Anda di halaman 1dari 21

NOODWEER EXCES DALAM KASUS TINDAK PIDANA

PENGANIAYAAN YANG MENGAKIBATKAN

CIDERA

RENCANA PENELITIAN

OLEH:
DWI AYU APRILIANA FARAMITA
NPM. 19.40501.081

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
FAKULTAS HUKUM
2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN PEBIMBING

Judul Skripsi : Noodweer Exces Dalam Kasus Tindak Pidana


Penganiayaan Yang Mengakibatkan Cidera
Prodi/ Bagian : Hukum/ Hukum Pidana
Nama : Dwi Ayu Apriliana Faramita
NPM : 19.40501 .081

Disetujui Untuk Disampaikan Kepada

Panitia Ujian

Tarakan, Desember 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Basri, S.H.,M.Kn Afdhal, S.H.,M.Kn


NIDN. 1111077902 NIRD. 17.11.5. 0183

Mengetahui,
Ketua Program Studi FH
Universitas Borneo Tarakan

Inggit Akim,S.H.,M.H.
NIDN. 1111096101

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEBIMBING .................................. ii

DAFTAR ISI ..................................................................................... iii

A. JUDUL ................................................................................... 1

B. LATAR BELAKANG ........................................................... 1

C. RUMUSAN MASALAH ....................................................... 4

D. TUJUAN PENELITIAN ....................................................... 5

E. MANFAAT PENELITIAN ................................................... 5

F. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 6

1. Pengertian Hukum Pidana ..................................................... 6

2. Pengertian penganiayaan ....................................................... 7

3. Pengertian dari Noodweer Exces .............................................. 8

G. KERANGKA TEORI .............................................................. 9

1. Teori kepastian hukum ............................................................ 11

2. Teori perlindungan hukum ....................................................... 12

H. METODE PENELTIAN ...................................................... 12

1. Jenis Penelitian ................................................................... 12

2. Pendekatan Penlitian ........................................................... 12

iii
3. Sumber Bahan Hukum .......................................................... 13

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ....................................... 14

I. SISTEMATIKA PENULISAN................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 16

iv
v
A. Noodweer Exces Dalam Kasus Tindak Pidana Penganiayaan

Yang Mengakibatkan Cidera

B. Latar Belakang

Hukum pidana merupakan keseluruhan hukum yang berlaku di suatu

negera yang memutuskan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan

ataupun dilarang yang diiringi ancaman (sanksi) serta memastikan

bagaimana mekanisme pidana itu dilaksanakan. Tindak pidana ialah

perbuatan yang dilarang dimana dilakukan oleh seorang yang pantas

dipidana sesuai dengan kesalahannya sebagaimana sudah dirumuskan di

dalam Undang-Undang. Orang yang melaksanakan tindak pidana hendak

mempertanggungjawabkan perbuatannya tersebut dengan pidana apabila

dirinya memeliki kesalahan.

Dalam pertanggungjawaban pidana maka akan di bebankan kepada

pelaku tindak pidana yang berkaitan dengan penjatuhan sanksi pidana.

Seorang hendak melakukan pertanggungjawaban apabila dalam

perbuatannya sudah melanggar peraturan yang dilarang dengan diancam

sanksi pidana, tetapi dapat terjadi peniadaan pidana apabila ditemui unsur-

unsur yang bisa menghapuskan pertanggungjawab sesesorang.

Pembunuhan, kekerasan, serta kealpaan yang menyebabkan kematiaan

terhitung dalam kejahatan terhadap orang yang sudah diterangkan dalam

buku kedua KUHP. Pembunuhan merupakan sesuatu perbuatan yang

melenyapkan nyawa orang lain, sebaliknya penganiayaan ialah kesengajaan

yang memunculkan perasaan tidak enak, rasa sakit, ataupun cedera yang

1
bisa memunculkan kematian. Sebaliknya kealpaan menimbulkan kematian

dimana sesuatu perbuatan akibat dari kelalaian ataupun kurang berjaga- jaga

yang menimbulkan kematian. Penganiayaan adalah perlakuan yang

sewenang-wenang dalam rangka menyiksa atau menindas seseorang. Hal

ini lakukan dalam unsur kesengajaan yang menimbulkan rasa sakit dan luka

pada orang lain.

