Anda di halaman 1dari 20

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

REPUBLIK INDONESIA

PETA JALAN

GERAKAN
LITERASI
NASIONAL

2017
KATA PENGANTAR

Indonesia dengan sumber daya alam yang kaya dan penduduk terbesar
keempat di dunia berpeluang menjadi negara maju bila sumber daya tersebut
dikelola dengan baik. Hasil studi McKinsey Global Institute (2012) yang
menempatkan Indonesia di antara tujuh negara dengan kekuatan ekonomi
terbesar di dunia pada tahun 2030 membangkitkan optimisme baru bagi
bangsa dalam meningkatkan daya saing dan kerja samanya di forum
internasional. Ini dibuktikan, antara lain, dengan indeks daya saing global
Indonesia yang cukup baik, yaitu pada peringkat ke-41 dari 138 negara.
Di sisi yang lain, beberapa data internasional terkait SDM
menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia Indonesia saat ini
berada pada peringkat ke-113 dari 187 negara, jauh di bawah peringkat
negara ASEAN lainnya. Sementara itu, dalam penguasaan literasi, Indonesia
menempati urutan ke-60 dari 61 negara. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan
hasil survei penilaian siswa pada PISA 2015 (diumumkan pada awal
Desember 2016) yang menunjukkan bahwa Indonesia berada di urutan ke-
64 dari 72 negara. Rendahnya kemampuan literasi bangsa Indonesia ini
menjadi persoalan serius dan memerlukan penanganan khusus untuk
melancarkan jalan Indonesia menjadi negara maju.
Berkenaan dengan hal di atas, seharusnya kemampuan literasi tidak
lagi hanya dipahami sebagai kemampuan membaca, menulis, dan berhitung,
tetapi juga sebagai kecakapan hidup yang meliputi seluruh aspek kehidupan.
Meningkatkan kemampuan literasi bangsa perlu dibingkai dalam sebuah
gerakan nasional yang terintegrasi, sehingga diperlukan pelibatan publik
dalam setiap kegiatan literasi. Gerakan Literasi Nasional (GLN) merupakan
upaya untuk memperkuat sinergi antar unit utama termasuk Kemendikbud
dan pelaku gerakan literasi dengan menghimpun semua potensi dan
memperluas keterlibatan publik dalam menumbuhkembangkan dan
membudayakan literasi di Indonesia serta hal ini juga sejalan dengan visi
Kemendikbud untuk membentuk insan dan ekosistem pendidikan dan
kebudayaan yang berkarakter dengan dilandasi semangat gotong royong.
Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak atas segala bentuk kontribusi yang telah diberikan hingga
selesainya Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional ini. Demi penyempurnaan
Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional ini, dengan tangan terbuka kami
menerima segala bentuk saran dan masukan dari berbagai pihak yang
memiliki kepedulian tinggi terhadap pembangunan dan peningkatan literasi
bangsa.
Jakarta, Agustus 2017
Sekretaris Jenderal,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Didik Suhardi, Ph.D


NIP 196312031983031004
1 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................... 1


DAFTAR ISI ................................................................................................ 2
Bab I – Menyiapkan Generasi Indonesia Abad XXI......................................3
Bab II – Literasi Sebagai Kecakapan Hidup ................................................6
Bab III – Literasi Sebagai Gerakan Nasional ...............................................9
Bab IV – Sasaran dan Strategi Implementasi ............................................ 12
Bab V – Penutup ...................................................................................... 17
Daftar Pustaka ......................................................................................... 18

