Anda di halaman 1dari 10

SKRIPSI

PENGARUH KHITOSAN TERHADAP ISOLAT


Staphylococcus epidermidis PENYEBAB KETOMBE

Yang Diajukan Oleh :

DEWINURHAYATI
02613150

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

mawan. M. Si., Apt. Dra. Th. Tri Suharni M.

in
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
diterbitkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Desember 2006


Penulis,

^
Dewi Nurhayati
DAFTAR LAMPIRAN

1. Komposisi dan pembuatan media 43


2. a. Sterilisasi alat 47
2. b. Pembuatan stok bakteri 47
2. c. Pembuatan suspensi bakteri 47
2. d. Foto hasil penelitian 48
3. Data hasil penelitian 52

Xlll
Beberapa metode pemah dilaporkan untuk menentukan derajat deasetilasi.
Termasuk tes ninhidrin, linearpotensiometrik titrasi, spektroskopi inframerah jarak dekat,
nuclear magnetic resonance spectroscopy, hidrogen bromida titrimetri, spektroskopi
inframerah, dan spektroskopi UV (Khan dkk., 2002).
b. Sifat antibakteri dari khitosan :

Sifat antibakteri dari khitosan tergantung pada berat molekul dan tipe bakteri,
untuk bakteri Gram positif, khitosan dengan berat molekul 470 Kda lebih efektif dalam
menghambat pertumbuhan bakteri, kecuali untuk Lactobacillus sp, sedangkan untuk
bakteri Gram negatif, khitosan dengan berat molekul 1106 Kda lebih efektif. Khitosan
secara umum menunjukkan efek bakterisidal yang kuat untuk bakteri Gram positif
daripada untuk bakteri Gram negatif yang ditunjukkan oleh khitosan 0,1% (No dkk.,
2002). Menurut Cuero (1999) kerja antibakteri dari khitosan dipengaruhi oleh faktor
intrinsik dan ekstrinsik seperti tipe khitosan, derajat polimerisasi dari khitosan, substrat
kimia dan atau komposisi kimia, dan kondisi lingkungan seperti aktivitas substrat air.
Tsai dan Su (1999) menjelaskan mekanisme kerja antibakteri dari khitosan meliputi
ikatan silang antara polikation dari khitosan dan anion pada permukaan bakteri yang
mengubah permeabilitas membran.
Khitosan tidak beracun, mudah mengalami biodegradasi dan bersifat
polielektrolitik (Hirano, 1986). Khitosan merupakan flokulan, koagulan yang baik serta
pengkelat logam (Hartanto dkk., 2003). Disamping itu khitosan dapat dengan mudah
berinteraksi dengan zat-zat organik lainnya seperti protein dan lemak. Oleh karena itu,
khitosan relatif lebih banyak digunakan pada berbagai bidang industri terapan dan
industri farmasi dan kesehatan (Muzzarelli, 1986).
Isolasi khitin dari limbah kulit udang dilakukan secara bertahap yaitu tahap
pemisahan protein (deproteinisasi) dengan larutan basa, demineralisasi, tahap pemutihan
{bleaching) dengan aseton dannatrium hipoklorit. Sedangkan transformasi khitin menjadi
khitosan dilakukan tahap deasetilasi dengan basa berkonsentrasi tinggi (Ferrer dkk.,
1996; Arreneuz, 1996, dan Fahmi, 1997).
Untuk mengetahui apakah produk yang dihasilkan benar-benar khitin adalah
dengan di deteksi dengan reaksi wama Van Wesslink, yaitu yang pertama di reaksikan
dengan lodium-KI menghasilkan wama coklat, yang kedua dengan direaksikan dengan
22