Dalam buku kesatu bab III KUHP terdapat sebab peniadaan pidana

ataupun disebut pula penghapusan pidana. Teori ini menjelaskan sebagian

alasan yang dijadikan dasar sebagai untuk tidak menjatuhkan pidana kepada

pelaku yang melaksanakan tindak pidana. Pembelaan terpaksa merupakan

salah satu diantara pembenaran dimana perihal ini sudah diatur dalam pasal

49 ayat (1) serta (2) sehingga pembelaan terpaksa (Noodweer) serta

pembelaan terpaksa melampaui batasan (Noodweer Exces) bisa dijadikan

selaku pembelaan yang legal di sidang serta bisa jadi pertimbangan oleh

hakim dalam menjatuhkan vonis di pesrsidangan. Seseorang hakim dalam

meninjau suatu masalah pidana wajib memikirkan layak ataupun tidaknya

seorang dijatuhi pidana yang wajib didasarkan pada kepercayaan hakim itu

sendiri serta ditambah dengan alat-alat fakta yang legal serta didatangkan

dalam muka sidang. Hakim sepatutnya memiliki dasar kuat dalam

memutuskan masalah pidana yang diadili.

Salah satu kasus yang berkaitan dengan pembelaan terpaksa yang

melampaui batas yaitu Nomor 72/Pid.B/2020/PN Enr kronologi bermula

pada tanggal 19 September 2020 sekitar pukul 14.15 WITA. Korban datang

2
kerumah terdakwa menawarkan untuk diurut dan dioleskan dengan

minyak kayu putih. Kemudian korban diminta untuk membuka

baju dan celananya yang dimana korban sendiri tidak

menolaknya. Setelah membuka baju dan celana, terdakwa

kembali mengoles minyak kayu putih namun korban langsung

berbalik kearah terdakwa untuk merangkul dan mencium terdak

dan pada saat i tu terdakwa langsung mendorong korban. Namun

setelah itu korban kembali mencium terdakwa dibagian bibir.

Kemudian terdakwa merasa emosi dan memukul pundak

sebelah kanan korban, kemudian terdakwa mengambil sepotong

balok kayu dan memukul kepala dan pundak korban sebanyak

5 kali dari arah belakang lalu korban yang merasa kesakitan

dengan kepala yang berdarah berteriak minta tolong kemudian

lari keluar rumah untuk meminta tolong. Selanjutnya saat

korban berada diluar rumah, korban bertemu dengan saksi

Suardi yang kemudia membawa korban kepuskesmas Sudu.

Akibatnya korban mengalami luka-luka sebagaimana dari hasil

visum et repertum yang dimana dalam pemeriksaan umumnya

pada bagian atas kepala korban terdapat luka robek ukuran

6x 0,5x 0,5 cm, rampak bengkak, emmar dan terdapat darah

disekitar luka. Di bagian badan terdapat luka-luka lecet pada

bagian bahu kanan dan kiri, luka lecet pada pungung dan

bokong. sehingga dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan

3
terhadap korban, dapat disimpulkan bahwa rang dialami oleh korban

akibat bersentuhan dengan benda tumpul.

Dari contoh kasus diatas peneliti melakukan pengkajian

terhadap pertimbangan hakim yang menyatakan perbuatan

terdakwa pembelaan terpaksa yang melampaui batas (Noodweer

Exces ) pengkajian dilakukan berdasarkan ketentuan

Perundang- Undangan. Sehingga peniliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : Noodweer Exces Dalam

Kasus Tindak Pidana Pelecehan Seksual Yang Mengakibatkan

Cidera

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa telah memenuhi

unsur-unsur dari pasal 49 KUHP ?

2. Bagaimana pertimbangan Majelis Hakim dalam melepaskan

tuntutan terdakwa dengan alasan perbuatan pembelaan terpaksa

yang melampaui batas ?

4
D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan permasalahan yang dicantukan, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengambil serta menjelaskan hal-hal sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa dalam

unsur-unsur dari pasal 49 KUHP

2. Untuk mengetahui pertimbangan dari Majelis Hakim dalam

melepaskan tuntutan terdakwa dengan alasan perbuatan pembelaan

terpaksa yang melampaui batas

E. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi seluruh pihak, antara lain:

1. Dapat memberikan informasi dalam rangka mengembakan ilmu

pengetahuan hukum khususnya dalam hukum pidana guna

mengetahui unsur serta pertimbangan Majelis hakim terkait dengan

Noodwer Exces.

