Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

Implementasi Metode Kooperatif Tipe Stad Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar


Siswa Sdi Ma’arif Kejapanan

Dosen Pembimbing:
Dr. Ahmad Ma’ruf, S.PdI., M.Pd

Disusun oleh:
Mudhifatul Jannatun Ni’mah (201886010044)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN
Tahun 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila materi mampu diketahui oleh siswa
dengan menggunakan metode ceramah. Di kelas IV SD ISLAM Ma’arif Kejapanan
Gempol Kab. Pasuruan ini cenderung bersifat informatif atau hanya transfer ilmu
pengetahuan dari guru ke siswa (teacher centered) siswa tidak terlibat secara aktif
dalam proses bembelajaran. Guru lebih dominan dalam pemberian materi
pembelajaran. Hal ini mengakibatkan siswa kurang dapat mengikuti jalan proses
belajar. Sehubungan ada yang mengantuk ngobrol sendiri melihat kondisi seperti itu,
terkesan bahwa interaksi dalam pembelajaran berjalan satu arah yaitu dari guru ke
siswa saja. Selama ini proses pembelajaran di dalam kelas hanya berpusat pada guru.
Proses belajar mengajar di kelas IV SD ISLAM Ma’arif Kejapanan Gempol Kab.
Pasuruan banyak menggunakan metode ceramah dan dalam menerangkan, guru
terkadang bersifat member itahu saja, sementara para siswa mencantatnya pada buku
catatan. Siswa hanya di posisikan sebagai obyek dan diaggap belum tahu apa-apa.
Oleh karena itu, sudah seharusnya guru memiliki kecakapan dan kemampuan
dalam menerapkan dan merancang berbagai strategi dan model pembelajaran dengan
sesuai keragaman karakteristik siswa. Diantaranya ada siswa yang mengeluh memiliki
masalah terkait dengan pelajaran yang membosankan, materi yang tidak dapat
dipahami, guru yang tidak menyenangkan, dan diantara guru juga mengalami masalah
kurikulum yang sering berganti materi, mengakibatkan cara belajar berganti pula. Hal
ini tentu menjadi masalah pembelajaran kepada guru dan siswa yang belum mampu
teradaptasi dengan kurikulum yang baru.
Demi peningkatan proses pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) terhadap
pemahaman konsep, kami melaksanakan perbaikan pembelajaran kooperatif model
student teams achievement division STAD. Model STAD ini dapat memberikan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah serta dapat memberikan kepada
siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temanya, dan
menghargai pendapat orang lain, karena model pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah salah satu model pembalajaran yang tepat untuk menumbukan kemampuan
kerjasama, kreatif, berfikir kritis dan ada kemapuan untuk membantu teman. Selain
itu, adanya penghargaan untuk kelompok ataupun siswa berprestasi membuat
pebelajaran kooperatif model STAD ini menjadi lebih bermakna dan menyenangkan.
Megkaji dari masalah di atas, akhirnya penulis yang juga sebagai peneliti
melakukan suatu perbaikan pembelajaran melalui penelitihan tindakan kelas dengan
judul penelitihan peningkatan keaktifan dan Prestasi Belajar PAI melalui pembelajaran
kooperatif model STAND siswa kelas IV SD Islam Ma’arif Kejapanan Gempol Kab.
Pasuruan.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Apakah pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan prestasi belajar
Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa kelas IV SD Islam Ma’arif Kejapanan Gempol
Kab. Pasuruan

C. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar setelah
diterapkan pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas IV SD Islam
Ma’arif Kejapanan Gempol Kab. Pasuruan.

D. Manfaat penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk:
1. Siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar dan melatih sikap social untuk
saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar,
berani menyampaikan pendapat dan menerima pendapat orang lain, bisa bekerja
sama dengan kelompok, agar siswa bisa mendapat pengalaman dalam belajar.
2. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran
yang dapat memberikan manfaat bagi siswa, sehingga pelajaran bisa lebih
efektif.
3. Sekolah, sebagai dari pengambilan kebijakan khususnya dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga proses pembelajaran dapat sesuai
dengan yang di harapkan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran PAI SD
Pembelajaran PAI SD merupakan interaksi antara siswa dengan akhlak,
keimanan. Adanya pembelajaran PAI perlu mengutamakan peran siswa dalam kegiatan
belajar mengajar. Sehingga pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang
berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru
berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran PAI. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat PAI sebagai sikap akhlak,
keimanan, ibadah. Oleh sebab itu, pembelajaran PAI perlu merupakan prinsip-prinsip
pembelajaran yang tepat.