(b) Penghambatan khitosan terhadap Staphylococcus epidermidis dalam media


nutrien cair

Media nutrien cair ditambah suspensi bakteri uji 108 CFU/ml kemudian ditambah
khitosan yang dibuat pengenceran dengan kadar 0,5%, 0,25%, 0,125%, 1% kemudian
inkubasi 37°C selama 24 jam, amati kekeruhan dan tentukan kadar hambat minimal.
Disini digunakan pembanding berupa perlakuan nutrien cair ditambah dengan bakteri uji
dan shampoo yang mengandung zink 1%, nutrien cair ditambah bakteri uji dan asam
asetat glasial 0,1 %, nutrien cair dengan bakteri uji, dan nutrien cair saja. Untuk
mempertegas hasil maka dilakukan uji penghambatan khitosan 0,5% terhadap
Staphylococcus epidermidis dalam media nutrien cair dan pada waktu-waktu tertentu (0,
1, 2, 3, 6, 24, 27, 30, 72, 75 jam) diambil dan ditanam secara taburan pada media nutrien
agar kemudian diinkubasi pada suhu 37° Cselama 24 jam dan dihitung jumlah bakteri
yang tumbuh. Data yang diperoleh dikemas dalam bentuk kurva pertumbuhan dan
digunakan untuk menentukan jumlah generasi (n), konstanta kecepatan pertumbuhan (k),
waktu generasi (g) dan kecepatan pertumbuhan secara praktis (a).

Jumlah generasi (n):

logiV-logJVo
n " 0,301 -~^ 1)

Konstanta kecepatan pertumbuhan (k):

k=n/t =k=^N-logN0
0,30k ;

Waktu generasi (g):

g=l/k 3)
Kecepatan pertumbuhan secara praktis (u):
u=0,693k 4)

keterangan: t = waktu pertumbuhan


N =• populasi bakteri akhir
No = populasi bakteri mula-mula
32

telah mengalami perubahan sifat karena perbedaan nutrisi yang diberikan.


Staphylococcus epidermidis dipilih karena pada dasarnya ketombe dapat disebabkan oleh
2 hal pokok yaitu peningkatan sekresi sebum dan pertumbuhan jamur atau bakteri.
Bakteri yang biasa ditemukan mengalami peningkatan jumlah pada pasien berketombe
adalah (l)Pityrosporum, (2) aerobic kokus (salah satunya adalah Staphylococcus
epidermidis), dan (3) Corynebacterium acnes.
Staphylococcus epidermidis sebenarnya merupakan flora normal pada kulit
manusia. Patogenesis dari bakteri ini terjadi jika jumlah bakteri ini mengalami
peningkatan. Staphylococcus epidermidis dapat memproduksi asam teikoat yang dapat
membentuk lapisan biofilm pada permukaan protein sel inang sehingga menyebabkan
terjadinya penjendalan protein sel inang. Adanya penjendalan protein sel inang
menyebabkan timbulnya peradangan, nekrosis dan yang paling khas dari infeksi bakteri
ini yaitu pembentukan abses. Adanya peradangan, nekrosis dan abses memacu terjadinya
kematian sel kulit kepala sehingga memacu proses perbaikan kulit, kulit kepala yang
terkelupas menjadi kotoran dirambut (ketombe).
Usaha untuk mengatasi ketombe salah satunya adalah dengan menurunkan jumlah
bakteri penyebab ketombe. Tsai dan su (1999) menjelaskan bahwa khitosan dapat
digunakan sebagai antibakteri, dengan mekanismenya yang meliputi pembentukan ikatan
silang antara polikation dari khitosan dan anion pada permukaan sel bakteri sehingga
mengubah permeabilitas membran sel bakteri.
Staphylococcus epidermidis diisolasi dari kulit kepala dengan cara permukaan
kulit kepala dikerok dengan menggunakan spatula yang steril dan ditampung dalam petri
dish kosong yang steril. Kemudian isolasi isolat dilakukan oleh laboran dilaboratorium
mikrobiologi fakultas kedokteran UGM, kemudian dilakukan uji identifikasi terhadap
Staphylococcus epidermidis yang meliputi pengecatan gram, uji katalase, uji fermentasi
glukosa, uji fermentasi manitol, dan uji fermentasi fruktosa.
Hasil uji dalam tabel berikut menunjukkan karakteristik yang sesuai dengan
Staphylococcus epidermidis, sehingga disimpulkan bahwa bakteri yang digunakan dalam
penelitian benar-benar Staphylococcus epidermidis.
BABV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari uji dapat disimpulkan bahwa khitosan belum dapat memberikan daya hambat
terhadap Staphylococcus epidermidis.
B. Saran