2. Dapat memberikan pengalaman kepada penulis untuk menerapkan

serta memperluas wawasan dalam bidang hukum sebagai bekal yang

khususnya di bidang hukum pidana.

5
F. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Hukum Pidana

Menurut Soedarto, hukum pidana merupakan suatu hukum yang

dimana memuat atura-aturan hukum yang mengikat kepada suatu

perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat pidana

itu sendiri. Sedangkan menurut Pompe, hukum pidana ialah semua

peraturan hukum yang menetukan terhadap perbuatan-perbuatan

yang seharusnya diajtuhi pada pidana .

Menurut Moeljatno, hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan

hukum yang berlaku di suatu Negara, yang mengadakan dasar –

dasar dan aturan – aturan untuk :

a. Menentukan perbuatan – perbuatan mana yang

tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan

disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana

tertentu bagi barang siapa melanggar larangan

tersebut.

b. Menentukan kapan dan dalam hal – hal apa kepada

mereka yang telah melanggar larangan – larangan

itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana

sebagaimana yang telah diancamkan.

6
c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan

pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang


1
yang disangka telah melanggar larangan tersebut.

Menurut Simmons, hukum pidana adalah kesemuanya

perintah – perintah dan larangan – larangan yang

diadakan oleh Negara dan diancam dengan suatu nestapa

(pidana) barangsiapa yang tidak menaatinya,

kesemuanya aturan – aturan yang menentukan syarat –

syarat bagi akibat hukum itu dan kesemuanya aturan –

aturan untuk mengadakan (menjatuhi) dan menjalankan

pidana tersebut.

2. Pengertian penganiayaan

Menurut R. Soesilo mengemukakan bahwa pengertian

penganiayaan menurut yurisprudensi, bahwa penganiayaan ialah

sengaja menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), rasa sakit,

atau luka, serta sengaja merusak kesehatan orang termasuk

kejahatan penganiayaan.2

Undang-undang itu sendiri tidak menetapkan arti penganiayaan. R.

Soesilo berpendapat bahwa“menurut yurisprudensi pengadilan

penyidik, disebut penganiayaan:

1
( Hakim, 2020 )
2
( Soesilo, 1994 )

7
1. Dengan sengaja menimbulkan ketidaknyamanan

(penderitaan)

2. Menimbulkan rasa sakit

3. Menyebabkan luka-luka”.

Penganiayaan diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan

dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atas luka pada tubuh

orang lain, yang dimana penganiayaan biasanya didasari suatu

motif, yang bisa bermacam-macam, misalnya politik, kecemburuan

dendam dan sebagainya.

3. Pengertian dari Noodweer Exces

Noodweer adalah pembelaan atas hak atas ketidakadilan sehingga

orang yang melakukan perbuatan yang sesuai dengan unsur-unsur

tindak pidana menurut undang-undang menerima pembelaan paksa

berdasarkan pasal 49 (1) KUHP, yang meliputi:

1. Barang siapa melakukan suatu perbuatan yang memaksanya

untuk membela diri atau orang lain, untuk membela

kehormatannya sendiri atau harta benda atau milik orang lain

terhadap orang yang pada saat itu segera memperjuangkan

hak dan rencana, tidak dihukum juga;

2. Menginformasikan batas kehadiran yang sangat diperlukan

bila tindakan dengan kelompok karena salah satu langsung

terguncang, tidak harus sanksi juga.

8
Noodweer exces adalah pembelaan diri yang melampaui batas yang

dapat digunakan oleh seseorang yang dituduh melakukan kejahatan

dan tidak dapat dikenakan sanksi berdasarkan pasal 49 (2) KHUP,

“pembelaan paksa yang berlebihan yang disebabkan langsung oleh

gegar otak besar karena serangan atau ancaman serangan tidak

dihukum. "

Undang-undang itu sendiri tidak menetapkan arti penganiayaan. R.

Soesilo berpendapat bahwa “menurut yurisprudensi pengadilan

penyidik, disebut penganiayaan:

1. Dengan sengaja menimbulkan ketidaknyamanan

(penderitaan)

2. Menimbulkan rasa sakit

3. Menyebabkan luka-luka”.

G. Kerangka Teori

Noodweer adalah pembelaan atas hak atas ketidakadilan sehingga

orang yang melakukan perbuatan yang sesuai dengan unsur-unsur tindak

pidana menurut undang-undang menerima pembelaan paksa berdasarkan

pasal 49 (1) KUHP, yang meliputi:

3. Barang siapa melakukan suatu perbuatan yang memaksanya

untuk membela diri atau orang lain, untuk membela

kehormatannya sendiri atau harta benda atau milik orang lain

9
terhadap orang yang pada saat itu segera memperjuangkan hak

dan rencana, tidak dihukum juga;

4. Menginformasikan batas kehadiran yang sangat diperlukan bila

tindakan dengan kelompok karena salah satu langsung

terguncang, tidak harus sanksi juga.

Noodweer exces adalah pembelaan diri yang melampaui batas yang

dapat digunakan oleh seseorang yang dituduh melakukan kejahatan dan

tidak dapat dikenakan sanksi berdasarkan pasal 49 (2) KHUP,

“pembelaan paksa yang berlebihan yang disebabkan langsung oleh gegar

otak besar karena serangan atau ancaman serangan tidak dihukum. "

Undang-undang itu sendiri tidak menetapkan arti penganiayaan. R.

Soesilo berpendapat bahwa“menurut yurisprudensi pengadilan penyidik,

disebut penganiayaan:

1. Dengan sengaja menimbulkan ketidaknyamanan (penderitaan)

2. Menimbulkan rasa sakit

3. Menyebabkan luka-luka”.

Tindak pidana penganiayaan ini adalah melakukan suatu perbuatan

dengan tujuan untuk menimbulkan rasa sakit atau kerugian pada orang

lain, yang unsurnya harus dengan sengaja memuat maksud untuk

menimbulkan rasa sakit atau kerugian pada orang lain. Dalam hal ini,

harus ada sentuhan pada tubuh orang lain yang dengan sendirinya

10
menyebabkan rasa sakit atau cedera pada orang lain. Misalnya memukul,

menendang, menikam, mencakar, dll.

1. Teori kepastian hukum


Menurut Jan Michiel Otto, yang mendefinisikan kepastian hukum

sebagai suatu kemungkinan dalam situasi tertentu:

1) Adanya norma hukum yang jelas, runtut dan mudah diperoleh

yang diatur oleh kekuasaan negara yang dikeluarkan dan diakui;

2) Pengambil keputusan menerapkan peraturan perundang-

undangan ini secara konsisten, serta tunduk dan menaatinya;

3) Warga negara pada dasarnya menyesuaikan perilaku mereka

dengan aturan-aturan ini;

4) Hakim (pengadilan) yang independen dan tidak berpikir untuk

menerapkan undang-undang ini secara konsisten dalam

menyelesaikan sengketa hukum.

5) Putusan pengadilan dilaksanakan secara konkrit.

Menurut Sudikno, kepastian hukum adalah jaminan bahwa hukum

harus diterapkan dengan benar. Kepastian hukum memerlukan

upaya pengaturan hukum dari pihak yang berwenang agar peraturan

tersebut memiliki aspek hukum yang menjamin kepastian hukum

sebagai standar yang harus dipatuhi.

11
2. Teori perlindungan hukum
Menurut Satjipto Raharjo, perlindungan hukum adalah melindungi

hak asasi manusia yang telah dilanggar oleh orang lain, dan

perlindungan ini diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati

semua hak yang diberikan oleh hukum. Perlindungan hukum adalah

perlindungan harkat dan martabat, serta pengakuan hak asasi

manusia subjek hukum berdasarkan ketentuan hukum yang menjadi

kewenangan.

Dalam Noodweer Exces tindak pidana penganiayaan yang

mengakibatkan cidera, Peneliti tertarik untuk penggunaan teori

kepastian hukum dan juga perlindungan hukum dalam analisis

sebagai ladasan penyelesaian penelitian.

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian hukum

normatif karena penelitiannya dilakukan dengan cara

meneliti dari bahan pustaka yang ada dengan cara studi

dokumen. 3

2. Pendekatan Penlitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

pendekatan deskritif analitis yaitu suatu metode

3
( Soekanto, 2006 )

12
yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran

terhadap objek yang diteliti melalui data yang telah terkumpul atau

data yang ada tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum.

3. Sumber Bahan Hukum

Dalam tipe penelitian normatif ini diperlukan data sekunder

sebagai sumber data. Data sekunder adalah bahan yang didapat

dari melakukan studi kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum

primer, dan bahan hukum sekunder, yaitu:

1) Bahan hukum primer, merupakan bahan pustakan

yang berisikan peraturan perundang-undangan

yang terdiri dari:

a) Kitab Undang- Undang Hukum Pidana

b) Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana

2) Bahan hukum sekunder, merupakan bahan -bahan

yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer,

dan dapat membantu proses analisis, yaitu:

a) Buku-buku terkait;

b) Jurnal-jurnal terkait; dan

c) Dokumen terkait.

13
4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data

dilakukan studi dokumen atau pengumpulan data bahan

hukum sekunder atau data kepustakaan yang diperoleh

melalui penelitian kepustakaan berupa peraturan

perundang-undangan, buku-buku yang berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti, objek penelitian, hasil dari

penelitian dan dokumen resmi.

I. Sitematika Penulisan

Penulisan penelitian skripsi ini dibagi dalam lima bab, yang masing-masing

bab terdapat sub-bab sesuai dengan pembahasan dari penulisan penelitian

skripsi. Adapun penjelasan dari BAB sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan merupakan bab pendahuluan. Pada bab I penulis

memasukkan pendahuluan sebab pada bab beisi dengan uraian latar

belakang timbulnya masalah yang akan diteliti dalam penulisan penelitian

skripsi ini. Bab I juga akan terdapat uraian tentang bagaimana langkah

menganalisis permasalahan yang terjadi. Pada bab I ini akan terdiri dalam

sub bab yang secara berturut-turut menguraikan latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan;

BAB II: Tinjauan Pustaka, pada bab II Dengan judul Tinjauan Pustaka berisi

dan menguraikan tentang pengertian dan teori yang terkait dengan

14
pengertian hukum pidana, pengertian tindak penganiayaan, dan pengertian

dari Noodweer Exces

BAB III: Metode Penelitian, pada bab III berisikan langkah penelitian yang

akan dilakukan sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti oleh penulis

untuk membahas masalah tersebut, maka akan dibagi dalam dua sub bab

yang sesuai dengan pedoman penelitian yang meliputi tipe penelitian,

pendekatan penelitian, sumber bahan hukum, dan teknik pengumpulan

bahan hukum,

BAB IV: Hasil dan Pembahasan, pada bab IV ini berisikan jawaban dari

rumusan masalah dalam permasalahan yang diteliti terhadap perbuatan yang

dilakukan oleh terdakwa telah memenuhi unsur-unsur dari pasal 49 KUHP

serta pertimbangan Majelis Hakim dalam melepaskan tuntutan terdakwa

dengan alasan perbuatan pembelaan terpaksa yang melampaui batas.

BAB V: Kesimpulan dan Saran, pada bab V ini merupakan bab penutup

pada penulisian penelitian skrispi yang akan menguraikan mengenai

kesimpulan dan saran. Uraian kesimpulan secara jelas penulis masukkan ke

dalam bab IV dengan maksud didalamnya akan menguraikan mengenai

simpulan dari bab V yang merupakan poin penting dari jawaban

permasalahan dalam bab I. Kesimpulan yang didapatkan akan diiringi

dengan saran dari penulis sesuai dengan kesimpulan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, L. ( 2020). Asas- asas Hukum Pidana. Sleman: Deepublish.


Hamzah, A. (1994 ). Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineke Cipta. Soekanto,
M. ( 2006 ). Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-
Press.
Soeroso. (2015 ). Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: PT. Sinar Grafika. Soesilo, R. (
1994). Kitab Undang- Undang Hukum Pidana ( KUHP)
Serta Komentar Komentarnya. Politea Bogor .
Putusan Nomor 72 /Pid. B/2020/PN Enr
Jurist- Diction Vol. 3 (2 ) 2020

16

Anda mungkin juga menyukai