B. Metode Pembelajaran Kooperatif


Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil
sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan
juga anggota yang lain. Idenya sangat sederhana, anggota kelas diorganisasikan ke
dalam kelompok-kelompok kecil setelah menerima .pembelajaran dari guru. Kemudian,
para siswa itu mengerjakan tugas sampai semua anggota kelompok berhasil
rnemahaminya. Menurut Anita Lie (2003:12) pembelajaran kooperatif adalah sistem
pengajaran yang memberikan kcsempatan kepada anak didik untuk bekerja sama
dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil
yang tingkat kemampuannya berheda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling menibantu untuk
rnemahami materi pelajaran. Di pihak lain, Slavin (1991) menyatakan pembelajaran
kooperatif aialah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama
dalam kelompok-kelompok kecil secara akolaburatif yang anggotanya terdiri dari 4
sampai 6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Selanjutnya
dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan
aktivitas anggota kelompok balk secara individual maupun kelompok. Sedangkan
menurut Sugiyanto (2008:35) pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi bclajar untuk mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada metode pengajaran
siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam kelompok
bclajar. Meskipun ciri khas pembelajaran kooperatif adalah terbentuknya kelompok
belajar, namun tidak semua belajar kelompok dapat disebut sebat.,tai pembelajaran
kooperatif. Pada pembelajaran kooperatif ada unsur-unsur yang harus dipenuhi. l lal ini
seperti dikemukakan oleh Johnson dalam Lie (2003:30). "Tidak semua kerja kelompok
bisa dianggap Cooperative Learning. Umuk mencapai hasil maksimal, fida lima unsur
yang harus ditcrapkan dalam pembelajaran kooperatif yaitu: (I) saling ketergantungan
positif. (2) tanggung jawab perseurangan, (3) tatap muka. (4) komunikasi antar anggota,
dan (5) evaluasi proses kelompok."
1. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada usaha dari setiap
anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu
menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap an-bguta kelompok harus
menyelesaikan tugasnya sendiri. Penilaian yang dilakukan adalah penilaian
individu dan penilaian kelompok. Guru harus bisa menciptakan suasana yang
mendorong siswa merasa saling dibutuhkan. Dengan demikian, setiap siswa
memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan nilai pada
kelompoknya.
2. Tanggung jawab perseorangan
Pengajaran efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat
persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing
anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas
selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3. Tatap muka
Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal
dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.
Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang menguntungkan semua
anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan memanfaatkan
kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing.
4. Komunikasi antar anggota
Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapatnya. Disinilah peranan guru untuk memotivasi
siswanya agar berani mengutarakan pendapatnya. Proses ini merupakan
proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya
pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para
siswa.
5. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan efektif. Jail, pada hakikatnya
pcmbclajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara
mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja
sama dalam memeeahkan masalah dengan kemampuan siswa dalam setiap
kelompok adalah heterogen.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek
belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secara
maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran
kooperatif merupakan metode alternatif dalam memecahkan suatu
permasalahan. meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial, serta
perolehan kepercayaan diri. Oleh karena itu, dalam pembelajaran kooperatif
lebih mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan pembelajaran
melalui kerjasama.