2 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


BAB I
MENYIAPKAN GENERASI INDONESIA ABAD XXI

1.1 Tantangan dan Peluang Masa Depan

Indonesia dengan sumber daya alam yang kaya dan penduduk


terbesar keempat di dunia berpeluang menjadi negara maju bila sumber
daya tersebut dikelola dengan baik. Hasil studi McKinsey Global Institute
(2012) yang menempatkan Indonesia di antara tujuh negara dengan
kekuatan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030 membangkitkan
optimisme baru bagi bangsa dalam meningkatkan daya saing dan kerja
samanya di forum internasional. Ini dibuktikan, antara lain, dengan
indeks daya saing global Indonesia yang cukup baik, yaitu pada peringkat
ke-41 dari 138 negara. Untuk menjaga agar laju pembangunan Indonesia
berada pada kerangka pencapaian cita-cita bangsa, diperlukan gerakan
berskala nasional yang mampu mengatasi berbagai hambatan dan
memanfaatkan tantangan menjadi peluang.
Gerakan besar bertujuan untuk meningkatkan mutu sumber daya
manusia dan daya saing bangsa. Keberagaman Indonesia dengan 1.340
etnis dan 646 bahasa daerah serta kondisi geografis dan luasnya wilayah
Indonesia merupakan tantangan besar untuk meningkatkan mutu SDM
serta untuk memastikan layanan pendidikan bagi 268.059 satuan
pendidikan, 2.888.548 guru, dan 44.573.106 siswa (PDSPK, 2017).
Beberapa data internasional terkait SDM menunjukkan bahwa Indeks
Pembangunan Manusia Indonesia saat ini berada pada peringkat ke-113
dari 187 negara (UNDP, 2016), jauh di bawah peringkat negara ASEAN
lainnya. Sementara itu, dalam penguasaan literasi, Indonesia menempati
urutan ke-60 dari 61 negara (Central Connecticut State University, 2016).
Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil survei penilaian siswa pada PISA
2015 (diumumkan pada awal Desember 2016) yang menunjukkan bahwa
Indonesia berada di urutan ke-64 dari 72 negara. Hasil tes tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan membaca, khususnya teks dokumen
pada anak-anak Indonesia usia 9—14 tahun, berada di peringkat ke-10
terbawah. Hasil skor Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) atau
Indonesia National Assessment Programme (INAP) yang mengukur
kemampuan membaca, matematika, dan sains bagi siswa sekolah dasar
juga menunjukkan hasil yang belum menggembirakan. Meskipun secara
nasional kemampuan siswa dikategorikan cukup baik di bidang
matematika (77,13%) dan sains (73,61%), kemampuan membaca siswa
masih sangat rendah, yaitu 46,83%.

3 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Mencermati data di atas, rendahnya literasi bangsa menjadi
persoalan serius dan memerlukan penanganan khusus untuk
melancarkan jalan Indonesia menjadi negara maju. Setakat ini, literasi
tidak lagi hanya dipahami sebagai kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung, tetapi juga sebagai kecakapan hidup yang meliputi seluruh
aspek kehidupan. Warga yang literat dan kehidupan yang berkualitas
merupakan ciri negara maju. Hanya dengan meningkatkan literasi
warganya Indonesia akan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mampu bersanding dengan negara-negara maju.
Meningkatkan literasi bangsa perlu dibingkai dalam sebuah
gerakan nasional yang terintegrasi, tidak parsial, sendiri-sendiri, atau
ditentukan oleh kelompok tertentu. Gerakan literasi tidak hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab semua pemangku
kepentingan termasuk dunia usaha, perguruan tinggi, organisasi sosial,
pegiat literasi, orang tua, dan masyarakat. Oleh karena itu, pelibatan
publik dalam setiap kegiatan literasi menjadi sangat penting untuk
memastikan dampak positif dari gerakan peningkatan daya saing bangsa.
Menjawab tantangan di atas, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan pada 2016 membentuk kelompok kerja Gerakan Literasi
Nasional untuk mengoordinasikan berbagai kegiatan literasi yang dikelola
unit-unit kerja terkait. Gerakan Literasi Masyarakat, misalnya, sudah
lama dikembangkan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Masyarakat (Ditjen PAUD Dikmas), sebagai tindak lanjut dari
program pemberantasan buta aksara yang mendapatkan penghargaan
UNESCO 2012 (angka melek aksara sebesar 96,51%). Sejak 2015, Ditjen
PAUD Dikmas juga menggerakkan literasi keluarga untuk meningkatkan
minat baca anak dengan memberdayakan keluarga. Bersamaan dengan
itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah untuk meningkatkan daya
baca siswa. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menggerakkan
literasi bangsa dengan menerbitkan buku-buku pendukung bagi siswa
yang berbasis pada kearifan lokal. Tahun 2017 ini, Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) menggagas Gerakan Satu
Guru Satu Buku untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru
dalam pembelajaran baca dan tulis.
Gerakan Literasi Nasional merupakan upaya untuk memperkuat
sinergi antar unit utama pelaku gerakan literasi dengan menghimpun
semua potensi dan memperluas keterlibatan publik dalam
menumbuhkembangkan dan membudayakan literasi di Indonesia.
Gerakan ini akan dilaksanakan secara menyeluruh dan serentak, mulai
dari ranah keluarga sampai ke sekolah dan masyarakat di seluruh wilayah
Indonesia.