Peneliti menyarankan perlunya dilakukan penelitian tentang :


1. Pemurnian khitosan.

2. Derajad deasetilasi khitosan dan selanjutnya dilakukan uji daya hambat khitosan
tersebut terhadap bakteri penyebab ketombe, sehingga daya antibakteri dari khitosan
dapat maksimal.
3. Selain itu diupayakan mencari pelarut yang lebih baik sehingga dapat dibuat larutan
khitosan dengan kadar yang lebih tinggi.

39
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1993, Dasar-dasar Pemeriksaan Mikrobiologi, Bag. Mikrobiologi, Fak. Kedokteran


UGM, hal. 114-116, 120 - 121.
Anonim, 1994, Mikrobiologi Kedokteran, Binarupa Aksara, hal :103, 111.
Anonim, 1994, Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah Hasil Perairan seri 1, Dirjen
Perikanan, Jakarta.
Anonim, 2005, Chitin, available at http : // www.wikipedia. The Free Encyclopedia (diakses
18Oktober2005).
Anonim, 2005, Preparation of Chitin and Chitosan, available at http :// www.Chitosan
@dalwoo.com, (diakses 18 Oktober 2005).
Arreneuz, S., 1996, Isolasi Khitin dan Transformasinya menjadi Khitosan dari Limbah
Kepiting Bakau (Seylla Serrata), Skripsi, Universitas Jendral Ahmad Yani, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Bandung.
Bergey, 2001, Bergey's Manual of Systematic Bacteriology, 2nd edition. Vol I. Springer
Verlag, New York.
Choi, Y, Jung, HS, Kim, HR, Lee, EJ, Lee, EH, Shin, TY, Kim, HM, and Hong, SH, 2004,
OK205 Regulates Production of Inflammatory Cytokines in HMC-1 Cells, Biol.
Pharm. Bull. 27(11) 1871—1874.
Cuero, R. G., 1999, Antimicrobial action ofexogenus chitosan, 87. P. 315-333.
Fahmi, R., 1907, Isolasi dan Transformasi Khitin Menjadi Khitosan, Jurnal Kimia Andalas. 3
(1): 61 -68.
Ferrer, J. G. Paez, Z. Marmol, E. Ramons, H. Garcia and C.F. Fdrster, 1996, Acid hydrolysis
of Shrimp ShellWastes and The Production of Single Chell Protein from The
Hydfolysate, Journal Bioresour Technology 57 (1): 55 - 60.
Focher, B„ Naggi, A., Tarri, G., Cosami, A. and Terbojevich, M., 1992, Structural Differences
Between Chitin Polymorphs and Their Precipitates from Solution Evidence from CP-
MAS 13 C-NMR, FT-IR and FT-Raman Spectroscopy, Charbohidfat Polymer. 17 (2)
: 97-102.
Ganiswara,s., 1995, Farmakologi Dan Terapi, Edisi 4, Fak Kedokteran Ul, Jakarta,
hal:571,572.
Gottenbos dkk., 2000, Initial adhesion and surface growth of Staphylococcus epidermidis and
Pseudomonas aeruginosa on biomedical polymers, Journal of biomedical materials
research 50: 208.
Hartanto, E.S., Bastaman, S., dan Citroreksoko, P., 2003, Pengaruh Penambahan Khitosan
(Chitosan) dan Lama Pengendapan terhadap Hasil Penanganan Limbah Cair
Industri Penyamakan Kulit, Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Industri Hasil
Pertanian; Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Bogor.
Hirano, S., 1986, Chitin and Chitosan, Ulmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry,
Republicka of Germany, 5th . ed, A 6: 231 - 232.
Julius, 1990, Mikrobiologi Dasar, Staf Pengajar Bagian Mikro dan Imunologi Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 84-85, 188.
Jutono dkk., 1973, Pedoman praktikum mikrobiologi umum, Departemen mikrobiologi,
Fakultas pertanian UGM, Yogyakarta.

40
52

LAMPIRAN 3
JUMLAH KOLONI BAKTERI

BAKTERI + KHITOSAN

Waktu Jumlah koloni bakteri


0am) Pengenceran (Replikasi 1) Pengenceran (Replikasi 2)
10u 10"' 10"1 10J lO"4 10" 10' 10"' 10J 10"4
0 139 25 25 - - 79 27 21 - -

1 150 80 80 - -
162 90 61 - -

2 >300 240 150 - - >300 301 102 - -

3 >300 301 296 - - >300 328 330 - -

6 >300 361 358 - - 200 201 176 - -

24 >300 >300 >300 432 - >300 291 101 98 -

27 >300 >300 >300 523 60 >300 >300 >300 320 30

30 >300 >300 >300 485 62 >300 >300 >300 210 21

72 >300 >300 >300 501 70 >300 >300 >300 352 29

75 >300 >300 >300 491 54 >300 >300 >300 303 55

BAKTERI SAJA

Waktu Jumlah koloni bakteri


(Jam) Pengenceran (Replikasi 1) Pengenceran (Replikasi 2)
10° 10"' 10^ lO3 10"4 10° 10"' i<r 10J 10"
0 150 155 145 - - 142 139 30 - -

1 260 100 55 - - 300 112 76 - -

2 >300 306 101 - - >300 300 200 - -

3 >300 375 255 - - >300 305 295 - -

6 >300 370 372 - - >300 286 162 -


-

24 >300 >300 >300 371 - >300 >300 >300 321 81

27 >300 >300 >300 540 44 >300 >300 >300 422 42

30 >300 >300 >300 500 54 >300 >300 >300 207 21

72 >300 >300 >300 502 60 >300 >300 >300 312 98

75 >300 >300 >300 480 52 >300 >300 >300 295 81


53

JUMLAH BAKTERI

Jumlah bakteri : jumlah koloni bakteri x volume media (5 ml) x pengenceran

BAKTERI + KHITOSAN

Waktu Jumlah bakteri


Oam) Pengenceran (Replikasi 1) Pengenceran (Replikasi 2)
10° lO"' 10"2 10J lO"4 10° 10 ' IO"2 IO"3 lO"4
0 695 - - - -
395 - - - -

1 750 4000 40000 - - 810 4500 30500 - -

2 - 12000 75000 - - - 15050 51000 - -

3 - 15050 148000 - - - 16400 165000 - -

6 - 18050 179000 - - 1000 10050 88000 - -

24 - - - 2160000 - -
14550 50500 490000 -

27 - - - - 3000000 - - - 1600000 1500000

30 - - - - 3100000 - - - 1050000 -

72 - - - - 3500000 - - -
1760000 1450000

75 - - - -
2700000 - - -
1515000 2750000

BAKTERI SAJA

Waktu Jumlah bakteri


Oam) Pengenceran Replikasi 1) Pengenceran (Replikasi 2)
10° io-' IO"2 IO"3 IO"1 10° 10' IO"2 IO"3 IO"4
0 750 7750 72500 - - 710 6950 15000 - -

1 1300 5000 27500 - -


1500 5600 38000 - -

2 - 15300 50500 - - - 15000 100000 - -

3 - -
127500 - - - 15250 147500 - -

6 - 18500 186000 - - - 14300 81000 - -

24 - - - 1855000 - - - - 1605000 4050000

27 - - - - 2200000 - - - -
2100000

30 - - - -
2700000 - - -
1035000 -

72 - - - -
3000000 - - -
1560000 4900000

75 - - - -
2600000 - - - 1475000 4050000

Anda mungkin juga menyukai