C. Pembelajaran Kooperatif Model STAD


1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif Model STAD
Pembelajaran kooperati model STAD merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen.
Dimana model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung
dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini paling awal ditemukan dan
dikembangkan oleh para didikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat
dengan .menyediakan suatu bentuk helajar kooperatif. Di dalamnya siswa diberi
kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sekelas
dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan
(Arindawati, 2004: 83 - 84). Dalam model pembelajaran ini. masing-masing
kelompok beranggotakan 4 - 5 orang yang dibentuk dari anggota yang heterogen
terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah salah satu model pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan
kemampuan kerjasama, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu
teman serta kesepakatan pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana.
2. Komponen Utama Pembelajaran Kooperatif Model STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utamaa, Yaitu :
a. Penyajian kelas
Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuaidengan penyajian kelas.
Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan
terbimbing.
b. Kegiatan kelompok
Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling
membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
c. Kuis (Quizzes)
Kuis adalah tes yang dikeljalcan secara mandiri dengan tujuan untuk
mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan
sebagai basil perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai
perkembangan dan keberhasilan kelompok.
d. Skor kemajuan (perkembangan ) individu
Skor kemajuan individu ini tidak herdasarkan pada skof mutlak siswa.
tctarii berdasarkan pada bcberapa jauh skor kuis terkini yang melampaui rata-
rata skor siswa yang lalu.
e. Penghargaan kelompok
Penghargaan keompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing
kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok.
Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan
masing-masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok.
3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Model STAD Menurut Rachmadiarti
(2001), terdapat 6 langkah utama atau than di dalam pelajaran yang menggunakan
pembelajaran kooperatif. Peaqaran dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran
dan Memotivasi siswa untuk bclajar.
a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
b. Menyajikan informasi.
Guru rnenyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan ajaran.
c. Mengkoordinasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menjelaskan kcpada siswa hagaimana earanya membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
e. Evaluasi.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
f. Memberikan penghargaan.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun basil belajar
individu dan kelompok (Rachmadiarti, 2001 : 8) Secara umum langkah-
langkaa pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan melalui tiga tahapan sebagai
berikut, yaitu (1) tahap pendahuluan, meliputi (a) guru memberikan informasi
kepada siswa tentang materi yang akin mereka pelajari, (b) tujuan
pembelajaran dan pemberian motivasi agar siswa tertarik pada materi, (c)
guru membentuk siswa kedalam kelompok yang sudah direncanakan, (d)
mensosialiasakan kepada siswa tentang model pembelajaran yang digunakan
dengan tujuan agar siswa mengenal dan memahamimya. (2) Tahap
pengembangan, terdiri dari (a) guru mendemonstrasikan konsep atau
keterampilan secara aktildengan menggunakan alat hantu atau manipulatif lain.
(b) guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) sebagai bahan diskusi
kepadamasing-masing kelompok, siswa diberikan kesempatan untuk
LKS•bersama kelompoknya, (d) guru memantau kerja dari tiap kelompok dan
membimbing siswa yang mengalami kesulitan: dan (3) Tahap penerapan,
meliputi (a) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengetjakan
soal-soal yang ada dalam LKS dengan waktu yang ditentukan. (b) siswa
diharapkan bekerja secara individu tetapi tidak menutup kemungkinan mereka
saling bertukar pikiran dengan anggota yang lainnya. (c) setelah siswa selesai
mengerjakan soal lembar jawaban. kemudian dikumpulkan untuk dinilai.
4. Keuntungan dan kelemahan pembelajaran Kooperatif Model STAD
Keuntugan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut
Roestiyah (2001: 17), yaitu:
a. Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe Model STAD:
1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
bertanya dan suatu masalah.
2. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi.
4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan si.;wa sebagai
individu dan kebutuhan belajarnya.
5. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka
lebih aktif dalam diskusi.
6. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk, mengembangkan
rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai
pendapat orang lain.
b. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD:
Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin
dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dau kadang-kadang
menuntut teori yang berbeda dan gayanya mengajar berbeda.
Akan tetapi kekurangan- kekurangan tersebut bukanlah sesuatu yang
tidak bisa diatasi. Dengan usaha terus-menerus dalam menerapkan
pembelajaran ini, diharapkan dapat mengatasi kekurangan-kekurangan
tersebut. Adapun upaya yang dapat dilakukan antara lain,
1. Meningkatkan motivasi siswa untuk aktif ikut serta dalam kegiatan
pembelajaran. Usaha-usaha yang dapat dilakukan guru untuk
rriemotivasi siswa misalnya dengan memberikan pujian kepada siswa
yang menjawab henar. memberikan perhatian dan bantuan kepada
siswa yang belum menemukan jawaban dari permasalahan yang
diberikan agar siswa tidak putus asa, dan memberikan hukuman yang
bersifat mendidik kepada siswa yang tidak bersungguh-sungguh
mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Belajar dalam kelompok kecil. Kegiatan pembelajaran kooneratif
model STAD ini sesuai jika dilaksanakan dalam kelompok-keiompok
kecil. Melalui kegiatan pembeiai..aan kelompok kecil, kesulitan-
kesulitan yang dialami siswa menjadi lebih mudah diketahui dan
diatasi, karena dalam kelompok siswa diberi tanggung jawab untuk
saling membantu sesama teman jika ada yang mengalami kesulitan.
3. Memberikan bimbingan kepada siswa yang memerlukan. Dengan
adanya bimbingan, siswa akan merasa bahwa dirinya diperhatikan.
Hal ini dapat memberikan motivasi bagi siswa yang berusaha
menyelesaikan suatu permasalanan yatig diberikan. Pada akhirnya
jika siswa sudah terhiasa metighadapi permasalahan-permasalahan
mereka tidak akan tmngaltuni kesulitan.

D. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan
perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. belajar juga diartikan
sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam atau dalam bentuk skor setelah siswa
mengikuti pembelajaran. Menurut Muhammad All (1992), keberhasilan belajar
bukanlah - yang dapat berdiri sendiri. melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor
Faktor-faktor tersebut adalah
1. Tujuan
Tujuan merupakan muara dan pangkal dari proses belajar-imajar.
Tujuan menjadi pedoman arah dan sekaligus sebagai suasana rats akan
dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian proses belajar
rnengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan. tujuan
Mengajaran. Semakin jelas dan operasional tujuan yang akan dicapai,
maka semakin mudah menentukan alat dan acara mencapainya, begitu pula
Sebaliknya.
2. Guru
Performance guru dalam rnengajar banyak dipcngaruhi berbagai hidor
seperti tipe kepribadian, latar belakang pendidik, pengalaman yang
pentingnya berkaitan dengan pandangan filosofis guru terhadap murid. Hal
penting bagi guru adalah mengetahui anak didik dengan potensi dan
kekuatannya sehingga gum Cukup melakukan proses irsicing ord. yakni
proses mengeluarkan, membimbing, memotivasi. dan keluarnya berbagai
potensi yang ada pada anak didik menjadi belajar dan faktual.
3. Peserta Didik
Didik Peserta didik dengan segala perbedaannya seperti motivasi,
minat, boitat. perhatian, harapan, latar belakang, ataupun tradisi keluarga, .
dalam sebuah sistem di kelas. Perbedaan-perbedaan ini:Jh yang dikelola.
diorganisir guru. .Intuk mencapai proses pembelajaran .rratic. optimal.
Apabila guru tidak memiliki keeermatan dan keterampilan -11264
mengelola perbedaan-perbedaan potensi peserta didik maka proses
pembelajaran sulit mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan.Guru harus menyadari bahwa perbedaan potcnsi bawaan peserta
didik merupakan kekuatan maha hebat untuk mengorganisasi pembelajaran
yang ideal. Keragaman merupakan keserasian yang harmonis dan dinamis.
4. Katepatan Pengajaran
Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara
guru dengan peserta didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang
menciptakan lingkungan belajar yang baik maka kepentingan belajar anak
didik terpenuhi. Peserta didik merupakan subjek belajar yang memasuki
atmosfir suasana belajar yang diciptakan guru. Oleh karena itu, guru
dengan gaya mengajarnya berusaha mempengaruhi gaya dan cam belajar
Jidil.. Dengan perbedaan gaya mengajar yang dipakai guru maka
melahirkan kegiatan mengajar dan belajar yang berlainan dengan belajar
yang berbeda pula.
5. Evaluasi
Evaluasi mcmiliki cakupan bukan s-ja pada bahan ajar. Muni
keseluruhan proses belajar mengajar, hahkan pada alat dan bentuk evaluasi
itu sendiri. Artinya, evaluasi yang dilakukan sudah benar-benar
Mengaevaluasi tujuan yang telah ditetapkan, bahan yang diajarkan, dan
proses yang dilakukan.
Evaluasi yang valid bukan saja memberikan informasi prestasi
mencapai tujuan tetapi lebih pada memberikan umpan balik terhadap
proses pembelajaran secara keseluruhan.
E. Pembelajaran pembelajaran Kooperatif Model STAD dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa
Pembelajaran kooperatif model STAD merupakan salah satu ajaran kooperatif
yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan yang heterogen. Didalamnya siswa
diberi kesempatan untuk melakukan dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk
diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan. Dalam model
pembelajaran ini, masing-masing kelompok beranggotakan 4 - 5 orang yang dari
anggota yang heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan berasal dari berbagai
suku, yang memiliki kemampuan tinggi sedang. Jadi, model pembelajaran kooperatif
tipe STAD adalah salah satu pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan
kemampuan kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu
teman serta merupakan pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana. Melalui
model STAD ini diharapkan dapat memberikan kesempatan siswa untuk
menggunakan keterampilan bcrtanya dan membahas masalah serta dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk dikembangkan rasa menghargai, menghormati
prihadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain. Selain itu adanya
penghargaan untuk kelompok ataupun siswa berprestasi membuat pembelajaran
kooperatif model STAD ini menjadi lebih bermakna dan menyenangkan. Jadi melalui
teori pembelajaran kooperatif tipe STAD ini diharapkan kcaktifan dan prestasi siswa-
siswa dapat meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rencana Penelitian
Rencana penelitian yang dilakukan berupa Penelitian Tindakan Kelas, istilah dari
Classroon Action Research (CAR), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas
atau tempat belajar mengajar.
Ada tiga unsur yang terdapat pada penelitian tindakan kelas, yaitu:
a. Penelitian merupakan suatu objek melalui metodologi ilmiah dengan
mengumpulkan data dan analisis untuk menyelesaikan suatu masalah.
b. Tindakan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dengan tujuan tertentu
yang berbentuk siklus kegiatan dan tujuan untuk meningkatkan dan
memperbaiki kualitas proses belajar.
c. Kelas merupakan sekelompok siswa dalam satu ruangan dan waktu yang
sama dalam menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
Jadi Penelitian Tindakan Kelas dapat didefinisikan sebagai penelitian yang
dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar meningkat (Wardani, 2006 :
14).

B. Subjek penelitian
1. Lokasi penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Islam Ma’arif yang beralamat di Jl. Raya
Bandulan, Kejapanan, Gempol, Kab. Pasuruan, Jawa Timur.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada akhir semester 2 di kelas IV SD Islam Ma’arif
Kejapanan Gempol Pasuruan.
3. Subjek penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadikan subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD
Islam Ma’arif Kejapanan Gempol Pasuruan.

C. Langkah-langkah Penelitian.
Penelitian ini rencananya akan dilakukan dalam 2 siklus. Dari masing-masing
siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lemba observasi guru dan siswa untuk
mengetahui kondisi selama proses penerapan pembelajaran menggunakan metode
yang diaplikasikan. Membuat tugas-tugas untuk diterapkan di dalam kuis.
2. Pelaksanaan
Tahap ini, pelaksanaan pembelajaran diterapkan sesuai dengan RPP yang
sudah dibuat seperti pada tahap perencaaan. Dalam pelaksanaannya guru
menggunakan metode STAD dengan membentuk lima komponen : presentasi
kelas, kelompok, kuis, skor kemajuan perseorangan, dan penilaian kelompok.
3. Pengamatan
Tahap ini peneliti mengamati pelaksanaan pembelajaran dan seluruh kegiatan
yang terjadi di dalam kelas, mulai dari cara mengajar guru, keaktifan dan
kenyaman siswa selama mengikuti pembelajaran di dalam kelas, dan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data penelitian menggunakan metode sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati guru dan siswa selama pelaksanaan
pembelajaran untuk mengetahui peningkatan hasil belajar menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD, mengamati kelebihan dan kekurangan
metode tersebut.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara rinci untuk
melengkapi data observasi.
3. Dokumentasi
Sumber lain yang dapat dijadikan sebagai pengumpulan data adalah dengan
foto selama kegiatan pembelajaran.
4. Pengumpulan Data
Dalam tahap ini peneliti mengumpulkan data melalui observasi langsung ke
lapangan, wawancara dengan guru, dan mencari sumber yang berkaitan. Maka
dari hasil pengumpulan data ini penulis mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
5. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke
dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Moleong, 2007 : 103)
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan hasil refleksi setiap
siklusnya berdasarkan hasil pengamatan atau observasi. Analisis data dilakukan
peneliti untuk menentukan rencana pada siklus selanjutnya untuk mengetahui
apakah tindakan kelas ini sudah mencapai tujuannya. Data yang dianalisis adalah
hasil belajar siswa, ketuntasan belajar siswa, dan rata-rata kelas.
DAFTAR PUSTAKA

Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda.


Agus Suprijono, 2014, Cooperative Learning: Teori Dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ahmad Susanto, 2004,Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta:
Kencana PrenadamediaGroup.
Fajar Purnandita, dkk, 2013, “Komparasi Model Pembelajaran Discovery Learning
Dengan Student Team Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar
Kognitif Ilmu Bangunan Gedung Siswa Kelas X SMKN 1 Kendal”, Jurnal.
Martinis Yamin, 2017, Strategi & Metode dalam Modell Pembelajaran, Jakarta :
Referensi GP Press Group.
Miftahul Huda, 2011, Cooperative Learning, Yogyakarta: PustakaPelajar.
Muhammad Fathurrohman, 2015,Model-Model Pembelajaran Inovatif,Yogyakarta :Ar-
Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai