor. Penelitian ini
menggunakan teori solidaritas sosial Emile Durkheim dan interaksi simbolik Robert Meed.

Penelitian yang dilakukan oleh Hamidah yang berjudul Kontribusi Tradisi Lokal Terhadap
Solidaritas Masyarakat. Membahas tentang tradisi ngarot sangat erat kaitannya dengan solidaritas
dalam suatu masyarakat dan melihat makna tradisi Ngarot yang harus dipertahankan fungsi sosial
dan ritual positifnya agar menciptakan kerukunan dan solidaritas antar masyarakat sehingga secara
sukarela membantu dan melestrikan tradisi Ngarot di Desa Lalea Indramay. Penelitian menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Penelitian Yayuk Retnasari yang berjudul Solidaritas Antar-Strata Sosiol. Dalam penelitian ini,
Yayuk mencoba mendeskripsikan bagaimana solidaritas sosial yang tergambar dalam masyarakat,
terutama dalam strata sosial yang ada di Desa Balegondo Kecamatan Ngariboyo Kabupaten
Magetan. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa solidaritas makanik masih tergambar dalam
masyarakat desa. Masyarakat yang guyub, tolong menolong, dan mempunyai ikatan sosial yang kuat
menandakan bahwa solidaritas masyarakat Desa Balegondo tersebut memiliki tipologi solidaritas
mekanik.

Penelitian yang dilakukan oleh Aris Hasyim yang berjudul Pola Solidaritas Sosial Budaya
Mahasiswa Pendatang Dengan Masayarakat Kampung Pedak Baru. Hasil penelitian yang ditemukan
oleh peneliti ini adalah menunjukan bahwasanya terdapat beberapa hal penting terkait
terbentuknya solidaritas sosial antara mahasiswa pendatang dengan mayarakat di Kampung Pedak
Baru, antara lain gotong-royong dan kerja bakti yang mampu menciptakan kerekatan sosial, saling
mendukung keamanan kampung dengan mengikuti program ronda kampung sebagai bentuk kohesi
sosial, mengikuti rapat warga atau jumpa warga sebagai kesempatan membangun konsolidasi
bersama

Penelitian yang dilakukan oleh M. Rahmat Budi Nuryanto yang berjudul Studi Tentang
Solidaritas Sosial Di Desa Modang Kecamatan Kuaro Kabupaten Paser (Kasus Kelompok Buruh
Bongkar Muatan). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya hubungan solidaritas sosial organik
maupun solidaritas sosial mekanik yang terjadi di Kelompok Buruh Bongkar Muatan tersebut. Tetapi
dalam penelitian ini solidaritas sosial organik yang lebih menonjol karena terdapat persaingan dan
pembagian kerja yang tinggi 18 dan kegiatan buruh yang mereka lakukan per individu tidak adanya
pengelompokan dalam kegiatan buruh dan persaingan tersebut mereka lakukan dengan baik tidak
adanya masalah di setiap kegiatan buruh karena adanya kerjasama yang baik yang terjalin di setiap
Buruh Bongkar Muatan.

Dari beberapa tinjauan pustaka di atas jelaslah letak perbedaan yang akan diteliti oleh
penulis. Bahwa dalam penelitian ini penulis ingin meneliti Tradisi Kuphoro Weki dalam 6
mempertahankan solidaritas masyarakat di Desa Komodo. Letak perbedaannya adalah penulis
mencoba melihat bagaimana solidaritas sosial masyarakat Desa Komodo terbentuk melalui tradisi
Kuphoro Weki ini, serta faktor-faktor apa saja yang membentuk solidaritas sosial dalam masyarakat
Desa Komodo. Selain itu penelitian ini juga memiliki perbedaan dalam penelitian terdahulu yang
meliputi lokasi penelitian ataupun latar belakang. Dengan demikian apabila dalam suatu penelitian
terdapat kesamaan tema ataupun fokus kajiannya, tetapi berbeda pada lokasi penelitiannya. Dengan
lokasi yang berbeda hasil penelitian pasti berbeda dikarenakan karakter masyarakat dan kultur di
daerah yang satu dengan di daerah lain akan berbeda, sehingga faktor-faktor maupun proses
perkembangannya solidaritas akan berbeda jauh

I.6 Metode Penelitian

Dalam pendekatan penelitian yang akan dilakukan ini bersifat kuantitaif deskriptif . Penelitian
kuantitatif ini memiliki ciri sebagai berikut :

1. Memiliki sifat dasar yang bersifat objektif, sederhana dan tunggal


2. Memiliki pemikiran nomologis, dalam bentuk sebab akibat
3. Netral, penilitian bersifat bebas
4. Deduktif, model ilmu alam, nomotetik dan didasari oleh aturan yang pasti
5. Mamtematis, menggunakan statistic
6. Peran peneliti agak pasif, peneliti adalah orang yang mencari tahu, terpisah dari objek.
7. Generalisasi induktif, menggunakan data angka yang didapat

1.7 Rencana kerja dan Jadwal penelitian

Penelitian akan dilakukan dengan metode Observasi dan data kuantitatif berdasarkan kegiatan yang
diadakan warga RT 05 RW 01 mangga besar, Jakarta pusat. Penelitian akan dilakukan selama 28 hari
dibulan Januari tahun 2021.

1.8 Daftar Pustaka


Bawani, Iman. 1993. Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam. Surabaya: AlIkhlas. Bastomi, Suwaji.
1995. Seni dan Budaya Jawa. Semarang: UNNES Press. 1998Apresiasi Kesenian Tradisional.
Semarang: IKIP Semarang Press.Rewang: Kearifan lokal dalam Membangun Solidaritas dan Integrasi
Sosial Masyarakat di Desa Bukit Batu Kabupaten Bengkalis. Jurnal Sosial Budaya. Volume 9, Nomor
2. Juli-Desember 2012. Purnamasari, Dyah E. 2015. Solidaritas Mekanik Komunitas Islam dan Kristen
di Desa Kamirojo Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo. Jurnal Forum Ilmu Sosial. Volume 42,
Nomor 2. Desember 2015. Putra, Adi Mandala. 2018. Eksistensi Kebudayaan Tolong Menolong
(Kaseise) Sebagai Bentuk Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Muna (Studi di Desa Mataindaha
Kecamatan Pasikolaga. Jurnal Neo Societal. Volume 3,
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoSocietal/article/view/4045

Anda mungkin juga menyukai