4 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1.2 Arah Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan

Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 menempatkan pembangunan pendidikan dan kebudayaan
menjadi agenda utama pada setiap periode pemerintahan. Janji tersebut
dipertegas pada batang tubuh UUD, Pasal 28 C ayat (1) yang menyatakan
bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan kesejahteraan umat manusia.
Selain itu, Pasal 31 ayat (3) menyatakan bahwa pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-
undang.
Dalam menjalankan amanat konstitusi itu, pemangku kepentingan
merujuk aturan perundang-undangan terkait pendidikan, antara lain,
sebagai berikut.
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional untuk mewujudkan sistem pendidikan yang kuat dan
berwibawa dengan memberdayakan semua warga negara Indonesia.
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015—
2019 tentang arah pembangunan pendidikan dan kebudayaan untuk
mewujudkan Nawacita, khususnya untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia Indonesia, meningkatkan produktivitas dan daya
saing, melakukan revolusi karakter bangsa, memperteguh
kebinekaan, dan memperkuat restorasi sosial Indonesia (Nawacita 5,
6, 8, dan 9).

Gerakan Literasi Nasional merupakan salah satu program prioritas


dalam rangka mendukung arah dan kebijakan pembangunan pendidikan
dan kebudayaan. GLN dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan daya
saing bangsa melalui penguatan ekosistem pendidikan. Hal ini sejalan
dengan visi Kemendikbud untuk membentuk insan dan ekosistem
pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dengan dilandasi semangat
gotong royong.

5 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


BAB II
LITERASI SEBAGAI KECAKAPAN HIDUP

2.1 Pentingnya Literasi


Peningkatan daya saing regional merupakan tema pembangunan
pendidikan pada periode 2015--2019. Dalam konteks ini, Forum Ekonomi
Dunia 2015 mengisyaratkan keterampilan abad ke-21 yang perlu dimiliki
bangsa-bangsa di dunia. Keterampilan tersebut meliputi literasi dasar,
kompetensi, dan karakter. Agar mampu bertahan pada era abad ke-21,
masyarakat harus menguasai enam literasi dasar, yaitu (1) literasi baca tulis,
(2) literasi numerasi, (3) literasi sains, (4) literasi digital, (5) literasi finansial,
serta (6) literasi budaya dan kewargaan. Untuk mampu bersaing, warga
dunia harus memiliki kompetensi yang meliputi berpikir kritis/memecahkan
masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Sementara itu, untuk
memenangkan persaingan, masyarakat harus memiliki karakter yang kuat
yang meliputi iman dan takwa, rasa ingin tahu, inisiatif, kegigihan,
kemampuan beradaptasi, kepemimpinan, serta kesadaran sosial dan
budaya.
Literasi diartikan UNESCO sebagai keaksaraan, yaitu rangkaian
kemampuan menggunakan kecakapan membaca, menulis, dan berhitung
yang diperoleh dan dikembangkan melalui proses pembelajaran dan
penerapan di sekolah, keluarga, masyarakat. Namun, makna dan cakupan
literasi berkembang luas yang meliputi:
(a) literasi sebagai suatu rangkaian kecakapan membaca, menulis, dan
berbicara, kecakapan berhitung, dan kecakapan dalam mengakses dan
menggunakan informasi;
(b) literasi sebagai praktik sosial yang penerapannya dipengaruhi oleh
konteks;
(c) literasi sebagai proses pembelajaran dengan kegiatan membaca dan
menulis sebagai medium untuk merenungkan, menyelidik, menanyakan,
dan mengkritisi ilmu dan gagasan yang dipelajari; dan
(d) literasi sebagai teks yang bervariasi menurut subjek, genre, dan tingkat
kompleksitas bahasa.

2.2 Prinsip Gerakan Literasi

Gerakan literasi dilaksanakan dengan mengacu pada prinsip-prinsip


sebagai berikut.

6 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


a. Berkesinambungan
Sebagai suatu gerakan, literasi harus dilaksanakan secara terus-menerus
dan berkesinambungan, tidak bergantung pada pergantian
pemerintahan.
b. Terintegrasi
Pelaksanaan literasi harus terintegrasi dengan program yang
dilaksanakan oleh Kemendikbud dan kementerian dan/atau lembaga
lain, termasuk nonpemerintah.
c. Melibatkan Semua Pemangku Kepentingan
Sebagai suatu gerakan, literasi harus memberikan kesempatan dan
peluang untuk keterlibatan semua pemangku kepentingan, baik secara
individual maupun kelembagaan.

2.3 Dimensi Literasi

a. Literasi Baca dan Tulis


Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk
membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami
informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks
tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan
potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.

b. Literasi Numerasi
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk bisa
memperoleh, menginterpretasikan, menggunakan, dan
mengomunikasikan berbagai macam angka dan simbol matematika
untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks
kehidupan sehari-hari; bisa menganalisis informasi yang ditampilkan
dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) untuk mengambil
keputusan.

c. Literasi Sains
Literasi sains adalah pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu
mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru,
menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta,
memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi
membentuk lingkungan alam, intelektual dan budaya, serta kemauan
untuk terlibat dan peduli dalam isu-isu yang terkait sains.

d. Literasi Digital
Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan
media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan,

7 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan
memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh
hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam
kehidupan sehari-hari.

e. Literasi Finansial
Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk
mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan,
dan motivasi dan pemahaman agar dapat membuat keputusan yang
efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan kesejahteraan
finansial, baik individu maupun sosial, dan dapat berpartisipasi dalam
lingkungan masyarakat.

f. Literasi Budaya dan Kewargaan


Literasi budaya adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami
dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa.
Sementara itu, literasi kewargaan adalah pengetahuan dan kecakapan
dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat.

8 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


BAB III
LITERASI SEBAGAI GERAKAN NASIONAL

3.1 Literasi sebagai Gerakan


Gerakan literasi di Indonesia identik dengan upaya pemberantasan buta
aksara. Pada awal 1900-an, program ini lebih banyak dilakukan oleh
organisasi sosial kemasyarakatan. Pada periode Pergerakan Kebangsaan
(1928–1945), pemberantasan buta huruf masih terbatas karena Belanda
tidak bersungguh-sungguh ingin mencerdaskan bangsa Indonesia. Pada
periode awal kemerdekaan (1945–1950), program pemberantasan buta
aksara mulai terorganisasi yang mana jumlah penduduk buta aksara
mencapai 95%.
Berikutnya, pada periode Pemberantasan Buta Huruf Massal (1950–
1974), penduduk Indonesia yang masih buta huruf diperkirakan sebanyak
40%. Kemendikbud mengembangkan paket belajar pendidikan dasar bagi
orang dewasa pada periode Pemberantasan Buta Huruf Paket A (1974–1990).
Pada 1974 Presiden Soeharto menerbitkan Inpres tentang Program
Sekolah Dasar. Pemerintah menyediakan fasilitas pendidikan dan
infrastruktur berskala besar. Angka partisipasi sekolah dasar meningkat,
dari 41,4% pada 1968 menjadi 79,3% pada 1978. Pada 1984, diluncurkan
program Pendidikan Wajib Belajar 6 Tahun hingga pada 1980 angka
partisipasi sekolah dasar mencapai hampir 100%.
Pada periode Keaksaraan Fungsional (1991–2000), pemberantasan buta
aksara lebih difokuskan pada strategi diskusi, membaca, menulis, berhitung,
dan kegiatan untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
Pada periode Pendidikan Keaksaraan (2000–2006), jumlah penduduk
Indonesia yang masih buta aksara diperkirakan 9%. Pada tahun 2002, angka
melek aksara masyarakat Indonesia mencapai 89,51%. Untuk mencapai
target tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan
Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan
Pemberantasan Buta Aksara (GNP PWB-PBA). Melalui gerakan ini, semua
komponen bangsa dilibatkan, baik di pusat maupun di daerah. Pada periode
ini mulai diterapkan standar kompetensi lulusan (SKL) sebagai upaya
mengawal kualitas lulusan keaksaraan.
Pada 2015 penduduk Indonesia yang masih buta aksara mencapai
3,56% atau 5,7 juta. Angka ini melebihi target yang ditetapkan pada 2002,
yaitu 5%. Hal ini mendorong pemerintah untuk melakukan perubahan pada
fokus pemberantasan buta aksara. Melalui penerbitan Permendikbud Nomor
23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, gerakan literasi

9 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


diarahkan pada kegiatan pembelajaran. Pemberantasan buta aksara terus
bergulir seiring dengan pelaksanaan gerakan literasi.
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 kemudian mendorong munculnya
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Gerakan Indonesia Membaca (GIM) di Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, dan Gerakan Literasi
Bangsa (GLB) di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Untuk mewadahi dan memfasilitasi gerakan literasi di lingkungan
Kemendikbud, pada 2016 dibentuk Gerakan Literasi Nasional (GLN). Secara
garis besar, GLN melingkupi gerakan literasi di sekolah, keluarga, dan
masyarakat.

3.2. Gerakan Literasi Sekolah


Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan gerakan literasi yang
aktivitasnya banyak dilakukan di sekolah dengan melibatkan siswa,
pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua dengan menampilkan praktik
baik tentang literasi dan menjadikannya sebagai kebiasaan serta budaya di
lingkungan sekolah. Berikut ini adalah indikator penerapan Gerakan Literasi
Nasional di ranah sekolah:
1. Basis Kelas
 Jumlah pelatihan fasilitator literasi
 Intensitas pemanfaatan dan penerapan literasi dalam pembelajaran
 Skor literasi membaca dalam PISA, TIMSS, PIRLS, dan INAP
2. Budaya Sekolah
 Jumlah dan variasi bahan bacaan
 Jumlah kegiatan sekolah yang berkaitan dengan literasi
 Terdapat kebijakan sekolah mengenai literasi baca-tulis
 Terdapat komunitas baca-tulis di sekolah.
3. Basis Masyarakat
 Jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi baca-tulis di
sekolah; dan
 Tingkat keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam
mengembangkan literasi baca-tulis di sekolah.

3.3 Gerakan Literasi Keluarga


Literasi keluarga adalah rangkaian kegiatan yang direncanakan dan
dilaksanakan dalam keluarga untuk meningkatkan kemampuan literasi
seluruh anggota keluarga. Berikut ini adalah indikator penerapan Gerakan
Literasi Nasional di ranah keluarga.

10 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


• jumlah dan variasi bahan bacaan yang dimiliki keluarga;
• frekuensi membaca dalam keluarga setiap harinya;
• jumlah bacaan yang dibaca oleh anggota keluarga;
• jumlah pelatihan literasi baca-tulis yang aplikatif dan berdampak pada
keluarga.

3.4. Gerakan Literasi Masyarakat

Melalui Gerakan Literasi Masyarakat yang sejalan dengan Gerakan


Literasi Sekolah dan Gerakan Literasi Keluarga, diharapkan dapat lahir dan
tumbuh simpul-simpul masyarakat yang mempunyai kemampuan literasi
tingkat tinggi. Berikut ini adalah indikator penerapan Gerakan Literasi
Nasional di ranah masyarakat.

• jumlah dan variasi bahan bacaan yang ada di ruang publik;


• frekuensi membaca bahan bacaan setiap hari;
• jumlah bahan bacaan yang dibaca oleh masyarakat;
• tingkat partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan literasi;
• jumlah komunitas literasi di masyarakat;
• jumlah kegiatan literasi yang ada di masyarakat;
• jumlah fasilitas publik yang mendukung literasi;
• jumlah partisipasi aktif komunitas, lembaga, atau instansi dalam
penyediaan bahan bacaan.

11 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


BAB IV
SASARAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASI

4.1. Sasaran Umum

Komponen --2016 2017 2018 2019


Sekolah
Sekolah melaksanakan 25% 50% 75% 100%
kegiatan literasi yang
terintegrasi dengan PPK dan
K13
Perpustakaan sekolah 25% 50% 75% 100%
Keluarga
Keterlibatan orang tua dalam Jumlahnya Jumlahnya Jumlahnya Semua
mengembangkan literasi di meningkat meningkat meningkat
sekolah melalui komite
sekolah
Masyarakat
Jumlah TBM di desa 25% 50% 75% 100%
Tempat layanan publik di Jumlahnya Jumlahnya Jumlahnya Semua
kantor pemerintah dan meningkat meningkat meningkat
swasta memiliki fasilitas
pendukung literasi
Ruang publik di masyarakat Jumlahnya Jumlahnya Jumlahnya Semua
memiliki fasilitas pendukung meningkat meningkat meningkat
literasi
Pendokumentasian dan Jumlahnya Jumlahnya Jumlahnya Semua
penyebarluasan cerita meningkat meningkat meningkat daerah
rakyat/legenda daerah
Sanggar seni dan budaya di Jumlahnya Jumlahnya Jumlahnya Semua
daerah meningkat meningkat meningkat daerah
Tingkat kriminalitas Menurun Menurun Menurun Menurun
min. 15% min. 15% min. 15% min. 15%
Konsumsi buku per kapita Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat
min. 15% min. 15% min. 15% min. 15%

4.2. Penguatan Kapasitas Fasilitator

Fasilitator literasi merupakan ujung tombak gerakan literasi yang


membantu dan mendorong masyarakat Indonesia dalam
menumbuhkembangkan budaya literasi pada ekosistem pendidikan.

12 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


4.2.1. Sasaran
1. Meningkatnya pemahaman kepala sekolah, guru, dan komite
pendidikan tentang konsep, cara implementasi, pengelolaan,
pengawasan, dan evaluasi pengembangan literasi siswa di
lingkungan sekolah;
2. Meningkatnya pemahaman pegiat, tutor, pengelola perpustakaan
umum/publik dan tempat-tempat bacaan masyarakat tentang
konsep, cara implementasi, pengelolaan, pengawasan, dan
evaluasi pengembangan literasi di lingkungan masyarakat; dan
3. Meningkatnya pemahaman orang tua/wali murid tentang konsep
dan cara implementasi aktivitas literasi di lingkungan keluarga.

4.2.2. Strategi Implemetasi


1. Pelatihan kepala sekolah untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan dalam pengelolaan GLN.
2. Pelatihan guru dalam menerapkan metode pembelajaran berbasis
masalah dan pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan
masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pelatihan komite sekolah untuk memperkuat ekosistem
pendidikan.
4. Forum diskusi literasi bagi warga sekolah.
5. Penguatan kapasitas pegiat, tutor, pengelola perpustakaan dalam
implementasi, pengelolaan, dan evaluasi.
6. Penyuluhan literasi kepada orang tua/wali murid.

4.3. Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu

Peningkatan jumlah dan ragam sumber belajar bermutu menjadi


syarat penting ketika GLN dilaksanakan. Sumber belajar yang kaya dan
beragam memberikan keleluasaan bagi pelaku literasi untuk mengakses,
memanfaatkan, dan mengembangkan kegiatan literasi.

4.3.1. Sasaran
1. Meningkatnya sumber belajar bermutu baik dari segi jumlah, ragam
maupun bentuk yang memadai di lingkungan keluarga.
2. Meningkatnya sumber belajar bermutu baik dari segi jumlah, ragam
maupun bentuk yang memadai di lingkungan sekolah.
3. Meningkatnya sumber belajar bermutu baik dari segi jumlah, ragam
maupun bentuk yang memadai di lingkungan sekolah.

4.3.2. Strategi Implementasi


1. Penyusunan dan penyediaan bahan bacaan literasi yang bermutu
dengan menyesuaikan usia pembaca, terutama kesesuaian isi,

13 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


jumlah halaman, pilihan kata, kalimat, dan pesan-pesan yang
terkandung di dalamnya.
2. Pengembangan bahan bacaan berbasis digital.
3. Pembuatan laman yang berisi tentang konten literasi, bentuk
kegiatan literasi yang aplikatif, serta situs-situs literasi yang
menyenangkan.
4. Penyelenggaraan donasi buku daring melalui laman
donasibuku.kemdikbud.go.id.
5. Pengoptimalan sumber belajar yang ada di masyarakat, seperti
museum, gedung kesenian, perpustakaan daerah, cagar budaya,
dan tempat bersejarah.
6. Penerjemahan bahan penunjang literasi.

4.4. Perluasan Akses Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta


Belajar

Selain ketersediaan sumber belajar, keberhasilan kegiatan literasi pun


perlu didukung dengan adanya kemudahan untuk mengakses sumber
belajar tersebut. Semakin banyak sumber pembelajaran literasi yang mudah
diakses oleh masyarakat, semakin meningkat pula ketertarikan masyarakat
untuk terlibat dalam kegiatan literasi.

4.4.1. Sasaran
1. Menguat dan meluasnya akses terhadap sumber belajar bermutu
pada peserta belajar melalui berbagai aktivitas literasi dan sarana
prasarana yang mendukung di lingkungan sekolah.
2. Menguat dan meluasnya akses terhadap sumber belajar bermutu
pada peserta belajar melalui berbagai aktivitas literasi dan sarana
prasarana yang mendukung di lingkungan masyarakat.
3. Menguat dan meluasnya akses terhadap sumber belajar bermutu
pada peserta belajar melalui berbagai aktivitas literasi dan sarana
prasarana yang mendukung di lingkungan keluarga.

4.4.2. Strategi Implementasi


1. Pelaksanaan berbagai kegiatan literasi oleh siswa berdasarkan
prinsip keteladanan dari kepala sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan atau sebaliknya;
2. Pembentukan komunitas/kelompok literasi di lingkungan sekolah
yang menjadi wadah bagi seluruh warga sekolah untuk terlibat
dalam kegiatan literasi;
3. Pelaksanaan berbagai kegiatan literasi untuk seluruh kalangan
masyarakat;

14 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


4. Pelaksanaan berbagai kegiatan literasi di lingkungan keluarga
berdasarkan prinsip keteladanan oleh anak dan orang tua;
5. Program pengimbasan literasi di sekolah dan masyarakat untuk
dapat memberikan pengaruh positif bagi sekolah dan komunitas di
sekitarnya dalam pengembangan budaya literasi;
6. Kampanye literasi di ruang publik. Kegiatan ini merupakan usaha
menyebarluaskan pengaruh positif untuk menumbuhkan minat dan
kesadaran masyarakat terhadap literasi;
7. Penyelenggaraan open house oleh sekolah dan komunitas yang
mengembangkan literasi untuk berbagi inspirasi kepada sekolah
dan komunitas lain; dan
8. Pengondisian dan pemanfaatan fasilitas publik dan fasilitas di
rumah yang kaya literasi.

4.5. Peningkatan Pelibatan Publik

Pelaksanaan gerakan literasi di semua satuan pendidikan perlu


melibatkan semua pemangku kepentingan, di antaranya pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota, perguruan tinggi, dan dunia usaha
dan industri.

4.5.1. Sasaran
1. Meningkatnya partisipasi masyarakat melalui komite sekolah
dalam mengembangkan literasi di lingkungan sekolah;
2. Meningkatnya partisipasi kementerian, lembaga, pemerintah
daerah, dunia usaha dan industri, akademisi, pegiat pendidikan,
pelaku seni dan budaya, media massa, serta tokoh masyarakat
dalam mengembangkan literasi di lingkungan masyarakat; dan
3. Meningkatnya intensitas orang tua dalam mengembangkan
pentingnya literasi di lingkungan keluarga.

4.5.2. Strategi Implementasi


1. Pelibatan kementerian, lembaga, pemerintah daerah, dunia usaha
dan industri, serta media massa;
2. Pertemuan rutin orang tua/wali murid dengan pihak sekolah untuk
membicarakan pengembangan literasi;
3. Penyelenggaraan festival literasi; dan
4. Pelibatan perguruan tinggi dalam penelitian dan pengembangan
literasi.

15 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


4.6. Penguatan Tata Kelola

Penguatan tata kelola yang dilakukan oleh pelaku literasi di berbagai


ranah merupakan bentuk komitmen dan keseriusan semua pihak untuk
mewujudkan kesuksesan gerakan ini.

4.6.1. Sasaran
1. Menguatnya pengelolaan tentang kebijakan, sarana dan prasarana,
anggaran, kegiatan, pengawasan, dan evaluasi terkait dengan
pengembangan literasi di lingkungan sekolah;
2. Menguatnya pengelolaan tentang sarana prasarana dan kegiatan
literasi di perpustakaan umum/publik dan tempat-tempat bacaan
di lingkungan masyarakat; dan
3. Menguatnya pengelolaan sarana prasarana dan kegiatan literasi
serta anggaran terkait pengembangan literasi di lingkungan
keluarga.

4.6.2. Strategi Implementasi


1. Pengumpulan dan penyebarluasan praktik baik tentang
pengelolaan kebijakan, sarana prasarana, anggaran, kegiatan,
pengawasan, dan evaluasi literasi di sekolah;
2. Pengumpulan dan penyebarluasan praktik baik tentang
pengelolaan kebijakan, sarana prasarana, anggaran, kegiatan,
pengawasan, dan evaluasi literasi;
3. Pengumpulan dan penyebarluasan praktik baik tentang
pengelolaan kegiatan, perpustakaan, dan anggaran khusus literasi
di keluarga;
4. Alokasi waktu dan dana untuk pengembangan literasi serta
kebijakan yang mendukung gerakan literasi; dan
5. Penguatan kerja sama antarpusat belajar di masyarakat.

16 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


BAB V
PENUTUP

Pemerintah melalui Kemendikbud telah melaksanakan GLN dengan


melibatkan berbagai pihak, baik di lingkungan internal Kemendikbud
maupun di lingkungan eksternal Kemendikbud. Sebagai sebuah gerakan
kebangsaan, dalam pelaksanaannya GLN memerlukan kerja sama seluruh
elemen bangsa yang mencakup pejabat daerah, tokoh masyarakat, penerbit,
komunitas literasi, dan sebagainya agar apa yang sudah dirancang dapat
sejalan dengan arah yang diinginkan.
Program dan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam GLN melalui
Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Literasi Keluarga, dan Gerakan Literasi
Masyarakat diharapkan akan berdampak pada bergeraknya literasi di tiap-
tiap bidangdan sendi-sendi kehidupan bangsa sesuai dengan kapasitasnya.
Dampak tersebut dapat dirasakan dalam jangka pendek, menengah, dan
jangka panjang melalui kegiatan yang bersifat simultan, terarah, dan
ditindaklanjuti oleh semua pihak, seperti komunitas baca, pemerintah
daerah, pemerintah pusat, dan masyarakat secara umum.
Pada tahun 2017, Kemendikbud telah menguatkan tekad untuk
melaksanakan GLN secara menyeluruh melalui konsolidasi antarunit utama
dengan cara mempertajam peta jalan dalam wujud kerja konkret yang
melibatkan kelompok kerja (pokja) yang beranggotakan beberapa unit.
Dengan demikian, seluruh unit akan saling mengisi dan memberi masukan
serta melaksanakan program yang telah ditentukan sebelumnya. Tidak
hanya itu, dalam penyusunan peta jalan GLN, program, kegiatan-kegiatan,
dan strategi pelaksanaannya, Kemdikbud juga melibatkan pakar, akademisi,
pengamat, praktisi pendidikan, dan komunitas baca.
Keberadaan GLN dapat menjadi fondasi awal Indonesia untuk
meningkatkan minat baca masyarakat jika dikelola dan dilaksanakan dengan
baik. Dengan meningkatnya minat baca masyarakat, kecerdasan bangsa
Indonesia lambat laun juga akan terbangun. Dalam jangka panjang berbagai
kemajuan di Indonesia akan semakin menuju titik terang dan bahkan dapat
bersaing dengan negara-negara maju saat ini.
Usaha pemerintah melalui GLN merupakan bentuk keseriusan untuk
memberantas buta aksara, meningkatkan minat baca, dan menumbuhkan
budaya literasi masyarakat. Oleh karena itu, dukungan semua pihak sangat
diperlukan. Keberhasilan GLN ditentukan tidak saja oleh baik tidaknya
program dan strategi pengembangannya, tetapi juga oleh keterlibatan semua
unsur masyarakat dalam mendukung program GLN. Tanpa dukungan semua
pihak, upaya yang dilakukan oleh Kemendikbud ini tidak akan mencapai
hasil yang dicita-citakan.

17 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


DAFTAR PUSTAKA
Central Connecticut State University. (2016). World’s Most Literate Nations Ranked.
http://webcapp.ccsu.edu/?news=1767&data
BPS. (2010). Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk
Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelom
pok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf
BPS. (2014). Indeks Pembangunan Manusia: Metode Baru.Jakarta: Badan Pusat Statistik.
http://ipm.bps.go.id/assets/files/booklet_ipm.pdf
MGI. (2012). The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia's Potential. McKinsey Global
Institute.
http://www.mckinsey.com/~/media/McKinsey/Global%20Themes/Asia%20Pacific/The%2
0archipelago%20economy/MGI_Unleashing_Indonesia_potential_Executive_Summary
OECD. (2012). PISA 2012 Results: Students and Money Financial Literacy Skills for the 21st
Century Volume VI. Paris: OECD Publishing.
http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/PISA-2012-results-volume-vi.pdf
OECD. (2012). PISA 2012 Results: What Students Know and Can Do: Student Performance in
Mathematics, Reading, and Science, Volume I. Paris: OECD Publishing.
https://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-volume-I.pdf
OECD. (2014). PISA 2012 Results in Focus. Programme for International Student
Assessment, 1–44. http://doi.org/10.1787/9789264208070-en
OECD. (2016). PISA 2015 Assessment and Analytical Framework: Science, Reading,
Mathematic, and Financial Literacy. Paris: OECD Publishing.
http://www.oecd-ilibrary.org/education/pisa-2015-assessment-and-analytical-
framework_9789264255425-en
OECD. (2016). The Survey of Adult Skills: Reader’s Companion, Second Edition. Paris:
OECD Publishing.
https://www.oecd.org/skills/piaac/The_Survey%20_of_Adult_Skills_Reader's_companio
n_Second_Edition.pdf
OECD. Reading Literacy. http://www.pisa.tum.de/en/domains/%20reading-literacy/
Kemdikbud. Balitbang-Pusat Penilaian Pendidikan.
http://puspendik.kemdikbud.go.id/inap-sd/.
Kemdikbud. (2017). Ikhtisar Data Penddikan 2016—2017. Jakarta: Pusat Data Dan
Statistik Pendidikan Dan
Kebudayaan.http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_FC1DCA36-A9D8-
4688-8E5F-0FB5ED1DE869_.pdf
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015
tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31, Ayat 3.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
UNDP. (2016). Human Development for Everyone Briefing note for countries on the 2016
Human Development Report.
http://www.id.undp.org/content/dam/indonesia/2017/doc/INS-
Indonesia_Country%20Explanatory%20Note_HDR2016.pdf
Unesco. 2016. A global measure of digital and ICT literacy Skills. Global Education
Monitoring Report.
WEF. (2015) New Vision for Education: Unlocking the Potential of Technology. Switzerland:
World Economic Forum.
http://www3.weforum.org/docs/WEFUSA_NewVisionforEducation_Report2015.pdf
WEF. (2016). The Global Competitiveness Report 2016–2017. Geveva: World Economic
Forum. http://www3.weforum.org/docs/GCR2016-
2017/05FullReport/TheGlobalCompetitivenessReport2016-2017_FINAL.pdf

18 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai